Anda di halaman 1dari 24

Strategi penanganan

konflik pemanfaatan ruang publik


Kawasan Pesisir Tanjung Mallasoro Sebagai
Wisata Kitesurfing

Mata Kuliah Ruang Publik Pesisir

Angelia Khairunnisa
Rizdha Adzizah Fadillah
Kawasan pesisir merupakan pusat kegiatan manusia dengan
berbagai macam aktivitas terdapat di dalamnya. Perubahan-
perubahan sangat cepat terjadi di Kawasan pesisir baik
secara alami maupun oleh kegiatan manusia.
Latar Belakang Konflik merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir. Pada awalnya konflik
terjadi pada aspek ekologi, kemudian menuju konflik sosial
dan akhirnya konflik ekonomi. Perencanaan tata ruang
pesisir sangat penting untuk memecahkan konflik
pemanfaatan ruang, yaitu dengan mengidentifikasi dan
memetakan semua penggunaan, peraturan dan konflik yang
terjadi.

Konflik yang terjadi di Kawasan Tanjung Mallasoro adalah


konflik kegiatan antara budidaya rumput laut dan kegiatan
Kitesurving. Masing-masing pihak berupaya untuk
mengoptimalkan kepentingannya, dimana masyarakat lokal
memanfaatkan ruang pesisir Tanjung Mallasoro sebagai
kegiatan budidaya rumput laut sedangkan pelaku pariwisata
memanfaatkan ruang pesisir Tanjung Mallasoro sebagai
kegiatan pariwisata Kitesurving. Selama ini pelaku pariwisata
menempatkan sumberdaya pesisir dan laut semata-mata
sebagai komoditi ekonomi dan mengabaikan fungsinya
sebagai daya dukung lingkungan pesisir.
Rumusan Masalah
• Bagaimana kondisi konflik pemanfaatan
ruang publik Kawasan pesisir Tanjung
Mallasoro sebagai wisata Kitesurfing?

• Bagaimana strategi penanganan konflik


Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan penelitian pemanfaatan ruang publik Kawasan
ini adalah untuk mengidentifikasi konflik dan Pesisir Tanjung Mallasoro ?
memetakan potensi konflik terhadap kegiatan-
kegiatan yang berdampingan di ruang publik
pesisir Tanjung Malassoro. Dengan mengetahui Tujuan
konflik tersebut akan diperoleh arahan kebijakan
dalam mengelola Kawasan tersebut.
• Mengidentifikasi kondisi konflik
pemanfaatan ruang publik Kawasan
Pesisir Tanjung Mallasoro.

• Menyusun strategi penanganan konflik


pemanfaatan ruang publik Kawasan
Pesisir Tanjung Mallasoro.
•Kawasan tepian air merupakan kawasan yang terletak di pinggiran air
yang menyediakan akses bagi publik untuk menikmati suasana di
kawasan tepian air ini (Carr, 1992).

Tinjauan
•Pendekatan perencanaan ruang pesisir dan laut dengan pendekatan
kewilayahan adalah sangat penting bagi keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya alam, karena pada tingkatan tersebut terdapat

Pustaka penggabungan interaksi yang sangat kompleks dari fenomena ekologi,


sosial, dan ekonomi diantara kedua wilayah tersebut (Mujio, 2016)

•Kawasan pesisir juga merupakan pusat kegiatan manusia dengan


berbagai macam aktivitas terdapat di dalamnya (Mujio, 2016)

•Pendekatan keterpaduan antara daratan dan perairan pesisir dalam


perencanaan ruang kawasan pesisir secara berkelanjutan akan
menjadi penting dibandingkan dengan pendekatan penataan ruang
yang berbasis kepada penyusunan struktur dan pola ruang. Salah satu
tujuan penataan ruang adalah untuk mengelola dan meminimalkan
konflik antar pengguna sumberdaya dan jasa lingkungan (Mujio, 2016)

•Perencanaan tata ruang pesisir sangat penting untuk memecahkan


konflik pemanfaatan ruang, yaitu dengan mengidentifikasi dan
memetakan semua penggunaan, peraturan dan konflik yang terjadi
(Prestelo and Vianna, 2013).Pada awalnya konflik terjadi pada aspek
ekologi, kemudian menuju konflik sosial dan akhirnya konflik ekonomi
(Mujio, 2016)
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengelola kawasan pesisir
adalah mengidentifikasi semua penggunaan (aktor) dan konflik sebagai
bahan masukan untuk perencanaan tata ruang .

