Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERBASIS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT DI PESISIR PANTAI KENJERAN


Sri Winda1)

Departement Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Abstrak

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya untuk Tahun 2014-2030, Kawasan Pantai Kenjeran yang masuk
dalam UP Tambak Wedi merupakan kawasan wisata bahari. Beberapa tahun terakhir ini kondisi kawasan Pantai
Kenjeran mengalami penurunan wisatawan. Mengingat selama beberapa tahun tidak ada perubahan yang berarti dalam
pengembangan kawasan Pantai Kenjeran. Agar pariwisata Kenjeran dapat lebih optimal pengembangannya perlu
memadukan dan mengintegrasi sejumlah objek dan daya tarik wisata yang ada dalam satu kawasan. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjabarkan potensi yang dimiliki wilayah pesisir
kenjeran kemudian beberapa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan kawasan pesisir
kenjeran beserta beberapa dampak atau konflik terhadap masyarakat setempat. Kebijakan pembangunan kereta
gantung terhadap wisata pesisir kenjeran sangat bermanfaat untuk kehidupan masyrakat pesisir di bidang pariwisata
serta kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Namun, hanya saja pembangunan tersebut merobohkan tiga pos
nelayan yang membuat masyarakat yang tadinya mendukung menjadi terusik. Walaupun secara akhirnya ketiga pos
tersebut kembali dibangun dalam mengambil kebijakan perlu memperhatikan untuk tidak adanya lagi kerugian di satu
pihak. Selanjutnya kebijakan Sentral Ikan Bulak yang dampaknya sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
masyarakat pesisir kenjeran karena sebagai bentuk mata pencaharian sehingga pertumbuhan ekonomi sangat pesat.
Sebenarnya masih banyak upaya yang dapat dilakukan untuk implementasi kebijakan terhadap wilayah pesisir
kanjeran agar lebih berkembang, akan tetapi dalam hal itu perlu di analisis lagi agar kebijakan dilaksanakan dengan
baik.

Kata Kunci: Kebijakan, Pesisir, Kenjeran, Upaya, Masyarakat

Abstract

In the Surabaya City Regional Spatial Plan for 2014-2030, the Kenjeran Beach area which is included in the Tambak
Wedi UP is a marine tourism area. In recent years, the condition of the Kenjeran Beach area has experienced a
decline in tourists. Given that for several years there have been no significant changes in the development of the
Kenjeran Beach area. In order for Kenjeran tourism to be more optimally developed, it is necessary to integrate and
integrate a number of objects and tourist attractions in one area. The method used is descriptive qualitative method.
The results of the study describe the potential of the Kenjeran coastal area and then several policies that have been
carried out by the government to develop the Kenjeran coastal area along with several impacts or conflicts on the
local community. The policy of building a cable car for coastal tourism in Kenjeran is very beneficial for the lives of
coastal communities in the field of tourism and the economic life of the local community. However, the development
only knocked down three fishing posts, which disturbed the people who had previously supported them. Although in
the end the three posts were rebuilt in making policies, it is necessary to pay attention to no more losses on the one
hand. Furthermore, the Central Fish Bulak policy whose impact is very beneficial for the survival of the Kenjeran
coastal community because it is a form of livelihood so that economic growth is very rapid. Actually, there are still
many efforts that can be made for the implementation of policies on the Kanjeran coastal area to make it more
developed, but in that case it needs to be analyzed again so that the policy is implemented properly.

Keywords: Policy, Coastal, Kenjeran, Effort, Community


PENDAHULUAN

Kawasan pesisir pantai Indonesia yang memiliki kekayaan sangat besar tersebut harus dijaga kelestariannya dengan
melakukan pemanfaatan fungsi wilayah secara terencana, serasi, seimbang dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Wilayah
pesisir yang kaya aneka ragam hayati, perlu diatur mengenai kebijakannya yang harus sustainable, penyelenggaraan
penataan ruang tersebut tentunya harus memperhatikan kondisi geografis, sosial budaya seperti demografi, sebaran
penduduk, serta aspek potensial dan strategis lainnya. Hasil dari penyelenggaraan penataan ruang ini diharapkan dapat
mewujudkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang dapat memadukan pilar ekonomi, sosial
budaya, lingkungan dan pemerataan pembangunan.

