Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT


STUDI KASUS : PESISIR KABUPATEN SIDOARJO DAN PASURUAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc

Disusun Oleh :
Arik Yumna Pratiwi (03311640000012)
Ladyana Septyadewi (03311640000006)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
PERKEMBANGAN KAWASAN PESISIR KABUPATEN SIDOARJO

Kabupaten Sidoarjo saat ini merupakan salah satu kabupaten penyangga Surabaya.
Sebagai kawasan hinterland Surabaya, perkembangan Sidoarjo selama beberapa tahun
terakhir mengalami kemajuan yang pesat. Seiring dengan berjalannya waktu perubahan lahan
terjadi mengikuti perkembangan sosial dan ekonomi Sidoarjo. Kawasan pesisir menjadi salah
satu kawasan yang mengalami perubahan lahan yang signifikan.
Pemukiman merupakan salah satu jenis tutupan lahan yang luasannya selalu
meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan lahan untuk tempat tinggal akibat dari
pesatnya pertambahan penduduk serta adanya kebijakan rencana pola ruang kawasan strategis
pesisir yang terbuka untuk penambahan kawasan terbangun. Selain itu pola perubahan garis
pantai dari tahun ke tahun yang terjadi pada kawasan pesisir Sidoarjo selalu mengalami
penambahan wilayah pantai. Hal ini disebabkan oleh tingkat sedimentasi yang terbentuk pada
kawasan ini cukup besar dan terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan (Hariyanto, 2004), dalam rangka memenuhi kebutuhan akan meningkatnya
permintaan lahan di Kabupaten Sidoarjo, di dalam tata ruang wilayah Kabupaten Sidoarjo
telah menggariskan kebijakan "meremajakan" beberapa kawasan kota, baik yang telah
terbangun maupun yang masih kurang optimum pemanfaatannya melalui suatu arahan
konversi (alih/perubahan) guna lahan yang berimbang dengan konservasi
(menjaga/memelihara guna lahan) termasuk kawasan pesisir dan laut.
Kawasan pesisir dan laut kabupaten Sidoarjo dibatasi oleh batas fisik beserta batas
administrasi yang meliputi 8 kecamatan, antara lain: Waru, Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi,
Tanggulangin, Porong dan Krembung.
Luas pemukiman di kawasan pesisir dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Peningkatan luas pemukiman yang paling besar terjadi di kecamatan Waru, Sedati, Buduran,
Sidoarjo dan Candi. Hal ini berbanding lurus dengan pertambahan penduduk di 5 kecamatan
tersebut yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan mengakibatkan permintaan akan lahan
pemukiman menjadi meningkat.
Tabel 1. Perubahan Luas Tutupan Lahan Pesisir 1999-2011

Sumber: Hasil Pengolahan, 2012


Berbanding terbalik dengan pemukiman, sawah mengalami penurunan jumlah dari tahun
ke tahun. Hal ini merupakan tindak lanjut penyesuaian penggunaan lahan terhadap
peningkatan kebutuhan ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial dengan indikator luas
pemukiman selalu bertambah dari tahun ke tahun.
Gambar 1. Rencana Pola Ruang di daerah Penelitian Berdasarkan RTRW tahun 2009-2029
Kab. Sidoarjo
Deviasi merupakan ketidaksesuaian dan atau pergeseran fungsi ruang yang ditandai
dengan perubahan pemanfaatan ruang. Sedangkan stagnasi merupakan proses belum
berkembangnya pemanfaatan lahan dari kondisi awal perencanaan menuju ke arah
pemanfaatan lahan yang direncanakan dalam rencana tata ruang.
Deviasi yang signifikan terjadi di kecamatan Sedati. Deviasi ini merupakan pergeseran
fungsi dari tutupan lahan tambak dan lahan kosong menjadi perumahan dan fasilitas
pendidikan. Sedangkan stagnasi kegiatan yang cukup signifikan dijumpai pada kecamatan
Sedati yang diarahkan sebagai kawasan strategis pesisir / kawasan marina city. Dari 1526,31
ha lahan yang diarahkan sebagai kawasan strategis pesisir, 1382 Ha masih berupa tambak dan
30,1 Ha masih berupa lahan kosong (belum terbangun). Selain itu, berdasarkan lokasi advis
plan yang dikeluarkan instansi terkait, terdapat 2 kegiatan dengan fungsi yang berbeda yaitu
rencana kampus Universitas Surabaya dan pengembangan property (perumahan). Dari luas
lahan yang direncanakan, hingga saat ini kondisi lahan yang ada masih berupa lahan kosong
dan perikanan tambak.
Bakau dijumpai pada kawasan pesisir kabupaten Sidoarjo karena karakteristik pantainya
landai, dengan muara sungai yang berlumpur dan kondisi perairan yang tenang terlindung
dari ombak.
Berdasarkan dokumen RTRW Kab. Sidoarjo 2009-2029, wilayah pesisir timur Kab.
Sidoarjo termasuk ke dalam SSWP V berfungsi sebagai kawasan budidaya perikanan dan
pariwisata sedangkan kawasan hutan bakau ditetapkan sebagai kawasan lindung bagi
kawasan bawahannya.
Gambar 2. Perubahan Tutupan Bakau tahun 1999, 2006 dan 2011
Didapatkan luasan bakau seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Perubahan Luas Bakau 1999-2011

