Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING

Seminar Nasional
Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan II 2018
“Penguatan Jejaring Inovasi Iptek Perikanan dan Kelautan untuk Mendukung
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”

15 September 2018
Grand Clarion Hotel
Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia

Diselenggarakan oleh
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo

Penerbit

i
Pemanfaatan Terumbu Karang: Studi Kasus Pulau Labengki Kecil Kabupaten
Konawe Utara
Jumaidin, Andi Irwan Nur, Muhammad Ramli, Ahmad Mustafa, Amadhan Takwir, Dedy
Oetama, Ari Sandy Muchtar, Adi Imam Wahyudi
36 Dampak Belanja Pemerintah Daerah untuk Sub-Sektor Perikanan Terhadap
Kesempatan Kerja, Output, dan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara Indonesia 286 – 293
Muhammad Arief Dirgantoro, Risfandi, Putu Arimbawa, Budiyanto
Topic F: Pengabdian Kepada Masyarakat
37 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Reforestasi Mangrove danPemasangan Artificial
Reef di Kawasan Konservasi Peraira Daerah (KKPD) Konawe Selatan 294 – 304
Oce Astuti, La Sara, Wa Nurgayah, Emiyarti dan Muis Balubi
38 Pengelolaan Infrastruktur Sampah Dan Air Bersih Untuk Mendukung Destinasi Wisata
Berkelanjutan Pada Objek Wisata Pantai Batu Gong 2 305 – 313
Kurniati Ornam, Siti Belinda Amri, Masykur Kimsan, Santi, dan Syafrianto Amsyar
39 Pelatihan Pembuatan Lampu Bawah Air dan Pendampingan Pemanfaatannya Bagi
Nelayan Bagan di Kelurahan Wandoka Utara, Kabupaten Wakatobi 314 – 318
Hasnia Arami, Naslina Alimina, dan Paduartama Tandipuang
40 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Sadar Wisata melalui Pembuatan Coral
Garden di Desa Namu Sulawesi Tenggara 319 – 323
Ratna Diyah Palupi, Ira, dan Risfandi
41 Peningkatan Kemampuan Pembuatan Konstruksi Bangunan Berbasis Teknologi
Tepat Guna di Kelurahan Tondonggeu Kecamatan Nambo Kota Kendari 324 – 332
Arman Faslih, Halim, Kadir, Try Sugiyarto Soeparyanto, Muhammad Zakaria Umar

viii
Pengelolaan Infrastruktur Sampah dan Air Bersih Untuk Mendukung Destinasi
Wisata Berkelanjutan Pada Objek Wisata Pantai Batu Gong 2

Kurniati Ornam1, Siti Belinda Amri1, Masykur Kimsan2, Santi1, Syafrianto Amsyar1
1
Jurusan Arsitektur Universitas Halu Oleo
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Oleo
E-mail korespondensi: kurniati.ornam@yahoo.co.id

ABSTRAK

Objek wisata Pantai Batu Gong 2 secara administratif terletak di Desa Tombawatu Kecamatan Kapoiala, Kabupaten
Konawe. Luas objek wisata ini mencapai 10 Ha. Objek wisata ini telah menjadi salah satu objek wisata favorit bagi
masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan
di objek wisata pantai lainnya, jumlah wisatawan di Pantai Batu Gong tercatat lebih rendah, salah satu penyebabnya
adalah berkurangnya daya tarik wisata yang diakibatkan oleh ketersediaan infrastruktur dasar yang kurang memadai.
Beberapa sarana vital yang minim di antaranya adalah fasilitas persampahan dan air bersih. Selama ini untuk
perbaikan infrastruktur wisata, masyarakat hanya tergantung pada bantuan dari pemerintah. Sehingga saat bantuan
tidak ada, perbaikan fasilitas juga tidak berjalan. Oleh sebab itu, tujuan umum dari program PPM-KKN Tematik ini
adalah untuk memberdayakan masyarakat agar mampu mengelola pariwisata pesisir yang berbasis pertisipasi
masyarakat. Hal in adalah langkah awal untuk mewujudkan objek wisata Pantai Batu Gong 2 menjadi sebagai
destinasi wisata berkelanjutan. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini adalah: 1) Peningkatan kualitas sarana
dasar kegiatan pariwisata yakni persampahan dan air bersih; 2) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga
sumberdaya alam pesisir pantai Batu Gong 2. Metode yang digunakan untuk program inisiasi adalah sosialisasi dari
tim yang menawarkan bantuan fisik maupun non fisik. Ditindaklanjuti dengan materi penyuluhan sanitasi dan
persampahan serta pelatihan pengelolaan sarana prasarana wisata secara mandiri. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat diterapkan untuk menggalakkan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat secara bersama-sama
dengan dukungan keilmuan dari mahasiswa dan dosen pendamping lapangan.

