Anda di halaman 1dari 17

Macam – Macam Puasa Sunnah dalam

Agama Islam
Sponsors Link

Jika ditinjau dari hukumnya, puasa dalam ajaran islam diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu puasa
wajib, puasa sunnah, puasa makruh, serta puasa haram. Nah kali ini kita akan membahas tentang
puasa sunnah, khususnya tentang macam-macam puasa sunnah.

ads

Puasa Sunnah adalah menahan diri dari kegiatan makan dan minum, serta segala hal yang
membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga terbenanmya matahari, dimana bagi yang
melaksanakannya akan mendapatkan pahala, dan bagi yang tidak melaksanakannya atau
meninggalkannya tidak akan mendapatkan dosa.

Jadi bisa diartikan bahwa puasa sunnah adalah puasa yang tidak diwajibkan untuk dilakukan bagi
umat islam, akan tetapi jika puasa tersebut dilakukan, maka akan mendapatkan pahala dari Allah
SWT.

Kita bisa menemukan berbagai manfaat dalam menjalankan ibadah puasa, khususnya puasa sunnah,
salah satunya adalah dapat menjauhkan diri dari segala perbuatan maksiat yang pada akhirnya akan
berujung pada datangnya siksa dari Allah SWT. Selain itu, puasa juga bermanfaat bagi kesehatan
kita. Selama menjalankan puasa, seseorang dilatih untuk dapat menahan diri dari perbuatan-
perbuatan yang tidak diperbolehkan selama menjalankan puasa, serta membantu kita untuk
menahan hawa nafsu.

Dalam ajaran agama islam terdapat beberapa jenis puasa sunnah, yaitu:

1. Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah bagi
mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji. Dalam sebuah hadist Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalah telah bersabda yang artinya:

“Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih disukai daripada hari-hari ini
(sepuluh hari pertama dalam bln Dzulhijjah).” (Hadist Riwayat al-Bukhari).

Dan dalam Taudhih Al-Ahkam, Asy-Syaikh Abdullah Al-Bassam berkata:

“Puasa hari arafah adalah puasa sunnah yang paling utama berdasarkan ijma’ para ulama.”

Jika Puasa Arafah disunnahkan bagi mereka yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji, lalu
bagaimana dengan mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci?
Al-Imam As-Syafie’i telah berpendapat bahwa bagi mereka yang pada saat itu sedang melaksanakan
ibadah haji di Arafah akan lebih baik apabila mereka tidak melakukan puasa di hari itu, dengan tujuan
agar mereka kuat dalam berdo’a dan menjalankan ibadah haji di sana. Imam Ahmad RadiAllahuanhu
pun mengatakan bahwa “Jika ia sanggup berpuasa maka boleh berpuasa, tetapi jika tidak hendaklah
ia berbuka, sbb hari ‘Arafah memerlukan kekuatan (tenaga).”

 Adapun niat dalam melakukan puasa arafah adalah “Nawaitu ashoumul arafah lilyaumil ghoddi lillahi
Ta’ala.” artinya“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala”

Keutamaan dari Puasa Sunnah Arafah

 Menghapuskan dosa selama dua tahun yakni satu tahun sebelumnya dan satu tahun ke depan.
Sebagaimana hadist Rasulullah Solallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

“Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus
dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” ” (HR. Muslim)

 Dapat membebaskan kita dari siksa api neraka, sebagaimana pernyataan yang dikeluarkan oleh
sebagian besar ulama yang menyatakan bahwa Allah memberikan kebebasan dari siksa api neraka
di hari arafah bukan hanya bagi jamaah haji yang sedang melaksanakan wukuf di padang Arafah,
melainkan juga terhadap kaum muslimin yang sedang tidak berhaji.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam
bersabda yang artinya:

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan
mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah
berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”(HR. Muslim)

 Dikabulkannya Do’a, seperti hadist Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula
diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul
mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir (Tidak ada Ilah kecuali Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya. MilikNyalah segala kerajaan dan segala pujian, Allah Maha Menguasai segala
sesuatu).” (HR. Tirmidzi, hasan)

2. Puasa di Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


Di sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan
seperti berdzikir, istigfar, berdo’a, bersedekah, serta yang paling ditekankan adalah melakukan
puasa. Mengapa? Karena mengerjakan puasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sama seperti
kita berpuasa selama setahun penuh serta seperti kita mengerjakan sholat setiap malam yang
sebanding dengan sholat pada malam Lailatul Qodar.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:

”Tiada sebarang hari pun yang lebih disukai Allah dimana seorang hamba beribadat di dalam hari-
hari itu daripada ibadat yang dilakukannya di dalam 10 hari Zulhijah. Puasa sehari di dalam hari itu
menyamai puasa setahun dan qiamulail (menghidupkan malam) di dalam hari itu seumpama
qiamulail setahun.”

Dalam Hadist yang diriwatkan oleh Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari beberapa istri Nabi SAW:

“Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Zulhijjah, di Hari
Asyura dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari Khamis yang
berikutnya.” (Hadith Riwayat Imam Ahmad dan an-Nasa’ie)

Keutamaan berpuasa di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah

 Diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah SWT.


 Diibaratkan seperti orang yang sedang beribadah dan berpuasa selama satu tahun tanpa melakukan
perbuatan maksiat.
 Do’a-do’anya akan dikabulkan Allah SWT.
 Segala kesusahan, kemelaratan dan kefakirannya akan dihilangkan oleh Allah SWT dan pada hari
kiamat, mereka akan bersama orang yang baik, mulia dan terhormat.
 Dapat terhindar dari sifat munafik dan siksa kubur.
 Mendapatkan Rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT dan dibebaskan dari adzab.
 Akan terhindar dari 30 pintu kemelaratan dan kesukaran serta membuka 30 pintu kemudahan dan
kesenangan.
 Mendapatkan pahala yang tak terhingga jumlahnya.
 Akan diampuni dosa-dodanya setahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

3. Puasa Tasu’a
ads

Puasa Tasu’a adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharam. Puasa ini dilakukan
untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram.
Kenapa harus begitu? Karena dihari yang sama yaitu tanggal 10 Muharram orang-orang Yahudi juga
melakukan puasa.
Jadi melakukan puasa ditanggal 9 Muharram untuk mengiringi puasa keesokan harinya akan dapat
membedakan dengan puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika Rasulullah Sshallallahu ‘Alaihi Wa sallam
sedang melaksanakan puasa Asyura, dan beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan
puasa di hari itu juga, ada beberapa sahabat yang berkata yang artinya:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang diagungkan orang Yahudi dan
Nasrani.” Lalu Rasulullah menjawab yang artinya “Jika datang tahun depan, insyaaAllah kita akan
puasa tanggal 9 (Muharram)”.”Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharam
tahun depan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim 1916).