Tahun Luas Bakau (ha)


1999 1032.36
2006 1856.29
2011 1882.29

Sumber : Hasil Pengolahan, 2012


Luasan bakau dari tahun 1999 hingga tahun 2011 semakin meningkat. dapat dilihat
bahwa luasan bakau bersifat dinamis dan terus menerus mengalami perubahan luasan.
Kecamatan yang mengalami peningkatan luasan bakau dari tahun 1999 hingga tahun 2011
adalah Sedati dan Jabon. Peningkatan jumlah disebabkan karena digalakkannya penanaman
bakau dan penambahan daratan disepanjang pesisir. Sedangkan penurunan jumlah yang
marak pada tahun 2006-2011 di sebagian besar kecamatan disebabkan karena adanya
konversi tutupan lahan dari bakau menjadi tambak ikan karena dinilai lebih ekonomis oleh
masyarakat sekitar.
PERKEMBANGAN KAWASAN PESISIR KOTA PASURUAN

1. Gambaran Umum Kota Pasuruan


Kota Pasuruan terletak di tengah-tengah Kabupaten Pasuruan, terbentang antara
112°45´-112°55´ BT dan 7°35´-7°45´ LS. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 4 meter dari permukaan air laut. Kota Pasuruan memiliki panjang
pantai 4,5 km yang terbentang dari barat ke timur.
Kota Pasuruan memiliki luas 36,58 km2 atau 0,07% dari luas Jawa Timur dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Kec. Gondangwetan dan Kec. Pohjentrek Kabupaten Pasuruan
Sebelah Barat : Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan

Gambar 3. Peta Administrasi Kota Pasuruan

2. Zonasi Wilayah Pesisir Pasuruan


Rencana Kawasan pesisir meliputi:
1. Zona konservasi atau lindung meliputi di sepanjang pantai di Kecamatan Bangil,
Kecamatan Kraton, Kecamatan Lekok, Kecamatan Grati, dan Kecamatan Nguling.
2. Zona pengembangan meliputi:
a) Kawasan perikanan tangkap, terdapat di seluruh kawasan perairan laut
Kabupaten Pasuruan yang merupakan area yang dirancang untuk mengakomodasi
dan menjamin akses yang kontinyu pada sumberdaya ikan bagi nelayan yang
menggunakan alat tangkap yang permanen maupun setengah permanen dan
struktur budidaya laut;
b) Kawasan pariwisata, meliputi sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Pasuruan
yang pemanfaatannya selain untuk hutan bakau; serta
c) Kawasan peruntukan industri di pesisir Kabupaten Pasuruan saat ini
dikembangkan terutama di Kecamatan Nguling (dalam skala besar), sedangkan
secara terbatas/kecil untuk mendukung pengolahan hasil perikanan
dikembangkan di seluruh kecamatan di kawasan pesisir berupa kawasan
peruntukan industri kecil/menengah pada rencana kawasan permukiman yang
telah ditetapkan.
3. Zona pengembangan darat meliputi :
a) Zona permukiman, meliputi permukiman perkotaan maupun perdesaan yang
pemakaian lahannya tidak didominasi oleh pertanian atau kehutanan. Zona ini
terdapat di sepanjang utara Kabupaten Pasuruan yang merupakan permukiman
nelayan.
b) Zona pariwisata, terdiri dari yang dirancang untuk pembangunan pariwisata yang
sudah ada dan yang diproyeksikan.
Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan pesisir dilakukan dengan cara :
a. Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan perlindungan
ekosistem berupa hutan bakau dan terumbu karang di sepanjang pesisir utara
Kabupaten Pasuruan. Perlindungan ekosistem ini perlu ditunjang oleh kegiatan
pariwisata dan penelitian serta berbagai kegiatan pecinta alam dan lingkungan;
b. Membatasi limbah industri yang diakibatkan oleh industri-industri yang berada di
pesisir utara Kabupaten Pasuruan; serta
c. Pengembangan prasarana dan sarana, baik untuk wisata maupun perikanan.
d. Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut, dilakukan berdasarkan
kewenangan dan arahan perencanaan serta pengelolaan khusus kawasan pesisir dan
kelautan, yang akan disusun terpisah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.

