Anda di halaman 1dari 54

PT.

PAPANJAYA SEJAHTERA RAYA


Panbil Plaza, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam

DESAIN FISIK
SARANA PRASARANA WISATA ALAM
PERIODE
2020 s/d 2075
DI
BLOK PEMANFAATAN
TAMAN WISATA ALAM MUKA KUNING
Sei Beduk - Batam - Kepulauan Riau

Luas 207.41 Hektar

Batam, 2019
DESAIN FISIK
SARANA PRASARANA WISATA ALAM
DI
BLOK PEMANFAATAN
TAMAN WISATA ALAM MUKA KUNING
Sei Beduk Batam Kepulauan Riau

PERIODE
2020 s/d 2075

BUKU 3:
DESAIN FISIK
SARANA PRASARANA WISATA ALAM

IZIN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA ALAM


(IUPSWA)
Luas 207.41 Hektar

Batam, 2019

PT.PapanJaya Sejahtera Raya Page ii


DESAIN FISIK
SARANA PRASARANA WISATA ALAM
BLOK PEMANFAATAN
TAMAN WISATA ALAM MUKA KUNING
Sei Beduk Batam Kepulauan Riau
2020 s/d 2075
IZIN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA ALAM (IUPSWA)
Surat Perintah Pemenuhan Komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor S/66/KSDAE/PJUIK/KSA.3/1/2019 Tanggal 28 Januari 2019
Luas 207.41 Hektar

BUKU 3:
DESAIN FISIK
SARANA PRASARANA WISATA ALAM

Disusun:
Di : Batam
Tanggal :

Oleh:
PT. PAPANJAYA SEJAHTERA RAYA

ISKANDAR ALAMSYAH
Direktur Utama

Disahkan: Dinilai:
Di : Jakarta Di : Pekanbaru
Tanggal : Tanggal :
Oleh: Oleh:
DIREKTUR PEMANFAATAN JASA KEPALA BALAI BESAR KONSERVASI
LINGKUNGAN HUTAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM RIAU

Ir. Asep Sugiharta, MSc. SUHARYONO, S.H, MSi,M.Hum.


NIP. 19640229 199003 1 001 NIP. 19670401 199403 1 003

PT.PapanJaya Sejahtera Raya Page iii


PETA SITUASI AREAL IUPSWA PT. PAPANJAYA SEJAHTERA RAYA

PT.PapanJaya Sejahtera Raya Page iv


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

RINGKASAN EKSEKUTIF

Buku 3: Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam ini merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam (RPPA) PT. Papanjaya Sejahtera
Raya. Dokumen buku 3 memuat perencanaan desain fisik bangunan sarana prasarana
wisata alam berupa rancangan jenis, bentuk, ukuran, arsitektur, bahan bangunan, dan
tahapan pelaksanaannya. Keberadaan sarana dan prasarana wisata alam selain diperlukan
untuk memungkinkan kegiatan wisata alam, serta harus diupayakan untuk tidak
mengganggu atau merusak keberadaan dan keberlanjutan ekosistem areal wisata alam.
Dengan demikian perencanaan desain fisik akan mencakup aspek perencanaan,
pelaksanaan konstruksi maupun penggunaan dan pemanfaatan sarana wisata alam tersebut,
yang mengantisipasi kemungkinan perkiraan dampak yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif. Dengan demikian dampak tersebut akan diperhitungkan dalam
perencanaan desain fisik tersebut.
Perencanaan desain fisik sarana prasarana wisata alam ini disusun dengan diawali
uraian tahapan analisis kebutuhan akan jenis, ukuran, bentuk bangunan untuk
sarana dan prasarana wisata alam, untuk kemudian dilanjutkan dengan pemilihan
arsitektur, bahan bangunan, perhitungan rencana pembiayaan, dan kemudian pentahapan
pelaksanaan kegiatan pembangunannya di lapangan. Melalui hal tersebut akan dapat
dihasilkan desain fisik sarana dan prasarana wisata alam, yang dapat meningkatkan nilai-
nilai keindahan dan keserasian dengan lingkungan alam, serta memenuhi kaedah atau
prinsip ekologis dan estetika fisik bangunan sarana dan prasarana di dalam areal wisata
alam.
Sarana dan prasarana tersebut dibangun dan dikembangkan untuk mendukung
kegiatan wisata alam sesuai karakteristik ekologis kawasan TWA Muka Kuning, serta
keberadaan bangunan tersebut selain memiliki fungsi dan kegunaannya untuk kegiatan
wisata alam, juga diupayakan memiliki keserasian dan keharmonisan dengan lingkungan
alam. Dalam kaitan tersebut, konsep desain fisik sarana dan prasarana wisata alam
dikembangkan berdasarkan perspektif untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
pengunjung, kebutuhan sarana dan prasarana untuk pelayanan-akomodasi-kegiatan wisata
alam, serta diupayakan desainnya dikembangkan dan mengacu kepada konsep arsitektur
tropis dan resort pegunungan pada areal yang masih alami.
Melalui perancangan desain fisik sarana dan prasarana tersebut diharapkan
tersedianya sarana dan prasarana wisata alam yang mampu menciptakan desain fisik
PT.PapanJaya Sejahtera Raya Page v
Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dengan mengeksplorasi nilai-nilai keindahan, keserasian lingkungan alam, serta sarana dan
prasarana sesuai fungsi dan peruntukkannya untuk pengembangan wisata alam yang
terkelola secara berkelanjutan.

PT.PapanJaya Sejahtera Raya Page vi


KATA PENGANTAR

Perencanaan Desain Fisik Sarana dan Prasarana Wisata Alam ini dilakukan sesuai dan
selaras dengan kapasitas dan keindahan lingkungan alam pembentuknya, serta desain fisik
yang dikembangkan harus mampu untuk meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai estetika
dari lingkungan alam yang ada. Suatu proses analisis dan sintesis terhadap lansekap dan
karakteristik ekosistem kawasan ini dilakukan untuk mampu menyajikan perencanaan
desain fisik yang sesuai kebutuhan sarana dan prasarana untuk pelayanan-akomodasi-
kegiatan wisata alam tipe resort pegunungan, serasi dan harmonis dengan lingkungan alam,
yang pembangunan dan penggunaannya mampu melestarikan kepentingan konservasi alam
dan wisata berwawasan lingkungan.

Dokumen ini menyajikan uraian dari proses analisis dan sintesis serta penyusunan rencana
desain fisik, penyajian gambar desain fisik, perhitungan biaya, bahan dan pentahapan
pelaksanaannya pada areal IUPSWA PT. Papanjaya Sejahtera Raya di TWA Muka Kuning,
serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen RPPA PT. Papanjaya
Sejahtera Raya.

Semoga perencanaan desain fisik yang disajikan ini memperoleh persetujuan dari
pemerintah, khususnya penilaian untuk persetujuan dari Kepala Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Riau, penilaian oleh Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi dan pengesahan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dengan tersusunnya Perencanaan Desain Fisik ini, kami sampaikan terimakasih kepada
Bapak Direktur Jenderal KSDAE, Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi, Kepala Balai Besar KSDA Riau, serta berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan bantuan sampai selesainya penyusunan dokumen ini.

Batam, Juli 2019


PT. Papanjaya Sejahtera Raya

Iskandar Alamsyah
Direktur Utama

Page vi
Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN iii


Peta Situasi Areal IUPSWA PT.Papanjaya Sejahtera Raya iv
Ringkasan Eksekutif v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud, Tujuan dan Manfaat 1

BAB II. KONSEP DESAIN FISIK 3


2.1 Pengembangan Lahan Areal Wisata Alam 3
2.2 Efisiensi Energi 3
2.3 Efisiensi Air 4
2.4 Siklus Material 4
2.5 Kualitas Udara Ruangan 5
2.6 Manajemen Bangunan 5
2.7 Tahapan Proses Pembangunan 6

BAB III. SARANA DAN PRASARANA WISATA ALAM 10


3.1 Lokasi dan Intensitas Pemanfaatan Areal Wisata Alam 10
3.2 Arsitektur dan Desain Fisik 14
3.3 Jenis Bangunan 32
3.4 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan 38
3.5 Pasca Konstruksi 39

BAB IV. PENUTUP 43


LAMPIRAN

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page x


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

DAFTAR TABEL

Tabel.1. Penggunaan Areal Site Plan dan Areal IUPSWA Untuk Sarana
dan Prasarana Wisata Alam PT.Papanjaya Sejahtera Raya 9
Tabel.2. Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Alam PT. Papanjaya
Sejahtera Raya Untuk Keseluruhan Areal Site Plan 40

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page xi


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1. Peta Sarana Prasarana dan Blok Site Plan Wisata Alam
PT.Papanjaya Sejahtera Raya 10
Gambar.2. Sketsa Penurapan Untuk Penahan Tanah Di Lahan Berkontur Miring 19
Gambar.3. Sketsa Konstruksi Bangunan Panggung 19
Gambar.4. Sketsa Pondasi Bangunan di Lahan Miring Dengan Kelerengan <10% 19
Gambar.5. Berbagai Tipe Pondasi Untuk Bangunan Pada Lahan Berkontur Miring 20
Gambar.6. Contoh Sketsa Atap Pelana dan Atap Perisai/Limas 23
Gambar.7. Contoh Sketsa Modifikasi Atap Pelana dan Atap Perisai 24

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page xii


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk terlaksananya IUPSWA, kepada PT. Papanjaya Sejahtera Raya diminta
menyiapkan dokumen desain fisik sarana dan prasarana wisata alam sebagai acuan dan
pedoman untuk kepentingan pembangunan sarana dan prasarana wisata alam. Desain fisik
tersebut merupakan rancangan bentuk, ukuran, bahan dan pembiayaan untuk
pembangunan sarana dan prasarana wisata alam yang direncanakan pada tapak wisata alam.
Desain fisik tersebut disiapkan dengan memperhatikan dan memasukkan
komponen terkait kepentingan konservasi alam, karakteristik tapak areal wisata alam,
arsitektur setempat, material/bahan setempat, fungsi, dan kepentingan keinginan dan
kepuasan pengunjung yang mempergunakan, serasi dan harmonis dengan lingkungan yang
alami, ramah lingkungan dan fungsional sesuai peruntukannya sebagai sarana dan prasarana
wisata alam.
Desain fisik ini disiapkan berdasarkan kepentingan untuk penyediaan sarana dan
prasarana wisata alam yang dibutuhkan dan dibangun untuk pelaksanaan usaha penyediaan
sarana wisata alam. Desain fisik disiapkan dengan mengacu kepada ketentuan peraturan
direktur jenderal PHKA nomor P.02/IV-SET/2012 tanggal 10 januari 2012 tentang
pembangunan sarana pariwisata alam di TN, Tahura dan TWA dan peraturan direktur
jenderal PHKA nomor P.03/IV-SET/2011 tanggal 9 maret 2011 tentang pedoman
penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam di SM, TN, Tahura dan TWA.
Desain fisik disiapkan terutama pada areal tapak (site plan) yang direncanakan pada
areal IUPSWA blok pemanfaatan TWA muka kuning.
Desain fisik sarana dan prasarana akan mencakup uraian terkait dengan jenis sarana
dan prasarana, lokasi dan letak, konsep dasar dan prinsip pembangunan, tahapan
pembangunan, bentuk bangunan, bahan bangunan, dan persyaratan bangunan wisata alam
yang akan dikembangkannya.

1.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat


Maksud buku 3 desain fisik sarana prasarana wisata alam ini merupakan dokumen
perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang akan dibangun setelah ditetapkan tata
letaknya pada site plan, untuk melengkapi acuan pembangunannya di lapangan pada areal
usaha penyediaan sarana wisata alam di kawasan TWA muka kuning.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 1


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Tujuan buku 3 desain fisik sarana prasarana wisata alam ini merupakan dokumen
pengarah dan pengendali di dalam pembangnan dan penyelenggaraan penataan bangunan
dan lingkungan pada areal usaha penyediaan sarana wisata alam kawasan TWA muka
kuning agar bangunan sarana wisata alam memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan
dan lingkungan berkelanjutan, meliputi persyaratan konstruksi bangunan, perbaikan
kualitas lingkungan dan yang publik, mampu memberikan perlindungan dan pelestarian
lingkungan alam, dan berfungsi peruntukannya untuk kegiatan wisata alam.
Manfaat buku 3 desain fisik sarana prasarana wisata alam ini adalah:
1) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana wisata alam sejak dini hingga
pemanfaatannya, termasuk pemeliharaan maupun renovasinya
2) Mewujudkan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam site plan secara tepat
guna, efektif, spesifik, dan konkret sesuai karakteristik tapak areal wisata alam
3) Mewujudkan kesatuan karakter, kualitas, keserasian dan harmonisasi bangunan dengan
lingkungan alam, sehingga lebih tertata rapih, indah, nyaman, aman dan mudah untuk
kegiatan wisata alam di daerah yang alami
4) Menjamin pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sarana wisata alam sesuai
aspirasi dan kebutuhan pengunjung, mampu melindungi dan melestarikan lingkungan
alam, dan keberlanjutan usaha wisata alam.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 2


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

BAB II
KONSEP DESAIN FISIK

Sarana dan prasarana wisata alam yang akan dibangun merupakan bangunan
arsitektur tropis yang memenuhi persyaratan ramah lingkungan, dan memiliki kinerja
terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumberdaya lainnya melalui
penerapan prinsip bangunan ramah lingkungan sesuai fungsi dan klasifikasi dalam setiap
tahap penyelenggaraannya.