 Adapun niat untuk melaksanakan puasa Sunnah tasu’a adalah


“Nawaitu sauma gadhin min yaumi tasu’a sunnatan lillahi ta’ala.” yang artinya “Aku berniat puasa
Sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.”

4. Puasa Asyura (10 Muharram)


Ini adalah puasa sunnah yang dilakukan pada keesokan hari setelah melakukan puasa sunnah
Tasu’a. Imam As-Syafii dan pengikut madzhabnya, imam Ahmad, Ishaq bin Rahuyah, dan ulama
lainnya mengatakan bahwa dianjurkan menjalankan puasa di hari kesembilan dan kesepuluh bulan
Muharram secara berurutan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam- Bersabda
yang artinya:

“Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama
shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

 Adapun niat puasa Asyura adalah “Nawaitu sauma ghodin min yaumi ‘asyura sunnattan lillahi ta’ala.”
yang artinya “Aku berniat puasa sunnah Asyura’, karena Allah ta’ala.”

Dari Abu Qatadah Al Anshari Radhiallahu Anhu, ia berkata yang artinya:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, beliau
menjawab: “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no.
1162)

Dari penjelasan di atas jelas sudah bahwa puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram
adalah puasa sunnah yang terbaik dan terutama setelah menjalankan puasa Romadhon, dan
keutamaannya adalah Allah akan mengampuni semua dosa setahun yang lalu. Yang dimaksud
dengan semua dosa di sini adalah dosa-dosa yang kecil, sedangkan dosa-dosa besar tidak akan
diampuni oleh Allah kecuali dengan taubat dan rahmat dari Allah.

5. Puasa Syawal
Puasa syawal merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada enam hari di bulan syawal yang
merupakan sunnah Nabi Muhammad Sholallahu alaihi Wassalam. Adapun untuk pelaksanaannya
bisa dilakukan secara berurutan maupun secara terpisah.

Akan tetapi menurut fatawa Ibni Utsaimin dalam kitab “Ad-Da’wah“, 1:52–53 menyatakan bahwa
“Boleh melaksanakan puasa sunnah secara berurutan atau terpisah-pisah. Namun, mengerjakannya
dengan berurutan, itu lebih utama karena menunjukkan sikap bersegera dalam melaksanakan
kebaikan, dan tidak menunda-nunda amal yang bisa menyebabkan tidak jadi beramal.”

Keutamaan menjalankan puasa sunnah di enam hari pada bulan syawal adalah sesuai dengan hadist
nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

“Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal, maka itulah
puasa satu tahun.” (HR. Ahmad dan Muslim).

 Untuk menjalankannya ibadah puasa sunnah syawal, niatnya adalah “Nawaitu sauma ghodin an
sittatin min syawalin sunattan lillahi taala.”

6. Puasa Senin – Kamis


Puasa senin kamis merupakan puasa sunnah yang paling sering dikerjakan oleh Rasulullah
sholallahu Alaihi Wassalam. Dari Abu Harrairah Radiallahu Anhu pernah berkata:

“Bahwasanya Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak berpuasa pada hari Senin dan
Kamis.” Dan ketika Rasulullah ditanya tentang alasnnya, Beliau bersabda “Sesungguhnya segala
amal perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan mengampuni dosa
setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali dua orang yang bermusuhan.” Maka Allah
pun berfirman “Tangguhkan keduanya.” (HR. Ahmad)

Mengapa Puasa Sunnah senin kamis sangat dianjurkan oleh Baginda Rasul? Dalam sebuah Hadist
yang disampaikan Abu Hurrairah,, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:

“Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu
aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Tirmidzi)

Selain itu, dalam sebuah hadist, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda:

“Hari itu adalah hari di mana aku dilahirkan, dan di mana aku dijadikan Rasul dan diturunkannya
padaku wahyu”. (H.R. Muslim)

Adapun niat puasa senin kamis adalah :

 “NAWAITU SAUMA YAUMAL ITSNAII SUNNATAN LILLAHI TANA’ALA” yang artinya “Saya niat
puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala.”
 “NAWAITU SAUMA YAUMAL KHOMIISI SUNNATAN LILLAHI TAA’ALA” yang artinya “Saya niat
puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”
7. Puasa Daud
Sponsors Link

Puasa daud adalah puasa sunnah yang dilakukan secara selang-seling, yaitu sehari berpuasa dan
sehari berbuka (tidak berpuasa). Dari Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu, Rasulullah holallahu Alaihi
Wassalam pernah bersabda:
“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan) puasa Daud
‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata, sesungguhnya aku mampu
untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang
lebih afdhal dari itu. ” (HR. Bukhari No : 1840)

Dalam hadist lain, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda:

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah
adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan
tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari Muslim)

 Adapun niat dalam menjalankan puasa sunnah Daud adalah


“Nawaitu shauma daawuda sunnatal lillahi ta’aala.” Yang artinya “Saya niat puasa Daud, sunnah
karena Allah ta’ala.”

Keutamaan dari Puasa Daud

 Senantiasa terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat


 Dapat menumbuhkan akhlak yang baik dan budi pekerti luhur
 Dapat menerima segala pemberian dari Allah dengan lapang hati
 Dikaruniai pemikiran yang senantiasa positif, kreatif, dan inovatif
 Dikaruniai sifat istiqomah atau dapat menahan emosi
 Senantiasa mendapatkan ketentraman jiwa
 Terlihat lebih berwibawa
 Menjadi pintu datangnya rejeki
 Dijadikan sebagai hamba Allah yang selalu bersyukur
 Dikaruniai rumah tangga yang harmonis

8. Puasa Sya’ban
Jenis puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang lainnya adalah
puasa di bulan Sya’ban. Dari Saidatina aisyah Radiallahu Anhu beliau berkata:

“Adalah Rasulullah saw berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau
berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah
menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau
berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata:

“Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-
bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang
manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat
amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya
dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i)

Dari hadist-hadist di atas kita tahu betapa pentingnya menjalankan puasa sunnah di bulan Sya’ban,
seperti :

 Berpuasa satu hari di bulan sya’ban akan membawa keuntungan bagi umat seperti Allah
mengharamkan tubuhnya dari api neraka, kelak akan menjadi penghuni syurga dan menjadi teman
bagi nabi Yusuf Alaihissalam, akan mendapatkan pahala seperti yang telah dilimpahkan Allah SWT
kepada Nabi Ayub dan Nabi Daud.

 Berpuasa 3 hari di permulaan, pertengahan, dan akhir bulan sya’ban akan membawa keuntungan
seperti akan mendapatkan pahala 70 nabi dan layaknya beribadah 70 tahun, jika ia meninggal di
tahun tersebut, maka ia akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mati syahid.