Aspek keberlanjutan dalam suatu pembangunan itu penting, maka diperlukan adanya kebijakan yang tepat dalam suatu
wilayah. Dalam UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Butir 10 Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana dan atau program. Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, maka menjadikan landasan hukum bagi daerah untuk mengembangkan daerahnya sendiri dengan
kata lain pemerintah pusat memberikan kewenangan terhadap pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.

Menurut Pujaswara dan Kuspriyanto (2012) Faktor – faktor yang mempengaruhi kedatangan pengunjung ke Kawasan
Pantai Kenjeran antara lain fasilitas penunjang yang ada dilokasi obyek wisata, SDM pengelola lokasi wisata,
karakteristik wisatawan yang mencakup sosial – ekonomi, jarak tempat tinggal menuju lokasi obyek wisata, dan
pekerjaan, daya tarik obyek wisata dan persepsi wisatawan. Menurut Fadhila dan Faqih (2016) Pemerintah secara
intensif membenahi Pantai Kenjeran sehingga terjadi ketimpangan antara area pantai dan area kampong nelayan. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu khususnya 10 tahun ini perkembangan area pantia dan area kampung nelayan tidak
seimbang. Faktanya Pantai Ria Kenjeran semakin berbenah seiring bergulirnya waktu mengingat area tersebut
merupakan salah satu daya tarik kota Surabaya. Jumlah pengunjung pantai kenjeran yang semakin hari semakin
bertambah membuat pemerintah semakin fokus melakukan berbagai macam perbaikan, pembenahan dan
pengembangan area wisata pantai kenjeran. Namun hal tersebut tidak terjadi pada area permukiman kampung nelayan
yang masih berada satu kawasan dengan area wisata pantai.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya untuk Tahun 2014-2030, Kawasan Pantai Kenjeran yang masuk
dalam UP Tambak Wedi merupakan kawasan wisata bahari. Beberapa tahun terakhir ini kondisi kawasan Pantai
Kenjeran mengalami penurunan wisatawan. Mengingat selama beberapa tahun tidak ada perubahan yang berarti dalam
pengembangan kawasan Pantai Kenjeran. Agar pariwisata Kenjeran dapat lebih optimal pengembangannya perlu
memadukan dan mengintegrasi sejumlah objek dan daya tarik wisata yang ada dalam satu kawasan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menurut Faisal (1999,h.18), penelitian deskriptif itu
merupakan suatu penelitian sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial
(karenanya sering pula disebut dengan penelitian eksplorasi).

Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif yang meliputi kata-kata tertulis atas
lisan dari orang-orang yang memahami objek penulisan yang sedang dilakukan dan didukung oleh studi literatur
berdasarkan pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan kata-kata maupun angka yang dapat dipahami
dengan baik (Moleong, 2002).

Kebijakan Analisis Upaya


Metode Potensi Wilayah Pengolaan Pengembangan
Pendahuluan
Penelitian Pesisir Kenjeran Wilayah Pesisir Wilayah Pesisir
Kenjeran Kenjeran

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


Gambar 2. Lokasi Penelitian dalam Surabaya
tambahkan photo kegiatan masyarakat pesiisr kenjeran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi yang dapat dikembangkan di Pesisir Kenjeran