Kata Kunci: Wisata pantai, persampahan, air bersih, objek wisata berkelanjutan

PENDAHULUAN

Pembangunan bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Rendahnya
perkembangan ekonomi suatu daerah dapat diantisipasi melalui pengembangan sektor potensial wilayah,
antara lain sektor pariwisata. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor non-migas yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Usaha
mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa keberadaan objek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat dan memperluas
kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta
lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat.
Berdasarkan aspek kecenderungan wisatawan lokal dan mancanegara yang menyukai wisata yang
berbentuk alam dan budaya, maka sangat potensial bagi pengembangan sektor pariwisata dalam bentuk
tersebut. Sehingga dalam kebijakan pariwisata Kabupaten Konawe yang tertuang dalam dokumen
RIPPARDA tahun 2107, dijelaskan bahwa Batu Gong merupakan salah satu dari beberapa objek wisata
alam yang berada di Kabupaten Konawe yang akan ditingkatkan potensi, pengelolaan, serta promosinya.
Jumlah wisatawan semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan,
Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Konawe, jumlah pengunjung pada tahun 2017 mencapai angka 10
ribu pengunjung atau meningkat sekitar 2 ribu pengunjung dari tahun sebelumnya.
Objek wisata ini secara administratif berada di Desa Tombawatu, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Konawe memiliki beberapa potensi wisata yang telah
dikenal luas oleh masyarakat lokal maupun masyarakat dari derah lain salah satunya adalah objek wisata
Pantai Batu Gong. Sejak dibuka pada tahun 90-an, objek wisata ini telah menjadi salah satu objek wisata
favorit bagi masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Meskipun terletak di
Kabupaten Konawe, pengunjung terbanyak berasal dari Kota Kendari karena letaknya yang cederung
lebih dekat ke pusat Kota Kendari dibandingkan dengan pusat Kabupaten Konawe.
305
Objek wisata Pantai Batu Gong memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan wisata pantai yang
ada. Bentang alam di daerah tersebut menjadi daya tarik utama wisatawan. Penamaan Batu Gong karena
menurut kepercayaan warga sekitar terdapat gugusan karang yang jika terkena hempasan ombak akan
berbunyi menyerupai bunyi gong yang ditabuh. Selain itu, pantai juga dikelilingi oleh pegunungan Nipa-
nipa serta menghadap langsung ke arah Laut Banda menyebabkan visual kawasan yang cukup baik.
Untuk pemanfaatan sumber daya alam ini pihak Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
Kabupaten Konawe sudah melakukan pembangunan dan pengembangan namun belum secara optimal, hal
ini dapat dilihat dari perkembangan kawasan tersebut dan jumlah kunjungan yang masih kurang
dibandingkan jumlah kunjungan pada objek wisata pantai lainnya di Kabupaten Konawe. Hal ini salah
satunya diakibatkan oleh kondisi fasilitas yang ada sekarang masih sangat minim dan belum terkelola
dengan baik. Peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya khususnya pada saat liburan tidak
diimbangi dengan peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata. Berdasarkan hasil pengamatan di
lokasi mitra, terdapat beberapa fasilitas yang membutuhkan peningkatan di antaranya sistem persampahan
dan dan air bersih.
Dengan melihat potensi-potensi yang ada serta permasalah di dalam kawasan wisata Pantai Batu
Gong ini, kiranya perlu penanganan lebih lanjut untuk dapat menunjang kegiatan wisata pantai, di
antaranya penyediaan sarana dan prasarana yang lebih layak bagi kawasan objek wisata yang
berkelanjutan. Dengan pengelolaan dan pengembangan yang lebih optimal diharapkan dapat menarik
wisatawan berkunjung ke tempat tersebut, sehingga terjadi peningkatan baik dalam bidang ekonomi bagi
masyarakat sekitar maupun sebagai pendapatan asli daerah Kabupaten Konawe.
Dalam Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan telah mencakup metode dan langkah pengelolaan objek wisata secara berkelanjutan. Salah
satu pendekatan yang diterapkan adalah melalui pendekatan partisipatif. Pada pendekatan partisipatif,
pengelolaan objek wisata diserahkan kepada masayarakat dengan pengawasan oleh pihak pemerintah
setempat. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak bertanggung jawab atas pengembangan objek wisata,
baik dalam hal pengelolaan, pengembangan, pembiayaan, maupun promosi wisata.
Oleh karena itu pada dasarnya diperlukan kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam penyediaan sarana dan prasarana di setiap objek wisata. Melalui kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat Terintegrasi Kuliah Kerja Nyata Tematik (PPM-KKN Tematik), pihak perguruan tinggi
diharapkan mampu memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan secara langsung kepada masyarakat
sebagai implementasi dari Tridharma Perguruan Tinggi. Diharapkan melalui kegiatan PPM-KKN
Tematik ini, semua pihak mampu bekerja bersama sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat terlaksana
sebaik-baiknya dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