 Berpuasa pada hari kamis pertama dan terakhir di bulan sya’ban akan membawa keuntungan seperti
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan dimasukkan ke dalam surga kelak.

 Berpuasa di hari senin terakhir di bulan sya’ban akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.

 Dan apabila berpuasa satu bulan penuh di bulan sya’ban akan mendatangkan keuntungan seperti
akan diberikan kemudahan saat ia mati seperti terlepas dari kegelapan alam kubur, terbebas dari
huru hara malaikan munkar dan nakir, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat, serta ia akan
dijadikan penghuni syurga.

Adapun niat puasa sunnah sya’ban adalah “Nawaitu sauma syahri syahban lillahi ta’ala” yang artinya
“Saya niat puasa bulan sya’ban , sunnah karena Allah ta’ala.”

9. Puasa 3 Hari pada Pertengahan Bulan


Puasa ini dikenal dengan sebutan puasa Ayyamul Bidh, dimana pelaksanaanya adalah di 3 hari
setiap pertengahan bulan, yaitu tanggal 13,14, dan 15. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Ahmad, an-Nasai, dan at-Tirmidzi, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada
tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah.”

Abu Hurrairah radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:


“Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku
tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan shalat
Dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)

 Adapun niat puasa sunnah ini adalah “Nawaitu shauma ghodiin an ada’i sunnatun ayyamil Biidh lilahi
ta’ala.” Yang artinya “saya niat berpuasa sunah hari putih karena Allah Ta’ala.”

Keutamaan Menjalan Puasa Sunnah ini adalah:

 Dapat mengendalikan hawa nafsu


 Agar anggota tubuh kita bisa beristirahat setiap bulannya
 Dapat menghidupkan sunnah Nabi

10. Puasa di Bulan-bulan Haram (Asyhurul Hurum)


Sponsors Link

Ini merupakan puasa sunnah yang dilakukan di bulan-bulan haram, yaitu bulan Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab. Mengapa demikian? karena bulan bulan tersebut dimaksudkan
untuk melepas sesuatu yang haram (meninggalkan sesuatu perbuatan yang haram) dan
mengamalkan puasa dan ibadah-ibadah lain pada bulan-bulan tersebut.
Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda:

“Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut;
Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad)

11. Puasa bagi Pemuda yang Belum Menikah


Ini merupakan puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap pemuda yang belum
menikah sebagai pengingat diri, terutama bagi pemuda yang memiliki syahwat tinggi. Puasa ini bisa
dilakukan kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.

Adapun faedah yang bisa didapatkan dengan menjalankan puasa ini adalah dapat menjadi perisai
bagi mereka yang belum menikah dari godaan syahwat yang sangat kuat. Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah segera menikah, karena menikah akan lebih menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah shaum karena
shaum akan menjadi perisai baginya.” ( HR. Bukhari dan Muslim)

Artikel Terkait
Artikel Lainnya
Itulah macam-macam puasa sunnah dalam agama Islam, semoga kita sebagai umat muslim tidak
hanya menjalankan puasa wajib saja, teapu juga menjalankan puasa sunnah yang sering menjadi
kebiasaan Nabi Muhammad SAW.

7 (Tujuh) Puasa-Puasa Sunnah Yang


Perlu Kita Ketahui
Posted by Admin pada 03/08/2009

1) Puasa 6 hari dibulan syawwal

Berdasarkan hadits Abu Ayyub Al-Anshari bahwa Raulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ست ًّا أَتبَعَ ْهُ ثُمْ َر َمضَانَْ صَا َْم َمن‬


ِ ْ‫َام كَانَْ شَوالْ مِ ن‬
ِْ ‫َصي‬
ِ ‫الده ِْر ك‬

“barangsiapa yang berpuasa ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari dibulan
syawwal,maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR.Muslim: 1164 )

Hadits ini merupakan nash yang jelas menunjukkan disunnahkannya berpuasa enam hari dibulan
syawwal. Adapun sebab mengapa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan
puasa setahun lamanya, telah disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah bahwa beliau berkata:

“berkata para ulama: sesungguhnya amalan tersebut sama kedudukannya dengan puasa sepanjang
tahun,sebab satu kebaikannya nilainya sama dengan sepuluh kali lipat, maka bulan ramadhan sama
seperti 10 bulan,dan enam hari sama seperti dua bulan.” (Syarah Nawawi:8/56)

Hal ini dikuatkan dengan hadits Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

‫سنة صيام فذلك بشهرين أيام ستة وصيام أشهر بعشرة رمضان شهر صيام‬

“berpuasa ramadhan seimbang dengan sepuluh bulan,dan berpuasa enam hari seimbang dengan dua
bulan,maka yang demikian itu sama dengan berpuasa setahun.” (HR.Nasaai dalam Al-kubra (2860),Al-
Baihaqi (4/293),dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’ (4/107).

2) Puasa senin dan kamis

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiallahu’anhu bahwa
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari senin? Maka beliau menjawab:

َْ‫علَيْ أُن ِز َْل أو بُعِثتُْ َويَومْ فيه ُولِدتُْ يَومْ ذَاك‬


َ ‫فيه‬
“itu adalah hari yang aku dilahirkan padanya,dan aku diutus,atau diturunkan kepadaku (wahyu).”
(HR.Muslim:1162)

Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya dari Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau ditanya
tentang puasanya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam, maka beliau menjawab:

ِْ ‫يس االثنَي‬
َْ‫ن ِصيَا َْم يَتَحَرى َوكَان‬ ْ ِ ِ‫َوال َخم‬

“adalah beliau senantiasa menjaga puasa pada hari senin dan kamis” (HR.Tirmidzi (745),Ibnu
Majah:1739,An-Nassai (2187),Ibnu Hibban (3643).dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Ibnu Majah)

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wasalam berpuasa
pada hari senin dan kamis. Lalu ada yang bertanya: sesungguhnya engkau senantiasa berpuasa pada
hari senin dan kamis? Beliau menjawab:

ُْ ‫يس اإلثنين يوم الجَن ِْة أَب َو‬


ْ‫اب تُفَت ُح‬ ْ ِ ِ‫ِيه َما فَيُغفَ ُْر َوال َخم‬
ِ ‫اّلل يُش ِركُْ َْال ِل َمنْ ف‬ ِْ ‫يَص َط ِل َحا حتى َهذَي‬
ِْ ‫ن ُردُّوا ْيُقَا ُْل ال ُمهت َ ِج َري‬
ِْ ‫ن إال شيئا ِب‬