Pantai Kenjeran merupakan salah satu kawasan potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan
jasa, pariwisata, dan kawasan komersial. Potensi yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir Kenjeran sebagai
berikut.
1. Pengembangan kegiatan pariwisata pesisir Kenjeran
Pariwisata dalam jenis pantai Kenjeran, pantai Ria Kenjeran, taman Bulak, taman hiburan Kenjeran, taman
edukasi Kenjeran, wisata Kya-Kya Kenjeran, patung dewa empat muka, klenteng Sanggar Agung, pagoda
Tian Ti, tempat hiburan & olahraga, festival layang-layang & perahu hias, sirkuit Kenjeran, waterpark
Kenjeran. Serta wisata kuliner dan cinderamata, pernak-pernik kerang, kerupuk ikan, ikan asap (ikan bakar).
Semua kegiatan pariwisata yang ada di wilayah pesisir Kenjeran dapat dikembangkan dan berpotensi untuk
menarik pengunjung dan dapat menguntungkan warga sekitar.
2. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Mengingat rendahnya pendidikan di kalangan penduduk pesisir Kenjeran, maka perlu dibangun sinergitas
antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat guna terselenggaranya pelayanan pendidikan yang merata
dan berkualitas bagi masyarakat pesisir Kenjeran.
3. Peningkatan Kualitas Prasarana Sarana Perumukiman nelayan di Kenjeran
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kota dilakukan secara sistematis dengan menerapkan prinsip-
prinsip revitalisasi dalam bentuk perbaikan lingkungan maupun pembangunan kembali. Pembangunan
permukiman nelayan kembali di lahan baru yang lokasi nya dekat dengan bibir pantai sehingga akan
menghasilkan wajah baru permukiman nelayan yang jauh dari kata kumuh serta sarana dan prasarana yang
mendukung pemukiman nelayan dan aktivitas pesisir pada umumnya.
4. Pembuatan sekolah pesisir
Mengingat pengelolaan pesisir oleh masyarakat kurang, seperti tidak pedulinya akan masa depan pesisir
Kenjeran dengan membuang semua sampah ke laut dan juga septic tank yang dibuang ke laut sehingga
menyebabkan kotornya laut dengan dipenuhi sampah, perlu adanya program semacam sekolah pesisir,
bagaimana cara menmanfaatkan, megembangkan dan melestarikan wilayah pesisir agar tidak merugikan
siapapun dan tetap bisa dimanfaatkan sampai kapanpun.
5. Pengembangan infrastruktur pesisir

Dari permasalahan perahu nelayan yang disandarkan di bibir pantai kenjeran yang mengurangi estetika
pantai, dan juga kurang optimalnya pengelolaan dan penjualan hasil laut seperti ikan dan udang, strategi
pengembangannya bisa dilakukan dengan pembangunan pelabuhan perikanan yang terdapat pula Tempat
Pelelangan Ikan. Pelabuhan perikanan selain menjadi tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan, juga
menjadi tempat para nelayan menjual hasil tangkapannya, bisa menjadi tempat pelelangan ikan, tempat
pengalengan ikan, maupun tempat pengasapan ikan dan olahan ikan lainnya. Sehingga dengan adanya
pelabuhan perikanan, perahu nelayan dapat lebih tertata rapi dan terstruktur serta pengolahan dan penjualan
hasil laut lebih dapat ditingkatkan.

Kebijakan Mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Sustainable Development Di Pesisir Kenjeran
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya telah melakukan pengembangan Pantai Kenjeran untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan melalui program pembangunan infrastruktur serta sarana & prasarana yang antara
lain meliputi : Pembuatan Air Mancur Menari, Pembuatan Jembatan Surabaya, Pembuatan Rumah Pohon & Flying
Fox, Pembangunan Penataan PKL, Pembangunan Panggung Hiburan (Alfiyah Agustanya, 2012). Dalam rencana tata
ruang wilayah kota Surabaya untuk tahun 2014 - 2030 kawasan pantai Kenjeran yang masuk UP Tambakwedi
merupakan kawasan bahari (Poejooetami, 2017). Adapun di bawah ini beberapa kebijakan terhadap wilayah di Pesisir
Kenjeran serta dampak dari kebijakan tersebut.

a) Kebijakan program pembangunan di kawasan utara dengan pengembangan wisata pantai dan proyek Kereta
Gantung

