Anda di halaman 1dari 8

Strategi Pengelolaan Kawasan Pantai Tanjung Pasir Secara Tderintegrasi Dan Berkelanjutan

(Dengan Pendekatan Konsep Arsitektur Waterfront – Frank Lloyd Wright)


Mustofa Sakhid, Ari Widyati Purwantiasning, Anisa

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PANTAI TANJUNG PASIR


SECARA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN
(DENGAN PENDEKATAN KONSEP ARSITEKTUR WATERFRONT- FRANK LLOYD WRIGHT)

Mustofa Sakhid1, Ari Widyati Purwantiasning1, Anisa1


1
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
dmyust@gmail.com
arwityas@yahoo.com
anisa@ftumj.ac.id

ABSTRAK. Fungsi wisata pada saat ini tidak lagi terbatas pada kegiatan santai/ piknik saja, akan tetapi dituntut
untuk dapat menampung kegiatan lainnya, seperti rekreasi aktif, rekreasi pasif, hiburan, kontak sosial, acara adat
dan sebagainya. Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Kawasan Pantai Tanjung Pasir ini
dimaksudkan untuk mendapatkan solusi perancangan dengan memanfaatan potensi alam secara maksimal
dalam penataan tapak sebagai Kawasan Permukiman Nelayan dan Kawasan Wisata Laut. Penekanan konsep
Arsitektur Waterfront Frank Lloyd Wright dilakukan dengan mengadopsi Desain Arsitektur Recreational
Waterfront pada karakteristik desain massa dan bentuk bangunan kawasan waterfront yang menyediakan sarana
dan prasarana untuk kegiatan rekreasi. Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dan tetap
mempertahankan ruang terbuka, serta kekhasan arsitektur lokal yang dimanfaatkan secara komersial untuk
menarik pengunjung. Perencanaan kawasan Tanjung Pasir merupakan integrasi antara zona wisata dengan
zona permukiman nelayannya dan merupakan “bagian integral “ didalam pembangunan Kabupaten Tangerang.

Kata Kunci : Pengembangan Kawasan, Pantai Tanjung Pasir, Permukiman Nelayan, Wisata Pantai, Integrasi,
Waterfront

ABSTRACT. Nowadays tourism is no longer limited to leisure activities/ picnic only, but must be able to
accommodate other activities, such as active recreation, passive recreation, entertainment, social contact, the
traditional activities as well as custom event. Planning and Design of Coastal Zone Development in Tanjung Pasir
is aimed to find design solution by maximize natural potency in site planning as a Fisherment Settlement and Sea
Tourism Area. The concept of Waterfront Architecture by Frank Lloyd Wright manifested by adopting Architectural
Design Recreational waterfront on the design characteristics of the mass and shape of the building within
waterfront area that provide facilities as well as infrastructures for recreational activitie. The area development
directed along the beach while maintaining the presence of open space, as well as the peculiarities of local
architecture that are commercially exploited in order to attract visitors. The planning of Tanjung Pasir area is an
integration between tourism zone and fishermen’settlement and should be an "integral part" in the development of
Tangerang regency.

Keywords : Area Development, Tanjung Pasir Beach, Fishermen Settlement, Coast Tourism, Integration,
Waterfront

PENDAHULUAN
Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah,
Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis bahwa kecenderungan kerusakan lingkungan
pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia pesisir dan lautan lebih disebabkan
dikenal sebagai negara mega-biodiversity paradigma dan praktek pembangunan yang
dalam hal keanekaragaman hayati, serta selama ini diterapkan belum sesuai dengan
memiliki kawasan pesisir yang sangat prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
potensial untuk berbagai opsi pembangunan. (sustainable development). Cenderung bersifat
Namun demikian dengan semakin ekstratif serta dominasi kepentingan ekonomi
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pusat lebih diutamakan daripada ekonomi
pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah masyarakat setempat (pesisir). Seharusnya
pesisir, bagi berbagai peruntukan (pemukiman, lebih bersifat partisipatif, transparan, dapat
perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain- dipertanggungjawabkan (accountable), efektif
lain), maka tekanan ekologis terhadap dan efisien, pemerataan serta mendukung
ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu supremasi hukum.
semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini
tentunya akan dapat mengancam keberadaan Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan
dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan
disekitarnya. suatu pengelolaan (strategic plan),
55
Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 01 No 1 Maret 2017

mengintegrasikan setiap kepentingan dalam kenyamanannya, misalnya memperbanyak


keseimbangan (proporsionality) antar dimensi area hijau dan melengkapi beberapa fasilitas
ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, pendukung seperti bangku taman, jalur
disiplin ilmu dan segenap pelaku pedestrian, dan jalur khusus bagi penyandang
pembangunan (stakeholders). cacat dan disabilitas serta menambah potensi-
potensi yang dapat dikembangkan di kawasan
Tujuan adanya perencanaan dan perancangan Pantai Tanjung Pasir.
pengembangan kawasan ini adalah untuk
membantu memberikan solusi dalam Khusus perencanaan dan perancangan
menyusun strategi pengelolaan kawasan Kawasan Tanjung Pasir ini adalah dengan
pesisir secara terpadu dan berkelanjutan, menggabungkan kawasan pemukiman
berdasarkan analisis terhadap sejumlah isu nelayan dan kawasan wisata pantainya
dan permasalahan serta karakteristik wilayah dengan konsep waterfront atau berorientasi
pesisir. Pada saatnya diharapkan dapat menghadap ke laut dengan tetap
tercapai tujuan-tujuan pembangunan ekonomi, mempertimbangkan pola kegiatan penghuni
perbaikan kualitas lingkungan serta kawasan ini.
menghindari adanya konflik jangka panjang di
wilayah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan Dengan adanya perencanaan pengembangan
reformasi paradigma dan pola pembangunan kawasan Tanjung Pasir ini sebagai kawasan
kelautan, yang meliputi perbaikan seperangkat Pemukiman Nelayan dan kawasan Wisata
kebijakan yang bersifat teknis dan bersifat mampu menjadikan contoh untuk
pengaturan (governance). perkampungan-perkampungan yang ada di
pinggiran pantai. Dan menyadarkan akan
Menurut rencana tata ruang provinsi Banten pentingnya menjaga dan melestarikan
alokasi ruang pesisir dan laut terbagi menjadi lingkungan sekitar kita, dengan begitu hidup
kawasan pemanfaatan umum, kawasan menjadi nyaman dan aman.
strategis, kawasan konservasi. Kawasan
Pantai Tanjung Pasir yang berada di TUJUAN
Tangerang, Banten di hadapkan pada
permasalahan rendahnya kualitas fisik Melihat dari latar belakang, data dan fakta
lingkungan, salah satunya adalah belum serta lingkup dari kawasan permukiman dan
optimalnya kualitas infrastruktur. Hal ini dapat wisata di Tanjung Pasir, maka dapat
dilihat dari minimnya ketersediaan infrastruktur dirumuskan tujuan sebagai berikut:
dasar permukiman yang meliputi; drainase, air
limbah, dan persampahan. Sebagai kawasan Tujuan
permukiman yang berada di kawasan wisata a. Mengidentifikasi potensi apa saja yang
pantai, diupayakan jaringan infrastruktur yang dapat dikembangkan di kawasan pantai
ada di permukiman ini terintegrasi dengan tanjung pasir
kawasan wisata di sekitarnya. Oleh sebab itu b. Mengintegrasikan konsep pengembangan
diperlukan suatu arahan pengembangan kawasan permukiman nelayan dan wisata
dalam peningkatan kualitas infrastruktur di yang terpola dan terpadu
kampung nelayan Tanjung Pasir agar dapat c. Merencanakan dan merancang kawasan
mendukung keberlangsungan kegiatan pemukiman nelayan di pinggiran pantai
penduduk dengan budaya masyarakat yang teratur
tradisionalnya sekaligus menjadi kawasan d. Merencanakan dan merancang kawasan
permukiman yang menunjang keberadaan wisata laut di Pantai Tanjung Pasir,
wisata pantai Tanjung Pasir, Tangerang Tangerang
dengan tetap memperhatikan dan e. Berperan dalam peningkatan
menyelaraskan zona existing (proyek Tanjung pembangunan ekonomi wisata Tanjung
Pasir). Pasir, Tangerang
f. Menjadikan kawasan Tanjung Pasir
Kondisi Saat ini kawasan Pantai Tanjung Pasir sebagai percontohan untuk kawasan
Tangerang masih sangat sederhana, Permukiman Nelayan dan wisata lautnya.
meskipun sudah terlihat adanya upaya
penataan. Namun Kondisi pantai yang ada
sangat kotor akan sampah-sampah yang
berserakan dan minim fasilitas membuat
wisata di dalam kawasan ini tidak maksimal
dengan kurangnya minat berwisata air seperti
renang di laut. Abrasi yang terjadi di zona
permukiman nelayan yang semakin tahun
permukain air lautnya menaik sehingga
keberadaan GSP 100m tidak terlihat lagi
membuat warga cemas akan kondisi hunian
dan lingkungannya.

Yang perlu diperhatikan dalam merencanakan


dan merancang pengembangan kawasan
Tanjung Pasir ini adalah tingkat keamanan dan
56
Strategi Pengelolaan Kawasan Pantai Tanjung Pasir Secara Tderintegrasi Dan Berkelanjutan
(Dengan Pendekatan Konsep Arsitektur Waterfront – Frank Lloyd Wright)
Mustofa Sakhid, Ari Widyati Purwantiasning, Anisa

METODE
PEMBAHASAN
1. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data primer dimana Letak Tapak
pengumpulan data meliputi:
1) Observasi lapangan yaitu meliputi
pengamatan terhadap kawasan
yang sejenis (studi preseden) dan
lokasi site yang akan di rancang.
2) Wawancara dengan pekerja dan
karyawan di kawasan pelabuhan
untuk mendapatkan hunian dan
perkantoran yang nyaman dan
praktis.
3) Dokumentasi yaitu
mendokumentasikan apa-apa yang
terlihat di kawasan bongkar muat
pelabuhan dengan menggunakan
alat-alat seperti kamera, smartphone Gambar 1: Site Map Lokasi
sebagai media rekam saat di lokasi, Sumber : Pribadi (2016)
buku catatan dan alat tulis untuk
sketsa visualisasi kawasan Kawasan Pantai Tanjung Pasir, Kec. Teluk
pelabuhan, serta menulis informasi- Naga, Kab. Tangerang
informasi penting yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan Data Tapak
dalam penelitian. Utara : Laut Jawa
b. Pengumpulan data sekunder melalui Selatan : Persawahan Tanjung Pasir
studi literatur dari bahan-bahan Barat : Laut Jawa
referensi yang berkaitan dengan tema Timur : Persawahan Tanjung Pasair
judul tugas akhir baik itu dari buku,
jurnal, ataupun internet serta mencari Luas Tapak : 23,7 Ha
kebijakan-kebijakan yang berlaku di KDB Rencana : 40%
Kawasan Pantai Tanjung Pasir. KLB Rencana : 4
Termasuk di dalamnya mengumpulkan KDH : Minimal 40%
dan mengidentifikasikan data, dan GSP : Minimal 100 m
melakukan studi preseden, yaitu: Jenis Bangunan Rencana = Banguan wisata
1) Tinjauan Kawasan Pelabuhan dan permukiman
Menguraikan pengertian dan Tipe Bangunan Rencana = Massa majemuk
pemahaman tentang kawasan
daerah pelabuhan.
2) Mengulas pengertian tentang hunian Lokasi Tapak Terhadap Kondisi Sekitar
dan perkantoran di kawasan
pelabuhan
3) Studi Preseden
4) Objek kawasan yang sejenis yang
dapat diperbandingkan fasilitasnya
untuk pendekatan program zoning
dan sirkulasi site yang akan
dirancang, kemudian menganalisis
dan menarik kesimpulan,
menetapkan batasan dan anggapan
serta menentukan progam studi
ruang.
2. Kompilasi Data
Mengklasifikasikan data menjadi data
utama, data penunjang dan data lengkap
3. Analisis Data Gambar 2: Kondisi existing Site
Menghubungkan satu relasi dengan aspek Sumber : Pribadi (2016)
relasi lainnya dengan metode komparasi.
4. Konsep Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir ini
Persepsi tentang bentuk dari hasil analisa dikelilingi oleh laut jawa dan persawahan yang
problema dan presepsi bentuk. Ide abstrak, masih belum adanya pengembangan dari
gambaran cara memenuhi progam PEMDA. Selain itu, kawasan Pantai Tanjung
pembangunan yang didasarkan atas Pasir merupakan kawasan pelabuhan untuk
impresi + informasi yang dinyatakan secara penyebrangan ke Kepulauan Seribu, namun
grafis (sketsa ide) rancangan akses transportasi publik seperti angkutan
dikembangkan. umum Kampung, Kereta belum bisa masuk ke
kawasan ini, dan harus menggunakan
transpotasi pribadi.

57
Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 01 No 1 Maret 2017

Peruntukan Lahan Sirkulasi Dalam Tapak


Berdasarkan keterangan yang dilansir oleh Penataan sirkulasi bertujuan untuk mengatur
Dinas Tata Kota Banten, Kawasan Pantai jalannya sirkulasi agar tercipta kondisi sirkulasi
Tanjung Pasir terbagi kedalam 3 (tiga) zona yang aman, nyaman, dan tidak terjadi
wilayah dengan ketentuan KDB dan KLB crowded. Adapaun sirkulasi dalam site harus
sesuai dengan jenisnya yang telah tertulis memperhatikan pengguna serta pola kegiatan
pada gambar. Tiga zona wilayah yang ada di dalamnya, yang meliputi:
pada Kawasan Pantai Tanjung Pasir,
diantaranya a. Sirkulasi Pengunjung, memerlukan jalur
sirkulasi yang mudah dicapai dan dari
gerbang entrance langsung menuju ke arah
plaza penerima (Lobby). Jalur entrance
juga harus mudah terlihat dan mudah
pencapaiannya serta aman dan nyaman..
b. Sirkulasi Pengelola, Memerlukan
pencapaian dan akses sirkulasi yang
mudah tanpa terganggu oleh sirkulasi
pengguna fasilitas lain.
c. Sirkulasi masyarakat setempat,
Memerlukan pencapaian dan akses
sirkulasi yang mudah tanpa terganggu oleh
sirkulasi pengguna bangunan fasilitas lain.
d. Sirkulasi Servis, Pengguna sirkulasi servis
yaitu kendaraan barang, sirkulasi darurat
Gambar 3: Peruntukan Lahan (emergency). Sebisa mungkin harus
Sumber : Pribadi (2016) dipisahkkan dari sirkulasi pengunjung
publik.

Pencapaian Tapak

A. Main Entrance Jl. Raya Tanjung Pasir


B. Side Entrance Jalan samping kawasan
C. Service Entrance jalan samping kawasan

Gambar 5: Skema Sirkulasi Dalam Tapak


Sumber : Pribadi (2016)

B
A/C
Jalur Pejalan Kaki (pedestrian)
Gambar 4: Pencapaian Tapak
Sumber : Pribadi (2016) Jalur pejalan kaki yang ada pada kawasan ini
umumnya tidak ada, penggunaanya
Ada beberapa hal yang ingin diperoleh dengan bercampur dengan jalur kendaraan dengan
melakukan analisa pencapaian tapak lebar jalan existing sekitar 6m.
kawasan, diantaranya :
a. Main Entrance, yaitu gerbang utama
menuju kawasan tersebut yang memiliki
karakter kawasan Tanjung Pasir.
b. Side Entrance, yaitu akses masuk alternatif
dengan posisi di sisi lain dari kawasan yang
mendukung kenyaman sirkulasi.
c. Service Entrance, yaitu akses masuk untuk
kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan pendukung kegiatan pada
kawasan.

Gambar 6: Jalur pejalan kaki


Sumber : Pribadi (2016)

58
Strategi Pengelolaan Kawasan Pantai Tanjung Pasir Secara Tderintegrasi Dan Berkelanjutan
(Dengan Pendekatan Konsep Arsitektur Waterfront – Frank Lloyd Wright)
Mustofa Sakhid, Ari Widyati Purwantiasning, Anisa

Sistem jalur pedestrian utama Tanjung Pasir


berada di jalan utama kawasan ini, dipisahkan
dengan jalur pengguna sepeda dan membagi
jalan kendaraan menjadi dua arah dengan
pemisah vegetasi diantaranya.

Gambar 7: Ilustrasi Pedestrian di Jalan Utama


Sumber : Pribadi (2016)

Konsep sistem jalur pedestrian tepi air ini


berada di sisi barat permukiman Tanjung Pasir
tepatnya area abrasi. Konsep diatas dengan
memperlebar jalur pedestrian untuk sekedar
melihat pemandangan laut atau kapal para
nelayan Tanjung Pasir dan memisahkannya Gambar 9. Penzoningan Tapak
dengan jalur kendaraan. Sehingga tidak terjadi Sumber : Pribadi (2016)
crossing.
Pengelompokan zoning pada kawasan
Tanjung Pasir meliputi :
a. Zona Coklat (Publik)
Merupakan zona umum, pada zona ini akan
direncanakan, pendopo, area terbuka untuk
olahraga voly pantai dan sepakbola.
Kemudian dilengkapi dengan plaza dan
pedestrian serta tempat makan yang bisa
Gambar 8: Ilustrasi Pedestrian Tepi pantai mencakup semua pengguna serta adanya
Sumber : Pribadi (2016) banguna evakuasi untuk bencana tsunami.
b. Zona Biru (Publik)
Penzoningan Tapak Merupakan zona pantai berpasir, pada
zona ini akan direncanakan, ruang terbuka
Konsep sistem penzoningan site pada menghadap ke laut, sekedar untuk
perencanaan dan perancangan berjemur atau bermain pasir pantai, tempat
pengembangan kawasan Tanjung Pasir makan. Seperti fungsi dari sebelumnya,
sebagai kawasan permukiman nelayan dan namun ada tahap pembersihan pantai, agar
kawasan wisata laut (Ocean Park) ini citra pantai tidak terkesan kumuh dan kotor
bertujuan untuk menata dan merencanakan lagi.
zona ruang sesuai kegiatan pada bangunan, c. Zona Kuning ( Semi Publik )
agar tercipta keharmonisan fungsi antar Merupakan zona wisata lautnya seperti
fasilitas. Dalam sistem penzoningan site ini, waterpark, outbond, galeri, ocenarium.
potensi dan kegiatan tapak sangat d. Zona Merah (Privat)
berpengaruh terhadap hasil penzoningan, Merupakan zona pribadi atau zona tertutup,
sehingga tercipta kesesuaian antara kegiatan pada area ini akan direncanakan sebagai
serta fungsi bangunan yang akan diwadahi di area pemukiman tanjung pasir yang
dalamanya. mengdap ke laut dan jalan dengan potensi
desa wisatanya.
Setelah mempertimbangkan analisa e. Zona Hijau (Publik)
kebisingan, analisa view, aklimatisasi dan Merupakan zona area terbuka hijau, untuk
analisa parkir maka perlunya area terbuka penghawaan dan kelembapan kawasan ini.
untuk penghijauan di gerbang ME sebagai
barrier atau plaza untuk menuju ke area
permukiman atau ke area wisata lautnya. Orientasi Bangunan
Serta ditambah unsur ruang terbuka di area
dekat persawahan untuk mendukung view Berdasarkan hasil analisa yang
didalam kawasan sendiri dan view dari dalam memperhitungkan aspek keindahan, sirkulasi
ke luar tapak kendaraan, kenyamanan dan kemudahan
terpilih menghadap ke laut.

Orientasi waterfront, yaitu orientasi


permukiman yang terhubung langsung dengan
jalan dan unsur air akan sangat mendukung
pekerjaan nelayan tangguh. Orientasi inside-
out (terbalik/ ke dalam) akan sangat

59
Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 01 No 1 Maret 2017

pendukung pekerjaan pengolah ikan, karena Secara umum hubungan alur kegiatan yang
central space yang menjadi orientasi kedalam terjadi dalam kawasan Pantai Tanjung Pasir
dapat menjadi ruang pengolahan ikan. Kedua dapat dilihat pada gambar 11.
orientasi tersebut tergabung dalam komposisi
berulang dalamorganisasi ruang.

Gambar 10: Pola Orientasi Waterfront (kiri) dan


Central Space (kanan) Gambar 11: Skema Alur Kegiatan
Sumber : Pribadi (2016) Sumber : Pribadi (2016)

Penekanan Konsep Desain Arsitektur


Pengguna Kawasan Waterfront

Pada kawasan Pantai Tanjung Pasir ini, Penekanan konsep Arsitektur Waterfront
bangunan-bangunan yang ada didalamnya Frank Lloyd Wright, karakteristik desain massa
digunakan oleh pengguna bangunan yang dan bentuk bangunan dengan mengadopsi
dikelompokkan sebagai berikut. keharmonisan alam dan lingkungan dengan
manusia dalam konsep perancangan
Tabel 1: Kelompok Pengguna Kawasan arsitektur, agar dapat memberikan kesan yang
unik dan mendalam akan keragaman budaya
NO PENGGUNA KEGIATAN dan arsitektur setempat (sunda betawi)
1 Pengelola a. melayani pengunjung
b. menjaga kelestarian area
wisata Integrasi Terhadap Kondisi Existing
c. melakukan maintenance dan (Proyek dan TNI AL)
servis
2 Pedagang a. menjual barang atau jasa Dalam pengembangan kawasan ini, tentunya
(oleh-oleh berupa ikan asin tidak semata-mata mengabaikan kondisi awal
jambal atau souvenir, atau zona existing dari kawasan ini, dengan
kuliner), menganggap semua lahan kosong, akan tetapi
b. menyewakan sepeda tandem harus blend-in terhadap kondisi yang sudah
atau odong-odong, ada (dipertahankan), agar pengunjung tidak
c. menjadi guide bagi merasa bingung dengan penambahan zona
pengunjung.
3 Pengunjung kegiatan rekreasi air :
pengembangan. Namun kondisi yang ada
(Wisatawan) a. olahraga air
perlu peremajaan lahan atau perbaikan agar
b. memancing terlihat rapi dan teratur serta
kegiatan rekreasi darat : berkesinambungan dengan kawasan.
a. menikmati keindahan alam,
b. menikmati kuliner
c. berbelanja
d. melihat ritual hajat laut
e. menyaksikan pertunjukan
kesenian
4 Masyarakat a. mempersiapkan kegiatan
melaut
b. mencari ikan
Gambar 12: Kondisi Existing Proyek Tanjung pasir
c. membuat jarring
d. menarik jarring
Sumber : Pribadi (2016)
e. menjual ikan di TPI
f. menjemur jaring
Sumber : Pribadi (2016)

Gambar 13: Analisa Integrasi Kawasan


Sumber : Pribadi (2016)

60
Strategi Pengelolaan Kawasan Pantai Tanjung Pasir Secara Tderintegrasi Dan Berkelanjutan
(Dengan Pendekatan Konsep Arsitektur Waterfront – Frank Lloyd Wright)
Mustofa Sakhid, Ari Widyati Purwantiasning, Anisa

Integrasi Kawasan dengan Konsep Pengembangan Kawasan Tanjung Pasir ini


Konservasi Alam sebagai Kawasan Wisata terpadu merupakan
suatu usaha untuk mengintegrasikan kawasan
Konservasi alam pada wilayah pesisir yang wisata pantai dengan kawasan permukiman
dimaksud adalah upaya perlindungan, nelayan. Pengembangan yang dilakukan
pelestarian dan pemanfaatan serta adalah revitalisasi. Pada dasarnya, revitalisasi
ekosistemnya untuk menjamin keberadaan adalah upaya untuk menghidupkan kembali
dan kesinambungan sumberdaya pesisir kawasn yang mati, serta mengembangkan
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kawasan untuk menemukan kembali potensi
kualitas nilai dan keanekaragaman hayati. apa saja yang dimiliki, sehingga dapat
meningkatkan kualitas kawasan.
Pada saat ini program/ strategi konservasi
wilayah pesisir menjadi penting mengingat Pengembangan kawasan wisata terpadu
kerusakan sumberdaya pesisir akibat Tanjung Pasir Tangerang diarahkan pada
pencemaran yang berasal dari wilayah pesisir keterpaduan kawasan yang didukung oleh
dan sekitarnya. Dampak pencemaran dan aksesbilitas berupa pengadaan jalur wisata
kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dapat internal dan eksternal melewati akses tepi air
membahayakan kelestarian ekosistem pesisir. dan terintegrasi dengan Coastal Road, serta
Ekosistem pesisir yang rusak dapat penyediaan moda wisata internal di kawasan
mengganggu kehidupan dan penghidupan wisata terpadu ini. Peningkatan daya tarik
manusia, spesies lain dan lingkungannya. kawasan wisata Tanjung Pasir juga dapat
Kerusakan wilayah pesisir bukan hanya oleh dilakukan dengan penyediaan ruang publik di
penduduk wilayah pesisir saja, tetapi juga oleh pesisir kampung nelayan, serta pengadaan
penduduk sekitarnya. program penghijauan di sempadan pantai dan
jalur koridor internal kampung nelayan. Melalui
arahan pengembangan kawasan wisata
terpadu Tanjung Pasir ini diharapkan dapat
menjadi masukan penting bagi pemerintah
Tangerang dan stakeholder lainnya dalam
mengembangkan potensi kawasan wisata di
pesisir Tanjung Pasir Tangerang, Banten.

a. Persyaratan dalam merencanakan suatu


kawasan wisata ada yang harus
diperhatikan yaitu :
Gambar 14: Integrasi Kawasan Terhadap • Persyaratan teknis, yaitu persyaratan
Konservasi Alam teoritis yang menyangkut standar untuk
Sumber : Pribadi (2016) kegiatan rekreasi.
• Persyaratan non teknis, merupakan
standar perencanaan yang disesuaikan
Konservasi Wilayah Pesisir yang dengan kondisi daerah masing-masing.
Berkelanjutan • Tataguna lahan.
• Pengendalian massa& bentuk bangunan
Konservasi wilayah pesisir di sini mengacu • Sirkulasi dan parkir.
pada konsep pembangunan berkelanjutan. • Ruang terbuka.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah
pembangunan yang dapat memenuhi b. Orientasi bangunan terhadap view dapat
kebutuhan generasi saat ini dan kebutuhan dilakukan dengan pencapaian visualisasi
generasi mendatang. Pembangunan yang yang diarahkan terhadap view utama untuk
berkelanjutan dilaksanakan tanpa mengurangi menghidupkan suasana kegiatan yang
fungsi lingkungan hidup. Lingkup berlangsung.
pembangunan berkelanjutan meliputi aspek c. Konsep dasar perancangan sebuah
lingkungan, ekonomi, dan sosial yang kawasan wisata pantai ini meliputi semua
diterapkan secara seimbang serasi selaras aspek yang dibahas pada pokok bahasan
dengan alam analisis yang meliputi: Aspek fungsional,
Aspek kontekstual, Aspek kinerja, Aspek
KESIMPULAN teknik/struktur, Aspek arsitektural.
d. Untuk memperkuat image atau citra suatu
Perencanaan masterplan penataan dan kawasan perlu diperhatikan hal-hal sebagai
pengembangan kawasan pantai Tanjung Pasir berikut: Path (jalan), Edge (tepian), District
secara keseluruhan dengan memperhatikan (kawasan), Node (simpul), Landmark
potensi alam (pantai, vegetasi, iklim makro). (tengeran).
Sosial (kehidupan nelayan pedagang) dan
budaya (ritual hajat laut) yang ada untuk
mewujudkan kawasan pantai yang memiliki
kualitas baik dengan konsep urban-natural
waterfront, sehingga dapat menjadi alternative
wisata lain

61
Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 01 No 1 Maret 2017

Potensi DAFTAR PUSTAKA


Potensi yang dapat dikembangkan di Neufert, Ernst. (2002). Data arsitek. Terjemahan
permukiman Tanjung Pasir dan arahan oleh Tjahjadi, Sunarto, Chaidir, Ferryanto. Jakarta:
pengembangan potensi kampung nelayan Erlangga
adalah sebagai berikut: Cicin-Sain and R.W. Knecht (1998). Integrated
a. Potensi Kelembagaan Nelayan (Politik)
Mempertahankan kelembagaan lokal yang Coastal and Marine Management. Island Pres,
sudah ada, membentuk kelompok nelayan Washington DC.
yang terorganisir dan memacu persaingan Dahuri, R., J Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu
sehat serta pembinaan kenelayaan sejak (1996). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
dini dan Lautan Secara Terpadu., PT. Pradnya
b. Potensi Kemandirian Nelayan (Ekonomi) Paramita, Jakarta.
Mengembangkan sentral Industri Dahuri, R. (1999). Pengelolaan Wilayah Pesisir
pengasapan melalui konsep smoke fish-to-
go, yaitu proses, kemas dan jual dalam dalam Kontek Pengembangan Kota Pantai dan
suatu area Kawasan Pantai Secara Berkelanjutan. Makalah
c. Potensi Kemasyarakatan (Sosial) disampaikandalam Seminar Nasional
Mengasah kemampuan formal dan Informal Kemaritiman, Jakarta. Kay, R. And J. Alder. 1999.
kenelayanan sejak dini (eksrakulikuler Coastal Planning and Management. E & FN Spon.
tingkat SD) London.
d. Potensi Pariwisata (Budaya) De Chiara, Joseph; J Crosbie, Michael (2001). Time
Lomba Perahu yang semakin menarik
Saver Standards for Residential Development.
karena dilalui jalan lingkar kota Raha
sepanjang pantai. Singapore: Mc Graw Hill Book Companies Inc.
e. Potensi Wisata Laut Neufert, Ernst (2002). Data Arsitek Jilid 1 dan 2,
Terdapatnya area memancing dengan Jakarta, penerbit erlangga,
nyaman, tempat makan dengan konsep Prihardi, Nopi (2010). Penataan Kawasan Wisata,
outdoorPenambahan wisata waterpark, dan Semarang
ocenarium serta dermaga dengan Rutes, Walter A. and Penner, Richard (1985).
tambahan fasilitas promenade Penerapan Konsep Waterfron City Pada Kawasan
f. Potensi Wisata Edukasi
Tambak ikan bandeng Fasilitas untuk area Perkotaan Berpotensi Sebagai Kawasan Wisata
membuat dan memperbaiki perahu, galeri Pantai,
perahu nelayan Fasilitas untuk area Poerwadarmina, W.J.S. (1976).Tentang Pantai.
membuat jarring.
g. Potensi Desa Wisata
Merupakan salah satu pariwisata alam yang
dapat dikembagkan dengan memanfaatkan
potensi lokal. Desa wisata adalah suatu
bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi
dan fasilitas pendukung yang disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi
yang berlaku

62

Anda mungkin juga menyukai