2.1. Pengembangan Lahan Areal Wisata


Diperlukan adanya upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan
dengan tetap mempertahankan suasana hutan alami, sehingga tetap terjaga keseimbangan
lingkungan dan keindahan lingkungan alam yang ada, serta pengunjung dapat
menikmatinya dan mengagumi suasana alami tersebut. Keberadaannya akan menjadi
bagian dari sistem sirkulasi udara, pengatur iklim mikro yang lebih baik, pemeliharaan
akan kelangsungan persediaan air tanah, pengendali pencemaran (udara, air, tanah dan
suara/kebisingan), serta pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna
yang ada sebagai upaya konservasi keanekaragaman hayati.
Selain mempertahankan keberadaan lingkungan yang alami, dalam pengembangan
areal wisata alam perlu mempertimbangkan pergerakkan pengunjung. Hal ini menjadi
penting untuk mendorong terselenggaranya aktifitas wisata alam yang menyatu dengan
lingkungan alami. Beberapa hal yang ditekankan dalam pergerakan tersebut adalah
menjadikan pejalan kaki sebagai prioritas, membuka akses untuk kemudahan pencapaian
bagi semua orang, penyediaan berbagai prasarana dan sarana, serta berbagai fasilitas umum
lainnya yang memadai serta mendukung mobilitas pengunjung di areal wisata alam.
Keterhubungan dengan semua fasilitas dan infrastruktur akan memberikan kemudahan dan
fleksibilitas tercapainya efisiensi energi, biaya, dan pemenuhan keinginan pengunjung.

2.2. Efisiensi Energi


Untuk menciptakan efisiensi dalam penggunaan energi, praktik-praktik inovatif
dapat diterapkan sejak tahap desain hingga pengoperasian pada setiap gedung dan
bangunan. Pendekatan pada tahapan desain misalnya ditandai dengan perencanaan yang
berorientasi pada pendekatan desain yang mempertimbangkan iklim dan pemanfaatan
sumber daya alam (pencahayaan dan penghawaan). Selain itu juga dengan penggunaan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 3


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

teknologi efisien energi. Dengan kenyataan bahwa sistem penyediaan dan pemanfaatan
energi nasional di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil, penggunaan energi
terbarukan juga perlu lebih diapresiasi.
Pada tahapan pengoperasian gedung, diharapkan suatu bangunan menggunakan
sistem pengoperasian yang efisien energi. Adanya prosedur pemantauan dan pencatatan
konsumsi listrik seperti submeter bagi kebutuhan usaha penghematan listrik diperlukan
untuk mengetahui konsumsi energi pada bangunan. Dari hal itu akan dapat dianalisa,
dimana terjadi pemakaian energi terbesar dan apa yang dapat dilakukan untuk melakukan
efisiensi dan penghematan.

2.3. Efisiensi Air


Meningkatnya penggunaan air bersih dan adanya pencemaran merupakan bagian
dari penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas air bersih. Kualitas air dapat
diperbaharui secara alami melalui siklus hidrologi, akan tetapi penggunaan air oleh manusia
untuk aktivitasnya dapat merusak kualitas air lebih cepat daripada kemampuan alam untuk
memulihkannya. Buruknya kualitas air dan pemakaian air bersih yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya krisis air bersih.
Pada tahapan desain, perlu diperhatikan potensi sumber air yang ada, berapa
kebutuhan akan air bersih dan bagaimana pengelolaannya. Ketiga hal tersebut penting
untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan di masa mendatang.
Adanya desain dan perencanaan sistem air berupa pengadaan meteran dan pemasangan fitur
air dengan efisiensi tinggi juga diperlukan sebagai upaya penghematan air. Perencanaan
sistem yang mendukung penggunaan air alternatif dan upaya untuk mengkonservasi air
perlu diterapkan. Selain itu dengan memilih sistem irigasi landscape yang efisien dan
mampu mengurangi penggunaan air bersih untuk tanaman pada area sekitar gedung.
Pada tahapan operasional, diperlukan adanya kesadaran akan pentingnya
penghematan air serta perlu menentukan langkah penghematan air di setiap gedung dan
pemakaian oleh pengunjung. Pendekatan melalui kampanye akan pentingnya penghematan
penggunaan air kepada pengguna gedung dan pengunjung harus dilakukan sebagai sarana
sosialisasi.

2.4. Siklus Material


Bangunan ramah lingkungan tidak dapat terlepas dari material ramah lingkungan.
Material merupakan elemen dari desain pasif. Sebagai elemen dari desain pasif, material

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 4


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dikaitkan dengan kemampuannya dalam mendukung kinerja gedung secara efisien dan
efektif untuk memenuhi kebutuhan penggunannya. Hal ini secara langsung berhubungan
dengan karakteristik yang dimiliki material tersebut dalam merespon isu ramah lingkungan
dalam bangunan gedung.
Dari aspek ekologi, material ramah lingkungan dilihat dari daur hidupnya atau di
kategorikan sebagai material semi permanen. Material yang ramah lingkungan atau semi
permanen seharusnya memiliki keberpihakan kepada ekologi pada rangkaian proses
pembuatan, pengangkutan dan pemasangan. Sedangkan dari aspek ekonomi, material ramah
lingkungan atau material semi permanen dilihat dari aspek asal bahan baku dan tempat
produksinya. Melalui kategori ini, diharapkan perkembangan industri material bangunan
dapat mendukung semangat ramah lingkungan pada gedung secara mikro dan mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan secara makro.

Kriteria material yang ramah lingkungan bisa dengan penggunaan material lokal,
menggunakan material bekas, daur ulang, prefabrikasi, atau material yang memiliki fitur
ramah lingkungan (seperti hemat air, hemat energi dan mudah pemeliharaan). Bisa juga
memilih material yang industrinya telah menerapkan ramah lingkungan pada proses
produksinya.

2.5. Kualitas Udara Ruangan


Kualitas udara yang buruk akan berpengaruh terhadap kesehatan pengunjung.
Sumber pencemaran udara di dalam ruangan antara lain berasal dari emisi dan dari lalu
lintas kendaraan di luar gedung dan kinerja alat-alat di dalam gedung, emisi perabot dan
material bangunan, serta gangguan sistem ventilasi udara. Jika kualitas udara dalam
ruangnya buruk dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan kesehatan terhadap
penggunanya, namun gejala penyakit tersebut tidak lagi diderita setelah beberapa saat
meninggalkan gedung tersebut. Oleh karena itu, pengendalian kualitas udara dalam ruangan
memerlukan strategi yang tepat sehingga produktivitas kerja serta tingkat okupansi gedung
dapat berlangsung secara optimal. Pencegahan masalah kualitas udara dalam ruang akan
memerlukan biaya yang lebih kecil.

2.6. Manajemen Bangunan


Merencanakan operasional gedung berarsitektur tropis yang ramah lingkungan
dimulai sejak tahap perencanaan desain. Dalam pengoperasian suatu bangunan hijau atau

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 5


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

ramah lingkungan, serta tipe bangunan yang di desain adalah hanya tipe rumah satu
sampai dua lantai saja. Sangat diperlukan sebagai suatu standar manajemen yang terencana
dan baku untuk mengarahkan tindakan dari pelaku operasional bangunan dalam melakukan
pengelolaan gedung agar dapat menunjukkan hasil yang ramah lingkungan (green
performance).
Yang perlu diperhatikan mencakup: pengelolaan sumber daya melalui rencana
operasional yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini dalam
pemecahan masalah, serta manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep
bangunan hijau dibandingkan dengan penyelesaian masalah yang terjadi. Dengan
demikian, upaya mewujudkan kualitas lingkungan dalam ruang yang baik, lebih tepat
dilakukan sejak tahap desain. Bagaimana menghemat konsumsi energi pada saat
operasional, sambil mempertahankan lingkungan dalam ruangan yang kondusif untuk
kesehatan dan kenyamanan penggunanya.
Hal-hal yang dapat dilakukan seperti: memastikan adanya pertukaran udara segar
ke dalam ruangan, larangan merokok di dalam gedung, pencahayaan yang cukup,
pengkondisian udara yang nyaman, adanya akses pemandangan ke luar, menggunakan
material dan produk dengan tingkat polutan rendah.

2.7. Tahapan Proses Pembangunan


Bangunan sarana wisata alam merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di lahan, yang
berfungsi sebagai tempat kegiatan wisata alam. Penyelenggaraan pembangunan sarana
wisata alam tersebut merupakan kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan
teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan dan
pelestariannya. Setiap kegiatan membutuhkan pendekatan yang berbeda agar kinerjanya
sejalan dengan konsep ramah lingkungan atau bangunan hijau.

Kegiatan pembangunan sarana wisata alam baru merupakan tahap yang paling
penting karena akan menentukan kinerja sarana wisata alam pada tahap selanjutnya. Pada
sarana bangunan baru dapat dioptimalkan pemanfaatan lahan hijau, konservasi energi dan
air, material yang ramah lingkungan, pengelolaan sampah serta kualitas udara dalam ruang
yang baik. Pemanfaatan yang bisa dioptimalkan tersebut dapat tercapai apabila setiap
tahapan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Kegiatan pelestarian dapat dikategorikan sebagai kegiatan pembangunan apabila di

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 6


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dalamnya terdapat pula aktifitas pemugaran bangunan dan lingkungannya untuk


mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan keadaan menurut periode yang
dikehendaki.
Tahapan pertama dalam pembangunan adalah desain dan perencanaan. Dalam
desain bangunan sarana wisata alam, penerapan ide keberlanjutan tidak hanya terbatas pada
aspek biaya, aspek waktu dan aspek kualitas, tetapi juga ditambahkan dengan aspek ekologi
dan aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung yang memanfaatkannya.
Selain itu, untuk mencapai keberlanjutan dalam seluruh daur hidup bangunan sarana wisata
alam, diperlukan desain yang terintegrasi, yaitu melakukan elaborasi antar berbagai
disiplin keahlian sehingga terwujudnya manfaat yang sinergis untuk mencapai kinerja
sarana wisata alam yang berkualitas (disiplin keahlian yang dimaksud tersebut diantaranya
adalah keterlibat arsitek, ahli mekanikal elektrikal, ahli struktur, ahli landscape, ahli akustik
dan ahli lainnya terkait dengan proses perancangan dan pembangunan sarana wisata
alam). Hasil dari perencanaan tersebut selanjutnya dilaksanakan dalam proses konstruksi.
Pelaksanaan konstruksi harus dipastikan sesuai dengan desain dan perencanaan sehingga
arsitektur tropis dengan konsep green building atau bangunan ramah lingkungan akan
benar-benar dapat diterapkan dan manfaatnya bagi pengguna dan lingkungan dapat
dirasakan.
Keunggulan dari proyek pembangunan sarana wisata alam adalah pada desain dan
perencanaan yang dapat dimaksimalkan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya
dengan memperhatikan tiga faktor penting, yaitu: kepentingan pengunjung, kelestarian
lingkungan alam dan keuntungan usaha. Dengan dilengkapi pelaksanaan konstruksi yang
selalu memperhatikan lingkungan dan mengutamakan kualitas hasil pembangunan sesuai
desain/perencanaan, maka sarana wisata alam berarsitektur tropis ramah lingkungan dan
sustainability dapat terwujud. Hal itu akan menjadi dasar bagi arsitek bersama perencana
wisata alam untuk menuangkan dalam suatu cetak biru (blue print), yang dikenal sebagai
“Rencana Induk Sarana Wisata Alam”. Dokumen ini memang bisa saja hanya berbentuk
selembar kertas lebar (plotter) atau tersimpan dalam sebuah file komputer yang tak terlalu
makan banyak memori. Tapi proses di balik pembuatan dokumen ini bisa menyita waktu
berhari-hari bahkan beberapa minggu hingga bulan.
Rencana tersebut merupakan rancangan pemanfaatan lahan sebagai sebuah areal
tempat penyediaan sarana kegiatan wisata alam, yang diwujudkan dalam suatu cetak
biru, yang akan ditempuh melalui tahapan langkah-langkah kegiatan:
Pertama, memetakan keinginan klien. Pada tahap ini mengurai brief yang diterima

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 7


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dari klien. Hasilnya akan direconfirm ke klien, sehingga baik pihak perencana maupun klien
pemilik proyek punya sudut pandang yang sama mengenai pengembangan areal untuk
wisata alam. Ini menyangkut tema arsitektur dan desain, jumlah bangunan yang hendak
dibuat, sarana penunjang serta kondisi alam dan lingkungan sekitar. Sambil mengurai brief
tersebut, tim perencana akan memberi berbagai masukan kepada klien.
Kedua, merumuskan tujuan/visi bersama. Pada prakteknya, tahapan ini melekat erat
dengan langkah pertama tadi. Begitu klien mempercayakan pembuatan rencana tersebut
kepada tim perencana, maka sebuah proyek menjadi mimpi bersama. Tujuan/visi ini punya
fungsi memandu tim perencana dan klien mewujudkan mimpi bersama.
Ketiga, pengumpulan data. Pada tahapan ini kami mengumpulkan dan mengolah
berbagai data serta informasi menyangkut kondisi lahan, letak geografis, situasi alam
dan lingkungan sosial serta sarana dan infrastruktur penunjang yang telah ada. Tim
perencana juga berusaha memprediksi berbagai kemungkinan perubahan di masa datang.
Keempat, menyiapkan rencana. Berbagai informasi yang terumuskan dari hasil
pengolahan data menjadi background atau dasar berpikir penyusunan perencanaan induk. Isi
sebuah rencana induk tersebut sebagian besarnya memang berupa gambar tampak atas dari
wilayah tertentu. Angka-angka dan keterangan di belakangnya disebut legenda. Mirip
seperti peta akan tetapi lebih detail. Yang juga penting untuk dipahami, rencana tersebut
bukanlah sebuah dokumen statis. Ia bisa diubah sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan
berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi kawasan, perubahan kebijakan atau pun karena
keinginan pemilik kawasan. Tapi setiap perubahan harus dilakukan dengan cermat.
Mengingat sebuah rencana induk yang baik dihasilkan lewat sebuah proses panjang serta
penuh dengan kalkulasi matang. Dan sebenarnya kalkulasi yang matang tersebut
mengandung berbagai bahan untuk antisipasi adanya perubahan rencana. Bahan/data itu
tentunya harus diolah lebih lanjut, bila memang akan dibuat perubahan atas rencana induk
tersebut.
Rencana Induk berfungsi sebagai pemandu langkah mewujudkan pembangunan
sarana wisata alam di lapangan. Melekat dalam fungsi itu ialah kegunaan rencana induk
sebagai acuan untuk memonitor dan mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang
telah ditempuh. Dengan adanya blue print rencana tersebut, selanjutnya dapat ditempuh
tahapan proses atau pengembangan sebuah wilayah untuk sarana wisata alam, mulai dari
pembuatan site plan, gambar arsitektur, gambar desain interior hingga pembangunan fisik.
Dokumen buku 3 ini akan digunakan sebagai acuan oleh arsitek untuk
mengembangkan dan mendetailkan perencanaan sarana wisata alam dalam cetak biru

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 8


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

desain sarana wisata alam.