Kebijakan tersebut bertujuan untuk menghidupkan kawasan pesisir yang dihuni oleh para nelayan
terutama kelurahan Tambak Wedi yang masih masuk dalam kategori daerah tertinggal. Tambak wedi
merupakan kelurahan terluar Surabaya dan berbatasan langsung dengan selat Madura potensi wisata pantai
menjadi andalan kelurahan ini. Kondisi alam ini berusaha dimaksimalkan oleh Pemerintah Kota Surabaya
sebagai wahana destinasi wisata yang dapat menghidupkan kondisi ekonomi. Wisata alamiah ini menjadi
kelebihan tersendiri dari Kelurahan Tambak Wedi. Terlebih, akses transportasi sudah terbuka luas sejak
dibangunnya jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura (Suramadu). Bahkan, potensi wisata
pantai ini menjadi satu-satunya wisata yang bisa dikembangkan dengan baik. Karena berdekatan dengan
pantai maka masyarakat Tambak Wedi mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Kelompok nelayan Tambak
Wedi terorganisir dengan manajemen nelayan yang terbagi dalam beberapa kelompok yang mengindikasikan
bahwa nelayan memiliki kemampuan mengorganisir kegiatannya walaupun hanya sebatas pembagian
kelompok, namun realitas itu menjadi bukti bahwa nelayan mampu mengimplementasikan aktifitasnya
dengan baik.

Manajemen nelayan Tambak Wedi memang sederhana, hanya pembagian kelompok yang terpeta-
petakan kepada empat kelompok nelayan. Empat kelompok ini ada yang mengidentifikasi diri dengan sebutan
kelompok nelayan kerapu, cumi-cumi, dorang, dan kakap merah. Penamaan diri dengan meminjam nama-
nama ikan ini menjadi simbol bahwa mereka adalah para nelayan yang menggantungkan hidup kepada laut
beserta habitatnya. Pembagian kelompok nelayan ini ditandai dengan berbedabedanya tempat penambatan
perahu yang digunakan sebagai sarana melaut. Jika dirinci, maka kelompok nelayan kerapu tempat parkir
perahunya berada di RW 1, sedangkan tiga kelompok lainnya berada di RW 2 Tambak Wedi. Masing-masing
kelompok ini mempunyai pos penjagaan atau pos pantau sendiri. Pos pantau ini berada persis di bibir pantai.
Hal itu untuk memudahkan pemantauan perahu milik para nelayan.

- Dampak
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan wisata pantai Kenjeran dimulai dengan tahapan
pembangunan kereta gantung, dari awal para nelayan tidak pernah mempermasalahkan pembangunan
kereta gantung. Hal itu bisa dibuktikan dari sejarah penolakan warga. Dari awal perencanaan sampai
pada tahapan sosialisasi pembangunan, warga selalu mendukung, tapi ada beberapa dampak yang
ditimbulkan dari pembangunan kereta gantung yaitu pembongkaran pos pantau nelayan.

Pembangunan kereta gantung ini menuai protes dari kalangan nelayan Tambak Wedi karena PT PP
Properti Suramadu memusnahkan pos nelayan yang dipakai untuk memantau perahu dengan dalih
mengganggu pembangunan proyek. Padahal keberadaan pos pantau ini sangat berguna untuk mengontrol
aktifitas para nelayan dari pinggir pantai. Pos pantau sangat berjasa kepada para nelayan. Nelayan
Tambak Wedi sangat terbantu dari pos pantau saat memantau pasang surut laut, dan keamanan perahu.
Hal ini berkorelasi dengan kelancaran para nelayan menjalankan aktifitasnya. Nelayan mudah
memindahkan perahu menyesuaikan dengan pasang surut air laut dari keberadaan pos pantau, para
nelayan Tambak Wedi cukup intens memberi penolakan.

Ada tiga pos yang dirobohkan dan dibangun lagi di tempat yang sama, pos nelayan kelompok cumi -
cumi, pos nelayan kakap merah dan pos nelayan dorang. Konflik karena pembongkaran pos ini sebagai
dampak pertama yang dirasakan para nelayan dari proyek pembangunan kereta gantung. Masalahnya
adalah pembongkaran pos yang disebabkan oleh pembangunan kereta gantung. Skala konfliknya
melibatkan antara nelayan dan PT. PP Properti Suramadu sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah
kota Surabaya. Sebagai solusi konfliknya adalah pos nelayan dibangun lagi di tempat yang sama.

b) Kebijakan Pembangunan Sentra Ikan Bulak (SIB)


