Anda di halaman 1dari 23

Executive Summary

Executive Summary

I. Latar Belakang

Master Plan Pengembangan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Tenggara, disusun


sebagai dasar pola induk pengembangan satuan wilayah sungai di Propinsi tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar supaya setiap usaha pengelolaan Satuan Wilayah Sungai
(SWS) dapat bermanfaat secara optimal bagi kehidupan manusia secara terpadu,
seimbang dan berkesinambungan, mengingat sumberdaya alam mempunyai nilai
strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.

Master Plan Pengembangan Sumberdaya Air ini disusun dengan tujuan untuk “Multi
Purpose Use” yang didasarkan pada UU No. 11 tahun 1974 tentang pengembangan
sumberdaya air, namun demikian terdapat tingkat kedalaman studi yang lebih
mengarah pada tujuan “Single Purpose” yaitu untuk kepentingan irigasi. Meskipun
hasil penyusunan Master Plan ini bersifat umum, namun demikian sudah dapat
menggambarkan alokasi lahan peruntukan beserta potensinya. Idealnya Masterplan
tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan Pola Induk Pengembangan sumberdaya
air pada setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), agar dapat dijadikan payung
pengembangan sumberdaya air di setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam SWS
tersebut secara lebih rinci.

Metode penyusunan Master Plan Pengembangan Sumberdaya Air didasarkan pada


konsep holistik-keruangan dengan teknik identifikasi potensi lahan, baik potensi
positif atau yang bersifat mendukung pembangunan dan bersifat negatif atau
merupakan kendala bagi pembangunan. Setiap potensi lahan terebut ditampilkan
dalam bentuk peta-peta tematik dijital yang ditampalkan sedemikian rupa, agar
didapatkan sistem keruangan yang sesuai dengan peruntukannya. Teknik
penampalan (superimpose) tematik map tersebut dilakukan secara dijital dengan
sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai media. Hasil alokasi keruangan lahan
peruntukan tersebut dikontrol dan dikaji dengan produk hukum, kebijakan
pemerintah, RTRWP/K, Fungsi Kawasan Hutan dan peta Kawasan Sentra Produksi,
agar didapat peta status lahan (Land Status Map) yang padu serasi.

Hasil kajian potensi lahan dan produk hukum serta kebijakan pemerintah tersebut
digunakan sebagai dasar arahan penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Sumberdaya Air (RIPSDA) di Propinsi Sulawesi Tenggara.

II. Tujuan Studi

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 1
Tenggara
Executive Summary

Studi ini bertujuan untuk merumuskan Rencana Induk Pengembangan Sumberdaya


Air (RIPSDA) Propinsi Sulawesi Tenggara. Rencana Induk Pengembangan
Sumberdaya Air ini akan dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam pengelolaan
sumberdaya air, sejalan dengan tujuan pembangunan sosial ekonomi secara
keseluruhan di Propinsi Sulawesi Tenggara. Di samping itu, Rencana Induk
Pengembangan tersebut juga akan memuat kebijakan-kebijakan dasar dan strategi
pengembangan sumberdaya air, agar sumberdaya yang ada bisa dimanfaatkan
secara efektif dan efisien bagi kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan
daya dukungnya, sehingga akan terwujud pengembangan sumberdaya air yang
terpadu dan menyeluruh, dengan memperhatikan kesinambungannya (integrated,
comprehensive, and sustainable water resources development).

III. Nama dan Lokasi Pekerjaan

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), nama pekerjaan ini adalah Master Plan
Study For Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Tenggara.
Sedangkan lokasi pekerjaan meliputi seluruh wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut:

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 2
Tenggara
Executive Summary

IV. Hasil Kajian Pengembangan Sumberdaya Air

Mengacu pada Fungsi Kawasan Hutan, maka luasan fungsi lahan tersebut dibedakan
seperti pada Tabel 4.1 berikut :

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 3
Tenggara
Executive Summary

Tabel 4.1
Fungsi Kawasan Hutan
% Dari Luas
No. Fungsi Luas (Ha)
Propinsi
1 Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (Darat) 281.302 7,36
2 Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (Perairan) 1.507.000 -
3 Hutan Lindung 1.061.270 27,75
4 Hutan Produksi Terbatas 417.701 10,92
5 Hutan Produksi Biasa 627.741 16,42
6 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 212.123 5,55
7 Jumlah Kawasan Hutan Darat 2.600.137 68
8 Jumlah Kawasan Hutan Perairan 1.507.800 -
9 Kawasan Budidaya Non Kehutanan 1.223.836 32
10 Luas Sulawesi 3.824.000 100
Sumber :
1.Peta Lampiran SK. MENHUTBUN No. 454/Kpts-II/1999 Tgl. 17 Juni 1999, Skala 1 : 250.000
2.Peta Tata batas Kawasan Hutan Propinsi Sulawesi Tenggara, Skala 1 : 25.000
3.Peta TGH hasil paduserasiTGHK dan RTRW Propinsi Sulawesi Tenggara, Skala 1 : 100.000

Secara prinsip PSDA ini akan tetap mengacu pada kondisi tersebut di atas yaitu
hanya pada kawasan budidaya non kehutanan (1.223.863 km 2) atau sebesar 32 %
dari total luas Propinsi Sulawesi Tenggara yang akan dioptimalkan sesuai dengan
potensinya.

Luasan fungsi kawasan hutan (3.824.000 km 2) tersebut dibedakan menjadi 3 (tiga)


Satuan Wilayah Sungai yaitu; i) SWS Lasolo-Sampara; ii) SWS Poleang –Roraya
dan iii) Toari-Lasusua. Ketiga Satuan Wilayah Sungai tersebut dibedakan menjadi 4
(empat) wilayah pembangunan yang sesuai dengan alokasi peruntukan lahannya.
Berkaitan dengan studi PSDA ini telah dikaji kondisi PSDA sebagai pendukung dan
pemicu kegiatan pembangunan yang ada pada wilayah pembangunan tersebut
sesuai dengan kaidah yang baku. Hasil kajian tersebut dituangkan dalam RIPSDA-
Propinsi Sulawesi Tenggara.