3. Potensi Kawasan Pesisir Pasuruan


Berikut potensi yang dimiliki kawasan pesisir Kota dan Kabupaten Pasuruan :
1) Pelabuhan Kota Pasuruan
Kota Pasuruan terletak pada persimpangan jalan poros Surabaya-Probolinggo-
Malang, dengan jarak 60 km ke Surabaya, 38 km ke Probolinggo dan 54 km ke
Malang. Kondisi jalan dalam kota cukup baik dengan penyebaran yang merata di
seluruh wilayah. Hubungan ke luar Jawa melalui laut terutama ke Kalimantan dan
Sulawesi dapat dilakukan melalui pelabuhan. Pada saat ini Pelabuhan Kota Pasuruan
memanfaatkan muara sungai Gembong sebagai pelabuhan perdagangan antar pulau
dengan kegiatan utama untuk pelayaran rakyat (PELRA).
Gambar 4. Muara Sungai Gembong
Sebagai kota pelabuhan, Kota Pasuruan tidak hanya dilewati lalu lintas orang
dan barang melalui darat, tapi juga melayani sirkulasi lalu lintas laut melalui
Pelabuhan Pasuruan. Pelabuhan ini selain melayani penumpang dari Kota Pasuruan,
pelabuhan ini juga melayani penumpang dari kota/daerah di sekitar di sekitar Kota
Pasuruan seperti Kabupaten Pasuruan, Kab/Kota Malang yang dikenal dengan sektor
industrinya.

Gambar 5. Keadaan Pelabuhan Kota Pasuruan


2) Perikanan
Luasan tambak di Kota Pasuruan mencapai 502,39 Ha dengan potensi
perikanan berupa Ikan Bandeng dan udang serta ikan-ikan lainnya sebesar 750 ton,
dengan produksi hasil tambak pada tahun 2007 mencapai 550 ton. Hasil budidaya
lainnya yang cukup besar adalah rumput laut, dengan hasil produksi pada tahun 2007
sebesar 6 ton. Sarana dan prasarana penunjang untuk budidaya antara lain : jalan
produksi tambak, landing space dan juga gudang rumput laut.
Usaha pengolahan hasil perikanan di Kota Pasuruan mampu berkembang
dengan baik. Jumlah jenis usaha dan hasil produksi dari usaha pengolahan hasil
perikanan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 3. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Pasuruan pada tahun 2007

No. Jenis Usaha Unit Produksi


(Kg)
1. Pemindangan 35 5.600
2. Pengasin/ pengering 120 16.500
3. Pengasap 42 27.000
4. Pembuat Terasi 1 1.250
5. Pembuat Petis 2 95
6. Krupuk Ikan 10 5.600
7. Pendinginan (Es- 35 680.000
esan)
JUMLAH 245 736.045

Tempat Pelelangan Ikan


Kota Pasuruan telah memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di
Kelurahan Ngemplakrejo Kecamatan Purworejo. Bangunan TPI yang ada saat ini
baru berupa satu unit kantor seluas 70 m2 dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) seluas
100 m2. Untuk pengembangan eksploitasi potensi sumberdaya perikanan, sangat
diperlukan sekali pembangunan / relokasi TPI di tempat yang lebih representatif.
Tabel 4. Uraian Potensi pada Sektor Perikanan
NO. URAIAN DATA LOKASI LUAS PRODUKSI/TH
POKOK (TO)