Tinjauan Konflik harus disarankan oleh pihak-pihak yang terlibat, apakah konflik
itu ada atau tidak ada merupakan persoalan persepsi. Jika tidak ada
Pustaka yang menyadari akan adanya konflik, secara umum lalu disepakati
konflik tidak ada. Kesamaan lain dari definisi-definisi tersebut adalah
pertentangan atau ketidakselarasan dan bentuk-bentuki interakis.
Beberapa faktor ini menjadi kondisi yang merupakan titik awal proses
konflik (Fitriana, 2019).

Jadi, kita dapat mendefinisikan konflik sebagai sebuah proses yang


dimulai ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah
mempengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi kepedulian atau
kepentingan pihak pertama. Definisi in mencakup beragam konflik yang
orang alami dalam organisasi ketidakelarasan tujuan, perbedaan
interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi
perilaku dan sebagainya (Fitriana, 2019).
Dalam mendorong pembangunan kepariwisataan, pemerintah
pusat telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik
Tinjauan
Pustaka
Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010–2025 dan
menetapkan peta perwilayahan pembangunan 222 (dua ratus
dua puluh dua) kawasan

Salah satu Destinasi Pariwisata Nasional yang ditetapkan dalam


Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional adalah
Provinsi Sulawesi Selatan.

Dengan demikian menunjukkan bahwa Kabupaten Jeneponto


dengan segala keunikan alam dan budaya sebagai potensi dasar
pariwisata telah ditetapkan dan menjadi bagian integral dari
pembangunan kepariwisataan nasional sehingga menjadi
prioritas pembangunan dan secara bersama-sama dengan
kawasan lain, telah menjadi citra daya tarik kepariwisataan
nasional.
Kawasan Pesisir Tanjung Mallasaro

Alur Konsep Pemanfaatan


Ruang Publik
Pemanfaatan
Sumber daya Pesisir

Perencanaan Kegiatan Wisata Kegiatan


Input Budidaya Rumput Laut
Kite Surving

Kondisi Konflik Ruang Publik PesisirTanjung Mallasaro


Sebagai wisata Kitesurfing

Penilaian Persepsi Pemetaan Potensi


Analisis Masyarakat Konflik Tanjung Mallasoro

Output Strategi penanganan


konflik pemanfaatan ruang publik
Kawasan Pesisir Tanjung Mallasoro.
Lokasi Studi
Tanjung Mallasoro terletak di pantai Desa
Mallasoro, Kecamatan Bangkala yang
menghadap ke laguna. Kondisi pantai yang
masih sangat asri, membentang lebih dari
2 km dengan perairan dangkal dan datar.
Luas wilayah Kecamatan Bangkala terdiri
dari 14 desa/kelurahan dengan luas
wilayah 121,82 km2. Dari luas wilayah
tersebut, Desa Kapita memiliki wilayah
terluas yaitu 21,81 km2 atau 17,9% dari
luas wilayah kecamatan, sedangan luas
wilayah yang paling kecil adalah Desa
Tombo-Tombolo yaitu hanya seluas 3,13
km2 atau 2,57% dari luas wilayah
Kecamatan Bangkala.
Gambaran Umum

Pemanfaatan Kawasan Tanjung Mallasoro dapat


dikatergorikan pada 2 (dua) bagian:

Pada kawasan investasi bisnis, sedah terdapat investor


asing yang saat ini telah mengelola sebuah resort di
kawasan Tanjung Mallasoro, sekaligus menjadi operator
dalam aktivitas kitesurfing.