Berikut ini adalah tahapan untuk pelaksanaan kegiatan Jasa Desain-Fee Arsitek,
serta pembiayaannya disesuaikan dengan nilai bangunan:
1) Termin I, 10% sebagai commitment fee
- Konsultasi arsitektural
- Survey dan penilaian lokasi
- Pengukuran luas lahan
- Pengukuran topografi (kontur) lahan
- Pembuatan kontrak kerja dan schedule/jadwal kerja
- Pengetesan kekuatan tanah (sondir)
2) Termin II 20% start konsep master plan
- Pembuatan master layout
- Pembuatan konsep tampak master & potongan master
3) Termin III 50% start konsep detail
- Pembuatan konsep 2D per unit
- Pembuatan konsep/model 3D
- Pembuatan gambar kerja arsitektur
- Pembuatan gambar kerja struktur
- Pembuatan Gambar kerja MEP
- Pembuatan gambar 3D render halus
- Pembuatan RAP (untuk patokan tender)
- Pembuatan gambar IMB untuk pengurusan pertama
4) Termin IV 20% penyerahan gambar kerja komplit
- Penyerahan print out gambar kerja & 3D komplit dijilid

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 9


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

BAB III
SARANA DAN PRASARANA WISATA ALAM

3.1. Lokasi dan Intensitas Pemanfaatan Areal Wisata Alam


Kegiatan usaha wisata alam di TWA muka kuning memerlukan adanya sarana
wisata alam berupa sarana pelayanan wisata alam, sarana akomodasi wisata alam, sarana
untuk kegiatan wisata alam, dan sarana pendukung wisata alam berupa prasarana jalan dan
penataan lingkungan.
Pemilihan lokasi merupakan tahapan awal yang penting untuk mempertimbangkan
prasarana dan sarana wisata yang direncanakan. Hal tersebut dilakukan melalui analisis
tapak dan merubahnya menjadi areal yang bermanfaat dan tidak merusak lingkungan, dan
meninjau jenis fasilitas umum yang terdapat di sekitar lokasi sarana wisata alam serta
meningkatkan konektifitas yang mudah bagi pejalan kaki menuju fasilitas wisata alam.
Pemilik sarana wisata alam, ahli teknik lingkungan, arsitek serta greenship profesional
berperan dalam tahapan ini untuk dapat memberikan masukkan dan ide-ide yang
diinginkan.

Gambar 1. Peta Sarana Prasarana dan Blok Site Plan Wisata Alam
PT. Papanjaya Sejahtera Raya

Lokasi areal untuk kepentingan pembangunan sarana wisata alam tersebut berada
di empat blok lokasi site plan. Blok site plan tersebut terhubungkan dengan jalan kendaraan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 10


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dan jalan setapak/sepeda. Luas keseluruhan blok sarana wisata alam yang diizinkan
adalah 10% dari luas areal IUPSWA yaitu 207.41 hektar. Namun dalam rencana
pengukuran penandaan batas areal blok site plan di lima lokasi hanya mencapai areal seluas
20.00 hektar atau 96.43% dari areal yang diizinkan.
Berdasarkan perencanaan penataan sarana prasarana wisata alam di keempat blok
site plan, untuk tahap awal luas sarana dan prasarana wisata alam yang dibangun adalah
10,6186 hektar atau 51.19% dari luas site plan yang diizinkan atau hanya 5.12% luas
areal IUPSWA. Penggunaan areal site plan untuk pembangunan sarana dan prasarana
wisata alam pada setiap blok areal site plan adalah:

Tabel 1. Penggunaan Areal Site Plan dan Areal IUPSWA Untuk Sarana dan Prasarana
Wisata Alam PT.Papanjaya Sejahtera Raya
Sarana Luas & Persentase Penggunaan Areal Sarana
Prasarana
No Prasarana Keterangan
Wisata Blok Blok Blok Blok Blok
Total
Alam 1 2 3 4 5
1 Sarana 151 2,106 15,070 4,452 9,270 31,049 Areal
Wisata Sarana WA
Alam (m2) 3.10 hektar
2 Prasarana 115 5,254 8,708 9,674 5,864 29,615 Areal
Wisata prasarana
Alam (m2) WA 2.96
hektar
3 Luas Areal 266 7,360 23,778 14,126 15,134 60,664 Areal
Sarana Sarpras WA
Prasarana 6.07 hektar
Wisata
Alam (m2)
4 Persentase 0.13% 3.55% 11.46% 6.81% 7.30% 29.25% Areal Site
terhadap Plan 20,741
areal blok hektar
site plan
5 Persentase 0.01% 0.36% 1.14% 0.68% 0.73% 2.92% Areal
terhadap IUPSWA
areal 207.41
IUPSWA hektar

Dari Tabel 1. tersebut, penggunaan areal untuk pembangunan sarana wisata alam
seluas 3.10 hektar dan prasarana seperti jalan mobil, jembatan dan jalan setapak seluas 2.96
hektar atau keseluruhan sarana prasarana wisata alam untuk sementara hanya memerlukan
seluas 6.07 hektar atau 29.25% dari luas site plan yang diperbolehkan seluas 20.741
hektar atau 2.92% dari areal IUPSWA. Masih sekitar 14.67 hektar atau 70.75% areal site
plan yang belum dipergunakan, areal ini hanya akan dipergunakan setelah diketahui tingkat

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 11


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

perkembangan permintaan pengunjung dengan memperhatikan daya dukung areal wisata.


Adapun koefisien dasar bangunan (KDB) yang merupakan presentasi perbandingan
antara luas seluruh bangunan sarana prasarana wisata alam yang dibangun dengan luas
lahan yang direncanakan/diizinkan mencapai 10,6186/20.741= 0.51. Sedang koefisien
lantai bangunan (KLB) yang merupakan presentasi perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan sarana prasarana wisata alam yang dibangun dengan luas lahan yang
direncanakan/diizinkan mencapai 9,6686/20.741= 0.47. KLB tersebut tidak termasuk areal
penataan taman dan persemaian. Koefisien daerah hijau (KDH) yang merupakan presentasi
perbandingan antara luas areal di luar bangunan gedung yang diperuntukan untuk
pertamanan dan areal yang dipertahankan sebagai tutupan hutan alam dengan luas lahan
yang direncanakan/diizinkan mencapai 15,0914/20.741= 0.73. Jadi dari areal IUPSWA
masih sekitar 97.07% atau seluas 201.34 hektar dipertahankan sebagai tutupan hutan alam
dan areal pertamanan.
Dari penggunaan areal yang diizinkan untuk sarana prasarana wisata alam tersebut
hanya dikonsentrasikan pada lima blok areal dengan luasan blok 1 seluas 0.03 hektar, blok
2 seluas 0.74 hektar, blok 3 seluas 2.38 hektar dan blok 4 seluas 1.41 hektar, dan blok 5
seluas 1.51 hektar dengan keseluruhan seluas 6.07 hektar dari luas 20.741 hektar. Dari areal
yang diizinkan tersebut untuk kepentingan sarana dan prasarana wisata alam di blok 1
seluas 0,03 hektar atau 0.13% luas areal site plan 1; blok 2 seluas 0.74 hektar atau 3.55%
luas areal site plan 2; Blok 3 seluas 2.38 hektar atau 11.46% luas areal site plan 3; Blok 4
seluas 1.41 hektar atau 6.81% luas areal site plan 4 ; Blok 5 seluas 1.51 hektar atau 7.30%
luas areal site plan 5 atau keseluruhan blok yang dipergunakan untuk bangunan seluas
3.1 hektar atau 29.25% dari luas site plan yang direncanakan. Dengan demikian karakter
lingkungan alami masih mendominasi areal IUPSWA ini.
Disamping itu keempat blok sarana wisata alam terkoneksi dengan jalan kendaraan
dan jalan setapak, sehingga secara fungsional merupakan areal wisata alam yang kompak
dan terpadu (compact and integrated development), dengan tetap mempertahankan
kepentingan lingkungan alam yang tetap utuh dan terjaga.
Secara fisik areal sarana prasarana wisata alam tersebut ditata dengan
memperhatikan estetika, karakter dan citra image pada kawasan yang ada, dan setiap blok
sarana wisata memiliki karakter dan image yang khusus sesuai potensi yang ada. Secara
lingkungan areal direncanakan dengan pengaturan keseimbangan, keterkaitan dan
keterpaduan setiap elemen yang ada, sehingga fungsi, estetika, kemudahan, kenyamanan,
keamanan, dan pelayanan pengunjung terakomodasi secara optimal. Di setiap areal sarana

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 12


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

wisata alam, kepentingan privasi dan publik terakomodasi dengan menentukan areal
terpisah namun mudah dijangkau, serta dilengkapinya dengan penataan jalan lingkungan
dan pertamanan yang tertata dengan indah dan asri. Penataan tersebut mencakup
pengelompok kedalam blok-blok site plan:
Blok 1, areal kedatangan (welcome centre areas), seluas 2000 m2.
Merupakan areal yang dilengkapi dengan jalan masuk utama area TWA selebar 5
meter dan papan nama, gerbang masuk TWA beserta guard house.
Blok 2, areal pemandangan dan fasilitas resort pengunjung (viewing and visitor centre),
seluas 1.8 hektar.
Blok ini di lengkapi dengan area visitor centre, area parkir, kantor pengelola, berikut
juga area penataan taman. Untuk pengelolaan lingkungan di blok ini juga di sediakan
tempat pengolahan sampah dengan dilengkapi fasilitas seperti pos jaga, mushola, toilet
umum, dan fasilitas tempat tinggal untuk rumah petugas, dilengkapi tower air, gudang
workshop, dan untuk fasilitas managemen atau eksklusif sediakan juga helipad.
Blok 3, areal fasilitas resort pengunjung hutan timur (east forest visitor resort facilities),
seluas 8.0 hektar.
Merupakan areal yang dilengkapi dengan visitor centre, area parkir, untuk area
piknik dilengkapai area barberque, pondok wisata tipe 20 m2, tipe 36 m2, tipe 60 m2, dan
untuk bersantai dengan area outbond, area pemancingan, area perkemahan, untuk pelajar
dan mahasiswa juga di sediakan area pusat penelitian, pendidikan, konservasi dan
lingkungan alam serta area bermain untuk keluarga yang membawa anak. Blok ini juga
dilengkapi area pengelolaan lingkungan seperti tempat pengolahan sampah dengan
dilengkapi fasilitas seperti pos jaga, mushola, toilet umum, dan fasilitas tempat tinggal
untuk rumah petugas, dilengkapi tower air, gudang workshop dan juga di sediakan helipad.
Blok 4, areal fasilitas resort pengunjung hutan barat (west forest visitor resort facilities),
seluas 4.40 hektar.
Merupakan areal yang dilengkapi dengan visitor centre, area parkir, untuk area
piknik dilengkapai area barberque, pondok wisata tipe 20 m2, tipe 36 m2, tipe 60 m2, dan
untuk bersantai dengan area persemaian. Blok ini juga dilengkapi area pengelolaan
lingkungan seperti tempat pengolahan sampah dengan dilengkapi fasilitas seperti pos jaga,
mushola, toilet umum, dan fasilitas tempat tinggal untuk rumah petugas, dilengkapi tower
air, gudang workshop, dan juga di sediakan helipad.
Blok 5, areal fasilitas resort pengunjung hutan barat (west forest visitor resort facilities),
seluas 5.00 hektar.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 13


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Merupakan areal yang dilengkapi dengan visitor centre, area parkir, untuk area
piknik dilengkapi area barberque, pondok wisata tipe 20 m2, tipe 36 m2, tipe 60 m2, dan
untuk bersantai dengan area persemaian dan outbond. Blok ini juga dilengkapi area
pengelolaan lingkungan seperti tempat pengolahan sampah dengan dilengkapi fasilitas
seperti pos jaga, mushola, toilet umum, dan fasilitas tempat tinggal untuk rumah petugas,
dilengkapi tower air, gudang workshop, dan tidak kalah menariknya juga di sediakan
helipad.
Secara lingkungan areal di dalam setiap blok direncanakan dengan pengaturan
keseimbangan, keterkaitan dan keterpaduan setiap elemen yang ada, sehingga fungsi,
estetika, kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan pelayanan pengunjung terakomodasi
secara optimal. Di setiap blok kepentingan privasi dan publik terakomodasi dengan
menentukan areal terpisah namun mudah dijangkau, serta dilengkapi penataan jalan
lingkungan dan pertamanan yang asri.