METODE PELAKSANAAN

Program program Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) merupakan salah satu dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi tenaga pendidik dalam menyalurkan ilmu dan hasil penelitiannya ke masyarakat luas.
Sementara itu program Kuliah Kerja Nyata (KKN) diselenggarakan sebagai bentuk kegiatan
intrakurikuler yang mengintegrasikan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi interdisipliner. KKN
dilaksanakan dengan pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat serta merupakan wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan teknologi.
Penggabungan program PKM Terintegrasi KKN Tematik diselenggarakan untuk mendorong metode
“bekerja bersama masyarakat” yang merupakan salah satu amanat perguruan tinggi saat ini.
Lokasi pelaksanaan kegiatan PPM-KKN Tematik berada di objek wisata Batu Gong 2, yang
terletak di Desa Tombawatu, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Lokasi ini
berjarak 20,6 km dari Universitas Halu Oleo. Dapat ditempuh selama kurang lebih 42 menit dengan
kendaraan bermotor. Kegiatan melibatkan 4 orang DPL (Dosen Pendamping Lapangan) dan 15 orang
mahasiswa yang berasal dari Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

306
Gambar 1: Lokasi kegiatan PPM-KKN Tematik,Objek wisata Pantai Batu Gong 2
Mekanisme pelaksanaan kegiatan KKN-PPM terdiri dari tahapan: persiapan dan pembekalan serta
pelaksanaan
a. Persiapan, Pembekalan dan Pemberangkatan
Inti dari tahap persiapan ini adalah proses perekrutan mahasiswa peserta KKN Tematik. Prosesnya
adalah sebagai berikut:
1) Rekrutmen mahasiswa peserta KKN
2) Pendaftaran mahasiswa peserta KKN Tematik pada jurusan, khususnya mahasiswa Jurusan
Arsitektur dan Teknik Sipil
3) Pengalokasian mahasiswa pada lokasi yang direncanakan
Selanjutnya adalah tahap pembekalan. Mahasiswa peserta KKN Tematik akan dibekali Pembekalan
Umum dan Pembekalan Khusus.
1) Pembekalan Umum
Materi pembekalan umum mengikuti standar yang ditetapkan oleh Universitas Halu Oleo.
Kegiatan umumnya terdiri dari:
a) Pembagian lokasi pelaksanaan PPM-KKN Tematik kepada mahasiswa peserta
b) Perkenalan dengan dosen pembimbing lapangan (DPL)
c) Pemberian materi KKN Tematik yang terdiri dari:
- Kondisi lokasi tempat pelaksanaan KKN Tematik,
- Pemberian materi terkait keahlian agar program kerja.
2) Pembekalan Khusus