1. Penangkapan di Kel. 16,83 Ha 1619,9 ton


Laut Ngemplakrejo,Kel.
Blandongan,Kel.
Kepel,Kel.
Panggungrejo,Kel.
Tamb’an
2. Budidaya Air Kel. 502,39 Ha 171,85 ton
Payau (tambak) Ngemplakrejo,Kel.
Potensi : Blandongan,Kel. (730 ton) 2,75 ton
- Bandeng Kepel,Kel.
- Belarak Panggungrejo,Kel. 157,94 ton
- Udang windu Mandaranrejo,Kel.
- Udang Putih Bugul Lor,Kel. Bugul 2,3 ton
- Mujaer Kidul,Kel.
Tamba’an,Kel. 8,9 ton
Gadingrejo
1,50 ton
3. Budidaya Air Kel. 15 Ha(22,5 19,6 ton
payau Tembokrejo,Kel. ton)80 m2(4
1. Kolam- Nila- Blandongan,Kel. ton) 2,2 ton
Mujair- Gurami- Bugul Kidul,Kel.
Lele Krampyangan,Kel. 6,15 ton
2. Karamba- Nila Sekargadung,Kel.
Bakalan,Kel. 3,80 ton
Gadingrejo
7,4 ton

1,6 ton

1,6 ton
4. Produksi Olahan- Kel. Ngemplakrejo, 93,595 kg
Pemindangan- Kel Tamba’an
Pengasin/ 875 kg
Pengeringan-
Pengasap- 84.000 kg
Pembuatan
terasi 2520 kg
-Pembuatan
petis 100 kg
-Pembuatan
kerupuk ikan/ 6000 kg
udang
5. TPI- Ngemplakrejo 1.619.900
Ngemplakrejo

3) Pariwisata

• Hutan Mangrove Pasuruan : Wisata Hutan Mangrove ini terletak di Desa Penunggul,
kecamatan Nguling, Pasuruan.

• Pantai Lekok : terletak di Desa Jatirejo, Kecamatan Lekok, Pasuruan.

• Tradisi Petik Laut : Tradisi yang dilakukan oleh para Nelayan pesisir pantai utara di
Kota Pasuruan, sebagai bentuk syukur atas limpahan rezeki dari hasil tangkapan ikan.
Ribuan keluarga nelayan diangkut 70 kapal menuju perairan Selat Madura.
Sesampainya di tengah laut, ada ritual yakni larung sesaji. Dimana sepotong kepala
sapi dan nasi tumpeng dilarung ke permukaan air laut.
DAFTAR PUSTAKA

Adry, R. (2009), Evaluasi Perubahan Garis Pantai dan Tutupan Lahan Kawasan Pesisir
Surabaya dan Sidoarjo, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Geomatika ITS, Surabaya

Anonim, 2012. Kota Pasuruan dalam Angka. Badan Pusat Statistika Kota Pasuruan :
Pasuruan
Bonami, T. (2006), Identifikasi Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas
Perairan Pesisir Berdasarkan Analisis Geospasial, Thesis, Program Studi Magister
Teknik Geodesi ITB, Bandung.

BPS, (1999), Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Tahun 1999, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sidoarjo, Sidoarjo.

BPS, (2006), Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Tahun 2006, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sidoarjo, Sidoarjo.

BPS, (2011), Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sidoarjo, Sidoarjo.

BPS, (2011), Kecamatan dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sidoarjo, Sidoarjo.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. (2008), Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan secara Terpadu, Pradnya Pramita, Jakarta

Hariyanto, T. (2004), Studi Potensi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Sidoarjo
Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG, Hibah Penelitian SP4, Teknik
Geomatika ITS, Surabaya

Sugiarti, Bengen, Dietriech.G.. dan Dahuri, R. 1999. Analisis Kebijakan Pemanfaatan


Ruang Wilayah Pesisir di Kota - Pasuruan - Jawa Timur. Jurnal Pesisir dan
Lautan, Vol. III, No.2, 2000 hal 1 – 18 . Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Anda mungkin juga menyukai