3.2. Arsitektur dan Desain Fisik


Arsitektur dan desain sarana wisata alam harus memenuhi segala aspek, mulai dari
aspek biaya, aspek waktu, aspek kualitas, aspek ekologi dan aspek kesehatan,
keamanan dan kenyamanan pengunjung areal wisata alam. Selain itu dalam pelaksanaannya,
pembuatan arsitektur dan desain perencanaan harus melibatkan banyak ahli (arsitek, ahli
mekanikal elektrikal, ahli struktur, ahli landscape, ahli akustik dan ahli lainnya terkait
dengan proses pembangunan gedung) sehingga menghasilkan suatu desain yang terintegrasi
guna menjamin terwujudnya manfaat yang sinergis untuk mencapai kinerja yang tinggi
dari suatu sarana wisata alam yang dirancang. Dalam tahapan ini melibatkan pemilik
sarana wisata alam, arsitek, arsitek landscape, ahli struktur, mekanikal elektrikal dan
plumbing, ahli akustik, pihak ketiga untuk menentukan cakupan/lingkup pelaksanaan testing
commissioning, manajemen gedung (untuk pengelolaan sampah) dan greenship professional.
Sarana wisata alam yang akan dibangun di areal wisata ini, khususnya pada areal
blok 1, blok 2, blok 3, blok 4 dan blok 5 menggunakan arsitektur tropis, dengan modifikasi
yang memungkinkan tercapainya efisiensi dan efektivitas pembiayaan dan
pemeliharaannya, disamping usia bangunan (building life time) yang lama.

3.2.1. Arsitektur Tropis


Upaya perancangan arsitektur tropis sarana wisata alam ini dilakukan selaras dengan
alam tropis serta memperhatikan kelangsungan ekosistem yaitu dengan pendekatan ekologi.
Pendekatan ekologi ini diharapkan mampu menghasilkan konsep-konsep perancangan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 14


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

arsitektur ramah lingkungan, khususnya arsitektur tropis selaras lingkungan alam (blend
with nature).
Arsitektur tropis merupakan suatu perancangan bangunan yang dirancang untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat di daerah tropis, khususnya
permasalahan yang terkait dan ditentukan oleh kondisi iklim tropis. Di daerah tropis hanya
terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim tropis dicirikan oleh
barbagai karakteristik seperti kelembaban udara yang tingggi (dapat mencapai angka
diatas 90% ), suhu udara relatif tinggi (18-35ºC), radiasi yang menyengat dan
mengganggu, serta curah hujan yang tinggi (dapat mencapai angka diatas 3000 mm/tahun).
Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik
manusia, terutama aspek kenyamanan suhu (termis).
Standar internasional untuk kenyamanan suhu (termis) “ISO7730:1994”
menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia merupakan fungsi dari empat
faktor iklim yaitu suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin serta dua
faktor individu yakni tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta
jenis pakaian yang dikenakan. Dari teori Fanger (2000) menghasilkan suatu rumusan bahwa
“kenyamanan suhu” merupakan fungsi dari empat faktor iklim (climatic factors) yaitu :
suhu udara (ºC), suhu radiasi (ºC), kelembaban udara (% ) dan kecepatan angin (m/s).
Dalam buku standar tata cara perencanaan teknis konservasi energi pada bangunan gedung
yang diterbitkan oleh yayasan LPMB-PU menyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang
Indonesia adalah:
- Sejuk nyaman antara 20.5-22.8 ºC ET (effective temperature/suhu efektif)
- Suhu nyaman optimal antara 22.8-25.8 ºC ET
- Hangat nyaman antara 25.8-27.1 ºC ET
Penguatan konsep arsitektur tropis tersebut dilakukan selaras dengan lingkungan
alam, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien,
memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara efisien, dan
menekankan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan daur ulang.
Hal tersebut dilakukan untuk kelangsungan ekosistem, kelestarian alam dengan tidak
merusak tanah, air dan udara tanpa mengabaikan kepentingan keamanan dan kenyamanan
pengunjung yang memanfaatkannya secara fisik, sosial, dan ekonomi berkelanjutan.
Kelangsungan usaha wisata alam tersebut akan sangat bergantung sekali kepada keutuhan,
keaslian dan kelestarian lingkungan alam yang indah dan menarik. Adapun ciri bangunan
ramah lingkungan (ekologis) tersebut adalah:

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 15


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

1) Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi wisata alam dengan baik dengan
memperhatikan kekhasan aktivitas pengunjung serta potensi lingkungan sekitarnya
dalam membentuk citra bangunan yang ramah lingkungan dan harmonis, serasi dengan
lingkungan alam
2) Memanfaatkan sumber daya alam terbarukan yang terdapat di sekitar kawasan
perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan
maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air, angin, dsb)
3) Sistem bentuk bangunan dengan konstruksi sederhana dan mudah sehingga dapat
dikerjakan dan dipelihara oleh tenaga kerja setempat, dan
4) Bangunan tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan pengunjung, dan ruangan di
dalamnya merupakan areal yang sehat dengan sirkulasi udara baik, materialnya
merupakan bahan yang sehat dan ramah lingkungan, bentuk yang sehat dan menarik,
dan suasananya sehat dan menyenangkan.

3.2.2. Tata Bangunan


Dalam kaitan dengan kepentingan pembangunan sarana wisata alam tersebut, perlu
adanya bagian-bagian tertentu untuk jalan setapak, tempat bermain dan bersantai, tempat
berpetualangan, areal pendidikan dan kesadaran konservasi alam dan lingkungan, adanya
areal yang tenang, teduh dan nyaman untuk bersantai dan rileks, pengarahan pemandangan
(viewing) yang indah dan menarik, pencahayaan yang cukup dan alami, aliran udara
nyaman dan sejuk, dan pemilihan tumbuhan dan tanaman hias yang asri untuk penataan
taman dan lingkungan sekitar bangunan, yang keselurhannya memerlukan penataan.
Penataan massa bangunan di setiap blok site plan merupakan optimalisasi massa
bangunan di setiap tapak, serta memanfaatkan potensi yang ada pada setiap tapak. Hal
tersebut dilakukan dengan memperhatikan kondisi topografi, struktur lahan, dan aspek
lingkungan, sehingga bangunan wisata alam akan tertata dengan serasi terhadap lingkungan
sekitarnya, ruangan yang tercipta antar bangunan lebih atraktif dan interaktif, bercitra dan
berkarakter khas sesuai temanya pada setiap site. Tata bangunan dilakukan berdasarkan
fungsi yang meliputi:
1) Optimalisasi dan efisiensi yang berkaitan dengan desain yang paling optimal dan
efisien dari aspek fungsional, visual, kualitas lingkungan, spesifikasi kekhasan lahan,
dan mengupayakan keseimbangan dan keterpaduan diantara bangunan
2) Kejelasan penciptaan ruang, baik ruang publik, ruang private, maupun
penempatan deretan atau pengelompokan bangunan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 16


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

3) Keragaman fungsi, peruntukan dan aktivitas dengan mengadopsi kebutuhan


keragaman fungsi/peruntukan/aktivitas, interaksi sosial yang akan diciptakan, dan
lingkungan yang aman, nyaman, sehat, menarik, berwawasan ekologis, tanggap
terhadap kebutuhan pengunjung
4) Proporsional berorientasi kepada lingkungan pejalan kaki dan lingkungan alam,
sehingga tata bangunannya ramah lingkungan alam dan ramah untuk pejalan kaki,
aspek visual dan skala manusiawi pada pejalan kaki, serta tata bangunannya dapat
dinikmati oleh pejalan kaki
5) Fleksibel dalam arti tata bangunannya akomodatif terhadap kemungkinan
pengembangan fungsi wisata alam yang berkembang sesuai kepentingan dan tuntutan
pengunjung
6) Pola konektivitas antar bangunan sehingga tercipta interaksi sosial antar pengunjung,
kemudahan pengamanan dan pengawasan bersama, pengelompokan bangunan yang
saling terkoneksi melalui jalur atau jalan penghubungan, aktivitas publik yang tetap
menjaga kepentingan publik
7) Orientasi dan kontinuitas kepada kepentingan lingkungan maupun ruang public
8) Keseimbangan tata bangunan yang memudahkan pelayanan, dan
9) Menghindari eksklusivitas dan dapat berintegrasi dengan lingkungan sekitarnya.

Disamping itu, tata bangunan secara fisik dan non fisik harus memiliki:
1) Pola, dimensi dan standar umum sesuai kebutuhan tipe dan langgam bangunan seperti
tipe bangunan tunggal, berderet dan sebagainya
2) Estetika, karakter dan citra sebagai kawasan hutan alam untuk konservasi, seperti
desain yang memenuhi visualisasi hutan, gunung atau pemandangan
3) Kualitas fisik dalam arti kenyamanan untuk pengunjung, sirkulasi udara, penerangan
sinar matahari, dan suasana klimatolgi, dll
4) Ekspresi bangunan dan lingkungan, sehingga memperkaya pengembangan arsitektur
setempat, karakter wujud bangunan yang secara spesifik memiliki nilai tambah
seperti konsep bangunan arsitektur hijau atau arsitektur tradisional, dan
5) Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, kawasan sekitar, kelestarian
ekologis, dan tatanan sesuai kontur yang ada.

Pembersihan lahan dari pohon-pohon, semak-semak dan rumput yang mengganggu


tempat dimana akan didirikan bangunan, harus dilakukan dengan seksama dan selalu

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 17


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

menghindari tindakan penebangan dan pembukaan lahan pada lingkungan alam. Bangunan
selalu direncanakan sedemikian rupa sehingga pohon peneduh besar tidak perlu ditebang,
melindungi pohon-pohon yang dipertahankan sehingga tidak cacat atau rusak oleh
pekerjaan bangunan dengan memasang pagar sementara disekitarnya. Pada areal terbuka
dan rusak dilakukan rehabilitasi dan restorasi serta penataan landscapenya sehingga
menjadi teratur, rapih, asri, dan nyaman.
Untuk menutupi/menjaga permukaan bangunan yang terbuat dari bahan keras seperti
beton dan aspal dari sinar matahari langsung, maka bisa diatasi dengan cara penanaman
pohon pelindung, selain dapat melindungi pekerasan pada bangunan, pohon lindung ini
juga dapat berfungsi sebagai peredam polusi yang diakibatkan dari asap kendaraan
bermotor. Dan juga dapat menanggulangi kebisingan. Pohon lindung ini juga dapat
membantu menyalurkan udara kedalam bangunan, sehingga udara didalam bangunan akan
tetap bersih dan aliran udara tersebut akan menyejukan suasana di dalam ruangan.

3.2.3. Bentuk Bangunan


Bentuk bangunan merupakan pengambaran struktur formal dari bangunan sarana
wisata alam. Bentuknya umumnya disusun secara beraturan secara rapih dan simetris pada
lahan yang rata, atau mengarah ke arah view tertentu dan mengikuti kontur lahan yang ada,
serta cut and fill harus dihindari dan bila terpaksa diupayakan sangat minim sekali. Bentuk
bangunan dapat berupa bujur sangkar atau persegi panjang sesuai kondisi lahan, serta
terhubung satu sama lainnya melalui jalan lingkungan dan jalan setapak. Bangunan tersebut
dikelompok berdasarkan klaster akomodasi dengan bangunan pelayanan pengunjung baik
yang bersifat private/individu, keluarga maupun kelompok, klaster areal publik dimana
pengunjung dapat melakukan aktivitas bersama atau kelompok seperti piknik, barbeque,
menyaksikan pemandangan, out-bound, berpetualangan, pengamatan kehidupan liar-wildlife
watching, hiking-tracking atau run tracking, mountain bike, fishing, swiming, dll.
Mengingat kontur tapak untuk bangunan sarana wisata alam tersebut umumnya
tidak selalu datar, maka bangunan sarana wisata alam tersebut dibuat berbentuk bangunan
panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring
dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tiang dan pondasi
penyangga dan bangunan penahan tanah (turap) agar tanah tidak longsor.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 18


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Gambar 2. Sketsa Penurapan Untuk Penahan Tanah di Lahan Berkontur Miring

Gambar 3. Sketsa Konstruksi Bangunan Panggung

Gambar 4. Sketsa Pondasi Bangunan di Lahan Miring Dengan Kelerengan < 10%

Bangunan split-level dan sengkedan merupakan hasil pertimbangan dan alternatif


segi konstruksi (struktur, konstruksi dan bahan bangunan) dan dari segi penggunaan
(keamanan, kesehatan, ekonomi,kebutuhan ruang dsb).

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 19


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Gambar 5. Berbagai Tipe Pondasi Untuk Bangunan Pada Lahan Berkontur Miring

Ada 2 hal yang harus menjadi perhatian di dalam konstruksi bangunan wisata alam
di lahan berkontur miring yaitu:
1) Pastikan kondisi fisik kontur tidak rawan longsor. Idealnya lahan dengan kemiringan
o
maksimal 30 , dan kemiringan lebih dari itu perlu perlakukan khusus seperti
pembuatan turap, tiang pancang atau borepile yang akan menambah beban
pembiayaan, dan
2) Memperhatikan arah aliran air, dan tidak membangun di daerah aliran air yang
akan berakibat tanah cenderung lembek dan mudah longsor. Lahan di areal tersebut
kalau diberi beban cenderung longsor atau terjadi pergeseran lahan. Oleh karena itu
diusahakan lokasi yang jauh dari arah aliran air, jangan berada di bagian bertebing
curam dan bagian paling rendah.