“dibuka pintu-pintu surga pada hari senin dan kamis,lalu diampuni (dosa) setiap orang yang tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun,kecuali dua orang yang saling bertikai,dikatakan: biarkan
mereka berdua sampai keduanya berbaikan.” (HR.Tirmidzi (2023),Ibnu Majah (1740),dan dishahihkan
Al-Albani dalam shahih Tirmidzi dan Ibnu Majah)

3) Puasa Dawud Alaihissalam

Berdasarkan hadits yang datang dari Abdullah bin Amr bin ‘Al-Ash radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasalam bersabda

ُّ ‫َام أَح‬
ْ‫َب‬ ِْ ‫الصي‬
ِ ‫ّللا إلى‬
ِْ ‫َاو َْد ِصيَا ُْم‬ ُّْ ‫ّللا إلى الص ََل ِْة َوأَح‬
ُ ‫َب يَو ًما َويُفطِ ُْر يَو ًما يَصُو ُْم كان د‬ ِْ ُ‫َاو َْد ص َََل ْة‬ َْ ‫سهُْ َويَنَا ُْم ثُلُثَ ْهُ َويَقُو ُْم اللي ِْل نِص‬
ُ ‫ف يَنَا ُْم كان د‬ َ ‫س ُد‬
ُ

“puasa yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah puasa Dawud,beliau berpuasa sehari dan
berbuka sehari.Dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya Dawud,beliau tidur
dipertengahan malam,lalu bangun (shalat) pada sepertiga malam,dan tidur pada seperenamnya.”
(HR.Bukhari :3238,dan Muslim:1159)

Dalam riwayat lain beliau shallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

ُ ‫يَو ًما َوأَفطِ رْ يَو ًما صُمْ الد َه ِْر شَط َرْ الس ََلم عليه د‬
ْ‫َاو َْد صَو ِْم َفوقَْ صَو َْم َال‬

“tidak ada puasa (yang lebih utama) diatas puasa Dawud Alaihisssalam,setengah tahun,berpuasalah
sehari dan berbukalah sehari.” (HR.Bukhari: 1879,Muslim:1159)

4) Puasa tiga hari dalam sebulan

Berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam berkata kepadanya:
ْ‫سنَةْ ِبك ُِْل لك فإن أَيامْ ث َ ََلثَةَْ شَهرْ كُلْ تَصُو َْم أَنْ ِبحَس ِبكَْ َو ِإن‬
َ ‫ك ُِل ِهْ الده ِْر ِصيَا ُْم ذلك فإن أَمثَا ِلهَا عَش َْر َح‬

“dan sesungguhnya cukup bagimu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan,karena sesungguhnya
bagimu pada setiap kebaikan mendapat sepuluh kali semisalnya,maka itu sama dengan berpuasa
setahun penuh.” (HR.Bukhari:1874,Muslim:1159)

Juga diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau ditanya oleh Mu’adzah Al-Adawiyyah:
apakah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam senantiasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan? Maka
beliau menjawab: iya.Lalu ditanya lagi: pada hari yang mana dari bulan tersebut? Beliau menjawab:

ْ َ ‫ام أ‬
‫ي ِ من يُبَالِي يَكُنْ لم‬ ِْ ‫يَصُو ُْم الشه ِْر أَي‬

“beliau tidak peduli dihari yang mana dari bulan tersebut ia berpuasa.” (HR.Muslim:1160)

Juga dari hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata:

‫ َخلِيلِي أَوصَانِي‬e ْ‫َام ِبث َ ََلث‬


ِْ ‫ضحَى َو َركعَتَيْ شَهرْ كل من أَيامْ ث َ ََلث َ ِْة ِصي‬
ُّ ‫أَنَا َْم أَنْ قبل أُوت َِْر َوأَنْ ال‬

“Teman setiaku Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam memberi wasiat kepadaku untuk berpuasa tiga hari
dalam setiap bulan,mengerjakan shalat dua raka’at dhuha,dan agar aku mengerjakan shalat witir
sebelum aku tidur.” (HR.Bukhari:1180)

Hadits ini menjelaskan bahwa diperbolehkan pada hari yang mana saja dari bulan tersebut ia
berpuasa,maka ia telah mengamalkan sunnah.Namun jika ia ingin mengamalkan yang lebih utama
lagi,maka dianjurkan untuk berpuasa pada pertengahan bulan hijriyyah, yaitu tanggal 13,14 dan 15.
Hal ini berdasarkan hadits yang datang dari Abu Dzar radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu
‘alaihi wasalam bersabda:

‫ث فَصُمْ أَيامْ ث َ ََلث َ َْة الشه ِْر من صُمتَْ إذا ذَرْ أَبَا يا‬
َْ ‫س عَش َر ْةَ َوأَربَ َْع عَش َرةَْ ث َ ََل‬
َْ ‫عَش َرةَْ َو َخم‬

“wahai Abu Dzar,jika engkau hendak berpuasa tiga hari dalam sebulan,maka berpuasalah pada hari
ketiga belas,empat belas dan lima belas.” (HR.Tirmidzi:761,An-Nasaai:2424,ahmad:5/162,Ibnu
Khuzaimah: 2128,Al-Baihaqi: 4/292.Dihasankan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’:4/101-102)

Puasa tiga hari dipertengahan bulan ini disebut dengan hari-hari putih. Dalam riwayat lain dari hadits
Abu Dzar radhiallahu’anhu,beliau berkata:

‫سو ُْل أ َ َم َرنَا‬ ِْ e ْ‫ام ثََلث َ ْةَ الشه ِْر مِ نَْ نَصُو َْم أَن‬
ُ ‫ّللا َر‬ ِْ ‫يض أَي‬ َْ َ ‫س عَش َر ْةَ َوأَربَ َْع عَش َر ْةَ ث‬
ْ ِ ِ‫َلث الب‬ َْ ‫عَش َر ْةَ َو َخم‬

“Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam memerintah kami untuk berpuasa tiga hari-hari putih dalam setiap
bulan:13,14 dan 15.” (HR.Ibnu Hibban:3656)

disebut sebagai “hari-hari putih” disebabkan karena malam-malam yang terdapat pada tanggal tersebut
bulan bersinar putih dan terang benderang. (lihat:fathul Bari:4/226)
Yang lebih menunjukkan keutamaan yang besar dalam berpuasa pada hari-hari putih tersebut, dimana
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah meninggalkan amalan ini. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata:

‫ّللا رسول كان‬


ِْ ‫ّللاُ صلى‬
ْ ‫ع ال وسلم عليه‬ ِْ ‫يض أَي‬
ُْ ‫ام صَو َْم يَ َد‬ ْ ِ ِ‫سفَرْ في الب‬
َ ‫َحضَرْ َوال‬

“adalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah meninggalkan puasa pada hari-hari putih,baik
diwaktu safar maupun disaat mukim.” (HR.At-thabarani: ,dishahihkan Al-Albani dalam shahihul
jami’:4848).