Mahasiswa PPM-KKN Tematik dibekali dengan materi khusus terkait tema PPM-KKN Tematik
“Pengembangan Infrastruktur Persampahan dan ir Bersih pada Objek Wisata Pantai”.

Gambar 2: Pembekalan mahasiswa pesertaKKN Tematik

b. Pelaksanaan
Sesuai dengan tema kegiatan yaitu Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan
Infrastuktur Persampahan dan Air Bersih di Objek Wisata Pantai Batu Gong 2, maka kegiatan yang
akan dilakukan mahasiswa adalah yang akan memberi dampak pada masyarakat, lingkungan, dan
ekonomi terhadap pengembangan kawasan dan masyarakat. Melihat permasalahan yang dihadapi

307
oleh mitra, maka langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pada kegiatan
pengabdian ini adalah pendekatan partisipatif. Adapun metode pelaksanaan kegiatan terdiri atas:
1) Metode sosialisasi dan musyawarah warga
Sebelum melakukan kegiatan fisik di lapangan, maka kegiatan sosialisasi diadakan sebagai ajang
saling mengenal antara tim PPM-KKN Tematik dan warga masyarakat. Termasuk dalam kegiatan
sosialisasi adalah memfasilitasi SKPD Terkait yakni Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan
Pariwisata Kabupaten Konawe dan warga masyarakat untuk bermusyawarah dalam menetapkan
lokasi yang akan dibangun model percontohan fasilitas persampahan dan air bersih. Tim KKN-
PPM juga akan mengundang narasumber dari pihak-pihak terkait agar warga nantinya dapat
menindaklanjuti perbaikan sarana dan prasarana secara mandiri.

Gambar 3: Sosialisasi kegiatan PPM-KKNTematik kepada masyarakat

2) Metode penyuluhan
Kegiatan penyuluhan ini terdiri dari beberapa seri penyuluhan yang ditujukan untuk mendidik
warga bagaimana mengelola sampah, menjaga sanitasi lingkungan serta bagaimana menjalankan
praktik pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat.

Gambar 4: Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dan perangkat desa

3) Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan pendampingan


Pelaksanaan pekerjaan di lapangan sekaligus merupakan ajang pelatihan bagi warga agar dapat
mengelola dan membangun sarana dan prasarana dasar secara mandiri. Dalam pelaksanaannya,
warga akan didampingi oleh pendamping yang terlatih. Perencanaan infrastrutkur air bersih dan
persampahan mengacu pada standar yang berlaku, yakni SNI 19-2454-2002–Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan dan SNI: 03-2399-2002 – Tata Cara Perencanaan
Bangunan MCK Umum.

308
(a)