Kalau kondisi lahan mengharuskan pembangunan bangunan wisata alam dilakukan


di lahan berkontur miring hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Desain bangunan dan ruangan harus memperhitungkan beban yang akan ditopang
pondasi bangunan
2) Membuat koreksi dan penyesuaian gambar desain bangunan sesuai kondisi lahan
3) Memperhatikan letak pondasi agar tidak mudah longsor atau roboh
4) Pondasi harus dibuat rata dan tidak mengikuti kemiringan lahan, kuat dan tidak
merusak struktur tanah, dan
5) Membuat trap-finishing lantai kalau bangunannya bukan pangung.

3.2.4. Orientasi Bangunan


Di Indonesia memiliki iklim tropis yang dapat digambarkan dengan curah hujan dan
kelembaban yang tinggi serta suhu yang hampir selalu tinggi. Angin sedikit bertiup dengan
arah yang berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau. Radiasi matahari sedang dan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 20


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

pertukaran panas kecil karena tingginya kelembapan. Oleh karena itu pencahayaan
matahari di daerah tropis memberi dampak yaitu ruangan dengan sinar terang benderang
dan udara panas, serta ruangan yang agak gelap sebagai ruang yang sejuk dan nyaman.
Akan tetapi, untuk ruangan yang membutuhkan cahaya, maka keberadaan ruangan tersebut
diletakan pada lokasi-lokasi yang menerima pencahayaan langsung maupun tidak langsung,
yang disesuaikan perubahan musin hujan dan kemarau.
Bangunan-bangunan di daerah tropis biasanya berorientasi menghadap kearah utara-
selatan, karena dengan orientasi ke arah utara-selatan dapat menghindari panas matahari
langsung dari arah matahari terbit (timur) dan matahari terbenam (barat). Dengan orientasi
tersebut sinar matahari langsung dari timur maupun barat akan di tahan oleh dinding, untuk
mengatasi perambatan panas melalui dinding maka dinding dapat di buat dua rangkap,
dimana diantaranya dapat diberi peredam panas, sehingga panas matahari tidak dapat
masuk kedalam ruangan.
Selain itu, orientasi utara-selatan ini juga dapat memanfaatkan aliran udara yang
selalu bertiup dari selatan ke utara atau sebaliknya, dengan masuknya aliran udara
dari ventilasi-ventilasi seperti jendela dan kisi-kisi maka akan dapat menyejukan suhu di
dalam ruangan.
Untuk mengatasi kelembaban ruang akibat tidak masuknya sinar/cahaya matahari,
maka pada atap bisa digunakan penutup atap yang transparan seperti fiberglass, atau
infrabord. Untuk penutup transparan yang baik biasanya digunakan infrabord, karena
infrabord memiliki dua lapis dan ditengah-tengahnya terdapat lobang yang berfungsi untuk
aliran udara sehingga dengan dua lapis tersebut dapat menahan sinar matahari, dengan
demikian panas matahari langsung tidak dapat menyebabkan panas pada ruangan
dibawahnya.
Dalam orientasi bangunan juga perlu dipikirkan mengenai hal-hal seperti curah
hujan, curah hujan di daerah tropis seperti di Indonesia masanya seimbang dengan masa
kemarau, dimana rata-rata musim hujan pada bulan juli-desember sedangkan musim
kemarau dari bulan januari-juni setiap tahunnya.
Dengan keseimbangan musim tersebut maka bangunan di Indonesia direncanakan
untuk mengatasi masalah pada musim hujan yang relative suhu/iklim menjadi lembab
dan dingin, sedangkan pada musim kemarau suhu/iklim berubah menjadi panas. Dengan
permasalahan-permasalahan tersebut maka secara umum desain bangunan di daerah tropis
selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan tidak tamyas,
selain itu overstek juga mencegah sinar matahari langsung, sehingga ruangan dibawah

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 21


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

hanya akan mendapat cahaya matahari yang tidak terlalu panas.


Untuk bangunan tropis berorientasi timur-barat (menghadap timur dan barat) maka
untuk mengatasi sinar matahari langsung yang terbit dari timur dan tanggelam dari barat,
biasanya pasade bangunan tersebut dipasangkan tirai bambu atau yang lainnya, yang
berfungsi untuk menahan panas matahari dari barat ataupun dari timur, atau bisa juga
ditanami pohon-pohon yang dapat menahan sinar matahari langsung, selain itu pepohonan
juga dapat memberikan kesejukan dengan mengalirkan udara di sekitar bangunan.
Untuk bangunan tropis yang akan diterapkan di lokasi areal wisata alam ini akan
didesain untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi di daerah tropis, juga
harus dapat menciptakan bangunan hemat energi. Seperti diperbanyak bukaan-bukaan,
memperlebar overstek dan mempertahankan dan menanami pohon di sekitar bangunan.
Pohon-pohon tersebut selain memberikan keteduhan dan kesejukan dapat juga menahan dan
melemahkan angin yang kencang serta dapat memutarkan sirkulasi angin ke dalam
bangunan sehingga angin yang masuk ke dalam bangunan akan terasa sepoi-sepoi.
Orientasi bangunan ditempatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai
kompromi dan tata letak bangunan, juga bangunan tersebut sebaiknya berbentuk persegi
panjang atau bujur sangkar yang menguntungkan penerapan ventilasi silang. Angin dan
pengudaraan ruangan secara terus-menerus akan mempersejuk iklim dalam ruangan. Udara
yang bergerak menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi
proses penguapan yang menurunkan suhu ruangan dan menyegarkan penghuninya. Dengan
demikian udara/angin yang mengalir dapat digunakan untuk mengatur suhu udara di dalam
ruangan.
Berdasarkan bentuk topografinya dan kondisi lapangan yang merupakan hutan
tropis, maka bangunan sarana wisata alam ini kemungkinan akan menyesuaikan dengan
bentuk rumah panggung dan menerapkan kearifan rumah adat di Indonesia. Hal tersebut
merupakan pilihan yang paling baik sehingga radiasi panas matahari dapat diperkecil,
sedangkan orientasi terhadap angin untuk penyegaran udara dapat dioptimalkan.
Seperti umumnya rumah adat di Indonesia yang selalu/ kebanyakan menerapkan
sistem rumah panggung, sistem tersebut dibuat untuk mengatasi masalah suhu panas
sehingga dengan rumah panggung itu dapat mengalirkan udara, dan suhu ruangan pada
bangunan tersebut akan menjadi sejuk. Untuk mengatasi perambatan panas melalui
dinding dan atap, maka rumah adat di Indonesia memakai bahan/material dari kayu, bambu
untuk dinding sedangkan ijuk, jerami dan daun kelapa digunakan untuk menutup atap.
Penggunaan material alam itu berfungsi untuk menyerap panas matahari langsung dan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 22


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

dipantulkan lagi keluar bangunan, sehingga suhu udara di dalam ruangan akan selalu sejuk.
Penggunaan bahan material tradisional dan lokal tersebut akan dipertimbangkan
sejauh tidak membebani biaya yang sangat tinggi, serta akan diupayakan substitusi dengan
material lain yang ramah lingkungan.
3.2.5. Bentuk Atap Bangunan
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam bangunan
dari hujan maupun panas matahari. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang miring,
walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan air agar tidak tergenang di atap dan
dapat jatuh atau mengalir ke bawah/tanah, serta berfungsi untuk penambahan nilai estetika
keindahan pada bangunan.
Atap bangunan yang akan dipergunakan untuk fasilitas wisata alam ini akan
berbentuk desain atap pelana (gable roof) dan atap perisai limas (hip roof) dengan
modifikasi disesuaikan kondisi areal site plan. Atap pelana bentuknya segitiga dengan
sudut yang curam, agar air hujan, sampah daun dan sejenisnya dapat segera jatuh ke
sisi bangunan. Atap perisai terutama pada awalnya ditujukan untuk lingkungan dengan
iklim yang ekstrim, yaitu dimana angin dan mungkin badai sering terjadi. Bentuk
rangka yang kompleks, memungkinkan atap perisai dapat menahan terpaan angin dari
berbagai arah.

(a) Atap Pelana

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 23


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

(b) Atap Perisai/Limasan

Gambar 6. Contoh Sketsa (a) Atap Pelana dan (b) Atap Perisai/Limas

Dari bentuk, dan luasannya jelas bahwa atap perisai lebih memakan biaya daripada
atap pelana. Sesuai dengan bentuk bangunan, model dasar kedua atap ini dapat dimodifikasi
untuk memberikan daya tarik dan model bangunannya. Adapun modifikasi yang dapat
dilakukan terhadap desain bentuk atap bangunan wisata alam pada desain atap pelana
antara lain berupa:

Gambar 7. Contoh Sketsa Modifikasi Atap Pelana dan Atap Perisai

Bangunan yang bagus tidak hanya memiliki sebuah desain atap yang bagus saja,
namun juga material yang bagus. Bahan untuk atap bermacam-macam, di antaranya genting
(tanah liat, keramik, beton), seng atau asbes bergelombang, semen cor, dan atap genteng
metal. Untuk bangunan sarana wisata alam pilihan bahan untuk atap dari keramik atau metal.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk atap bangunan sarana wisata alam adalah

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 24


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

menggunakan rangka atap baja ringan. Baja ringan memiliki harga yang cukup murah
dan memiliki kualitas yang sangat baik. Atap bangunan menggunkan genteng metal yang
sangat ringan, tahan lama, anti karat dan tahan gempa.
Untuk mengatasi masalah udara yang lembab karena tidak mendapat cahaya
matahari, maka cara mengatasinya perlu diberikan atap trasnparan yang berfungsi untuk
memasukan cahaya kedalam ruangan, sehingga suhu udara di dalam ruangan tersebut tidak
menjadi lembab. Material transparan untuk memasukan cahaya juga harus dapat menangkal
sinar matahari langsung, kemudian dipantulkan keluar ruangan, dengan begini maka
ruangan akan tetap sejuk dan dapat memberikan kenyamanan pada manusia. Material
transparan seperti kaca merupakan material yang harus terlindungi dari sinar matahari
langsung, karena kaca apabila terkena matahari akan membiaskan sinar – sinar tersebut
menjadi gelombang pendek yang masuk kedalam bangunan sehingga akan menaikan suhu
didalam ruangan hingga menjadi panas. Bukaan-bukaan seperti jendela, pintu, lobang angin
untuk di atap memang sangat dibutuhkan dalam bangunan tropis, karena bukaan-bukaan itu
dapat berfungsi sebagai jalan keluar masuk angin (sirkulasi udara) sehingga udara didalam
bangunan akan selalu segar dan juga dapat menyejukan ruangan yang dilaluinya. Selain itu
bukaan-bukaan itu juga berfungsi untuk memasukan cahaya matahari kedalam ruangan
sehingga suhu udara didalam ruangan tidak akan menjadi lembab.
Saat membuat gambar desain denah atap bangunan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu struktur gording atap, penutup atap, serta kuda-kuda pada atap yang
akan menopang berdirinya konstruksi rangka. Penutup atap dibebankan pada struktur rangka
atap. Bagian rangka atap ini mempunyai komponen seperti kuda-kuda, gording, usuk, dan
reng. Kemudian seluruh berat dari komponen- komponen atap ini dibebankan pada pondasi
melalui kolom atau balok yang dibangun. Syarat konstruksi atap tersebut antara lain:
1) Konstruksi harus kokoh dan kuat, terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak oleh
pengaruh cuaca maupun serangga
2) Kemiringan sudut lereng atap harus sesuai agar air hujan cepat mengalir kebawah
3) Bentuk atap harus sesuai dengan bentuk bangunan sehingga dapat menambah nilai
estetika, dan
4) Memberi kenyamanan bagi penghuni bangunan tersebut.

3.2.6. Penataan Ruangan Bangunan


Konsep rancangan ruangan dari bangunan wisata alam adalah menyelaraskan antara
keberadaan bangunan dan pengguna dengan lingkungan alam. Pada penataan massa

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 25


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

bangunan bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang ada pada tapak terkait dengan view,
keberadaan tutupan hutan, pencahayaan, penghawaan dan sirkulasi pergerakan kendaraan
dan pengunjung. Ruang-ruang yang tercipta pada setiap bangunan sarana wisata alam ini,
semaksimal mungkin akan memanfaatkan alam sebagai potensi, mempertimbangkan
kenyamanan dari pengunjung, sehingga bangunan harus dibuat senyaman mungkin baik
dari segi tata ruang, pengaturan penghawaan dan sirkulasi, serta didukung dengan fasilitas
yang memberikan kesan homy bagi pengunjung. Ruang-ruang yang terbentuk menerapkan
prinsip-prinsip arsitektur tropis sebagai acuannya, serta membentuk ruangan sebagai suatu
bentukan massa yang mampu mewadahi aktifitas penghuninya dengan nyaman dan
menyenangkan.