5) Puasa Arafah

Berdasarkan hadits Abu Qatadah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam ditanya
tentang puasa pada hari arafah,Beliau menjawab:

ْ‫اضيَةَْ السنَةَْ يُكَف ُِر‬


ِ ‫َوالبَا ِقي ََْة ال َم‬

“menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR.Muslim:1162)

Kecuali bagi mereka yang sedang wukuf di Arafah dalam rangka menunaikan ibadah haji,maka tidak
dianjurkan berpuasa pada hari itu. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasalam berbuka di Arafah,Ummul Fadhl mengirimkan segelas susu kepada beliau,lalu
beliau meminumnya.” (HR.Tirmidzi: 750,dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)

Juga diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhu bahwa beliau ditanya tentang hukum
berpuasa pada hari Arafah di Arafah?,beliau menjawab”

ُ ‫عنه أَنهَى وال بِ ِْه آ ُم ُْر وال أَصُو ُْم ْهُ َْال وأنا يَصُم ْهُ فلم عُث َمانَْ َو َم َْع يَصُم ْهُ فلم‬
ُْ‫ النبي مع َحجَجت‬e ‫ع َم َْر َو َم َْع يَصُم ْهُ فلم بَكرْ أبي َو َم َْع يَصُم ْهُ فلم‬

“aku menunaikan ibadah haji bersama Nabi shallahu ‘alaihi wasalam dan beliau tidak berpuasa pada
hari itu,aku bersama Abu Bakar radhiallahu’anhu beliau pun tidak berpuasa padanya,aku bersama
Umar dan beliau pun tidak berpuasa padanya,aku bersama Utsman dan beliau pun tidak berpuasa
padanya. Dan akupun tidak berpuasa padanya,dan aku tidak memerintahkannya dan tidak pula
melarangnya.” (HR.Tirmidzi:751.Dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)

6)Puasa dibulan muharram,khususnyaْpadaْhariْ‘Asyuraْ(10ْmuharram)

Bulan muharram adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak berpuasa padanya. Berdasarkan
hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

َ ‫َام أَف‬
ْ‫ض ُل‬ ِْ ‫الصي‬
ِ ‫ّللا شَه ُْر َر َمضَانَْ بَع َْد‬ َ ‫ض ِْة بَع َْد الص ََل ِْة َوأَف‬
ِْ ‫ض ُْل ال ُمحَر ُْم‬ َ ‫اللي ِْل ص َََل ْةُ الفَ ِري‬

“puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah bulan Allah: muharram,dan shalat yang paling
afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR.Muslim:1163)
Dan diantara hari-hari dibulan tersebut,lebih dianjurkan lagi berpuasa pada hari Asyura,yaitu tanggal
10 muharram. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan sangat dianjurkannya berpuasa pada hari
‘Asyura. Diantaranya adalah hadits Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau berkata:

ِْ  ‫َام أ َ َم َْر‬
‫ّللا رسول كان‬ َ ‫أَف َط َْر شَا َْء َو َمنْ صَا َْم شَا َْء من كان َر َمضَانُْ فُ ِرضَْ فلما عَاش‬
ِْ ‫ُورا َْء يَو ِْم بِ ِصي‬

Adalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan (perintah yang mewajibkan) puasa pada
hari ‘Asyura. Maka tatkala telah diwajibkannya ramadhan,maka siapa yang ingin berpuasa maka
silahkan dan siapa yang ingin berbuka juga boleh.” (HR.Bukhari:1897,Muslim: 1125)

Dalam riwayat Muslim dari hadits Abu Qatadah bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam ditanya
tentang puasa pada hari ‘Asyura,maka beliau menjawab:

ْ‫اضي ََْة السنَةَْ يُكَف ُِر‬


ِ ‫ال َم‬

“menghapus dosa setahun yang telah lalu.” (HR.Muslim:1162)

Dan juga dianjurkan berpuasa pada tanggal sembilan muharram,berdasarkan hadits Ibnu abbas
radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata: tatkala Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam berpuasa pada hari
‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya. Mereka (para shahabat) berkata:wahai
Rasulullah,itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara. Maka bersabda Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasalam : jika tiba tahun yang berikutnya,insya Allah kita pun berpuasa pada hari
kesembilan. Namun belum tiba tahun berikutnya hingga Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam
wafat.” (HR.Muslim:1134)

7)ْPuasaْdibulanْsya’ban

Diantara bulan yang dianjurkan memperbanyak puasa adalah dibulan sya’ban. Berdasarkan hadits
Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau berkata:

‫سو َْل رأيت فما‬ ِْ  ‫شَعبَانَْ في منه ِصيَا ًما أَكث َ َْر َرأَيت ُ ْهُ وما َر َمضَانَْ إال شَهرْ ِصيَا َْم استَك َم َْل‬
ُ ‫ّللا َر‬

“aku tidak pernah melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam menyempurnakan puasa sebulan penuh
kecuali ramadhan,dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dari bulan sya’ban,”
(HR.Bukhari:1868)

Kecuali pada hari-hari terakhir,sehari atau dua hari sebelum ramadhan ,tidak diperbolehkan berpuasa
pada hari itu,terkecuali seseorang yang menjadi hari kebiasaannya berpuasa maka dibolehkan,seperti
seseorang yang terbiasa berpuasa senin kamis,lalu sehari atau dua hari tersebut bertepatan dengan
hari senin atau kamis. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam bahwa beliau
bersabda:

ِْ ‫فَليَصُمهُْ صَو ًما يَصُو ُْم كان َرجُلْ إال يَو َمي‬
ْ‫ن وال يَومْ ِبصَو ِْم َر َمضَانَْ تَقَد ُموا َال‬
“Janganlah kalian mendahului ramadhan dengan berpuasa sehari dan dua hari,kecuali seseorang yang
biasa berpuasa pada hari itu maka boleh baginya berpuasa. (HR.Muslim:1082)

Semoga Allah senantiasa menambah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh kita yang senantiasa
diterima disisi-Nya.