Pada kawasan pemukiman dan pendukung merupakan


kawasan yang berada di sekitar Tanjung Mallasoro yaitu
wilayah pemukiman masyarakat, dimana masyarakat lokal
memanfaatkan ruang pesisir Tanjung Mallasoro sebagai
kegiatan budidaya rumput laut. Perairan pantai selatan dan
timur Sulawesi Selatan yang potensial sebagai budidaya
rumput laut dapat dikembangkan dengan agrobisnis
maupun agroindustri khusus rumput laut yang mengikut
sertakan komunitas petani rumput laut.
Gambaran Umum

Berdasarkan pemanfaatan kawasan Tanjung Mallasoro, Sarana dan Prasarana Ruang Publik
Tanjung Mallasoro

1) Aksesibilitas : Jalan masuk dan keluar, Transportasi darat, dan Transportasi laut
2) Atraksi : Panorama laut, sunset, dan kontur alam dan Pohon Rindang
3) Aktivitas : Kitesurfing, Diving, Snorkeling, berkuda, Berenang dan Berjemur
4) Amenitas : Toilet, Sarana ibadah, Gazebo, ATM, Parking, Photo Spot, sport &
recreation facilities, dan Gerbang
5) Akomodasi : Resort, Restoran, Cinderamata, dan Meeting Room

Wisata Ekstrem Tanjung Mallasoro menawarkan olahraga ekstrem bagi pecinta


Kitesurfing. Ombak Tanjung Mallasoro yang cukup tenang, Anginnya yang lumayan
kencang dan pantainya yang tidak terlalu dalam dan tidak berkarang menjadikan
kawasan Tanjung Mallasoro sangat cocok untuk menikmati olah raga ekstrem
tersebut. Sudah banyak wisatawan asing yang datang dan berolahraga kitesurfing,
dan Tanjung Mallasoro sudah menjadi destinasi utama untuk pecinta olahraga ini.
Aktivitas Budidaya Rumput Laut Terletak
di sepanjang Pesisir
•Secara geografis Tanjung Mallasoro berada di Dusun • Saat ini sudah ada penanda di daerah perkampungan untuk
Bungung Pandang. Menuju ke tempat ini harus melalui memudahkan pengunjung mengakses Tanjung Mallasoro
dusun tersebut dengan jarak skitar 5,8 km atau sekitar 10-
15 menit dari jalan poros Makassar-Jeneponto.
Kondisi eksisting wisata Tanjung Mallasoro cenderung
belum tertata, kurang terawat serta berpotensi terjadi
benturan kepentingan dengan masyarakat sekitar
Kawasan yang selama ini menjadikan Kawasan Tanjung
Mallasoro sebagai ruang budidaya komoditas rumput laut.

Pada Kawasan sekitar pantai ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon


rimbun khususnya pohon kelapa sehingga menjadikan Kawasan
ini menjadi teduh dari panan serta tiupan angin yang
menghembus kencang.
Terdapat Fasilitas yang tersedia di sektiar Kawasan
Tanjung Mallasoro, meliputi keberadaan sumber air
bersih dan fasilitas umum seperti masjid. Dengan
adanya program Pamsimas yang masuk ke Kawasan
tersebut dapat memudahkan pengunjung untuk
mengakses air bersih jika ada yang ingin menginap
atau menyewa cottage.
Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung seperti
toilet dan ruang ganti, pengunjung dapat
menggunakan fasilitas yang ada.