3.2.7. Dinding, Plafon dan Lantai Bangunan


Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu area.
Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi
ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, dan melindungi atau membatasi suatu
ruang di alam terbuka.
Material dinding bangunan menggunakan pasangan batu bata atau dinding fabrikasi
dan kaca lebar. Pasangan batu batu ekspos atau dinding fabrikasi akan dikombinasikan
dengan material kayu sebagai upaya agar bangunan selaras dengan lingkungan alam di
sekitarnya. Penggunaan material alam seperti kayu, batu bata ekspos, atau batu alam pada
bangunan ini akan dapat membuat bangunan tidak kontras dengan lingkungan alam di
sekitarnya. Hal ini juga akan didukung dengan pemilihan warna yang tidak kontras dan
adanya areal bangunan yang terbuka.
Karena lingkungan di sekeliling bangunan sarana wisata alam ini merupakan
kawasan hijau yang dipenuhi pohon dan tumbuhan tropis, maka desain dinding bangunan
sarana tersebut bagian besar akan menggunakan bahan kaca lebar dengan ketebalan 5 mm.
Hal ini dimaksudkan agar cahaya penerangan dari sinar matahari dapat masuk langsung dan
dapat menghemat penggunaan listrik untuk penerangan dan mengurangi penggunaan AC
untuk pendingin.
Khusus privasi penghuni dari bangunan akomodasi sarana wisata alam berdinding
kaca tersebut akan tetap mendapatkan perhatian dengan peletakan bangunan akomodasi
yang dikeliling pepohonan dan tumbuhan, dan jarak antar bangunan akomodasi minimal
sekitar 3-5 meter. Dalam mendesain arsitektur bangunan wisata alam ini, tinggi plafon
bangunan akan tergantung pada beberapa hal. Secara ringkas hal-hal yang perlu

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 26


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

diperhatikan dalam menentukan tinggi langit-langit bangunan adalah iklim, proporsi ruang/
estetika, sirkulasi udara, dan pencahayaan.
Para arsitek umumnya sepakat bahwa ada kecenderungan perubahan selera, ada
yang menginginkan plafon bangunan yang lebih tinggi. Kalau kita perhatikan plafon pada
bangunan standar yang dibangun 20-30 tahun lalu berkisar antara 250-260 cm. Sedangkan
hunian modern dewasa ini menawarkan tinggi plafon pada kisaran 280-300 cm. Bahkan
beberapa bagian ruangan mempunyai tinggi plafon 4 m sampai 7 m tingginya.
Kecenderungan bangunan modern dengan plafon tinggi barangkali tidak sekedar selera
namun terkait dengan kenyamanan dan estetika desain bangunan. Sehingga untuk
membangun atau mendesain plafon bangunan ada beberapa prinsip dasar yang harus
menjadi perhatian, yaitu:
1) Faktor iklim, bangunan di daerah beriklim dingin cenderung mempunyai langit-langit
bangunan yang rendah. Di Jepang atau Eropa misalnya, tinggi plafon 2.4 atau 2.5 meter
adalah hal yang biasa. Alasannya adalah penghematan energi. Semakin tinggi plafon
semakin tinggi pula pemanasan diperlukan. Di daerah beriklim panas plafon yang
tinggi memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik, udara panas akan bergerak ke
atas. Dengan demikian plafon yang tinggi memungkinkan udara di ruangan menjadi
tetap sejuk. Selain itu, dengan plafon yang tinggi dimungkinkan cahaya matahari dapat
masuk lebih dalam ke semua bagian bangunan. Dan dengan demikian ruangan tidak
terasa lembab. Disarankan bangunan di lokasi ini dengan udara yang cenderung panas
sebaiknya tinggi plafon tidak kurang dari 280 cm, atau antara 2.8 – 3.2 meter
2) Proporsi dan estetika, desain arsitektur tak lain bicara tentang proporsi ruang. Desain
yang indah itu berarti proporsional. Para arsitektur umumnya tahu bahwa untuk
menentukan tinggi plafon standar sebuah ruangan berlaku rumus: (panjang+lebar)/2.
Artinya sebuah ruangan berukuran 3x4 meter akan tampak proporsional bila plafonnya
berukuran sekitar (3+4)/2=3.5meter. Tentu saja ini bukan rumus matematis baku karena
proporsi ideal dapat diolah melalui penataan interior yang baik. Intinya, semakin besar
ruangan semakin tinggi plafon, atau plafon haruslah lebih tinggi dari lebar ruangan.
Karena bila tidak diimbangi plapon yang tinggi, ruangan yang besar akan tampak
seperti lorong yang pengap. Disarankan untuk ruang bangunan yang cukup luas,
semisal 8x5 meter tanpa sekat-sekat, dapat membuat tinggi plafon sekitar 6-7meter.

Bagian dari dinding/jendela yang langsung terkena sinar dan hujan diharap dapat
diberi perlindungan. Memberikan perlindungan pada bagian-bagian yang terkena sinar

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 27


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

matahari dan hujan dapat diatasi seperti, memberikan halangan yang dapat menghalangi
sinar matahari atau air hujan yang langsung terkena pada bagian bangunan. Dalam
memberikan perlindungan pada bagian bangunan yang terkena sinar matahari langsung juga
bisa dengan cara memberi perlindungan dengan mengecat permukaan yang terkena panas
dan hujan. Dalam pengecatan perlu diperhatikan beberapa ketentuannya, seperti
membersihkan permukaan, memberi plitur dan mengecat 2-3 kali, sehingga akihir finishing
mendapat hasil yang terbaik.
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu
bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain)
memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap
suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan. Penggunaan keramik pada dinding
menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik
memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang,
cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan
suasana ruang yang bervariasi.
Kusen jendela dan pintu juga menggunakan bahan aluminium. Aluminium memiliki
keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas
perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus
mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan
lama, anti karat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia
beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
Fungsi setiap ruang dalam bangunan akan berbeda-beda sehingga membuat desain
dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet.
Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik. Lantai
teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat
diekspos dengan baik jika dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan
lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak
pilihan tampilan. Lantai bangunan umumnya akan menggunakan kombinasi material
parguet kayu, keramik, batu alam dan karpet, sehingga desainnya tidak kontras dengan
lingkungan sekitarnya.

3.2.8. Penataan Utilitas Lingkungan


Merupakan kelengkapan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan
dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya, mencakup sistem prasarana dan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 28


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase,
jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem jaringan
pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. Sistem
tersebut akan dikembangkan dan dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, dan
semua diupayakan dilakukan dalam sistem jaringan yang tertanam di bawah tanah. Hal ini
diperlukan terutama untuk memberikan dukungan dan kualitas pengelolaan areal,
keseimbangan antara kebutuhan dan daya dukungan lingkungan serta keberlanjutan pada
lingkungan. Penataannya akan mencakup komponen sistem dari:
1) Jaringan dan distribusi air bersih bila mungkin terhubung dengan penyediaan air bersih
pada wilayah regional yang lebih luas
2) Jaringan air limbah dan air kotor yang berasal dari sarana wisata alam, untuk kemudian
disalurkan, diolah dan dibuang dengan cara-cara yang aman bagi lingkungan
3) Jaringan drainase sebagai pembatas lingkungan atau pencegah terjadinya genangan air
dan banjir, serta bila memungkinkan terintegrasi dengan jaringan drainase makro dari
wilayah regional yang lebih luas
4) Jaringan persampahan sebagai pelayanan untuk pembuangan/pengolahan sampah
yang dihasilkan oleh pengunjung dan kegiatannya di areal wisata alam, dan bila
dimungkinkan terintegrasi dengan pembuangan/pengolahan sampah makro dari
wilayah regional yang lebih luas
5) Jaringan listrik berupa pelayanan penyediaan daya listrik yang memenuhi
operasional bangunan dan fasilitas sarana wisata alam, dan terintegrasi dengan jaringan
instalasi listrik makro milik PLN pada wilayah regional yang lebih luas
6) Jaringan telepon berupa jaringan dan distribusi pelayanan kebutuhan sambungan
dan jaringan telepon untuk kepentingan pengunjung, yang terintegrasi dengan jaringan
telpon fixed dan sellular dari wilayah regional yang lebih luas
7) Jaringan perbankan, berupa ketersediaan mesin-mesin ATM untuk memungkinkan
transaksi kebutuhan dana bagi pengunjung di areal wisata alam. Jaringan perbankan
tersebut terkoneksi secara regional yang lebih luas
8) Jaringan pengamanan dan peringatan dini kebakaran, berupa jaringan pengamanan
lingkungan dan fasilitas sarana wisata alam dari bahaya kebakaran, dengan tersedianya
sarana mobilitas dan peralatan pencegahan dan pengendalian kebakaran sesuai
persyaratan, dan terintegrasi sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran dari
wilayah makro dan regional yang lebih luas dan
9) Jaringan penyelamatan dan evakuasi berupa jalan atau jalur baik di dalam setiap

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 29


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

bangunan, areal komplek sarana wisata alam atau keseluruhan areal IUPSWA untuk
kepentingan penyelamatan dan evakuasi pengunjung bila terjadi kondisi
darurat/emergency.

Penataannya dilakukan dengan memperhatikan:


1) Strategi penetapan sistem yang tepat sesuai tipe penataan lingkungan
2) Kualitas dan kenyaman pengunjung
3) Integrasi yang memudahkan di dalam pembangunan dan pengontrolannya dari
segi keamanan, keselamatan dan kesehatan pengunjung
4) Estetika, karakter dan citra kawasan wisata alam, dan
5) Keseimbangan lingkungan.

Untuk kepentingan tersebut, mulai mengembangkan sistem pengurangan


pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse),
mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge).
Disamping itu juga mengembangkan pengolahan air limbah bersih, dan mendaur ulang air
buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, bersuci diri) maupun air limbah (air buangan dari
kamar mandi) yang dapat digunakan kembali untuk membilas kloset, dan menyirami
taman, serta membuat sumur resapan air (1x1x2 meter) dan lubang biopori (10x100
sentimeter) sesuai kebutuhan untuk menjaga dan melindungi air tanah.
Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan
fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki
sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan,
antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak
membutuhkan perawatan khusus. Kotoran diproses penguraian secara biologis dan
filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus
dan sistem desinfektan sarana pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat
buangan limbah kotoran tidak menyebabkan pencemaran pada air tanah dan lingkungan.
Penggunaan panel sel surya untuk meringankan kebutuhan energi listrik setiap
bangunan dan memberikan keuntungan, tidak perlu takut bahaya kebakaran dan hubungan
pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan.
Panel sel surya diletakkan di atas atap atau halaman yang memudahkan perawatan,
berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas
panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 30


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

listrik setiap bangunan.

3.2.9. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung


Merupakan jaringan jalan dan jalan setapak serta pergerakan kendaraan, pejalan
kaki, bersepeda, sistem transit, sistem parkir, jalan lingkungan dan penghubung, sehingga
dapat mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan dan arus pergerakan, pergerakan yang
selaras dengan jenis aktivitas dan keterpaduan dengan elemen-elemen perencanaan dan
lingkungan di luar areal wisata alam.
Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubunga tersebut mencakup:
1) Sistem jaringan jalan dan pergerakan yang terkait hirarki kelas jalan (jalan arteri, jalan
lingkungan, jalan masuk/keluar, jalan sepeda, jalan setapak, dsb)
2) Sistem areal parkir, baik keluar maupun masuk ke dalam areal parkir di areal
perencanaan
3) Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda, berupa rancangan jalan untuk arus pejalan kaki
dan pengguna sepeda pada areal perencanaan
4) Sistem jaringan jalur penghubung terpadu dan pendestrian, khususnya jalur
penghubung yang diperlukan pada areal dengan intensitas kegiatan tinggi dan beragam
campuran untuk kemudahan aksesibilitas pejalan kaki atau bersepeda
5) Sistem jalur pelayanan services berupa jalur atau jalan untuk kendaraan pelayanan
seperti pengangkut sampah, pengangkut barang logistik, pemadam kebakaran dan
evakuasi.

Penataan tersebut secara keseluruhan akan terkait dengan kepentingan sistem


sirkulasi, mobilitas publik, dan aksesibilitas kawasan, dimensi sirkulasi dan standar
aksesibilitas, estetika, citra dan karakter kawasan, kualitas fisik dan kelengkapan fasilitas
penunjang berupa papan petunjuk dan arahan. Diharapkan melalui penataan tersebut akan
dapat meningkatkan nilai kawasan, integrasi antar blok kawasan dan sarana wisata alam,
integrasi desain, dan kelestarian ekologis kawasan.

3.2.10. Rehabilitasi/Restorasi Ekosistem dan Tata Hijau


Merupakan komponen rancangan kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai
elemen lingkungan alam, tetapi melengkapi dan menatanya secara rekreatif, estetis,
berkarakter, mudah diakses dengan aman dan nyaman terciptanya ruang dan kegiatan
publik yang bermakna, serta terintegrasi dengan lingkungan alam sebagai destinasi wisata
alam yang menarik, berkesan dan berkelanjutan. Disamping itu mengupayakan lokasi-

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 31


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

lokasi yang rusak akibat kegiatan pembangunan sarana wisata alam maupun perbaikan
berupa rehabilitasi dan restorasi ekosistem pada kawasan yang terbuka atau rusak akibat
kebakaran hutan dan perambahan hutan. Areal tersebut ditata ulang dan merupakan
lahan hijau yang dipertahankan untuk konservasi alam.
Penataan/mempertahankan sebagai besar areal wisata alam berupa hutan alam
akan dapat menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, sehat, menarik, manusiawi,
berkelanjutan dan berwawasan ekologis. Penataan tersebut akan mencakup penataan areal
publik yang mudah diakses oleh pengunjung, areal khusus yang hanya dapat diakses oleh
pengelola dan petugas khusus, rehabilitasi dan penanaman pohon dan tanaman hias pada
areal publik dan di sekitar sarana prasarana wisata alam yang rusak, areal perlindungan dan
konservasi keanekaragaman hayati, perlindungan areal sepadan mata air, sungai dan danau.
Penataan tersebut menggunakan jenis-jenis tanaman asli setempat dan bukan menggunakan
jenis eksotik.
Melalui rehabilitasi/restorasi dan penataan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
upaya konservasi alam dan keanekaragaman hayati, menjaga dan melindungi estetika,
fungsi dan peranan sebagai kawasan konservasi, perlindungan iklim mikro, sistem
hidrologi, konservasi tanah dan air, sirkulasi udara, perlindungan dari sinar matahari,
kebisingan dan aspek klimatologi lainnya, serta melindungi areal-areal yang rawan
kerusakan.