Dikutip dari Darussalaf.org offline Penulis: Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi Judul: Puasa-Puasa Sunn

Puasa-puasa Sunnah dalam Islam beserta Dalilnya Puasa-puasa Sunnah dalam Islam Beserta
Dalilnya - Puasa merupakan salah satu amalan yang sangat agung disisi Allah subhaanahu wa
ta'aala, bahkan dalam hadits riwayat Imam Muslim nomor 1151 disebutkan bahwa semua amal
kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan yang semisal sampai 700 kali lipat "kecuali
puasa" Allah subhaanahu wa ta'aala yang akan membalas langsung pahala orang yang berpuasa
(maksudnya, Allah akan memberi pahala dari amal puasa seseorang tanpa ada batas kadar
pahalanya). Hal ini sebagaimana pendapat Al-Qurtuby rahimahullah dan diperkuat dengan firman
Allah subhaanahu wa ta'aala dalam surah Az-Zumar ayat 10; "Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". Diantara manfa'at puasa sunnah
ialah melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada amalan-amalan wajib, dan dengan
amalan sunnah seseorang dapat meraih cinta Allah subhaanahu wa ta'aala. Banyak ummat muslimin
yang berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah puasa khususnya pada bulan Ramadhan, akan
tetapi sebagian dari saudara-saudara kita ada yang hanya berpuasa pada bulan Ramadhan saja
tanpa menambah dengan puasa-puasa sunnah. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan,
diantaranya ialah karena ketidak tahuan seseorang tentang hari-hari yang disunnahkan baginya
untuk berpuasa. Maka pada tulisan ini kami akan sedikit membahas tentang puasa-puasa sunnah
yang dianjurkan dalam Islam beserta dengan dalil-dalilnya. Berikut penjelasannya, Puasa-Puasa
Sunnah dalam Islam Puasa sunnah dalam Islam Pertama: Puasa pada hari Senin dan Kamis Dalilnya
adalah: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ض‬ ِ ِ‫ض أ َ ْن َفأُحِ ب َو ْالخَم‬
ُ ‫يس االِثْ َني ِْن يَ ْو َم األ َ ْع َما ُل ت ُ ْع َر‬ َ ‫صائِم َوأَنَا‬
َ ‫ع َملِى يُ ْع َر‬ َ Artinya: “Seluruh amalan dihadapkan (kepada
Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan (kepada Allah) disa'at
aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi nomor 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya). Dari ‘Aisyah
radhiyallaahu ‘anhaa, beliau berkata, ‫سو َل إِن‬ ِ -‫وسلم عليه هللا صلى‬- َ‫ام يَت َ َحرى َكان‬
ُ ‫ّللا َر‬ َ َ‫صي‬ ِ ِ‫و ْالخَم‬.
ِ ‫يس االِ ثْنَي ِْن‬ َ Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering menjadikan pilihan untuk berpuasa
pada hari senin dan hari kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih) Kedua:
Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah (Ayyamul biid; tanggal 13, 14 dan 15) Puasa sunnah 3 hari
pada setiap bulan-bulan hijriyah (atau biasa dikenal dengan ayyaamul biidh) boleh dilakukan pada
tanggal berapa saja, akan tetapi yang paling diutamakan untuk dilakukan ialah pada tanggal 13, 14
dan 15 (pertengahan bulan-bulan hijriyah). Dalilnya: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhuu, ia
َ ‫ع ُهن الَ ِبثَالَث َخلِيلِى أ َ ْو‬
berkata, ‫صانِى‬ ُ ‫ص ْو ِم أ َ ُموتَ َحتى أ َ َد‬
َ ‫ش ْهر ُك ِل مِ ْن أَيام ثَالَث َ ِة‬ َ ‫ الض َحى َو‬، ‫علَى َون َْوم‬
َ ، ِ‫صالَة‬ َ ‫ ِوتْر‬Artinya:
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam) telah mewasiatkan kepadaku tiga hal
yang aku tidak meninggalkannya sampai aku meninggal dunia (yaitu) [pertama] berpuasa tiga hari
pada setiap bulan, [kedua] melaksanakan shalat Dhuhaa, [ketiga] melaksanakan shalat witir sebelum
tidur.”( HR. Bukhari nomor 1178) Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah, َ‫سو ُل أ َ َكان‬ ُ ‫ ّللاِ َر‬-‫وسلم عليه هللا صلى‬- ‫صو ُم‬
ُ ‫َي‬
َ‫ش ْهر ُك ِل مِ ْن أَيام ثَالَثَة‬ ْ َ‫نَعَ ْم َقال‬. ُ‫صو ُم َكانَ أَيِ ِه مِ ْن قُ ْلت‬
َ ‫ت‬ ْ َ‫ام أَيِ ِه مِ ْن يُبَالِى الَ َكانَ َقال‬
ُ ‫ت َي‬ َ ‫ص‬َ . ‫سى أَبُو قَا َل‬
َ ‫سن َحدِيث َهذَا عِي‬َ ‫صحِ يح َح‬
َ Artinya:
“Adakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari pada setiap bulan?” ‘Aisyah
menjawab, “Iya.” lalu Mu’adzah berkata, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah
berkata, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau berpuasa (maksudnya beliau berpuasa pada hari
apa saja yang beliau kehendaki).” (HR. Tirmidzi nomor 763 dan Ibnu Majah nomor 1709. Shahih) Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa, beliau berkata, َ‫سو ُل َكان‬ َ ُ‫علَ ْي ِه ّللا‬
ُ ‫صلى ّللاِ َر‬ َ ‫ام يُ ْفطِ ُر َال َو‬
َ ‫سل َم‬ ِ ‫ضر فِي ْال ِب‬
َ ‫يض أَي‬ َ ‫َح‬
‫سفَر َو َال‬
َ Artinya: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa pada ayyamul
biidh sa'at tidak melakukan safar maupun ketika melakukan safar.” (HR. An Nasai no. 2345. Hasan).
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, ‫ص ْمتَ ِإذَا َذر أَبَا يَا‬ ُ َ‫ثَالَثَةَ الش ْه ِر مِ ن‬
‫ص ْم أَيام‬ َ ‫ع ْش َرة َ َوأ َ ْر َب َع‬
ُ ‫ع ْش َرةَ ثَالَثَ َف‬ َ ‫ع ْش َرة َ َوخ َْم‬
َ ‫س‬ َ Artinya: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga
hari pada setiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan tanggal 15 (dari bulan-bulan