Area Pantai Kenjeran yang berbatasan langsung dengan Selat Madura membentuk pemukiman desa
pesisir Cumpat dan Nambangan di wilayah Kota Surabaya bagian Utara. Pemukiman desa pesisir Cumpat
dan Nambangan masuk ke dalam wilayah Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak. Potret tersebut
memberikan peluang kepada masyarakatnya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan yang
bergantung pada potensi sumber daya ikan di Selat Madura. Segala potensi yang ada di wilayah pesisir Pantai
Kenjeran yang kemudian menjadi perhatian Pemerintah Kota Surabaya untuk mengadakan pengembangan
wisata dan pemberdayaan penduduk di sekitarnya. Wujud dari perhatian tersebut adalah adanya kebijakan
pembangunan Sentra Ikan Bulak sebagai wadah untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
pesisir Kedung Cowek. Keberadaan Sentra Ikan Bulak sebagai pusat wisata kuliner khas Kota Surabaya yang
terintegrasi dengan potensi wisata lainnya yakni Jembatan Suramadu, Taman Hiburan Pantai Kenjeran, dan
Ken Park. Harapan dari adanya Sentra Ikan Bulak sebagai awal pengembangan wilayah pesisir kota Surabaya
bagian Utara jauh lebih baik dari sebelumnya.

Lahan dibangunnya SIB berupa tambak di wilayah Kelurahan Kedung Cowek. Komunitas penduduknya
terdiri dari nelayan penyelam dan penjaring dengan fasilitas perahu motor tempel, serta pedagang pengolah
hasil perikanan meliputi pedagang ikan asap, kerupuk ikan, kerajinan kulit kerang, makanan dan minuman.
Kondisi sosial yang terbentuk adalah adanya interaksi nelayan dan pedagang pengolah hasil perikanan dalam
wilayah Kedung Cowek maupun dengan wilayah lain dalam hal distribusi pemenuhan sumber daya sektor
perikanan. Kondisi ekonomi terlihat pada pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir (nelayan dan
pedagang) per bulan kisaran Rp.200.000,- hingga Rp.10.000.000,-. Pengeluaran rumah tangganya (pangan
dan non pangan) kisaran Rp.1.000.000,- hingga Rp.3.500.000,- per bulan. Ketercapaian implementasi
kebijakan pembangunan Sentra Ikan Bulak dilihat dari segi tujuan, kegunaan, dan manfaat keberadaan SIB
sebesar 54,5% kurang tercapai dalam menjadikan sebagai alternatif wisata kuliner. Sebesar 18,2% tidak
tercapai dalam hal operasional sarana dan prasarana penunjang SIB. Sebesar 27,3% tercapai dalam hal
pengaplikasian visi pemerintah kota Surabaya.