3.3. Jenis Bangunan


Jenis-jenis bangunan sarana prasarana wisata alam di areal IUPSWA ini akan
dikelompok menjadi bangunan sarana wisata alam dan bangunan prasarana wisata alam.

3.3.1. Sarana Wisata Alam


Sarana wisata alam ini mencakup bangunan yang disedikan untuk melayani
kepentingan pengunjung berwisata alam di areal usaha, yang mencakup:
2
1) Pusat pengunjung (visitor centre) sebanyak 1 unit dengan luas 400 m .
Merupakan pusat kegiatan pengunjung sebelum pengunjung dapat memilih dan
menentukan tujuan, kepentingan dan maksud kunjungan wisata alam di areal usaha pada
kawasan TWA muka kuning. Pengunjung akan melihat maket tentang sarana dan
kegiatan wisata alam secara lengkap, serta menyaksikan program slide dan film tentang
kelengkapan sarana, kegiatan dan program wisata alam yang tersedia di areal wisata
alam. Berbagai leaflet, booklet, brosure, poster, kartu pos, souvenir, pernak-pernik

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 32


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

terkait obyek dan destinasi wisata tersedia, baik yang free/gratis maupun yang bersifat
donasi. Pengaturan program kegiatan dan kunjungan wisata alam baik untuk per orang,
keluarga maupun rombongan. Disamping itu di dalam gedung ini tersedia
cafetaria/restaurant/-coffee shop, toko sovenir dan kebutuhan makan, minum, dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata alam, toko persewaan peralatan
wisata alam, serta petugas berseragam yang akan melayani semua informasi dan
kebutuhan yang diperlukan pengunjung di dalam pelaksanaan wisata alam sesuai
prosedur dan aturan wisata alam yang standar dan baku. Bangunan dan semua isinya
termasuk program kegiatannya, tiketing, restaurant, pemandu dan interpreter,
seluruhnya dikerjakan dan berada di bawah pengelolaan oleh visitor centre master.
Fasilitas yang terdapat di dalam bangunan visitor centre berupa ruangan yang terpadu
dalam satu atap berupa lobby pengunjung, lengkap dengan maket dan display yang
memberikan informasi terkait sarana, kegiatan dan program kunjungan wisata alam,
kantor pengusahaan, front office/desk information, tiketing untuk karcis masuk,
pemesanan akomodasi dan program kunjungan wisata, ruang program slide dan film,
toko sovenir dan kebutuhan wisata alam, toko persewaan peralatan dan perlengkapan
wisata alam, cafetaria/restaurant, ruang musholla, ruang toilet/rest room, serta ruangan
untuk travel agent, bisnis dan media centre, serta kelengkapan wifi, jaringan internet
dan komputer.
2
2) Pelayanan pengunjung (visitor services) tipe A, sebanyak 1 unit seluas 400 m di
Blok 2.
Bangunan untuk melayani semua keperluan pengunjung mulai dari akomodasi
menginap dan kegiatan wisata alam yang disediakan di blok akomodasi utama dan
areal berpemandangan alam (Blok 2). Fasilitas yang terdapat di dalam bangunan ini
berupa kelengkapan ruangan terpadu untuk lobby pengunjung lengkap dengan desk
receptionist/front office/ room boy, ruang petugas interpreter, pemandu, dan porter,
restaurant/cafetaria/coffee shop, toko sovenir dan kebutuhan pengunjung untuk wisata
alam, persewaan peralatan adventure, hiking, tracking, berkemah dan bersepeda, ATM,
komunikasi/fax/internet, dan laundry.
3) Pelayanan pengunjung (visitor services) tipe B, sebanyak 2 unit seluas masing-masing
2
400 m di Blok 3 dan Blok 4.
Bangunan untuk melayani semua keperluan pengunjung mulai dari akomodasi
menginap dan kegiatan wisata alam yang disediakan di blok 3: areal petualangan, dan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 33


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

program penelitian dan pendidikan lingkungan dan konservasi alam, dan di Blok 4:
areal petualangan dan wisata tirta. Fasilitas yang terdapat di dalam bangunan ini berupa
kelengkapan ruangan terpadu untuk lobby pengunjung lengkap dengan desk
receptionist/front office/ room boy, ruang petugas interpreter, pemandu, dan porter,
cafetaria dan coffee shop, toko kebutuhan pengunjung untuk wisata alam, areal
persewaan peralatan adventure, hiking, tracking, berkemah dan bersepeda.
4) Pondok wisata tipe 20 m2, sebanyak 34 unit: 11 unit di blok 3, 13 unit blok 4 dan 10
2
unit blok 5, dengan luas keseluruhan 680 m .
Bangunan akomodasi menginap pengunjung, ada yang single bed besar atau
double bed kecil. Fasilitas yang terdapat di setiap bangunan sebuah ruang tamu,
sebuah kamar tidur, sebuah kamar mandi/toilet, dan sebuah dapur kecil.
5) Pondok wisata tipe 36 m2, sebanyak 37 unit: 15 unit di blok 3, 12 unit blok 4 dan 10
2
unit blok 5, dengan luas keseluruhan 1,332 m .
Bangunan akomodasi menginap pengunjung, ada yang single bed besar atau
double bed kecil. Fasilitas yang terdapat di setiap bangunan sebuah ruang tamu,
dua buah kamar tidur, dua buah kamar mandi/toilet, dan sebuah dapur kecil.
6) Pondok wisata tipe 60 m2, sebanyak 1 8 unit: 5 unit di blok 3 dan 5 unit di blok 4
2
dan 8 unit di blok 5, dengan luas keseluruhan 1,080 m .
Bangunan akomodasi menginap pengunjung, ada yang single bed besar atau
double bed kecil. Fasilitas yang terdapat di setiap bangunan sebuah ruang
tamu/keluarga, tiga buah kamar tidur, tiga buah kamar mandi/toilet, dan sebuah dapur
kecil.
2
7) Areal perkemahan @8 tenda, sebanyak 2 unit, masing-masing seluas 2000 m ,
berlokasi masing-masing dua unit di blok 3 dan blok 4, dengan luas keseluruhan 4,000
2
m.
Fasilitas yang tersedia di setiap areal perkemahan berupa areal perkemahan
yang menampung 8 tenda besar, lima buah meja dan kursi piknik/taman, sebuah
bangunan yang terdiri 3 buah kamar mandi/toilet, dua buah kamar cucian, dan dua
buah dapur umum. Dikelola dan diawasi oleh seorang master perkemahan dan dibantu
dua orang staf pengelola pada setiap areal perkemahan.
2
8) Areal piknik/barbeque, sebanyak 4 unit, masing-masing seluas 1,020 m di blok 3,
2
blok 4, dan blok 5 dengan luas keseluruhan 4,060 m .
Fasilitas yang tersedia di setiap unit areal piknik/barbeque berupa lapangan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 34


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

yang menampung 50 orang, dilengkapi dengan 10 buah meja dan kursi


piknik/taman, jaringan pipa gas dan pipa air, sebuah bangunan untuk fasilitas areal
2
piknik/barbeque seluas 15 m . Dikelola dan diawasi oleh seorang master areal
piknik/barbeque dan dibantu dua orang staf pengelola pada setiap areal
piknik/barbeque.
9) Areal bermain (open air/playing areas), sebanyak tiga unit, masing-masing seluas
2
1,500 m di blok 3.
Fasilitas yang tersedia di setiap unit areal bermain berupa lapangan yang menampung
50 orang, dilengkapi dengan 10 buah meja dan kursi piknik/taman, sebuah
2
bangunan untuk fasilitas areal bermain seluas 15 m . Dikelola dan diawasi oleh
seorang master areal bermain dan dibantu dua orang staf pengelola pada setiap areal
bermain.
2
10) Areal outbound/flying fox, sebanyak dua unit, masing-masing seluas 3,000 m di blok 3
2
dan blok 5 dengan luas keseluruhan 6.000 m .
Fasilitas yang tersedia di setiap unit areal outbound/flying fox berupa lapangan yang
menampung 50 orang, dilengkapi dengan 5 buah meja dan kursi piknik/taman dan
peralatan dan perlengkapan permainan outbound/flying fox, sebuah bangunan untuk
2
fasilitas areal outbond/flying fox seluas 15 m . Dikelola dan diawasi oleh seorang
master outbond/flying fox dan dibantu tiga orang staf pengelola pada setiap areal
outbound/flying fox.
11) Pusat penelitian, pendidikan konservasi dan lingkungan alam, sebanyak satu unit
2
komplek areal seluas 3,000 m berada di blok 3.
Fasilitas yang tersedia berupa sebuah bangunan untuk kelas pendidikan, sebuah
bangunan untuk koleksi dan peragaan, dua buah bangunan untuk tempat akomodasi
peserta yang masing-masing menampung 15-30 orang lengkap dengan 15 kamar tidur,
sebuah ruang makan, dua buah kamar mandi/toilet, dua buah kamar cucian, dan sebuah
dapur umum.
2
12) Kolam pemancingan, sebanyak satu unit seluas 1,020 m berada pada aliran sungai
yang melintasi areal blok 3.
Fasilitas ini dibangun sepanjang tepi kanan dan kiri sungai, dilengkapi plaza untuk
pemancingan dan jembatan di atas sungai untuk menyaksikan kehidupan ikan, pada
bagian hulu dan hilir sungai diberi jaringan kawat net agar air tetap mengalir secara
alami, namun ikan tetap hidup terkonsentrasi di areal sungai yang dibatasi jaringan

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 35


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

kawat net. Ikan-ikan yang dipelihara tersebut merupakan ikan-ikan asli


setempat/endemik yang dipelihara dan dibesarkan secara alami untuk dapat diamati
kehidupannya serta dilakukan pemancingan pada waktu-waktu tertentu dengan
pengaturan tata cara pemancingan dan ukuran ikan yang dapat dipancing. Fasilitas
ini akan dikelola oleh dua orang petugas.
13) Toilet umum pria dan wanita, sebanyak delapan unit dan setiap unitnya seluas 60 m2,
masing-masing ada sebanyak dua unit di blok 2, blok 3, blok 4 dan blok 5, dengan luas
2
keseluruhan 280 m .
Fasilitas toilet merupakan fasilitas publik yang terletak di tempat-tempat strategis,
yang selalu dijaga kebersihan dan fungsinya.
2
14) Pos keamanan, sebanyak 4 unit masing-masing seluas 50 m , berada dua unit di blok
1 dan masing-masing satu unit di blok 2, blok 3, blok 4, blok 5 dan pos jaga utama 100
2
m2 dengan luas keseluruhan 300 m .
Fasilitas ini untuk pengamanan oleh petugas TWA (polisi hutan) bersama satpam
perusahaan selama 24 jam, di dalam bangunan terdapat sebuah teras untuk penjagaan,
sebuah kamar tidur lengkap dengan dua tempat tidur single kecil, sebuah kamar
mandi/toilet, dapur kecil, dan perlengkapan radio komunikasi.
2
15) Tempat ibadah, sebanyak empat unit, dan setiap unitnya seluas 40 m , masing-masing
2
satu unit di blok 2, blok 3, blok 4 dan blok 5, dengan luas keseluruhan 340 m .
Fasilitas ini dilengkapi ruang untuk sembahyang dengan karpet, buku-buku ibadah,
tempat berwudhu dan toilet kecil.
2
16) Rumah genset, sebanyak empat unit dengan setiap unitnya seluas 100 m , masing-
2
masing satu unit di blok 1, blok 2, blok 3 dan blok 4, dengan luas keseluruhan 400 m .
Fasilitas di setiap unitnya yang tersedia berupa rumah genset dilengkapi di
dalamnya sebuah generator berkekuatan 10,000 kW berserta panel distribusi listrik,
tangki persediaan bahan bakar solar, serta berfungsi secara otomatis dalam waktu tiga
menit setelah pemadaman aliran lisrik PLN.
2
17) Sumur bor dan tower air, sebanyak empat unit dengan setiap unitnya seluas 100 m ,
masing-masing satu unit di blok 2, blok 3, blok 4 dan blok 5, dengan luas keseluruhan
2
400 m .
Fasilitas di setiap unitnya berupa rumah pompa air dengan tower air setinggi 3 meter
3
dan tangki air berkapasitas 10 m . Di dalam rumah pompa terdapat sebuah mesin

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 36


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

pompa air listrik, yang beroperasi pada jam-jam tertentu.