(b)
Gambar 5: (a) pembuatan tempat sampah dan (b) ruang bilas
4) Kegiatan penunjang lainnya
Pelatihan mengembangkan atraksi pendukung kegiatan pariwisata dan mengembangkan
perangkat aturan bagi para wistawan merupakan kegiatan penunjang dari kegiatan yang
disebutkan sebelumnya.
c. Evaluasi, Penarikan dan Pelaporan
Tahapan evaluasi tahap akhir dilakukan untuk mengetahui sejauh mana progres kegiatan di
lapangan berlangsung dan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat mitra terhadap kegiatan. Tahapan
akhir kegiatan ini adalah penarikan dan publikasi, dan pembuatan laporan akhir. Setelah kegiatan di
lapangan berlangsung selama 30 hari (1 bulan) maka kegiatan PPM-KKN Tematik di lapangan telah
berakhir. Tahapan kegiatan tetap berlanjut hingga pada tahapan pelaporan, diseminasi dan publikasi
karya tulis pada jurnal/prosiding.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kegiatan pengabdian ini terlihat dari animo dan antusias pihak mitra, yakni penduduk
dan perangkat Desa Tombawatu untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan PPM-KKN Tematik dari awal
hingga akhir. Selain berpartisipasi secara aktif, para mitra juga berpartisipasi dalam menyumbangkan ide-
ide desain, menyediakan lokasi untuk sosialisasi, menyediakan tempat untuk pelatihan dan pelaksanaan
kegiatan.
Pariwisataberkelanjutanadalahpariwisatayangmemperhitungkan dampak ekonomi, sosial,
danlingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan
masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semuabentuk aktivitaswisatadi
semuajenisdestinasiwisata,termasukwisata massal dan berbagai jenis kegiatan wisata lainnya. Konsep
pembangunan pariwisata berkelanjutan mengintegrasikan antara keseimbangan pembangunan ekonomi,
sosial, dan budaya yang seimbang tanpa membahayakan kondisi lingkungan. Pembangunan berkelanjutan
merupakan suatu proses untuk pencapaian pengembangan tanpa adanya degradasi dan penipisan/deplesi
sumber daya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan
ketersediaan sumber daya di masa yang mendatang.

309
Tabel 1: Jumlah bak sampah dan fasilitas air bersih (mandi & cuci) Pantai Batu Gong 2
Lokasi Jumlah
Bak sampah 2
Ruang bilas 7
Sumber : Observasi, 2018
Untuk memudahkan pengelolaan secara partisipatif, perlu dibentuk suatu Koperasi. Koperasi inilah
yang mewadahi segala pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Batu Gong 2. Organisasi ini
adalah organisasi yang dikoordinir langsung oleh masyarakat. Sementara itu, sistem pengelolaan
infrastruktur yang akan dikembangkan melalui kegiatan PKM terintegrasi KKN Tematik ini yakni
sebagai berikut:
a. Pengelolaan Persampahan
Jenis sampah pada daerah wisata pantai umumnya berasal dari aktivitas di darat dan di laut.
Sebagian besar sampah di darat berupa sisa-sisa makanan/minuman yang dibawa oleh pengunjung
dan dedaunan dari tanaman di pantai. Sampah yang berasal di laut terdampar di pantai karena dibawa
oleh ombak. Sampah di laut, berupa sisa-sisa aktivitas nelayan di laut dan sampah dari pemukiman di
sekitar yang terbawa arus. Oleh karena itu, dalam penangannya, sampah di kawasan objek wisata
pantai juga harus mengatasi sampah yang di darat dan di laut. Hal ini untuk menjamin kebersihan
pantai, baik untuk yang beraktivitas di darat dan di laut. Semakin bersih kondisi pantai, maka
pengunjung juga akan merasa nyaman dalam melakukan aktivitasnya, sebaliknya jika kondisi pantai
tidak bersih, maka pengunjung pun enggan datang berwisata di tempat tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, masih banyak sampah bertebaran di sekitar pantai. Selain itu,
aktivitas wisatawan dan nelayan yang menyatu menyebabkan potensi timbulan sampah semakin
besar. Belum adanya tata kelola persampahan menjadi salah satu kendala terbesar, petugas
persampahan tidak ada, begitupun juga bak-bak penampungan sampah yang jumlahnya sangat tidak
memadai. Untuk wilayah pantai yang mencapai 10 Ha, jumlah bak sampah hanya 2 titik.

Gambar 6: Bak sampah yang tersedia di lokasi objek wisata Batu Gong
Sistem yang mendorong masyarakat untuk mengurangi, menggunakan kembali,dan mendaur
ulang sampah. Setiapsampah yangtidakdapatdigunakan kembalidapatdikeloladenganaman untuk
memastikan keberlanjutan lingkungan. Pada dasarnya pengelola objek wisata Pantai dalam
pengelolaan kebersihan haruslah mempunyai petugas tersendiri. Petugas tersebut diambil dari
masyarakat setempat. Petugas ini dibayar oleh Koperasi masyarakat yang mengelola objek wisata
Pantai Batu Gong 2. Pada pelaksanaannya petugas ini sebaiknya bekerja seharian penuh, khususnya
pada hari-hari libur dimana jumlah kunjungan meningkat.
Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah:
a. Reduce (mengurangi sumber sampah): penghematan penggunaan sumber daya alam dan
pembatasan konsumsi penggunaan bahan dalam kegiatan sehari-hari
b. Reuse: penggunaan produk yang dikonsumsi berulang-ulang,
c. Recycle: pendaur-ulangan bahan yang tidak dapat digunakan langsung, mengolah menjadi
kompos
d. Energy recovery: pemanfaatan energi yang terkandung dalam (produksi biogas)
e. Disposal: limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang di alam secara aman dan sehat

310
Gambar 7. Proses penanganan sampah dari sumber hingga ke pembuangan akhir
Sumber: SNI 19-2454-2002 – Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Gambar 7 menunjukkan diagram alir proses penanganan sampah dari sumber sampah hingga ke
pembuangan akhir. Diagram di atas merupakan dasar pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Pantai
Batu Gong 2.
Pada dasarnya sampah yang berserakan di sekitar lokasi pantai berasal dari aktivitas di laut dan di
darat. Sampah-sampah yang sudah dipilah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah-wadah
yang sudah disiapkan, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sampah organik: dimasukkan ke tong sampah, yang umumnya berwarna biru. Sampah organik
akan mengalami perlakuan lebih lanjut untuk dibuat kompos. Berikut adalah contoh pengolah
kompos sederhana dari tong plastik.
b. Sampah anorganik: berupa sampah plastik, sampah kertas dan sampah logam dimasukkan pada
masing-masing kantong plastik secara terpisah yang sudah diberi identitas.

Gambar 8: Tempat sampah yang akan ditempatkan di beberapa titik di lokasi objek wisata
b. Pengelolaan Air Bersih
Masalah yang umum terjadi pada objek wisata pantai adalah ketersediaan air bersih yang layak.
Sebagian besar air bersih pada objek wisata masih mengandung kadar garam yang tinggi. Hal ini
terjadi pula pada kawasan wisata Pantai Batu Gong, selain masalah kualitas air bersih, ketersediaan
fasilitas MCK yang layak juga masih kurang. Pada umumnya pengunjung setelah aktivitas berenang
langsung mandi atau membersihkan badannya lebih dulu dengan air yang bersih di kamar mandi.
Pemenuhan air bersih dirasa masih sangat sulit. Hal ini diakibatkan kurangnya sumber-sumber air
bersih di daerah pantai dan ketersediaan fasilitas MCK yang kurang layak. Kondisi ini mengakibatkan
pengunjung enggan berlama-lama di tempat wisata. Bahkan pengunjung akan enggan berkunjung jika
tidak ada fasilitas MCK yang memadai di suatu tempat wisata. Fasilitas MCK yang layak hanya dapat
ditemui di rumah warga yang memiliki warung makan. Sementara untuk fasilitas MCK umum
kondisinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

311
Gambar 9: Ruang bilas/kamar mandi yang tersedia di lokasi objek wisata batu Gong 2
Sistem yang diterapkan harus memperhatikan sumber dayaair sehingga kebutuhan air bersih
sudah seimbang dan sesuai dengan kebutuhan air wisatawan; atau memastikan bahwa sumber daya
air selalu tersediabagi masyarakat setempat, wisatawan, maupun untuk penggunaan lainnya. Sistem
ini untuk memonitor kualitas air minum dan kualitas air untuk kegiatan rekreasi dengan
menggunakan standar kualitas yang tepat. Komponen air bersih dan MCK terdiri dari: bilik MCK,
pengolahan limbah, sumber air bersih dan utilitas pelengkap seperti listrik dan drainase air bekas
mandi dan cuci.

Gambar 10: Desain kamar mandi/ruang bilas


Lebih lanjut, Air bersih dan MCK ke depan akan dikelola oleh warga sendiri. Pengelolaan akan
berdasar pada hasil musyawarah warga. Ada petugas-petugas yang bertanggungjawab pada perawatan
bangunan, kelistrikan, air bersih serta kerusakan pipa. Juga ada petugas pemelihara kran dan mesin
pompa. Pengurus juga akan menentukan besaran retribusi yang akan dikenakan kepada wisatawan.
Hasil dari retribusi tersebut akan digunakan untuk operasional sarana-prasarana air bersih dan
lainnya.

Gambar 11. Ruang bilas yang direncanakan dan dibangun bersama-sama masyarakat

312
KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan PPM Terintegrasi KKN Tematik yang dilaksanakan dalam lingkup kampus maupun di
lapangan, tepatnya di Objek Wisata Pantai Batu Gong 2 Desa Tombawatu berjalan dengan lancar dan
baik. Hal ini terlihat dari keaktifan mahasiswa, kerjasama warga dan perangkat desa, serta hasil dari
pelaksanaan kegiatan.
Hasil dari kegiatan PPM-KKN Tematik berupa pendampingan perencanaan dan pengelolaan
infrastruktur persampahan dan air bersih di lokasi objek wisata. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan
perlu diterapkan pada objek-objek wisata di Indonesia, hal ini untuk menjamin keberlangsungan objek
wisata itu sendiri. Masyarakat diberikan wewenang untuk mengelola sarana dan prasarana wisata dengan
arahan SKPD terkait, yakni Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga.
Pada umumnya, kegiatan pengabdian dengan melibatkan mitra adalah kegiatan yang bernilai
positif, sehingga sebaiknya terus dijalin dan ditingkatkan cakupannya pada masa yang akan datang.
Kerjasama antar pihak perguruan tinggi dan masyarakat umum, khususnya kelompok usaha kecil
menengah diperlukan sebagai salah satu pengembangan prinsip tridharma perguruan tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Terintegrasi KKN Tematik ini terselenggara atas dukungan
pendanaan dari DIPA UHO Tahun 2018 dengan nomor kontrak 1591 l/UN29.20/PPM/2018. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada perangkat desa dan segenap masyarakat pengelola objek
wisata Pantai Batu Gong 2, Desa Tombawatu, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe serta Dinas
Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Konawe atas partisipasinya dalam mendukung
berjalannya kegiatan ini dari awal hingga akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R, dkk. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata. 2017. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah
(RIPPARDA) Kabupaten Konawe.
Dumbraveanu, D. 2004. Principles and Practice of Sustainable Tourism Planning. Strategia de ecoturism
a Romaniei: cadru theoretic de dezvoltare, Minmisterul Transporturilor, Constructiilor si
Tursimului, Autoritatea Nationala pentru Turism, Bucuresti, Romania Pitoreasca: 2004
Kemenkumham R.I. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
Kemenpar R.I. 2016. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi
Pariwisata Berkelanjutan
Simond, J. O. 1978. Earthscape: A Manual of Environmental Planning. New York: McGraw Hill Book
Company.
SNI 19-2454-2002. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
SNI: 03-2399-2002. 2002. Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum
SNI 3242:2008. 2008. Pengelolaan sampah di Permukiman
World Commission on Environment and Development (WCED). 1987. Our Common Future. Report

313

Anda mungkin juga menyukai