- Dampak
Dampak keberadaan SIB terlihat dari perubahan sosial masyarakat pesisir Kedung Cowek yakni
adanya kesempatan alih profesi sebagai pedagang pengolah hasil perikanan. Keberadaan SIB
menimbulkan pro dan kontra. Perubahan kondisi ekonomi ditandai persentase penurunan pendapatan
rumah tangga masyarakat pesisir (nelayan dan pedagang) Kedung Cowek 1-85% dengan nominal kisaran
Rp.200.000,- hingga Rp.6.500.000,- per bulan. Sumber pendapatan rumah tangga nelayan berasal dari
hasil tangkapan yang dijual ke pengepul dan pasar, serta wisata perahu. Pedagang pengolah hasil
perikanan mendapat insentif pendapatan dari agenda acara di SIB. Pengeluaran rumah tangga masyarakat
pesisir Kedung Cowek menurun kisaran 10-50% dengan nominal kisaran Rp.1.000.000,- hingga
Rp.2.000.000,- per bulan. Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Kedung Cowek berada dalam
kategori sedang sebesar 73,1% dan 26,9% berada dalam kategori tinggi. Pengembangan kawasan pesisir
Kedung Cowek masih berlanjut hingga tahun 2019. Segera dilakukan pemberdayaan terhadap
lingkungan pesisir Kedung Cowek melalui kerjasama antar stakeholders terkait.
Analisis Upaya Lain Dalam Mengembangkan Wilayah Pesisir Kenjeran
Dalam sub ini sebagai bentuk saran serta strategi pembangunan untuk mengembangkan wilayah pesisir kenjeran
agar menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
1. Penyediaan ruang publik di tepi badan air kampung nelayan Sukolilo dan Tambak Deres dan dilengkapi
bangunan panggung bertingkat multifungsi sebagai tempat pengolahan makanan laut, dermaga, maupun kafe
(public resort) dengan desain menarik dan disesuaikan dengan karakteristik pesisir Kenjeran.
2. Pengadaan program penghijauan sempadan pantai dan koridor jalur akses internal kampung nelayan Sukolilo
Kenjeran.
3. Pengadaan jalur pejalan kaki dan sejumlah fasilitas pendukungnya di tepi jalan utama kawasan wisata
Kenjeran dan tepi pantai Kenjeran dan Watu-Watu dengan menyediakan ruang plaza pedestrian yang cukup
lebar, min. 3 meter.
4. Penyediaan sarana prasarana transportasi darat dan laut sebagai moda wisata internal yang melayani
pergerakan wisatawan, seperti jalan, jembatan, pedestrian, halte, dermaga lingkungan, laguna, perahu
nelayan/boat, kereta gantung, kereta kelinci, mini train, dan lainnya.
5. Memusatkan kegiatan perdagangan produk olahan di beberapa lokasi, pertama di area Sentra Ikan Bulak dan
wilayah Pantai Watu-Watu yang didesain seperti City Walk dengan kios-kios tenda berwarna-warni yang
teratur, kedua di tepi air kampung nelayan Sukolilo dengan membangun dermaga multifungsi yang juga bisa
digunakan untuk kegiatan wisata kuliner dan belanja, ketiga di pusatkan di Kya-Kya Kenjeran. Kegiatan
perdagangan dibuat dalam satu koridor jalan yang ditata dengan rapi dan bergaya arsitektur China.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir kenjeran memiliki potensi yang begitu besar
untuk dikembangkan. Beberapa kebijakan yang diuraikan diatas telah dilaksanakan di pesisir kenjeran namun tentu
ada dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan pesisir kenjeran. Kebijakan pembangunan kereta gantung
terhadap wisata pesisir kenjeran sangat bermanfaat untuk kehidupan masyrakat pesisir di bidang pariwisata serta
kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Namun, hanya saja pembangunan tersebut merobohkan tiga pos nelayan
yang membuat masyarakat yang tadinya mendukung menjadi terusik. Walaupun secara akhirnya ketiga pos tersebut
kembali dibangun dalam mengambil kebijakan perlu memperhatikan untuk tidak adanya lagi kerugian di satu pihak.
Selanjutnya kebijakan Sentral Ikan Bulak yang dampaknya sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat
pesisir kenjeran karena sebagai bentuk mata pencaharian sehingga pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Sebenarnya
masih banyak upaya yang dapat dilakukan untuk implementasi kebijakan terhadap wilayah pesisir kanjeran agar lebih
berkembang, akan tetapi dalam hal itu perlu di analisis lagi agar kebijakan dilaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Khomenie, A., & Umilia, E. (2013). Arahan pengembangan kawasan wisata terpadu Kenjeran Surabaya.
Jurnal Teknik ITS, 2(2), C87-C91.
Pustika, N., dkk. (2020). Analisis Pengelolaan Kawasan Pantai Kenjeran Berbasis Masyarakat. Jurnal
Teknik Kelautan ITS,1-8.
Rahayu, D. (2020). Tugas Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu Studi Pengembangan Potensi
Sektor Pariwisata Pantai Kenjeran Surabaya.
Taufiq, A., & Azizah, S. (2020). KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA PANTAI KENJERAN SURABAYA DAN
KONFLIK NELAYAN. Jurnal Analisa Sosiologi, 9(2).
Zhafirah Rukhus, A.(2020). Potensi Pengembangan wilayah Pesisir Kenjeran Surabaya. Universitas Negeri
Surabaya, 1-20.

Anda mungkin juga menyukai