18) Fasilitas tempat tinggal petugas, sebanyak 8 unit dengan setiap unitnya dengan luas
2
100 m , masing-masing 2 unit di blok 2, blok 3, blok 4 dan blok 5, dengan luas
2
keseluruhan 800 m .
Fasilitas di setiap unitnya terdapat delapan kamar dengan sebuah tempat tidur single
bed kecil, dua buah kamar mandi/toilet, dan dua buah dapur kecil.
19) Pengolahan sampah dan limbah, sebanyak empat unit dan setiap unitnya memiliki
2
luas 500 m , masing-masing satu unit di blok 1, blok 2, blok 3 dan blok 4, dengan luas
2
keseluruhan 2,000 m .
Fasilitas di setiap unit berupa satu unit instalasi pengolahan limbah cair dengan
penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan
teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian
secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau
tidak rembes, tahan korosi. Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi
secara bertahap melalui tiga kompartemen, sebuah alat untuk pengolahan sampah
padat, dan areal penimbuhan sampah hasil pengolahan yang akan dipergunakan untuk
pemupukan tanaman. Petugas khusus sebanyak delapan orang akan menangani semua
sampah dan limbah dari kegiatan wisata alam, termasuk kontrol jaringan utilitasnya.
Dilengkapi dengan dua unit mobil kebersihan.
20) Penataan taman dan jalan lingkungan, dilakukan pada setiap blok dengan area
2
nurserinya di area blok 2, dengan keseluruhan luas 56 m .
Kegiatan ini dilakukan secara rutin baik pada saat penataan taman maupun
pemeliharaannya. Petugas khusus sebanyak delapan orang akan menangani semua
kegiatan penataan taman, rehabilitasi dan restorasi ekosistem, pelepasan satwa liar,
pemeliharaan taman di setiap blok dan sepanjang jalan lingkungan setapak jalan mobil.
Dilengkapi dengan sebuah unit mobil pertamanan dan sebuah mobil tangki penyiraman
tanaman.
21) Areal persemaian/pembibitan, dibuat dan dilengkapi pada areal blok 4, blok 5,
2 2
masing-masing seluas 2,000 m , dengan luas keselurahan 4,000 m .
Fasilitas yang tersedia berupa 10 unit bedengan untuk pembibitan tanaman
mulai pembibitan, pemeliharaan dan pembesaran tanaman, dilengkapi sebuah green
house, jaringan pipa air untuk penyiraman, gudang untuk penyimpanan pupuk, obat-
obatan, dan peralatan. Petugas khusus sebanyak enam orang akan menangani

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 37


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

pengelolaan areal persemaian. Dilengkapi sebuah unit mobil pertamanan yang juga
digunakan untuk kegiatan pertamanan.

Desain fisik sarana/prasarana untuk bangunan pada blok 1 sampai dengan blok 5
adalah sama oleh karena itu desain hanya di buat satu saja dan dapat di gunakan di blok
yang lainnya.

3.3.2. Prasarana Wisata Alam


1) Jalan kendaraan,
- Jalan masuk dua jalur masing-masing selebar 5 meter dengan pendestrian 0.5
meter kiri dan kanan jalan dan jalur pemisah jalan 0.5 meter. Lebar keseluruhan
jalan 13.50 meter dan panjang 300 meter dari pintu gerbang ke areal blok 1
- Jalan di dalam kawasan selebar 6 meter dengan pendestrian 0.5 meter kiri dan
kanan jalan. Lebar keseluruhan jalan 7.00 meter dan panjang 3,431 meter. Jalan ini
menghubungkan antara blok 1 dengan blok 2 dengan blok 3 dan dengan Blok4;
2) Jalan setapak, lebar 2.0 meter dengan panjang 8,897 meter. Berupa jalan setapak
yang berada di dalam areal blok 2, blok 3 dan blok 4, blok 5 serta penghubung antara
blok 3 dengan blok 4 dan blok 5
3) Areal parkir dan helipad, merupakan areal parkir yang berada di blok 2, blok 3, blok 4
2 2
dan blok 5, dengan masing-masing seluas 81 m , dengan luas keseluruhan 947 m .
Helipad hanya ada di areal blok 2 dan blok 3, blok 4 dan blok 5 yang difungsikan
untuk kegiatan emergensi dan evakuasi secara khusus.
2
4) Shelter, sebanyak 25 unit masing-masing seluas 10 m , tersebar di blok 1
sebanyak 5 unit, di blok 2 sebanyak 6 unit, di blok 3 sebanyak 7 unit dan di blok 4
sebanyak 7 unit. Terletak pada lokasi-lokasi strategis dengan pemandangan yang indah
dan menarik, dilengkapi papan peringatan dan interpretasi.
5) Papan informasi, sebanyak 55 unit yang tersebar di blok 1, blok 2, blok 3 blok 4 dan
blok 5 yang berupa 5 unit papan nama, 25 unit papan peringatan/larangan dan 25 unit
papa petunjuk/interpretasi dan rambu lalu-lintas.
Papan informasi tersebut didesain secara khusus melengkapi informasi yang
diperlukan pengunjung selama berada di dalam areal wisata alam.

3.4. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan konstruksi menjadi sangat penting karena manfaat yang dirancang tidak

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 38


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

akan didapat apabila penerapannya tidak sesuai dengan desain dan perencanaan. Pelaksana
konstruksi wajib mengetahui konsep berkelanjutan yang ingin diterapkan pada sarana
wisata alam tersebut, sehingga kolaborasi dengan ahli-ahli yang terlibat harus terus
menerus dilakukan.
Untuk pelaksanaan sertifikasi bangunan sarana wisata alam hijau, dibutuhkan
greenship professional yang mengetahui dokumen yang harus dikumpulkan selama masa
konstruksi. Pihak yang terlibat pada tahapan ini adalah pemilik sarana wisata alam, arsitek,
kontraktor, ahli struktur, mekanikal elektrikal dan plumbing, ahli akustik, pihak ketiga
untuk testing commissioning dan greenship professional.
Terdapat beberapa tahapan dan jenis pekerjaan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan pada setiap sarana dan prasarana wisata alam dengan volume pekerjaan.
Tahapan tersebut antara lain mencakup:
a. Pekerjaan persiapan, seperti penyiapan lahan
b. Pekerjaan struktural, seperti pekerjaan pondasi bangunan
c. Pekerjaan pasangan, seperti pemasangan dinding, pelesteran, elektrikal, drainase dll.

Detil tahapan pekerjaan dan volume pekerjaan untuk setiap bangunan sarana wisata alam
dapat dilihat pada Lampiran No. 2.

3.5. Pasca Konstruksi


Audit, evaluasi dan pengecekan performance setiap bagian, material dalam
ruang dan peralatan pada sarana wisata alam adalah hal pokok yang dilakukan pada tahapan
pasca konstruksi. Semua kegiatan harus terdokumentasikan sehingga dapat dijadikan
referensi untuk memonitor kinerja dari sarana wisata alam dan peralatannya. Pihak yang
terlibat pada tahapan ini adalah pemilk sarana wisata alam, arsitek, mekanikal elektrikal,
kontraktor, ahli akustik, pihak ketiga untuk testing commissioning, manajemen bangunan
(untuk pengelolaan sampah dan survei pengguna sarana wisata alam) dan greenship
professional.
Adapun jumlah keseluruhan sarana dan prasarana wisata alam yang akan dibangun
dan diperlukan selama periode 2020-2075 untuk sementara dapat dilihat pada Tabel berikut.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 39


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Tabel 2. Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Alam PT. Papanjaya
Sejahtera Raya Untuk Keseluruhan Areal Site Plan
Jenis Sarana
Luas
No. Prasarana Wisata Vol Satuan Rp./unit Biaya (Rp)
(m2)
Alam
Sarana Pelayanan
A.
Wisata Alam
1 Pelayanan
Pengunjung - Jalan
Masuk Utama Area
TWA, Papan Nama 1 Unit 151 650,000,000 650,000,000
Hutan Wisata,
Gerbang Masuk
TWA, Guard House
2 Pelayanan
pengunjung-Visitor
Centre, Area Parkir,
Kantor Pengelolaan,
Area Penataan
Taman, Area
Pengolahan Sampah 4 Unit 2.150 4,500,000,000 18,000,000,000
dan Limbah (Pos
jaga, Mushola, Toilet
Umum, Fasilitas
Tempat Tinggal,
Tower Air, Gudang
Workshop, Helipad)
3 Pondok Tipe 20 m2 34 Unit 680 250,000,000 8,500,000,000

4 Pondok Tipe 36 m2 37 Unit 1.332 225,000,000 8,325,000,000

5 Pondok Tipe 60 m2 18 Unit 1.080 350,000,000 6,300,000,000


Area Piknik
6 4 Unit 4.060 200,000,000 800,000,000
Barberque
7 Out-Bond 2 Unit 6.000 250,000,000 500,000,000
Play Ground (Taman
8 Bermain)
1 Unit 1.500 100,000,000 100,000,000

9 Area Persemaian 2 Unit 4.000 110,000,000 220,000,000


Pusat Penelitian dan
10 Pendidikan Konservasi 1 Unit 3.000 350,000,000 350,000,000
& Lingkungan Alam
11 Area Perkemahan 1 Unit 2.000 45,000,000 45,000,000

12 Kolam Pancing 1 Unit 1.020 200,000,000 200,000,000

13 Toilet Umum 4 Unit 280 10,000,000 40,000,000

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 40


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

14 Mushola 4 Unit 340 65,000,000 260,000,000

15 Pos Jaga 4 Unit 200 10,000,000 40,000,000


Area Pengolahan
16 4 Unit 2.000 500,000,000 2,000,000,000
Sampah dan Limbah
17 Area Penataan taman 1 Unit 56 50,000,000 50,000,000
Fasilitas Tempat
18 Tinggal-Rumah Petugas
8 Unit 800 700,000,000 5,600,000,000

19 Gudang Workshop 4 Unit 400 500,000,000 2,000,000,000

JUMLAH A. m2 31.049 53,980,000,000


Sarana
B. Infrastruktur
Wisata Alam
1 Jalan kendaraan lebar
5 m, pendestrian 0.5
m kiiri-kanan jalan (= 4.19 km 21,108 185,000,000 775,150,000
6.0 m), panjang
keseluruhan 4,189.6m
Jalan setapak, lebar 2
2 9.05 km 18,100 200,000,000 1,810,000,000
m panjang 8,897 m
3 Areal parkir 4 Unit 7,074 250,000,000 1,000,000,000

4 Helipad 4 Unit 947 700,000,000 2,800,000,000

5 Tower Air 4 Unit 400 10,000,000 40,000,000


Genset & Instalation
6 4 Unit 10 150,000,000 600,000,000
Listrik (Elektrical)
7 Papan informasi :

-Papan nama, 6 m2 5 Unit 30 125,000,000 625,000,000


-Papan peringatan dan
5 Unit 15 125,000,000 625,000,000
larangan, 3m2
-Papan
petunjuk/interpreter/
25 Unit 25 3,000,000 75,000,000
rambu lalu-lintas, 1
m2
JUMLAH B. m2 47,709 8,350,150,000

C. Alat Transportasi
Sepeda motor-Roda
1 4 Unit 0 15,000,000 60,000,000
Dua
Mobil-Roda Empat/
2 4 Unit 0 250,000,000 1,000,000,000
Truk kecil
JUMLAH C. 8 Unit 0 1,060,000,000

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 41


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

JUMLAH
KESELURUHAN LUAS
m2 78,758 150,000,000 63,390,150,000
SARANA PRASARANA
Wisata Alam

Sarana dan prasarana wisata alam tersebut umumnya dibangun dengan masa
beroperasi selama 35 tahun, serta memperhatikan keserasian dan harmonisasi dengan
lingkungan alam, khususnya di lingkungan berkontour miring, yang ada di areal blok
pemanfaatan taman wisata alam (TWA) muka kuning. Disamping itu juga harus
memperhatikan ketentuan peraturan yang terkait dengan pengelolaan kawasan taman wisata
alam. Mencegah seminimal mungkin dampak negative kerusakan pada lingkungan alam
selama tahap konstruksi maupun pengoperasiannya. Mengusahakan dengan minimal
penggalian dan pengurugan tanah (land cutting and filling), tidak melakukan penebangan
pohon, mengupayakan perbaikan penutupan hutan dengan segera melalui rehabilitasi dan
pemulihan ekosistem pada kawasan hutan yang rusak dan terbuka menggunakan jenis-jenis
tumbuhan hutan asli setempat. Mengupayakan penataan landscape di lingkungan sarana dan
prasarana yang dibangun agar nampak lebih indah, rapih, dan hijau. Merehabilitasi lahan-
lahan kosong tidak berhutan dan menatanya sebagai suasana yang lebih hijau dan nyaman,
serta dapat mengundang hidupan liar datang menghuninya, sehingga menjadi atraksi yang
menarik.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 42


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

BAB IV
PENUTUP

Dokumen ini merupakan hasil telaahan dan analisis kebutuhan ruang dan bangunan
yang mengacu pada dokumen rencana pengusahaan pariwisata alam tahun 2015-2070.
Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan landasan berpijak bagi pelakksanaan
pembangunan fisik sarana wisata alam sesuai prioritas pengembangan wisata alam.
Untuk mewujudkan rencana ini secara optimal dan efisien diperlukan dukungan
berbagai pihak baik internal perusahaan maupun pihak pengelola TWA Muka Kuning.
Apabila situasi menghendaki adanya perubahan dan harus dilakukan revisi, maka hal
tersebut dapat dilakukan secara periodik setiap lima tahun sekali dan disesuaikan dengan
hasil evaluasinya selama periode pengelolaannya.

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 43


Buku 3:Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

Lampiran

Lampiran No.1. Daftar Jenis dan Biaya Sarana Prasarana Wisata Alam
Lampiran No.2. Tahapan, Jenis dan Volume Pekerjaan Kegiatan Konstruksi Sarana
Prasarana Wisata Alam
Lampiran No.3. Gambar Desain Fisik Sarana Prasarana Wisata Alam

PT.Papanjaya Sejahtera Raya Page 44

Anda mungkin juga menyukai