Hijriyah).” (HR. Tirmidzi nomor 761 dan An-Nasai nomor 2424. Hasan) Ketiga: Puasa Daud Puasa
Nabi Daud 'alaihi as-salaam dilakukan dengan cara sehari berpuasa dan sehari tidak (selang seling).
Dalilnya: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫الصيَ ِام أ َحب‬ ِ ‫ َد ُاو َد‬، ‫هللا إِلَى الصال ِة َوأ َحب‬
ِ ‫صيَا ُم هللاِ إلى‬ ِ
ُ ‫صالة‬ َ ‫الليل ِنص‬، ‫س ُد َسهُ َويَنَا ُم ثُلُثَهُ َويَقُو ُم‬
َ ‫ َد ُاو َد‬: َ‫ْف َينَا ُم َكان‬ ُ ، َ‫ص ْو ُم يَ ْو ًما يُ ْفطِ ُر َو َكان‬
ُ ‫ يَ ْو ًما َو َي‬Artinya: “Puasa yang sangat
disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang sangat disukai Allah adalah Shalat Nabi
Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada
seperenamnya. Beliau biasa berbuka (tidak puasa) sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari nomor
3420 dan Muslim nomor 1159) Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, ‫سو ُل أ ُ ْخ ِب َر‬
ُ ‫َر‬
ِ‫صو َمن َوّللاِ أَقُو ُل أَنِى – وسلم عليه هللا صلى – ّللا‬ ُ َ ‫ار أل‬
َ ‫ ِع ْشتُ َما الل ْي َل َوألَقُو َمن الن َه‬. ‫سو ُل لَهُ فَقَا َل‬ ُ ‫أ َ ْنتَ « – وسلم عليه هللا صلى – ّللاِ َر‬
َ ‫ قُ ْلت ُهُ قَ ْد قُ ْلتُ » ِع ْشتُ َما الل ْي َل َوألَقُو َمن الن َه‬. ‫ َذلِكَ ت َ ْستَطِ ي ُع الَ إِنكَ « َقا َل‬، ‫ص ْم‬
ُ َ ‫ار أل‬
‫صو َمن َوّللاِ تَقُو ُل الذِى‬ ُ َ‫ َوأ َ ْفطِ ْر ف‬، ‫ َونَ ْم َوقُ ْم‬، ‫ص ْم‬
ُ ‫مِ نَ َو‬
‫ أَيام ثَالَثَةَ الش ْه ِر‬، ‫سنَةَ فَإِن‬ ِ ‫ » الد ْه ِر‬. ُ‫ض َل أُطِ يقُ ِإنِى َفقُ ْلت‬
َ ‫ أ َ ْمثَا ِل َها ِب َع ْش ِر ْال َح‬، َ‫ص َي ِام مِ ثْ ُل َو َذلِك‬ َ ‫سو َل َيا َذلِكَ مِ ْن أ َ ْف‬ ِ . ‫ص ْم « قَا َل‬
ُ ‫ّللا َر‬ ُ َ‫َي ْو ًما ف‬
‫ » يَ ْو َمي ِْن َوأ َ ْفطِ ْر‬. ‫ض َل أُطِ يقُ ِإنِى قُ ْلتُ قَا َل‬ َ ‫ ذَلِكَ مِ ْن أ َ ْف‬. ‫ص ْم « قَا َل‬ ُ ‫ يَ ْو ًما َوأ َ ْفطِ ْر يَ ْو ًما َف‬، َ‫صيَا ُم َو َذلِك‬ ِ ‫ َد ُاو َد‬، ‫ع ْد ُل َو ْه َو‬ ِ » . ُ‫إِنِى قُ ْلت‬
َ ‫الصيَ ِام‬
ُ‫ض َل أُطِ يق‬
َ ‫سو َل يَا مِ ْنهُ أ َ ْف‬ َ ‫ » ذَلِكَ مِ ْن أ َ ْف‬. Artinya: Telah disampaikan kepada Rasulullah
ُ ‫ ّللاِ َر‬. ‫ض َل الَ « قَا َل‬
shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwa aku berkata; “Demi Allah, sungguh aku benar-benar akan
berpuasa setiap hari dan sungguh aku akan qiyaamul laiil sepanjang hayatku.” Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya (‘Abdullah bin ‘Amru): “Benarkah kamu yang telah
berkata; “sungguh aku benar-benar akan berpuasa setiap hari dan sungguh aku akan qiyaamul laiil
sepanjang hayatku?“. aku menjawab; “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku yang
telah mengatakan perkataan tersebut“. Maka Beliau berkata: “Sesungguhnya kamu tidak akan
mampu melakukannya. Maka berpuasalah dan berbukalah, shalatlah malam hari dan tidurlah dan
berpuasalah tiga hari pada setiap bulan karena sesungguhnya kebaikan itu akan dibalas dengan 10
kebaikan yang semisal dan hal itu seperti berpuasa sepanjang tahun.” Aku katakan; “Sesungguhnya
aku mampu melakukannya lebih dari itu, wahai Rasulullah“. Beliau berkata: “Kalau demikian
berpuasalah satu hari dan berbukalah dua hari”. Aku katakan lagi: “Sesungguhnya aku mampu
melakukannya lebih dari itu“. Beliau berkata: “Kalau demikian berpuasalah satu hari dan berbukalah
satu hari, puasa itu adalah puasanya Nabi Allah Daud ‘alaihi salam yang termasuk puasa yang
sangat utama“. Aku katakan lagi: “Sesungguhnya aku mampu melakukannya lebih dari itu“. Maka
beliau bersabda: “Tidak ada puasa yang lebih utama daripada itu“. (HR. Bukhari nomor 3418 dan
Muslim nomor 1159) Ibnu Hazm berkata, “Hadits ini menerangkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam melarang seseorang berpuasa lebih dari puasa Nabi Daud yaitu sehari puasa sehari tidak.”
Ke-Empat: Puasa di Bulan Sya’ban ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa mengatakan, ‫عليه هللا صلى – النبِى يَ ُك ِن َل ْم‬
‫صو ُم – وسلم‬ َ ‫ش ْع َبانَ مِ ْن أ َ ْكث َ َر‬
ُ ‫ش ْه ًرا َي‬ َ ، ُ‫صو ُم َكانَ َفإِنه‬ َ ُ‫ ُكله‬Artinya: “Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ُ ‫ش ْع َبانَ َي‬
berpuasa pada suatu bulan yang melebihi bulan Sya’ban. Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari nomor 1970 dan Muslim
nomor 1156). Dalam lafazh Imam Muslim, ‘Aaisyah radhiyallaahu ‘anhaa mengatakan, َ‫صو ُم َكان‬ ُ ‫ش ْع َبانَ َي‬
َ
ُ‫صو ُم َكانَ ُكله‬ َ ‫ قَلِيالً ِإال‬Artinya: “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa dalam bulan
ُ َ‫ش ْعبَانَ ي‬
Sya’ban kecuali sedikit hari saja.” (HR. Muslim nomor 1156) Maksudnya adalah berpuasa pada
kebanyakan hari di bulan sya'baan (bukan puasa sebulan penuh). Hal ini sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Az-Zain ibnul Munir. Para ulama mengatakan bahwa Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam tidak melaksanakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan saja, supaya tidak
disangka bahwa puasa-puasa selain di bulan Ramadhan adalah wajib. Kelima: Puasa 6 Hari di Bulan
Syawal Dalilnya: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ام َم ْن‬
َ ‫ص‬ َ ‫َصيَ ِام َكانَ شَوال مِ ْن ِستًّا أَتْبَعَهُ ثُم َر َم‬
َ َ‫ضان‬ ِ ‫ك‬
‫ الد ْه ِر‬Artinya: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa 6 hari
dalam bulan Syawwaal, maka dia seakan-akan melakukan puasa selama setahun penuh.” (HR.
Muslim nomor 1164) Ke-Enam: Puasa di Awal bulan Dzulhijjah Dalilnya: Dari Hunaidah bin Kholid,
dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, َ‫سو ُل َكان‬ ُ ‫ ّللاِ َر‬-‫وسلم عليه هللا صلى‬-
ُ َ‫ُورا َء َو َي ْو َم ْالحِ ج ِة ذِى تِ ْس َع ي‬
‫صو ُم‬ َ َ‫ش ْهر ُك ِل مِ ْن أَيام َوثَالَثَة‬
َ ‫عاش‬ َ ِ‫ َو ْالخَم‬Artinya: “Rasulullah shallallahu
َ ‫يس الش ْه ِر مِ نَ اثْنَي ِْن أَو َل‬
‘alaihi wa sallam biasa berpuasa di 9 hari awal bulan Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram),
berpuasa 3 hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud nomor 2437. Shahih). Ketujuh: Puasa ‘Arofah (9
Dzulhijjah) Puasa ‘Arofah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dalilnya:
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan
puasa ‘Arofah. Beliau menjawab, ‫ص َيا ُم‬ َ ُ‫ع َلى أَحْ تَسِب‬
ِ ‫ع َرفَةَ يَ ْو ِم‬ َ ِ‫صيَا ُم بَ ْع َدهُ التِى َوالس َنةَ َق ْبلَهُ التِى السنَةَ يُكَف َِر أ َ ْن ّللا‬
ِ ‫يَ ْو ِم َو‬
‫ُورا َء‬ َ
َ ُ‫ع َلى أحْ تَسِب‬
َ ‫عاش‬ َ
َ ِ‫ َق ْب َلهُ التِى الس َنةَ يُكَف َِر أ ْن ّللا‬Artinya: ”Puasa pada hari ‘Arofah akan menghapus dosa setahun
yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa
’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa Pada hari ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR.
Muslim no. 1162) Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa ‘Arofah.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, ‫ النبِى أَن‬-‫وسلم عليه هللا صلى‬- ‫ط َر‬
َ ‫ت بِ َع َرفَةَ أ َ ْف‬ َ ‫ض ِل أُم ِإلَ ْي ِه َوأ َ ْر‬
ْ َ‫سل‬ ْ َ‫ب بِ َلبَن ْالف‬
َ ‫“ فَش َِر‬Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman
susu, beliau pun meminumnya.” (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih). Kedelapan: Puasa pada hari
‘Asyura (10 Muharram) Dalilnya: Dari Abu Qotadah, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫الص َي ِام أ َ ْف‬
‫ض ُل‬ ِ ‫ضانَ َب ْع َد‬ َ ِ‫ض ُل ْال ُم َحر ُم ّللا‬
َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ ‫صالَة ُ ْالف َِري‬
َ ‫ض ِة َب ْع َد الصالَ ِة َوأ َ ْف‬ َ ‫ الل ْي ِل‬Artinya: “Puasa yang paling utama
setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu bulan Muharram, Dan shalat yang
paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim nomor 1163). Puasa ‘Asyura
dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkeinginan
di akhir hayatnya untuk melakukan puasa ‘Asyura tidak sehari saja, namun juga berpuasa pada 9
Muharram. Dengan tujuan menyelisihi puasa ‘Asyura yang dikerjakan Ahlul Kitab. Akan tetapi
belumlah sampai 9 muharram pada tahun berikutanya, beliau telah lebih dahulu meninggal dunia.
(hal ini diterangkan oleh Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuu pada HR. Muslim nomor 1134) Ketentuan
dalan Melaksanakan Puasa-puasa Sunnah Dalam melaksanakan puasa-puasa sunnah ada beberapa
ketentuan yang sedikit berbeda dengan pelaksanaan puasa wajib di bulan Ramadhan. Diantaranya
sebagai berikut: 1. Boleh berniat untuk berpuasa sunnah setelah terbit fajar selama belum melakukan
hal-hal yang membatalkan puasa. Dalilnya: Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa, ia berkata, ‫علَى َد َخ َل‬ َ ‫ الن ِبى‬-
َ ». ‫الَ فَقُ ْلنَا‬. ‫صائِم إِذًا فَإِنِى « قَا َل‬
‫وسلم عليه هللا صلى‬- َ‫ش ْىء ِع ْن َد ُك ْم ه َْل « فَقَا َل يَ ْوم ذَات‬ َ ». ‫سو َل يَا فَقُ ْلنَا آخ ََر يَ ْو ًما أَت َانَا ثُم‬ َ ‫َلنَا أ ُ ْهد‬
ُ ‫ِى ّللاِ َر‬
‫ َحيْس‬. ‫صبَحْ تُ فَلَقَ ْد أ َ ِرينِي ِه « فَقَا َل‬
ْ َ ‫صا ِئ ًما أ‬
َ ». ‫فَأ َ َك َل‬. Artinya: “Telah mendatangi ku Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam di suatu hari, lalu Beliau bertanya: Apakah kalian mempunyai sesuatu (makanan atau
minuman)? Maka kami menjawab: Tidak ada, lalu Beliau berkata: Jika begitu maka aku berpuasa.
Kemudian beliau mendatangi kami pada hari lainnya, lalu kami berkata: Wahai Rasulullaah kami di
beri hadiah berupa Hais (makanan dari kura, samin dan keju). Maka Beliau berkata: Berilah kepada
ku hais itu, sungguh aku berpuasa tadi pagi." (HR. Muslim nomor 1154). 2. Boleh melanjutkan atau
membatalkan puasa sunnah. Dalilnya hadits dari 'Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa yang telah kami tulis
diatas. 3. Istri tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suaminya. Dalilnya: Dari Abu
ُ َ ‫ بِإ ِ ْذ ِن ِه ِإال شَاهِد َوبَ ْعلُ َها ْال َم ْرأَة ُ ت‬Artinya:
Hurairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ‫صو ُم ال‬
“Janganlah seorang wanita (istri) berpuasa sementara suaminya ada kecuali dengan izin suaminya”
(HR. Bukhari nomor 5192 dan Muslim nomor 1026) Puasa yang dimaksud diatas adalah puasa
sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullaah. Demikianlah
sedikit penjelasan seputar puasa-puasa sunnah di dalam Islam, semoga kita dimudahkan oleh Allah
subhaanahu wa ta'aala untuk mengamalkan puasa-puasa sunnah.

Sumber :http://www.ikhwansunnah.net/2016/10/puasa-puasa-sunnah-dalam-islam-beserta.html

Anda mungkin juga menyukai