V. Rencana Induk Pengembangan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi


Tenggara (RIPSDA-Propinsi Sultra)

Berdasarkan sasaran pengembangan sumberdaya air, strategi rumusan


pengembangan, kriteria dan kendala pengembangannya, maka Rencana Induk
Pengembangan Sumberdaya Air disusun berdasarkan kondisi dan batasan yang
telah diuraikan sebelumnya dan juga mengacu pada regulasi yang baku serta hasil
studi sebelumnya yang berkaitan. Adapun regulasi dan studi sebelumnya yang
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RIPSDA ini adalah UU. No. 11 tahun
1974 dan pembagian wilayah pengembangan hasil penyusunan Masterplan
Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Sulawesi Tenggara tahun 2000.

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 4
Tenggara
Executive Summary

Wilayah pengembangan sumberdaya air akan disesuaikan dengan pewilayahan


kawasan pengembangan yang telah dijabarkan dalam studi sebelumnya,
penyesuaian tersebut dilakukan mengingat keterkaitan alokasi peruntukan lahan dan
potensinya telah disesuaikan dengan hasil “up-dating” tim studi PSDA sesuai dengan
keperluan. Adapun pembagian Wilayah Pengembangan tersebut meliputi Wilayah
Pembangunan I, II, III dan Wilayah Pembangunan IV.

Wilayah Pembangunan I meliputi Jasirah Tenggara Sulawesi Tenggara bagian Timur,


membentang dari arah Utara ke Selatan dan termasuk di dalamnya pulau-pulau kecil
yang ada di bagian Timur, dengan pusat pengembangan di Kendari.

Wilayah pembangunan I menempatkan 6 (enam) Sub Wilayah Pengembangan yaitu ;

Moramo dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Lapuko.

Lainea dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Punggaluku.

Rumbia dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Kasipute.

Unaaha dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Unaaha.

Lasolo dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Tinobu.

Wawoni dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Langara.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mendukung Wilayah Pembangunan I secara


lengkap disajikan pada Tabel 5.1 berikut ini ;

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 5
Tenggara
Executive Summary

Tabel 5.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) Pendukung Wilayah Pembangunan I

Wilayah Sub Wilayah Pusat


No DAS Pendukung
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Motui, Soronipa, Alolama,
1 I
Benu-benua
Wua-wua, Ondonuou, Samboli, Adaka
Moramo Lapiko Wanggu, Moramo,Bakotaru,Kolataru
Matawoi, watunggekea,Laonti,
Sibinggura, Sidohoa
Aosole,Windo,Laeya,Parosi,Abusu
Lainea Punggaluku Amode,Kalandue,Lapullu,Amando,
Salolando, Wadonggo,Waturaba
Roraya,madumandala,Uemata
Rumbia Kasipute
Lampopala.Lereete,Kasipute
Unaaha Unaaha Sampara
Lasolo,Matarase,Laikadimu,Malore
Lasolo Tinobu Teluk Dalam,Molawe,Tinobu,Belalo
Tipulu,Alo-alo,Pangguluwu,Wolulu
keseluruhan Daerah Aliran Sungai di
Wawonii Langara
Pulau Wawonii
Sumber : Hasil analisis konsultan

Wilayah Pembangunan II meliputi Jazirah Tenggara Sulawesi Tenggara bagian Barat


Sulawesi Tenggara membentang dari arah Utara ke Selatan dan pulau-pulau kecil
sekitarnya, dengan pusat pemgembangan di Kolaka. Wilayah ini berpotensi untuk
pengembangan pertanian dalam arti luas, didukung oleh pertambangan Nikel,
perdagangan dan agroindustri.
a. Pakue dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Olo-Oloho.
b. Wolo dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Wolo.
c. Watubangga dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Watubangga.
d. Tirawuta dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Rate-Rate.
e. Poleang dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Bambaea.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mendukung Wilayah Pembangunan II secara


lengkap disajikan pada Tabel 5.2 berikut :

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 6
Tenggara
Executive Summary

Tabel 5.2
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Pendukung Wilayah Pembangunan II

Wilayah Sub Wilayah Pusat


No DAS Pendukung
Pengembangan Pengembangan Pengembangan

2 II Solo Larui, Latowu,Pakue,Lanipa


Solo Alooho, Lilione,Watunohu,Kaamisi
Pakue Olo-Oloho Mala-mala, Awo, Riorita,lasusua
Lanipa-nipa, woytambo
Tabuso,Ranteangin
Tamborasi,Iwoimenda,Ladohai,lawilu
Lapao-pao,Malaombo,Tamboli,Anomotu
Koweeha,Liki.Lawulo,Wolo,Manggolo
Wolo Wolo Kolaka Asi, Kolaka, Balandete
Sambitambo,Lamokato,Wundulako
Kowioha,Mekonga,Kadue,Pomala
Huko-Huko, Siralia
Oko-Oko, Anaiwoi,Wolulu,Pohoe
Watubangga Watubangga
wawoli,Toari
Tirawuta Rate-rate Sampara, Sambitambo, Loea,Ameroro
Bulumanai,Lameomeong,Paria
Poleang Bambaea
Mattirowalie,Poleang,Bambaea,Alora
Sumber : Hasil analisis konsultan

Wilayah Pembangunan III meliputi Pulau Buton bagian Selatan, Pulau Muna bagian
Selatan, Kepulauan Tukang Besi dan Pulau Kabaena. Dengan Pusat Wilayah
Pengembangan di Bau-Bau. Secara umum wilayah ini memiliki potensi untuk
pengembangan perikanan, pertambangan, tanaman pangan dan agroindustri. Bau-
Bau memiliki pelabuhan dermaga yang mampu memberikan pelayanan keluar-
masuknya kapal, termasuk lintasan kapal penumpang dari Indonesia bagian Barat
maupun Timur sehingga memiliki nilai potensial sebagai pusat koleksi dan distribusi.

Wilayah Pembangunan III menempatkan 5 Sub Wilayah Pembangunan, yaitu :


a. Kepulauan Tukang Besi dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di
Wanci.
b. Pasar Wajo dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Pasar Wajo.
c. Kapuntori dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Watumpana.
d. Gulamas (Gu-Lakudo-Mawasangka) dan sekitarnya dengan pusat pengem-
bangan di Lombe.
e. Kabaena dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Dongkala.