Tempat parkir bagi kendaraan wisatawan yang Sebagian besar


menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewa terkesan
tidak teratur, tidak terawat dan tidak bersih. Area parkir yang
saat ini digunakan adalah pada sisi jalan masuk ke Kawasan,
depan rumah warga di area luar Kawasan. Dan juga kendaraan
bisa masuk langsung mendekati tepi pantai yang tidak teratur.
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data Metode Analisis
Analisis studi ini menggunakan alat analisis skoring dengan adanya
Jenis studi ini adalah studi deskriptif dengan
pemberian bobot. Langkah selanjutnya setelah melakukan pemberian skor
menggunakan pendekatan kualitatif. Data
adalah dengan menjumlahkan seluruh hasil dari perhitungan skor yang
kualitatif diperoleh dari informasi responden
sudah dirata-rata dan dikalikan dengan bobot. Hasil dari perhitungan
yang tertuang dalam variabel penelitian.
tersebut adalah sebuah nilai yang dapat dijadikan penilaian untuk potensi
Konflik Ruang Publik Pesisir Tanjung Mallasoro.
Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam studi ini dilakukan
secara purposive, (Nurohman, 2017).
Pertimbangan yang digunakan peneliti dalam
penentuan subjek penelitian adalah, subjek
penelitian terlibat dalam konflik ruang publik
pesisir Tanjung Mallasoro terdiri atas
masyarakat lokal, pengelola dan pengunjung.
Adapun jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 30 responden meliputi masyarakat
lokal, pengunjung, dan pengelola.
Pemetaan Potensi Sumber Daya Analisis Kepentingan terhadap Potensi
Pesisir Tanjung Mallasoro Sumber daya Pesisir Tanjung Mallasoro

Terjadinya konflik yang melibatkan antara masyarakat


dengan pengelola disebabkan oleh perspektif yang
berbeda dalam memandang sumber daya alam
pesisir.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan didapatkan nilai
Analisis Penilaian yang dapat dijadikan penilaian untuk menggambarkan kondisi
Konflik Ruang Publik Pesisir Tanjung Mallasoro sebagai wisata
Kitesurfing. Analisis persepsi masyarakat ini berfungsi untuk
Persepsi Masyarakat melihat hubungan antar kegiatan yang satu dengan yang
lainnya.
Analisis Peringkat Konflik

Konflik berat terjadi apabila terjadinya tiga konflik sekaligus baik konflik
ekologi, konflik sosial, maupun konflik ekonomi (Mujio,2016)

Konflik sedang terjadi apabila kedua kegiatan berpotensi konflik pada aspek
pembangunan berkelanjutan dari tiga aspek ekologi, sosial dan ekonomi.
(Mujio,2016)

Potensi Konflik ringan terjadi apabila kedua kegiatan berpotensi


menimbulkan salah satu konflik dari aspek pembangunan berkelanjutan,
yaitu ekologi, atau ekonomi. (Mujio,2016)

Berdasarrkan analisis persepsi masyarakat dan kepentingan, ruang publik pesisir


Tanjung Mallasoro dapat diaktegorikan dalam potensi konflik ringan, karena baiik
petani rumput laut dan pengelola pariwisata mempunyai keuntungan dan kerugian
masing-masing. Oleh karena itu dibutuhkan Strategi Pengelolaan dan
pengendalian konflik yang akan memudahkan pengambilan keputusan dalam
memutuskan alokasi ruang yang mempertimbangkan kepentingan antar pihak.
• Wisata alam bawah laut, keindahan Tanjung Mallasoro berbanding sejajar
dengan keindahan bawah lautnya. Keindahan bawah laut Tanjung
Mallasoro masih belum terekspose dengan maksimal, sedangkan banyak
wisatawan yang datang hanya menikmati sekitar bibir pantai saja. Ini
sebaiknya menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat untuk
memanfaatkan keindahan bawah laut Mallasoro.

• Wisata Edukasi untuk menambah aktraksi yang ada di Tanjung Mallasoro,


pemerintah juga tetap harus mempertahankan lahan pembudidayaan
rumput laut yang ada disekitar Tanjung Mallasoro, petani-petani rumput
laut harus menawarkan wisata edukasi tersebut kepada para pengunjung
yang datang kesana dengan memperlihatkan metode pembudidayaan
serta pengolahan hasil rumput laut hingga menjadi bahan baku untuk di
jual ke pembeli atau di eksport ke luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai