Anda di halaman 1dari 5

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF

Oleh :
Nur Fatimah, S. TP PBT Pertama

Jangan abaikan kenaf.


Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan tanaman ini. Ternyata kenaf
mempunyai manfaat yang banyak (multi function). Seperti kita tahu, kenaf
merupakan bahan baku karung goni. Namun saat ini, kenaf dimanfaatkan untuk
berbagai produk seperti geo-textile, fibre drain, fibre board untuk interior mobil,
particle board, pulp dan kertas (Sudjindro et al., 2005).
Tanaman kenaf adalah tanaman semak semusim dengan tinggi mencapai 3.5 m
dan berumur pendek, sekitar 140 hari. Memiliki batang yang berkayu berdiameter
antara 1 cm hingga 2 cm dengan daunnya memiliki panjang 10 hingga 15 cm
berbentuk beragam. Kenaf bernilai ekonomis karena hampir semua bagian
tanaman dapat digunakan untuk bahan baku berbagai industri. Daunnya
mengandung protein kasar 24 persen yang sangat baik untuk pakan ternak
unggas dan ruminansia. Biji kenaf mengandung lemak 20 persen yang bagus
untuk minyak goreng karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (oleat
dan linoleat) (Zulher, 2014).
Sebagai salah satu tanaman penghasil serat, tanaman kenaf menyumbangkan 47
% produksi serat selain rami, pisang abaka, serat nanas. Budidaya kenaf
sebenarnya telah dimulai sejak Program Intensifikasi Serat Karung Rakyat
(ISKARA) musim tanam (MT) 1979/1980. Hasil serat dari Program ISKARA hanya
mencapai 20-30% dari kebutuhan nasional, sisanya diimpor dari Bangladesh,
RRC, dan Thailand. Areal ISKARA pada saat ini tersebar di Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Dari kelima
propinsi tersebut areal yang terluas ada di Jawa Timur, kurang lebih 50-60% dari
areal nasional. Produktivitas nasional masih rendah, tetapi bila dibandingkan
dengan produktivitas dari kelima negara produsen serat karung yaitu Bangladesh,
India, RRC, Nepal, dan Thailand, ternyata Indonesia tidak kalah, kecuali dengan
RRC (Sastrosupadi. A, et all. 2015).
Berdasarkan data Ditjenbun Kementerian Pertanian, luas areal lahan kenaf tahun
2012 adalah 1.308 Ha yang merupakan Perkebunan Rakyat (PR), produktifitas
POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF ~ BBPPTP Surabaya

sebesar 958 Kg/Ha dengan produksi sebanyak 1.254 ton. Pada tahun 2014
luasannya telah mencapai 1.315 Ha.
Tahun 2009 merupakan tahun kebangkitan serat alam (International Year of
Natural Fibers). Dan didukung adanya peraturan dari Food and Agricultural
Organization (FAO) yang melarang penggunaan serat sintesis karena sulit terurai
sehingga mencemari lingkungan. Oleh karena itu, saat ini banyak industri yang
beralih ke penggunaan kenaf seperti perusahaan otomotif yang mulai mengganti
bahan interior mobil dengan serat tanaman kenaf sebagai bahan fibre board.
Mitsubishi, Toyota, dan BMW adalah produsen mobil yang menggunakan kenaf.
PT Toyota Astra Motor memproduksi suku cadang mobil I-Real yang terbuat dari
kenaf baru 25%, yakni dashboard, bagian kursi, langit-langit, dan pintu (Duryatmo,
S. 2010).
Bila dilihat dari budidaya kenaf tidak terlalu sulit, namun masih sedikit petani yang
tertarik untuk mengembangkan tanaman ini. Sebenarnya, bila para petani
mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh maka tidak menutup kemungkinan
mereka akan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Harga kenaf berkisar antara
Rp. 9.000 20.000 per Kg, di saat hasil panen melimpah Rp. 8.000 per Kg, dan
bila produksi sedikit mencapai Rp. 25.000 per kg (Anonim, 2013). Kelompok tani
Pematang Subur, Desa Bangun Sari, Kabupaten Kampar Riau mampu
menghasilkan pendapatan Rp 7-12 juta per satu hektar lahan perkebunan kenaf.
Sampai tahun 2007, varietas kenaf yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian
adalah : Hc 48, KR (Karangploso) 2, KR 3, Hc G4, KR 5, KR 6, KR 9, KR 11, KR
12, KR 14, dan KR 15. KR 1 sampai KR 6 diperoleh dari hasil persilangan antara
Hc 48 x Hc G4. Dimana Hc G4 adalah varietas yang toleran terhadap
fotoperiodisitas, berproduksi tinggi, dan berumur agak dalam (56 bulan). Sedang
Hc 48 bersifat genjah, umur hanya 3,54 bulan, dan berproduksi tinggi.
Perpaduan sifat kedua tetua itu menghasilkan varietas baru yang menghasilkan
keunggulan tertentu. Menurut Sudjindro, kenaf adaptif di daerah marginal seperti
lahan banjir, podzolik, lahan kering, dan gambut. Dimana KR 11 untuk lahan
bonorowo; KR 14 dan KR 15 untuk lahan podsolik merah kuning (PMK); dan KR 9
dan KR 12 untuk lahan kering.
Kenaf secara komersial digunakan untuk produksi benih dan untuk produksi serat
atau batang kering. Pada produksi benih, panen dilakukan pada saat sebagian
buah telah masak agar menghasilkan benih bermutu. Penyediaan benih sebagai
bahan tanam harus berasal dari sumber benih yang ditentukan (benih penjenis,
benih dasar, benih pokok dan benih sebar sebagai sumber benih untuk
pertanaman serat). Dan benih yang digunakan harus memenuhi persyaratan mutu
sesuai dengan kelas benihnya. Lokasi yang cocok untuk pembenihan kenaf yaitu
mempunyai bulan basah < 4 bulan dengan curah hujan 625-700 mm, ketinggian
500 m dpl, tanah subur, drainase baik, pH 4,4-6,5, idealnya lahan beririgasi dan
waktu tanam bulan Maret-April. Lokasi harus mudah dalam pengawasan dan
transportasi, dekat sumber air, dan bebas OPT, terisolasi dari varietas lain. Proses
selanjutnya yaitu penyiapan tanah, penanaman, pemeliharaan (penyiangan,
pemupukan, penyulaman, penjarangan, dan pengendalian hama penyakit),
seleksi tanaman/rouging (seleksi pada fase vegetatif, generatif dan buah kering),
dan panen. Benih kenaf yang telah dipanen melalui tahapan proses pengolahan
POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF ~ BBPPTP Surabaya

meliputi penjemuran batangan, perontokan benih, pembersihan benih, sortasi,


pengeringan, dan pengemasan.
Sedangkan pada produksi serat dapat dilakukan secara tradisonal atau
menggunakan ribboner. Secara tradisonal, kenaf dilayukan, diikat, direndam,
dilepas dari batang dan dijemur. Sedangkan dengan ribonner, kenaf dipisahkan
dari kulit, kulit batang direndam, dicuci dan dijemur. Perbedaan kedua cara ini
adalah penggunaan ribonner
akan mempersingkat waktu prosessing dan
mengurangi tenaga kerja karena pekerjaan pelayuan dan penyesetan diambil alih
oleh mesin ribboner (Darmono dan Tirtosuprobo, S. 2009). Untuk produksi serat
atau batang kering, panen tidak menunggu sampai tanaman berbuah. Panen
dilakukan pada saat 50% dari seluruh tanaman sudah mulai berbunga.
Balittas sebagai Balai Penelitian pemegang mandat penelitian tanaman penghasil
serat. Dukungan yang dilakukan Balitas antara lain : melakukan penelitian yang
bekerja sama dengan PT Toyota Bhosoku Corporation Japan (TBCJ) untuk
menemukan formulasi pemacu proses penyeratan / retting kenaf, perakitan
varietas untuk mendapatkan varietas unggul kenaf yang tahan kekeringan dengan
potensi produksi >4,5 ton serat kering/ha, melakukan kegiatan transfer teknologi
kepada pengguna berupa pendampingan penerapan budidaya, penyediaan benih
sumber dalam jumlah cukup dan pemberian lisensi varietas unggul kepada
penangkar benih.
Sedangkan pihak swasta yang concern membudidayakan tanaman kenaf adalah
PT. Global Agrotech Nusantara, Malang. Sejak tahun 2003 perusahaan ini
membudidayakan kenaf dan bermitra dengan para pekebun. Produksi serat
mencapai 1.000 ton per tahun. Produktivitas lahan 2,5 ton serat kering per ha.
Separuh dari produksi itu merupakan hasil budidaya sendiri, selebihnya hasil
pengumpulan dari beberapa pekebun. Pada 2009 produksi meningkat menjadi
1.400 ton. PT. Global Agrotech Nusantara akan melakukan ekspansi ke luar Jawa
untuk memperluas lahan. Di Jawa Timur GAN mengelola 600 ha, Sulawesi (100
ha), dan Kalimantan (200 ha). Perusahaan ini menargetkan areal penanaman
seluas 3.000 ha (Duryatmo, S. 2010).
Melihat kebutuhan kenaf yang masih tinggi dimana kebutuhan serat kenaf
nasional mencapai 3.000 ton dan baru dapat terpenuhi 1.500 ton. Dan saat ini,
pemenuhan kenaf nasional didatangkan dari Vietnam dan Malaysia. Oleh karena
itu, perlu adanya peran serta baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk
meningkatkan produktifitas kenaf baik dalam bentuk benih maupun serat. Dan
perlu adanya sosialisasi ke petani mengenai manfaat dan keuntungan budidaya
tanaman kenaf, sehingga petani lebih tertarik untuk mengembangkan tanaman
kenaf.

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF ~ BBPPTP Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Suburnya Potensi Bisnis Budidaya Tanaman Kenaf. http:
//bisnisukm.com/suburnya-potensi-bisnis-budidaya-tanaman-kenaf.
Html. Diakses tanggal 18 Mei 2015.
Anonim,

2014.
Ini
Lho
Tanaman
Kenaf
Andalan
Riau.
http://www.jitunews.com/read/6160/ini-lho-tanaman-kenaf-andalan-riau.
Diakses tanggal 20 Mei 2015.

Darmono dan Tirtosuprobo, S. 2009. Alat Mesin Untuk Pengolahan Batang Kenaf.
Balittas. Malang.
Duryatmo,
S.
2010.
Tanaman
Penghasil
Mobil.
http://www.trubusonline.co.id/tanaman-penghasil-mobil/. Diakses tanggal 19 Mei 2015.
Haryono, 2011. Dukungan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
dalam
Riset
dan
Pengembangan
Serat
Alam.
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/upload.files/File/Berita/Makalah%20Ka%
20Badan%20untuk%20Seminar%20Serat%20Alam.pdf. Diakses tanggal 3
Agustus 2015.
Sastrosupadi, A. et.all. 2015. Budidaya Kenaf (Hibiscus cannabinus L.).
http://www.academia.edu/5885781/BUDIDAYA_KENAF_Hisbiscus_cann
abinus_L._FAKTORAKTOR_YANG_BERPERAN_DALAM_PRODUKTIVITAS_SERAT_KAR
UNG. Diaskses tanggal 20 Mei 2015.
Sudjindro et al., 2005. Status Plasma Nutfah Tanaman Serat Karung. Buku
Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Perkebunan.
Puslitbangbun. Bogor.
Zulher, 2014. Menangkap Peluang Tanaman Kenaf. http://riaupos.co/2873-opinimenangkap-peluang-tanaman-kenaf-.html#.VZt8gTdSC60.
Diakses
tanggal 1 Juli 2015.

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF ~ BBPPTP Surabaya

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KENAF ~ BBPPTP Surabaya

Anda mungkin juga menyukai