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 7
Tenggara
Executive Summary

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mendukung Wilayah Pembangunan III secara
lengkap disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini ;

Tabel 5.3
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Pendukung Wilayah Pembangunan III

Wilayah Sub Wilayah Pusat


No DAS Pendukung
Pengembangan Pengembangan Pengembangan

3 III Kepulauan
Wanci
Tukang Besi
Wandoke,raha Cida, Pasar Wajo, Tondo
Wakoke,Wasaga,Kabungka,Winto,
Pasar Wajo Pasar Wajo Matanauwe,Minaga Oge,Takulo
Osuamba,Rokiro,Balo-Balo, Lawele
Dongkulo, Bau-Bau
Todanga,Lisuwalini,Labelago,Wawoncusu
Kapontori Watumpana
Wakalambe,Kampeonahu
labulu-bulu,Marobo, Bala-bala
GU-La-Mas Lombe
Teluk Lombe
keseluruhan Daerah Aliran Sungai di
Kabaena Dongkala
Pulau Kabaena
Sumber : Hasil analisis konsultan

Wilayah Pembangunan IV meliputi Pulau Muna bagian Utara, Pulau Buton bagian
Utara dan pulau-pulau kecil disekitarnya dengan pusat pengembangan di Raha.
Secara umum wilayah ini memiliki potensi untuk pengembangan perkebunan rakyat,
kehutanan, tanaman pangan, perikanan dan tambang minyak bumi.

Wialayah Pembangunan IV menempatkan 5 (lima) Sub Wilayah Pembangunan


(SWP), yaitu :
a. Bonegunu dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Burangga.
b. Wakarumba dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Labunia.
c. Tiworo Kepulauan dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Kambara.
d. Napabalano dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Tampo.
e. Kabawo dan sekitarnya dengan pusat pengembangan di Lasehao.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mendukung Wilayah Pembangunan IV secara


lengkap disajikan pada Tabel 5.4 berikut ini ;

Tabel 5.4

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 8
Tenggara
Executive Summary

Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Pendukung Wilayah Pembangunan IV

Wilayah Sub Wilayah Pusat


No DAS Pendukung
Pengembangan Pengembangan Pengembangan

4 IV Lelamo,Pete-petea,Laeya,Pondaria,
Lambale,Ronta,Kulisusu,Bubu,Kioko,
Bonegunu Burangga
Ranteo,Lagundi, Lagito
Luhumoko,Kambowa,Pongkulowo,
Tanjung Buton, Lano Walue,Laea,
Lano Labo,Motewe,Pohorua,Bone,
Wakarumba Labunia Kapatea,Maolo,Labunia,Wakorumba
Lanopala, langkoroni, lanobake
Lamaranda, Kalomba,Lano Tompano

Tiworo
Kepulauan

Latawe,Langkumapo,Lambiku,Bonea
Napabalano Tampo Labalano,Watonea,Manggakuning,
Labunti, Ghai
Kabawo Lesehao Lamanu, Katangana, Lanobua,Guali
Sumber : Hasil analisis konsultan

Potensi Sumberdaya Air setiap Wilayah Pengembangan tergantung dari kuantitas


ketersediaan airnya, baik ketersediaan air permukaan maupun air tanah. Kuantitas
ketersediaan air berkaitan erat dengan alokasi peruntukan lahan pengembangan
yang telah ditentukan untuk masing-masing wilayah pembangunan. Hasil analisis
yang telah dilakukan, maka kondisi potensi setiap DAS pendukung pada setiap
wilayah pembangunan, disajikan selengkapnya pada Tabel 5.5 berikut ini :

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 9
Tenggara
Executive Summary

Tabel 5.5
Potensi Sumber Daya Air Tiap Wilayah Pembangunan
Potensi Sumber Daya Air
Wilayah
No Sub Wilayah Potensi Pengembangan Ketersediaan Air ( m3/dt )
Pengembangan Kesesuaian
Lahan
Saat ini Optimal

1 I Pertanian, Pelabuhan, Surplus Surplus Perkebunan = 20%

Pariwisata Qs=38.073 Qs=7.988 Pertanian = 30%


Moramo
Perikanan = 10 %

Hutan = 40%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Pertanian = 40%
pangan
Perkebunan,
Lainea Qs=5.95 Qd=-14.65 Perkebunan = 30%
Peternakan, perikanan
& Hasil hutan Hutan = 30%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Perkebunan,
Rumbia Qs= 11.84 Qd=- 65.39 Pertanian = 30%
Peternakan, perikanan
& Pengembangan
Lahan Kering= 40%
Agroindustri
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Unaaha Perkebunan, Peternakan Qs= 74.11 Qd=- 95.94 Pertanian =25%
& Pengembangan
Perkebunan =15 %
Agroindustri
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Hutan = 90%
pangan
Perkebunan,
Lasolo Qs= 99.62 Qs= 69.19 Pertanian=5%
Peternakan, perikanan
& Kehutanan Perikanan = 5 %

Perikanan, Perkebunan Surplus Surplus Hutan = 80%


Wawonii
Agroindustri Qs= 75.11 Qs= 75.06 Perkebunan = 20%
Pertanian tanaman
2 II Surplus Surplus Hutan = 80%
pangan
Pakue Perkebunan,Kehutanan Qs= 36.59 Qs= 14.67 Pertanian=15%

Perikanan Perkebunan = 5%
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Hutan = 70%
pangan
Wolo Perkebunan,Kehutanan Qs= 19.82 Qs= 5.41 Pertanian =20%

Perikanan = 10%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Watubangga Perkebunan,Peternakan Qs= 7.92 Qd=-15.59 Pertanian =30%

Lahan Kering= 10%


Perkebunan,
Tirawuta
Peternakan, Kehutanan
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Hutan = 70%
pangan
Poleang Perkebunan, Peternakan Qs= 13.27 Qs= 2.32 Pertanian=20%

Perikanan perikanan = 10 %

dilanjutkan…

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 10
Tenggara
Executive Summary

… lanjutan Tabel 5.5


Potensi Sumber Daya Air
Wilayah
No Sub Wilayah Potensi Pengembangan Ketersediaan Air ( m3/dt )
Pengembangan Kesesuaian
Lahan
Saat ini Optimal

3 III Kepulauan Perkebunan, perikanan

Tukang Besi
Tambang Aspal,
Surplus Defisit Hutan = 50%
Pertanian Tanaman
Pasar Wajo Pangan, Kehutanan & Qs= 15.23 Qd=-6.21 Pertanian = 15%

Peternakan Lahan Kering = 35%


Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan = 60%
pangan
Kapontori Perkebunan, Kehutanan Qs= 3.01 Qd=- 1.72 Pertanian = 15 %

& perikanan Perkebunan = 25%

Perkebunan, Kehutanan Surplus Surplus Pertanian = 30%

GU-La-Mas Peternakan perikanan Qs= 10.16 Qs= 2.7 Hutan = 20%

Lahan Kering = 50%

Perkebunan, Kehutanan Surplus Surplus Hutan = 50%


Kabaena
Agroindustri perikanan Qs= 20.22 Qs= 20.04 Lahan Kering = 50%
Pertanian tanaman
4 IV Surplus Surplus Pertanian = 10 %
pangan
Perkebunan,
Bonegunu Qs= 18.61 Qs= 12.40 Hutan = 75 %
Peternakan, perikanan
Kehutanan & Tambang
Lahan Kering = 15 %
Minyak Bumi
Pertanian tanaman
Surplus Surplus Pertanian = 10 %
pangan
Perkebunan Rakyat ,
Qs= 11.52 Qs= 5.76 Hutan = 60 %
Wakarumba perikanan
Lahan Kering = 20 %

Perikanan = 10 %
Pertanian tanaman
Tiworo
pangan
Perkebunan Rakyat ,
Kepulauan
perikanan
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan Produksi=60%
pangan
Perkebunan,
Napabalano Qs= 9.86 Qd=- 2.42 Pertanian = 20 %
Peternakan, perikanan
Lahan Kering = 20%
Pertanian tanaman
Surplus Defisit Hutan Produksi=40%
pangan
Kabawo
Perkebunan,hasil Hutan
Qs= 14.82 Qd=- 36.34 Pertanian = 60 %
( Jati )
Sumber : Hasil analisis konsultan

Tabel tersebut menunjukkan kondisi PSDA sebagai pendukung pengembangan


wilayah pembangunan dengan gambaran surplus dan defisit air dalam kondisi lahan
dioptimalkan.
Kondisi surplus dan defisit pada setiap wilayah pembangunan akan digambarkan
dalam matrik transfer antar basin, guna mengatasi masalah yang mungkin timbul

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 11
Tenggara
Executive Summary

sebagai akibat dari optimalisasi lahan sesuai peruntukannya. Adapun matriks tersebut
selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.6 berikut :

Tabel 5.6
Identifikasi Tranfer Air antar DAS
DAS Besar Q Kondisi Neraca Air
No Suplai setelah ada Transfer
Pemberi Penerima
(m3/dt) Air
SWS Lasolo-Sampara
1 Lasolo Sampara 56,996 Defisit 28,95 m3/dt
*
Matarase 0,001 Seimbang
2 Laikadimu
Malore 0,003 Seimbang
3 Osupaka Teluk Dalam 0,001 Seimbang
4 Tinobu Molawe 0,025 Seimbang
Tinobu
5 Belalo 1,660 Seimbang
Pangguluwu
Tipulu 0,077 Seimbang
Alo-alo 0,380 Seimbang
6 Pangguluwu
Barasanga 0,767 Seimbang
Tongauna 1,666 Seimbang
7 Kokapi Wolulu 0,004 Seimbang
8 Sidohoa Soronipa 0,023 Seimbang
9 Biskon Kolataru 0,006 Seimbang
10 Samboli Adaka 0,597 Seimbang
11 Mataiwoi Watunggekea 0,004 Seimbang
12 Boso-bose Molinese 0,490 Defisit 1,097 m3/dt
Indah *
13 Sibbinggura Perehupa 0,002 Seimbang
14 Kalo-kalo Polewali 0,620 Seimbang
15 Tumbana Toli-toli 0,730 Seimbang
16 Demba Kolono 0,020 Seimbang
SWS Poleang-Roraya
Guali Defisit 1,097 m3/dt
1 Lanobua 1,256
Umba *
2 Bala-bala Teluk Lombe 0,095 Seimbang
3 Mangga Kuning Walengkabola 3,008 Defisit 5,406 m3/dt
4 Lano Walue Tanjung 0,405 Seimbang
Buton
5 Laea Langkoroni 0,150
6 Langkolome Labunia 0,016
Lanopala Defisit 0,821 m3/dt
7 Lamaranda 0,468
Kalomba *
Tompano Defisit 0,481 m3/dt
Teluk Todanga 1,125
8 Umele Lisuwalini *
Wakalambe Defisit 0,797 m3/dt
9 Kampeonahu 0,606
Wonco *
dilanjutkan …
… lanjutan Tabel 5.6

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 12
Tenggara
Executive Summary

DAS Besar Q Kondisi Neraca Air


No Suplai setelah ada Transfer
Pemberi Penerima
(m3/dt) Air
Umala
10 Umala Pagi malaoge 0,161 Seimbang
Bau-bau Defisit 0,623 m3/dt
11 Tanjung Putih 1,313
Raha Kaloha *
12 Wondoloke Raha Cida 0,075 Seimbang
13 Wakoko Pasar Wajo 0,332 Defisit 5,610 m3/dt
*
14 Minaga Oge Matanue 0,102 Defisit 2,675 m3/dt
*
15 Osuamba Minaga takulo 0,565 Defisit 2,162 m3/dt
*
Balo-balo Defisit 1,585 m3/dt
16 Kampeonahu 1,803
Lawele *
17 Laeya Pondaria 0,656 Seimbang
Teluk Pising 0,020 Seimbang
18 Teluk Labota I Teluk Labota 0,010 Seimbang
II
19 Babuwaa Labangko 0,004 Seimbang
20 Ee.Tawo Kalimbungu 0,009 Seimbang
21 Ee. Larano Ee. Langara 0,005 Seimbang
22 Ee.Pekoya Teluk 0,003 Seimbang
Boepapa
SWS Toari-
Lasusua
1 Toari Wawoli 1,688 Defisit 4,135 m3/dt
*
2 Tabelawa Oko-oko 0,405 Seimbang
Malaomo 0,280 Seimbang
3 Tamboli
Anomotu 0,360 Seimbang
4 Iwoimenda Lawilu 0,252 Seimbang
Tabuso 0,020 Seimbang
5 Lasusua
Woytambo 0,160 Seimbang
Kaamisi 0,030 Seimbang
6 Watunohu Lilione 3,280 Seimbang
Solo Alooho 0,660 Seimbang
7 Larui Latowu 0,971 Seimbang
Sumber : Hasil analisis konsultan
Keterangan :
* Karena kondisi neraca Karena kondisi neraca air setelah mendapat transfer air masih
mengalami defisit, maka dalam pengelolaan Sumber Daya Air DAS tersebut perlu dipikirkan
altenatif pengelolaan sumber daya air (seperti : alternatif komoditas pertanian, pembangunan
Bendung, Bendungan maupun bangunan pengairan lainnya) sehingga kebutuhan airnya dapat
terpenuhi.

Selain gambaran PSDA sebagai pendukung wilayah pengembangan, terdapat


beberapa lokasi dimana PSDA sebagai pemicu atau “prime mover” kegiatan

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 13
Tenggara
Executive Summary

pembangunan, yaitu pembangunan bendungan seperti disajikan dalam Tabel 5.7


berikut :

Tabel 5.7
PSDA sebagai Pemicu Pembangunan
Tipe Bentang
No Proyek Desa Kecamatan Kabupaten (m)
Fungsi
Ben/B
1 Lasolo Asera Asera Kendari Ben 800 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
2 Lalindu Lamonae Asera Kendari Ben 500 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
3 Pelosika Pelosika Abuki Kendari Ben 900 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
4 Poleang Kapura Kapura Poleang Buton Ben 500 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
5 Bau Bau Molawe Bau Bau Buton Ben 850 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
6 Langkolome Langkolome Wakorumba S. Muna Ben 350 PLTA+IR+PB+AB+PR+PI
7 Watunohu Lapai Pakue Kolaka Ben 500 PLTA+PB+AB+PR+PI
8 Peapi Lapeapi Wawonii Kendari Ben 500 PLTA+PB+AB+PR+PI
9 Oko Oko Oko Oko Watubangga Kolaka Ben 450 PLTA+PB+AB+PR+PI
10 Lambadia Aere Ladongi Kolaka Ben 700 PLTA+PB+AB+PR+PI
Sumber :Hasil analisis konsultan
Keterangan :
Ben = Bendungan ; PLTA = Pembangkit listrik tenaga air ; IR = Irigasi ; PB = Penanggulangan banjir ;
AB = Air baku ; PR = Pariwisata ; PI = Perikanan

VI. Program Pangan dan Sumberdaya Manusia

Adanya pergeseran paradigma pembangunan pertanian yang semula berorientasi


pada pola swasembada beras dan swasembada pangan, menjadi pembangunan
yang mendukung pola ketahanan pangan, maka perlu adanya pertimbangan dalam
menetapkan langkah-langkah kebijakan pembangunan irigasi dalam memenuhi
kebutuhan pangan.

Kebutuhan pangan (beras untuk Propinsi Sulawesi Tenggara diasumsikan sebesar


145 kg/orang/tahun. Sedangkan proyeksi penduduk berkembang secara
eksponensial mengikuti perkembangan laju pertumbuhannya. Demikian juga
pertambahan lahan sawah bergerak dengan kecenderungan mengikuti trend garis
lurus sehingga total produksi juga berubah secara linier (produktifitas tetap).

Kebutuhan konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan perkembangan


penduduk. Demikian juga dengan produksi padi juga akan mengalai perkembangan
sebagaimana adanya, tetapi perkembangan produksi tersebut belum dapat menutup
kenaikan kebutuhan konsumsi beras yang terus naik seiring dengan perkembangan
penduduk sehingga masih terjadi defisit beras setiap tahun. Maka untuk memenuhi

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 14
Tenggara
Executive Summary

kebutuhan swasembada beras ekstensifikasi usaha tani padi perlu lebih dipacu lagi.
Besarnya proyeksi penduduk, tingkat produksi, konsumsi beras dan kebutuhan lahan
untuk swasembada beras dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut;

Tabel 6.1
Proyeksi Penduduk, Produksi dan Konsumsi Beras
serta Kebutuhan Lahan Propinsi Sulawesi Tenggara 2001-2015
Total Produksi Konsumsi Surplus Areal yang
Penduduk
Tahun Beras Beras dibutuhkan
GKG (ton) Beras (ton) (jiwa)
(ton) (ton) (ha)
2001 361.603 216.962 1.766.038 256.075 -39.114 79.256
2002 381.450 228.870 1.817.263 263.503 -34.633 81.555
2003 401.297 240.778 1.870.458 271.216 -30.438 83.942
2004 421.145 252.687 1.925.716 279.229 -26.542 86.422
2005 440.992 264.595 1.983.134 287.554 -22.959 88.999
2006 460.839 276.503 2.042.815 296.208 -19.705 91.677
2007 480.686 288.412 2.104.869 305.206 -16.794 94.462
2008 500.534 300.320 2.169.411 314.565 -14.244 97.358
2009 520.381 312.229 2.236.562 324.301 -12.073 100.372
2010 540.225 324.135 2.306.448 334.435 -10.300 103.508
2011 560.073 336.044 2.379.207 344.985 -8.941 106.773
2012 579.920 347.952 2.454.979 355.972 -8.020 110.174
2013 599.767 359.860 2.533.915 367.418 -7.557 113.716
2014 619.614 371.768 2.616.174 379.345 -7.577 117.408
2015 639.461 383.677 2.701.924 391.779 -8.102 121.256
Sumber : hasil analisis konsultan

Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan yang cenderung meningkat


sedang lahan potensial untuk pertanian terbatas maka diperlukan suatu perbaikan
dan pengembangan sistem teknologi pertanian yang dapat meningkatkan
produktivitas dan efisiensi. Perbaikan teknologi pertanian meliputi perbaikan dan
pengembangan pada saat pra-produksi, produksi dan pasca panen.

Pengembangan teknologi pertanian untuk kegiatan pra-produksi meliputi penyiapan


lahan dan penyediaan bibit. Penyiapan lahan pada saat ini dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia, hewan dan traktor. Bila dilihat dari areal tanam dan
jumlah tenaga dapat dikatakan bawa tenaga manusia yang ada masih cukup untuk
kegiatan tanam tetapi untuk mengolah tanah masih sangat kurang.

Tabel 6.2
Jumlah Petani dan Keluarga Petani
menurut Kabupaten Tahun 1999
Penduduk Petani
No. Kabupaten % petani
Jiwa KK Jiwa KK
1 Buton 493.728 106.263 106.449 22.911 21,56
2 Muna 266.641 61.514 79.348 18.306 29,76

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 15
Tenggara
Executive Summary

3 Kendari 429.257 95.187 154.329 34.222 35,95


4 Kolaka 301.857 63.769 87.051 18.390 28,84
5 Kota Kendari 177.664 33.336 7.971 1.496 4,49
Total Propinsi 1.669.147 360.069 435.148 95.324 26,07
Sumber : Kabupaten Angka 1999, diolah

Jumlah traktor yang ada tahun 1999 sebanyak 1.576 buah masih jauh dari
mencukupi. Sebab untuk luas lahan berpengairan tahun yang sama seluas 72.127
memerlukan traktor (8,5 HP) sekitar 16 ribu buah atau 4,5 ha dilayani 1 buah traktor,
ini dengan asumsi tenaga pengolah tanah hanya dari tenaga traktor (alat mesin)
tanpa ternak dan manusia. Pengadaan alat mesin untuk pengolahan tanah (traktor)
diperlukan untuk pelengkap dan meningkatkan efisiensi tenaga petani sehingga
tenaga yang ada dapat digunakan untuk kegiatan lain diluar pertanian.

Penggunaan benih unggul bersertifikat sangat berpengaruh pada produktivitas. Pada


umumnya petani di wilayah studi masih menggunakan benih dari hasil panen
sebelumnya. Penggunaan benih berlabel (bersertifikat) tidak dilakukan pada setiap
musim tanam hal tersebut dikarenakan pengetahuan petani yang masih kurang
dalam hal perbenihan juga harga yang masih terlalu mahal di tingkat petani. Pusat-
pusat atau balai penangkaran benih perlu ditingkatkan jumlahnya disamping
memperlancar jalur distribusi penyaluran sampai ke tingkat petani, sehinga dapat
menekan harga yang masih dirasakan terlalu mahal.

Tahap produksi meliputi penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen.


Penggunaan alat penanam mekanis belum pelu digunakan sebab tenaga tanam
cukup dan disamping itu pengoperasian alat tanam padi cukup rumit juga
pemeliharaan alat tersebut memerlukan ketrampilan khusus dan biayanya relatif
mahal.

Yang perlu diperhatikan pada tahap penanaman bibit adalah saat yang tepat untuk
tanam hal tersebut dikaitkan dengan ketersediaan air, jarak tanam dan pemeliharaan
bibit sebelum bibit benar-benar tumbuh sempurna.

Pada tahap produksi pengembangan teknologi pertanian dimaksudkan untuk


menjaga perkembangan tanaman hingga saat panen. Pada tahap ini meliputi
kegiatan pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama penyakit. Pengetahuan
petani tentang penggunaan pupuk baik dosis maupun jenis perlu ditingkatkan juga
kinerja petugas lapangan. Karena tenaga manusia untuk pemeliharaan maka
pengendalian gulma tanaman dilakukan dengan cara manual dan dengan alat bantu
yang sederhana. Sedangkan aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma belum
membudaya.

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 16
Tenggara
Executive Summary

Pemupukan dasar jarang dilaksanakan pada sebagian besar petani. Dosis pemberian
pupuk juga masih seadanya sesuai dengan modal usaha tani. Oleh karena itu untuk
meningkatkan produktivitas perlu ditempuh langkah-langkah untuk memberikan
pengetahuan terhadap petani mengenai sistem pemupukan yang baik.

Guna mendukung pengembangan sumberdaya air maka peningkatan kwalitas dan


kuantitas sumberdaya manusia masih perlu ditingkatkan. Khusus mengenai
peningkatan kualitas sumberdaya manusia maka pendidikan masyarakat tidak hanya
dilakukan melalui pendidikan formal saja tetapi dapat pula ditempuh dengan
pendidikan non-formal, dalam bentuk kursus dan/atau pelatihan-pelatihan yang
diberikan secara periodik.

Kinerja petani selama ini cukup baik khususnya untuk petani transmigran, bagi
mereka pertanian bukan hal baru. Sebelum ditempatkan di lokasi yang baru memang
mereka kebanyakan sudah menjadi petani. Oleh karena itu produktifitas tanaman
(untuk padi sawah) dapat mencapai 4,5 ton/ha. Disamping tanaman pangan padi
sawah petani transmigran atau pendatang sudah mengenal diversifikasi tanaman.
Sehingga untuk lokasi-lokasi yang belum tersedia sarana pengairan teknis
masyarakan dapat memanfaatkan lahan tadah hujan dengan padi gogo.
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
seperti tanaman jeruk, kedelai, kacang hijau, cengkeh kakao dan jambu mete. Untuk
petani lokal memang masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif dengan
pendekatan sosial budaya.

Dalam pengembangan sumberdaya air akan berkaitan dengan masyarakat. Untuk


mengkoorninasikan dan mempermudah pelaksanaan program perlu adanya
lembaga-lembaga baik lembaga petani, pemerintah, lembaga keuangan, koperasi
maupun lembaga non-profit semacam LSM/NGO. Dimana lembaga-lembaga tersebut
mempunyai peran masing-masing sesuai dengan misinya tetapi semuanya harus
bermuara pada kepentingan masyarakat penerima manfaat dari pembangunan.

VII. Program Pengembangan Sumberdaya Air

Secara prinsip bahwa Program Pengembangan Sumber Daya Air adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan, disamping itu juga akan
mengacu pada paradigma baru yang meliputi :

a. Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan dan mendorong kemitraan pelaku


pembangunan

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 17
Tenggara
Executive Summary

b. Mendorong pendekatan “Bottom Up“ atau memahami kondisi dan kebutuhan


lokal/ otonomi daerah

c. Menfasilitasi kerjasama lintas daerah

d. Keterpaduan atau sinergi potensi dan keunggulan lokal dalam kerangka


pembangunan pemerintah Republik Indonesia.

Berdasarkan rumusan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Air seperi yang
telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, maka Program Pengembangan Sumber
Daya Air dibedakan menjadi 3 program pengembangan , yaitu :

Program Pengembangan Sumber Daya Air Jangka pendek Meliputi :

1. Pengembangan Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang dibagi menjadi


beberapa PWS yang berkaitan dengan kondisi administrasi daerah. Hal ini
dimaksudkan agar supaya terjadi kerjasama yang harmonis antar daerah
dalam usahanya mengelola Potensi SWS Tersebut. Berkaitan dengan studi
ini maka :

a. SWS Lasolo Sampata akan dibagi menjadi 4 PWS yang meliputi :

- PWS Lasolo – Lalindu yang terdiri dari sungai – sungai yang terletak
diantara Sungai Lasolo, dan Muara Motui
- PWS Konaweeha – Sampara
- PWS Pulau Wawonii
- PWS Wanggu - Moramo

b. SWS Poleang – Roraya akan dibagi menjadi 4 PWS yang meliputi :

- PWS Buton Daratan yang terdiri sungai – sungai yang termasuk di


SWS Poleang Roraya dan terdapat di Daratan Pulau Sulawesi
- PWS Pulau Muna
- PWS Pulau Buton
- PWS Pulau Kabaena

c. SWS Toari – Lasusua akan dibagi menjadi 2 PWS yang meliputi :

- PWS Toari-Kolaka
- PWS Wolo – lasusua

2. Menentukan rumusan Pengembangan Sumber Daya Air melalui tahapan :

a. Inventarisasi Sumber Daya Air Permukaan dan air tanah beserta


evaluasi kualitas dan kuantitasnya

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 18
Tenggara
Executive Summary

b. Melakukan evaluasi kebutuhan air pada saat ini, mendatang pada


proyeksi sesuai keperluan dan kondisi lahan optimal

c. Menyeimbangkan program kebutuhan air serta melakukan identifikasi


daerah kritis, surplus beserta kendala dan permasalahannya.

d. Melakukan rehab / Up grade pada setiap sarana dan prasarana dasar


irigasi dan sumber daya air lainnya.

e. Melakukan identifikasi dan studi kelayakan yang berkaitan dengan


usaha pengembangan Sumber Daya Air

f. Melakukan review desain dan konstruksi prasarana dan sarana dasar


yang berkaitan dengan usaha pengembangan sumner daya iar secara
terseleksi sesuai dengan manfaat pembangunan.

Program Pengembangan Sumber Daya Air Jangka Menengah Meliputi :

1. Pemantapan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten


( RTRWP dan RTRWK )

2. Mendukung dan memantapkan serta melaksanakn pembangunan sesuai


tujuan dengan menjaga kawasan hutan lindung yang telah disepakati untuk
lestari berkesinambungan

3. Pengembangan Sumber Daya Air akan menfasilitasi kebutuhan perwujudan


struktur ruang wilayah yang didukung oleh jaringan sarana dan prasarana
dasar sesuai dengan usaha pengembangan perkotaan dan perdesaan

4. Mendukung pembangunan kawasan andalan dan kawasan lain tertentu yang


strategis dalam usaha meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan

Identifikasi kegiatan pembangunan Sumber Daya Air Propinsi Sulawesi Tenggara


untuk jangka Pendek, jangka Menengah maupun jangka Panjang disajikan dalam
tabel sebagai berikut:

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 19
Tenggara
Executive Summary

VIII.Kesimpulan dan Saran

Dalam Studi Penyusunan Master Plan Pengembangan Sumberdaya Air Propinsi


Sulawesi Tenggara telah dilakukan kajian-kajian, baik yang menyangkut potensi
sumberdaya air yang tersedia, pemanfaatan dan pengembangan yang sudah
dilakukan sampai saat ini, permasalahan yang dihadapi, serta rencana
pengembangannya ke depan untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi di
propinsi tersebut.

Studi ini telah berhasil mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan
pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara. Peta tematis yang
disajikan secara digital merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara
selanjutnya.

Dari kajian-kajian yang dilakukan, bisa disimpulkan sebagai berikut:

1. Sektor pertanian memegang peranan utama dalam usaha peningkatan sosial


ekonomi masyarakat di Propinsi Sulawesi Tenggara, hal ini mengingat potensi
sumberdaya lahan yang potensial dengan dukungan sumberdaya air yang
memadai.

2. Perlu adanya pemicu (trigger) untuk menggerakkan kegiatan pembangunan


yang bermuara pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat melalui
pembangunan bendungan serbaguna, terutama pembangunan PLTA.

3. Usaha-usaha pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya air di Propinsi


Sulawesi Tenggara sudah cukup lama dilakukan, yang sementara ini terpusat
pada usaha-usaha pengembangan irigasi yang dimaksudkan untuk
mendukung pembangunan pertanian, khususnya peningkatan produksi beras.
Namun demikian, dari areal irigasi yang dikembangkan belum sepenuhnya
bisa dimanfaatkan secara efektif, karena berbagai alasan:

a. Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yang pada umumnya kurang


berjalan dengan baik, sebagai akibat dari terbatasnya anggaran,
kurangnya kemampuan teknis dan manajerial para pengelola, serta
kurangnya partisipasi dari masyarakat.

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 20
Tenggara
Executive Summary

b. Terjadinya alih fungsi lahan, baik perubahan dari sawah menjadi


kawasan permukiman dan industri, maupun perubahan ke aktivitas
pertanian yang lain, misalnya perkebunan coklat.

4. Mendesak dibutuhkannya inventarisasi dan evaluasi DI sepropinsi Sulawesi


Tenggara, guna mengetahui secara pasti kendala, masalah dan kebutuhan
yang diperlukan, terutama untuk mennetukan rehab/up-grade dan kebijakan
extensifikasi atau intensifikasi.

5. Beberapa usaha reklamasi rawa yang akan dimanfaatkan sebagai lahan


pertanian (sawah) kurang berhasil dengan baik, karena terjadinya kesalahan
teknis dalam proses reklamasi tersebut yang menyebabkan overdrain,
sehingga pengelolaan air (water management) tidak bisa dilakukan dengan
baik.

6. Usaha pengembangan air tanah sering kali tumpang tindih dengan usaha
pengembangan irigasi air permukaan, sehingga dirasakan kurang adanya
koordinasi dan kurang efisien.

7. Masalah banjir dan genangan yang cukup mengganggu kegiatan sosial


ekonomi terjadi setiap tahun pada beberapa tempat.

8. Dari air yang tersedia di Propinsi Sulawesi Tenggara, baru sebagian kecil saja
yang sudah dimanfaatkan dan dikembangkan. Propinsi ini masih mempunyai
potensi sumberdaya air yang sangat besar untuk dikembangkan, baik untuk
memenuhi kebutuhan air pertanian (irigasi), kebutuhan domestik, maupun
pemanfaatan sumberdaya air yang lain, seperti pelayaran dan pembangkit
listrik (PLTA).

- Potensi sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara dapat disimpulkan


surplus, meskipun telah dikembangan secara optimal sesuai dengan
kondisi potensinya. Terdapat 263 (dua ratus enam puluh tiga) DAS,
sebanyak 222 DAS surplus atau sekitar 84,4 % dan sebanyak 41DAS
mengalami defisit atau sekitar 15,6 %.

- Ketersediaan air permukaan dan air tanah total sekitar 2.074,55 m 3/detik,
sedangkan kebutuhan air sampai kondisi lahan optimal sekitar 666,7
m3/detik.

- Kondisi DAS yang dapat disimpulkan kritis adalah DAS Sampara, Wanggu,
Wadonggo, Puuwiau, Mekonga, Malomo dan DAS Tabuso. Sedangkan

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 21
Tenggara
Executive Summary

DAS yang potensial untuk dikembangkan adalah DAS Lasolo, Watuhonu,


Solo Larui, dan DAS di Pulau Wawonii.

9. Kondisi kualitas air di Propinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya masih


sangat baik. Pencemaran yang terjadi pada beberapa kawasan perkotaan
masih dalam batas kewajaran, meskipun hal ini tentu saja perlu diwaspadai
dan diperhatikan pada masa-masa mendatang.

10. Pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara hendaknya


memperhatikan hal-hal berikut:

- Berkaitan dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, maka perlu


dijabarkan lebih rinci mengenai pembagian 3 (tiga) SWS menjadi
beberapa PWS yang berkekuatan hukum.

- Dalam waktu dekat semua DI yang ada, harus di inventarisasi dan di


evaluasi guna keperluan rehabilitasi dan atau “up-grade”. Tahapan
kegiatan pembangunan DI baru, harus disesuaikan dengan keperluan.
Sejalan dengan usaha rehabilitasi dan “up-grading”, sebaiknya kegiatan
studi kelayakan dan detail design perlu dilakukan.

- Pembangunan bendungan serba-guna perlu segera ditata, hal ini


mengingat potensi dan fungsinya dapat digunakan sebagai “trigger” atau
pemicu kegiatan pembangunan lainnya.

11. Perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, disamping


pemenuhan kebutuhan tenaga kerja secara kuantitatif, mengingat
pertumbuhan penduduk secara alami kurang sebanding dengan ketersediaan
keruangan lahan dan potensinya.

12. Hasil analisis dan kajian yang dituangkan dalam rencana pengembangan
areal irigasi, sebaiknya ditindaklanjuti dengan usaha FS.

13. Dalam kondisi saat ini ketersediaan areal irigasi (sawah) sudah dapat
memenuhi kebutuhan pangan beras, namun demikian harus ditindak lanjuti
dengan usaha rehab / up-grade.

14. Dalam jangka pendek, kegiatan studi (FS) harus dilakukan secara parallel
dengan kegiatan rehab / up-grade serta penyuluhan petani penerima
manfaat.

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 22
Tenggara
Executive Summary

15. Dalam jangka menengah, harus dilakukan kegiatan FS / rehab / up-grade dan
usaha pemberdayaan petani yang selaras dengan kegiatan konstruksi dalam
batas-batas tertentu.

16. Perlu ditinjaklanjuti hasil Masterplan PSDA ini, dengan menyusun Pola Induk
pengembangan Sumber Daya Air lebih rini pada setiap PWS.

Implementasi dari suatu rencana pengembangan sumberdaya air bukanlah hal yang
mudah, karena akan menyangkut ketersediaan dana dan prioritas yang dibandingkan
dengan kepentingan lain, pemahaman yang benar dari para pengambil keputusan,
serta kemampuan sumberdaya manusia yang ada untuk mewujudkannya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, konsultan menyampaikan saran-saran sebagai
berikut:

1. Sosialisasi Rencana Induk Pengembangan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi


Tenggara ini hendaknya memperoleh perhatian yang cukup besar. Kegiatan
sosialisasi tersebut perlu dilakukan, baik dilingkungan Dinas Pengairan
sendiri, di kalangan DInas-dinas lain yang terkait, Gubernur dan DPRD, serta
masyarakat luas. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar di antara pihak-
pihak yang terkait (stakeholders) ada pemahaman yang sama terhadap
permasalahan yang dihadapi serta cara-cara mengatasinya.

2. Berbagai bentuk pelatihan perlu dilakukan bagi para pengelola dan


pelaksana, agar mereka bisa menindaklanjuti rencana yang disusun ini
dengan langkah-langkah yang tepat.

3. Koordinasi antara Dinas Pengairan dengan pihak-pihak lain yang terkait


merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan dan
pengembangan sumberdaya air di Propinsi Sulawesi Tenggara.

4. Setiap usaha pembangunan, disarankan mengikui kondisi kesesuaian lahan


peruntukannya seperti yang telah dijabarkan dalam Master Plan PSDA, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan pembangunan dan
terwujud kegiatan pembangunan yang berkesinambungan, secara bertahap
sesuai dengan pengembangan kondisi sosial-ekonomi masyarakat

Master Plan Study for Water Resources Development Project Propinsi Sulawesi Exc - 23
Tenggara

Anda mungkin juga menyukai