Executive Summary
I. Latar Belakang
Master Plan Pengembangan Sumberdaya Air ini disusun dengan tujuan untuk “Multi
Purpose Use” yang didasarkan pada UU No. 11 tahun 1974 tentang pengembangan
sumberdaya air, namun demikian terdapat tingkat kedalaman studi yang lebih
mengarah pada tujuan “Single Purpose” yaitu untuk kepentingan irigasi. Meskipun
hasil penyusunan Master Plan ini bersifat umum, namun demikian sudah dapat
menggambarkan alokasi lahan peruntukan beserta potensinya. Idealnya Masterplan
tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan Pola Induk Pengembangan sumberdaya
air pada setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), agar dapat dijadikan payung
pengembangan sumberdaya air di setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam SWS
tersebut secara lebih rinci.
Hasil kajian potensi lahan dan produk hukum serta kebijakan pemerintah tersebut
digunakan sebagai dasar arahan penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Sumberdaya Air (RIPSDA) di Propinsi Sulawesi Tenggara.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 1
Tenggara
Executive Summary
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), nama pekerjaan ini adalah Master Plan
Study For Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Tenggara.
Sedangkan lokasi pekerjaan meliputi seluruh wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut:
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 2
Tenggara
Executive Summary
Mengacu pada Fungsi Kawasan Hutan, maka luasan fungsi lahan tersebut dibedakan
seperti pada Tabel 4.1 berikut :
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 3
Tenggara
Executive Summary
Tabel 4.1
Fungsi Kawasan Hutan
% Dari Luas
No. Fungsi Luas (Ha)
Propinsi
1 Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (Darat) 281.302 7,36
2 Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (Perairan) 1.507.000 -
3 Hutan Lindung 1.061.270 27,75
4 Hutan Produksi Terbatas 417.701 10,92
5 Hutan Produksi Biasa 627.741 16,42
6 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 212.123 5,55
7 Jumlah Kawasan Hutan Darat 2.600.137 68
8 Jumlah Kawasan Hutan Perairan 1.507.800 -
9 Kawasan Budidaya Non Kehutanan 1.223.836 32
10 Luas Sulawesi 3.824.000 100
Sumber :
1.Peta Lampiran SK. MENHUTBUN No. 454/Kpts-II/1999 Tgl. 17 Juni 1999, Skala 1 : 250.000
2.Peta Tata batas Kawasan Hutan Propinsi Sulawesi Tenggara, Skala 1 : 25.000
3.Peta TGH hasil paduserasiTGHK dan RTRW Propinsi Sulawesi Tenggara, Skala 1 : 100.000
Secara prinsip PSDA ini akan tetap mengacu pada kondisi tersebut di atas yaitu
hanya pada kawasan budidaya non kehutanan (1.223.863 km 2) atau sebesar 32 %
dari total luas Propinsi Sulawesi Tenggara yang akan dioptimalkan sesuai dengan
potensinya.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 4
Tenggara
Executive Summary
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 5
Tenggara
Executive Summary
Tabel 5.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) Pendukung Wilayah Pembangunan I
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 6
Tenggara
Executive Summary
Tabel 5.2
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Pendukung Wilayah Pembangunan II
Wilayah Pembangunan III meliputi Pulau Buton bagian Selatan, Pulau Muna bagian
Selatan, Kepulauan Tukang Besi dan Pulau Kabaena. Dengan Pusat Wilayah
Pengembangan di Bau-Bau. Secara umum wilayah ini memiliki potensi untuk
pengembangan perikanan, pertambangan, tanaman pangan dan agroindustri. Bau-
Bau memiliki pelabuhan dermaga yang mampu memberikan pelayanan keluar-
masuknya kapal, termasuk lintasan kapal penumpang dari Indonesia bagian Barat
maupun Timur sehingga memiliki nilai potensial sebagai pusat koleksi dan distribusi.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 7
Tenggara
Executive Summary
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mendukung Wilayah Pembangunan III secara
lengkap disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini ;
Tabel 5.3
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Pendukung Wilayah Pembangunan III
3 III Kepulauan
Wanci
Tukang Besi
Wandoke,raha Cida, Pasar Wajo, Tondo
Wakoke,Wasaga,Kabungka,Winto,
Pasar Wajo Pasar Wajo Matanauwe,Minaga Oge,Takulo
Osuamba,Rokiro,Balo-Balo, Lawele
Dongkulo, Bau-Bau
Todanga,Lisuwalini,Labelago,Wawoncusu
Kapontori Watumpana
Wakalambe,Kampeonahu
labulu-bulu,Marobo, Bala-bala
GU-La-Mas Lombe
Teluk Lombe
keseluruhan Daerah Aliran Sungai di
Kabaena Dongkala
Pulau Kabaena
Sumber : Hasil analisis konsultan
Wilayah Pembangunan IV meliputi Pulau Muna bagian Utara, Pulau Buton bagian
Utara dan pulau-pulau kecil disekitarnya dengan pusat pengembangan di Raha.
Secara umum wilayah ini memiliki potensi untuk pengembangan perkebunan rakyat,
kehutanan, tanaman pangan, perikanan dan tambang minyak bumi.
Tabel 5.4
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 8
Tenggara
Executive Summary
4 IV Lelamo,Pete-petea,Laeya,Pondaria,
Lambale,Ronta,Kulisusu,Bubu,Kioko,
Bonegunu Burangga
Ranteo,Lagundi, Lagito
Luhumoko,Kambowa,Pongkulowo,
Tanjung Buton, Lano Walue,Laea,
Lano Labo,Motewe,Pohorua,Bone,
Wakarumba Labunia Kapatea,Maolo,Labunia,Wakorumba
Lanopala, langkoroni, lanobake
Lamaranda, Kalomba,Lano Tompano
Tiworo
Kepulauan
Latawe,Langkumapo,Lambiku,Bonea
Napabalano Tampo Labalano,Watonea,Manggakuning,
Labunti, Ghai
Kabawo Lesehao Lamanu, Katangana, Lanobua,Guali
Sumber : Hasil analisis konsultan
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 9
Tenggara
Executive Summary
Tabel 5.5
Potensi Sumber Daya Air Tiap Wilayah Pembangunan
Potensi Sumber Daya Air
Wilayah
No Sub Wilayah Potensi Pengembangan Ketersediaan Air ( m3/dt )
Pengembangan Kesesuaian
Lahan
Saat ini Optimal
Hutan = 40%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Pertanian = 40%
pangan
Perkebunan,
Lainea Qs=5.95 Qd=-14.65 Perkebunan = 30%
Peternakan, perikanan
& Hasil hutan Hutan = 30%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Perkebunan,
Rumbia Qs= 11.84 Qd=- 65.39 Pertanian = 30%
Peternakan, perikanan
& Pengembangan
Lahan Kering= 40%
Agroindustri
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Unaaha Perkebunan, Peternakan Qs= 74.11 Qd=- 95.94 Pertanian =25%
& Pengembangan
Perkebunan =15 %
Agroindustri
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Hutan = 90%
pangan
Perkebunan,
Lasolo Qs= 99.62 Qs= 69.19 Pertanian=5%
Peternakan, perikanan
& Kehutanan Perikanan = 5 %
Perikanan Perkebunan = 5%
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Hutan = 70%
pangan
Wolo Perkebunan,Kehutanan Qs= 19.82 Qs= 5.41 Pertanian =20%
Perikanan = 10%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Watubangga Perkebunan,Peternakan Qs= 7.92 Qd=-15.59 Pertanian =30%
Perikanan perikanan = 10 %
dilanjutkan…
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 10
Tenggara
Executive Summary
Tukang Besi
Tambang Aspal,
Surplus Defisit Hutan = 50%
Pertanian Tanaman
Pasar Wajo Pangan, Kehutanan & Qs= 15.23 Qd=-6.21 Pertanian = 15%
Perikanan = 10 %
Pertanian tanaman
Tiworo
pangan
Perkebunan Rakyat ,
Kepulauan
perikanan
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan Produksi=60%
pangan
Perkebunan,
Napabalano Qs= 9.86 Qd=- 2.42 Pertanian = 20 %
Peternakan, perikanan
Lahan Kering = 20%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan Produksi=40%
pangan
Kabawo
Perkebunan,hasil Hutan
Qs= 14.82 Qd=- 36.34 Pertanian = 60 %
( Jati )
Sumber : Hasil analisis konsultan
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 11
Tenggara
Executive Summary
sebagai akibat dari optimalisasi lahan sesuai peruntukannya. Adapun matriks tersebut
selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.6 berikut :
Tabel 5.6
Identifikasi Tranfer Air antar DAS
DAS Besar Q Kondisi Neraca Air
No Suplai setelah ada Transfer
Pemberi Penerima
(m3/dt) Air
SWS Lasolo-Sampara
1 Lasolo Sampara 56,996 Defisit 28,95 m3/dt
*
Matarase 0,001 Seimbang
2 Laikadimu
Malore 0,003 Seimbang
3 Osupaka Teluk Dalam 0,001 Seimbang
4 Tinobu Molawe 0,025 Seimbang
Tinobu
5 Belalo 1,660 Seimbang
Pangguluwu
Tipulu 0,077 Seimbang
Alo-alo 0,380 Seimbang
6 Pangguluwu
Barasanga 0,767 Seimbang
Tongauna 1,666 Seimbang
7 Kokapi Wolulu 0,004 Seimbang
8 Sidohoa Soronipa 0,023 Seimbang
9 Biskon Kolataru 0,006 Seimbang
10 Samboli Adaka 0,597 Seimbang
11 Mataiwoi Watunggekea 0,004 Seimbang
12 Boso-bose Molinese 0,490 Defisit 1,097 m3/dt
Indah *
13 Sibbinggura Perehupa 0,002 Seimbang
14 Kalo-kalo Polewali 0,620 Seimbang
15 Tumbana Toli-toli 0,730 Seimbang
16 Demba Kolono 0,020 Seimbang
SWS Poleang-Roraya
Guali Defisit 1,097 m3/dt
1 Lanobua 1,256
Umba *
2 Bala-bala Teluk Lombe 0,095 Seimbang
3 Mangga Kuning Walengkabola 3,008 Defisit 5,406 m3/dt
4 Lano Walue Tanjung 0,405 Seimbang
Buton
5 Laea Langkoroni 0,150
6 Langkolome Labunia 0,016
Lanopala Defisit 0,821 m3/dt
7 Lamaranda 0,468
Kalomba *
Tompano Defisit 0,481 m3/dt
Teluk Todanga 1,125
8 Umele Lisuwalini *
Wakalambe Defisit 0,797 m3/dt
9 Kampeonahu 0,606
Wonco *
dilanjutkan …
… lanjutan Tabel 5.6
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 12
Tenggara
Executive Summary
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 13
Tenggara
Executive Summary
Tabel 5.7
PSDA sebagai Pemicu Pembangunan
Tipe Bentang
No Proyek Desa Kecamatan Kabupaten (m)
Fungsi
Ben/B
1 Lasolo Asera Asera Kendari Ben 800 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
2 Lalindu Lamonae Asera Kendari Ben 500 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
3 Pelosika Pelosika Abuki Kendari Ben 900 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
4 Poleang Kapura Kapura Poleang Buton Ben 500 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
5 Bau Bau Molawe Bau Bau Buton Ben 850 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
6 Langkolome Langkolome Wakorumba S. Muna Ben 350 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
7 Watunohu Lapai Pakue Kolaka Ben 500 PLTA+PB+AB+PR+PI
8 Peapi Lapeapi Wawonii Kendari Ben 500 PLTA+PB+AB+PR+PI
9 Oko Oko Oko Oko Watubangga Kolaka Ben 450 PLTA+PB+AB+PR+PI
10 Lambadia Aere Ladongi Kolaka Ben 700 PLTA+PB+AB+PR+PI
Sumber :Hasil analisis konsultan
Keterangan :
Ben = Bendungan ; PLTA = Pembangkit listrik tenaga air ; IR = Irigasi ; PB = Penanggulangan banjir ;
AB = Air baku ; PR = Pariwisata ; PI = Perikanan
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 14
Tenggara
Executive Summary
kebutuhan swasembada beras ekstensifikasi usaha tani padi perlu lebih dipacu lagi.
Besarnya proyeksi penduduk, tingkat produksi, konsumsi beras dan kebutuhan lahan
untuk swasembada beras dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut;
Tabel 6.1
Proyeksi Penduduk, Produksi dan Konsumsi Beras
serta Kebutuhan Lahan Propinsi Sulawesi Tenggara 2001-2015
Total Produksi Konsumsi Surplus Areal yang
Penduduk
Tahun Beras Beras dibutuhkan
GKG (ton) Beras (ton) (jiwa)
(ton) (ton) (ha)
2001 361.603 216.962 1.766.038 256.075 -39.114 79.256
2002 381.450 228.870 1.817.263 263.503 -34.633 81.555
2003 401.297 240.778 1.870.458 271.216 -30.438 83.942
2004 421.145 252.687 1.925.716 279.229 -26.542 86.422
2005 440.992 264.595 1.983.134 287.554 -22.959 88.999
2006 460.839 276.503 2.042.815 296.208 -19.705 91.677
2007 480.686 288.412 2.104.869 305.206 -16.794 94.462
2008 500.534 300.320 2.169.411 314.565 -14.244 97.358
2009 520.381 312.229 2.236.562 324.301 -12.073 100.372
2010 540.225 324.135 2.306.448 334.435 -10.300 103.508
2011 560.073 336.044 2.379.207 344.985 -8.941 106.773
2012 579.920 347.952 2.454.979 355.972 -8.020 110.174
2013 599.767 359.860 2.533.915 367.418 -7.557 113.716
2014 619.614 371.768 2.616.174 379.345 -7.577 117.408
2015 639.461 383.677 2.701.924 391.779 -8.102 121.256
Sumber : hasil analisis konsultan
Tabel 6.2
Jumlah Petani dan Keluarga Petani
menurut Kabupaten Tahun 1999
Penduduk Petani
No. Kabupaten % petani
Jiwa KK Jiwa KK
1 Buton 493.728 106.263 106.449 22.911 21,56
2 Muna 266.641 61.514 79.348 18.306 29,76
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 15
Tenggara
Executive Summary
Jumlah traktor yang ada tahun 1999 sebanyak 1.576 buah masih jauh dari
mencukupi. Sebab untuk luas lahan berpengairan tahun yang sama seluas 72.127
memerlukan traktor (8,5 HP) sekitar 16 ribu buah atau 4,5 ha dilayani 1 buah traktor,
ini dengan asumsi tenaga pengolah tanah hanya dari tenaga traktor (alat mesin)
tanpa ternak dan manusia. Pengadaan alat mesin untuk pengolahan tanah (traktor)
diperlukan untuk pelengkap dan meningkatkan efisiensi tenaga petani sehingga
tenaga yang ada dapat digunakan untuk kegiatan lain diluar pertanian.
Yang perlu diperhatikan pada tahap penanaman bibit adalah saat yang tepat untuk
tanam hal tersebut dikaitkan dengan ketersediaan air, jarak tanam dan pemeliharaan
bibit sebelum bibit benar-benar tumbuh sempurna.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 16
Tenggara
Executive Summary
Pemupukan dasar jarang dilaksanakan pada sebagian besar petani. Dosis pemberian
pupuk juga masih seadanya sesuai dengan modal usaha tani. Oleh karena itu untuk
meningkatkan produktivitas perlu ditempuh langkah-langkah untuk memberikan
pengetahuan terhadap petani mengenai sistem pemupukan yang baik.
Kinerja petani selama ini cukup baik khususnya untuk petani transmigran, bagi
mereka pertanian bukan hal baru. Sebelum ditempatkan di lokasi yang baru memang
mereka kebanyakan sudah menjadi petani. Oleh karena itu produktifitas tanaman
(untuk padi sawah) dapat mencapai 4,5 ton/ha. Disamping tanaman pangan padi
sawah petani transmigran atau pendatang sudah mengenal diversifikasi tanaman.
Sehingga untuk lokasi-lokasi yang belum tersedia sarana pengairan teknis
masyarakan dapat memanfaatkan lahan tadah hujan dengan padi gogo.
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
seperti tanaman jeruk, kedelai, kacang hijau, cengkeh kakao dan jambu mete. Untuk
petani lokal memang masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif dengan
pendekatan sosial budaya.
Secara prinsip bahwa Program Pengembangan Sumber Daya Air adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan, disamping itu juga akan
mengacu pada paradigma baru yang meliputi :
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 17
Tenggara
Executive Summary
Berdasarkan rumusan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Air seperi yang
telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, maka Program Pengembangan Sumber
Daya Air dibedakan menjadi 3 program pengembangan , yaitu :
- PWS Lasolo – Lalindu yang terdiri dari sungai – sungai yang terletak
diantara Sungai Lasolo, dan Muara Motui
- PWS Konaweeha – Sampara
- PWS Pulau Wawonii
- PWS Wanggu - Moramo
- PWS Toari-Kolaka
- PWS Wolo – lasusua
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 18
Tenggara
Executive Summary
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 19
Tenggara
Executive Summary
Studi ini telah berhasil mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan
pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara. Peta tematis yang
disajikan secara digital merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara
selanjutnya.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 20
Tenggara
Executive Summary
6. Usaha pengembangan air tanah sering kali tumpang tindih dengan usaha
pengembangan irigasi air permukaan, sehingga dirasakan kurang adanya
koordinasi dan kurang efisien.
8. Dari air yang tersedia di Propinsi Sulawesi Tenggara, baru sebagian kecil saja
yang sudah dimanfaatkan dan dikembangkan. Propinsi ini masih mempunyai
potensi sumberdaya air yang sangat besar untuk dikembangkan, baik untuk
memenuhi kebutuhan air pertanian (irigasi), kebutuhan domestik, maupun
pemanfaatan sumberdaya air yang lain, seperti pelayaran dan pembangkit
listrik (PLTA).
- Ketersediaan air permukaan dan air tanah total sekitar 2.074,55 m 3/detik,
sedangkan kebutuhan air sampai kondisi lahan optimal sekitar 666,7
m3/detik.
- Kondisi DAS yang dapat disimpulkan kritis adalah DAS Sampara, Wanggu,
Wadonggo, Puuwiau, Mekonga, Malomo dan DAS Tabuso. Sedangkan
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 21
Tenggara
Executive Summary
12. Hasil analisis dan kajian yang dituangkan dalam rencana pengembangan
areal irigasi, sebaiknya ditindaklanjuti dengan usaha FS.
13. Dalam kondisi saat ini ketersediaan areal irigasi (sawah) sudah dapat
memenuhi kebutuhan pangan beras, namun demikian harus ditindak lanjuti
dengan usaha rehab / up-grade.
14. Dalam jangka pendek, kegiatan studi (FS) harus dilakukan secara parallel
dengan kegiatan rehab / up-grade serta penyuluhan petani penerima
manfaat.
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 22
Tenggara
Executive Summary
15. Dalam jangka menengah, harus dilakukan kegiatan FS / rehab / up-grade dan
usaha pemberdayaan petani yang selaras dengan kegiatan konstruksi dalam
batas-batas tertentu.
16. Perlu ditinjaklanjuti hasil Masterplan PSDA ini, dengan menyusun Pola Induk
pengembangan Sumber Daya Air lebih rini pada setiap PWS.
Implementasi dari suatu rencana pengembangan sumberdaya air bukanlah hal yang
mudah, karena akan menyangkut ketersediaan dana dan prioritas yang dibandingkan
dengan kepentingan lain, pemahaman yang benar dari para pengambil keputusan,
serta kemampuan sumberdaya manusia yang ada untuk mewujudkannya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, konsultan menyampaikan saran-saran sebagai
berikut:
Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 23
Tenggara