Anda di halaman 1dari 22

63

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kubu Raya

4.1.1 Geografi

Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Propinsi Kalimantan Barat merupakan


pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Secara geografis, Kabupaten Kubu Raya
berada di sisi Barat Daya Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 0º
13'40,83” Lintang Selatan sampai dengan 1º 00'53,09” Lintang Selatan dan 109º
02'19,32” Bujur Timur sampai dengan 109º 58'32,16” Bujur Timur. Sedangkan
secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai berikut:
 Utara : berbatasan dengan Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak
 Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Ketapang
 Barat : berbatasan dengan Laut Natuna
 Timur : berbatasan dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau
Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya mencapai 6.985,24 km2 atau 698.524 ha yang
terdiri atas 9 wilayah kecamatan. Ibukota Kabupaten Kubu Raya berkedudukan di
Kecamatan Sungai Raya yang merupakan kecamatan yang berbatasan langsung
dengan Kota Pontianak sekaligus menjadi kawasan hinterland Kota Pontianak.

Tabel 6. Luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

Ibukota
No Kecamatan Luas Area (km2) Persentase (%)
Kecamatan
1 Batu Ampar Padang Tikar 2.002,70 28,67
2 Terentang Terentang 786,40 11,26
3 Kubu Kubu 1.211,60 17,35
4 Teluk Pakedai Teluk Pakedai 291,90 4,18
5 Sungai Kakap Sungai Kakap 453,17 6,49
6 Rasau Jaya Rasau Jaya 111,07 1,59
7 Sungai Raya Sungai Raya 929,30 13,3
8 Sungai Ambawang Sungai Ambawang 726,10 10,39
9 Kuala Mandor Kuala Mandor 473,00 6,77
Kabupaten Kubu Raya 6.985,24 100%

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011


64

Gambar 16. Persentase luas wilayah per Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

4.1.2 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2010 tercatat sebesar 500.970
jiwa dengan rincian 254.946 jiwa penduduk laki-laki dan 246.024 jiwa penduduk
perempuan. Kecamatan Sungai Raya memiliki populasi penduduk paling tinggi yaitu
sebesar 188.014 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Kubu Rata
tercatat sebesar 72 jiwa/km2. Penyebaran penduduk di Kabupaten Kubu Raya
terlihat belum merata. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang cukup signifikan
antara kecamatan yang paling padat yaitu Kec. Sungai Kakap (223 jiwa/km2) dan
kecamatan yang paling jarang penduduknya yaitu Kec. Terentang (13 jiwa/km2).
Urutan ke-2 adalah Kec. Rasau Jaya (212 jiwa/km2), dan Kec. Sungai Raya
menempati urutan ke-3 dengan kapadatan 202 jiwa/km2. Sementara untuk
kepadatan penduduk per jumlah desa, Kec. Sungai Raya menempati urutan pertama
yaitu sebesar 11.751 jiwa/desa. Sex rasio pada tahun 2010 tercatat 104 artinya
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kubu Raya tahun 2009 tercatat
1.64% dan menunjukkan peningkatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.15% per
tahun. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sungai Raya dari tahun 2009
(1.5%) dan tahun 2010 (2.05%) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, hal
ini antara lain disebabkan pesatnya kegiatan pembangunan di Sungai Raya sejak
ditetapkannya Sungai Raya sebagai Ibukota Kabupaten Kubu Raya tahun 2007
(Tabel 7). Fungsi permukiman, perdagangan dan jasa mulai marak dan berkembang
pesat di kawasan Sungai Raya semenjak sepuluh tahun terakhir.
65

Tabel 7. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk per kecamatan


di Kabupaten Kubu Raya

Sumber: BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 8 Luas area, jumlah penduduk dan kepadatan perduduk per kecamatan

Sumber: BPS Kab. Kubu Raya, 2011


66

Tabel 9 Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga per kecamatan

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Berdasarkan jumlah rumah tangga yang tersebar di masing-masing


kecamatan, maka Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah rumah tangga yang
paling banyak yaitu sebesar 43.103 KK. Hal ini menunjukkan bahwa permukiman
penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Sungai Raya, dengan jumlah anggota
keluarga di tiap rumah tangga adalah 4 orang.

4.1.3 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kubu Raya


Sejak ditetapkannya kawasan Sungai Raya sebagai Ibukota Kabupaten Kubu
Raya tahun 2007, kawasan tersebut mengalami kemajuan pembangunan yang
cukup pesat. Kawasan Sungai Raya menjadi kawasan strategis yang peruntukannya
telah di tetapkan didalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kubu
Raya yang meliputi :
1. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menetapkan pusat-pusat kegiatan melalui
pembagian wilayah pembangunan menjadi 3 wilayah kegiatan, yaitu :
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), meliputi : Kec. Sungai Raya.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi : Kec. Sungai Kakap, Kec. Rasau Jaya,
Kec. Kubu, Kec. Batu Ampar dan Kec. Sungai Ambawang.
67

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi: Kec. Terentang, Kec. Teluk


Pakedai, dan Kec. Kuala Mandor.
2. Kecamatan Sungai Raya ditetapkan sebagai salah satu kawasan peruntukan
permukiman perkotaan di Kabupaten Kubu Raya, selain Kec. Sungai Kakap,
Kec. Rasau Jaya dan Kec. Sungai Ambawang.
3. Kawasan Sungai Raya juga ditetapkan sebagai kawasan peruntukan lain yaitu
sebagai kawasan peruntukan perdagangan dan jasa.
4. Sungai Raya termasuk dalam kawasan strategis provinsi yang berupa kawasan
Metropolitan Kota Pontianak dengan sektor unggulan dibidang perdagangan dan
jasa, industri, dan pariwisata.
5. Posisi strategis lainnya yaitu dengan dilalui jalan arteri primer (jalan nasional)
yang menghubungkan antara bandara Supadio dengan beberapa kota dan
kabupaten di Kalimantan Barat.

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Sungai Raya


4.2.1 Geografi
Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Kubu Raya, maka ditetapkan Sungai Raya sebagai tempat kedudukan
Ibukota Kabupaten Kubu Raya. Luas wilayah Kecamatan Sungai Raya tercatat
92.930 ha yang secara administratif terdiri atas 14 kelurahan/desa. Batas wilayah
Kecamatan Sungai Raya adalah sebagai berikut:
 Utara : Kecamatan Pontianak Timur dan Kecamatan Sungai
Ambawang.
 Selatan : Kelurahan Sungai Asam dan Kelurahan Sungai Bulan.
 Barat : Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan Sungai Kakap
 Timur : Kecamatan Toba dan Kecamatan Tayan
(Kabupaten Sanggau)

Kelurahan atau desa yang termasuk dalam zonasi kawasan perkotaan di


Kecamatan Sungai Raya meliputi: 1) Desa Sungai Raya, 2) Desa Teluk Kapuas, 3)
Desa Arang Limbung, 4) Desa Limbung dan 5) Desa Kuala Dua.
Sebagian besar wilayah Kecamatan Sungai Raya (kawasan perkotaan)
termasuk dalam zonasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
Bandara Supadio yang dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat . Batas-batas
administrasi Kecamatan Sungai Raya dan zonasi KKOP Bandara Supadio disajikan
pada Gambar 17.
68

Gambar x. Peta wilayah administratif Kecamatan Sungai Raya

Sumber : Dinas PU Prov. Kalbar, 2010

Gambar 17. Batas wilayah Kecamatan Sungai Raya dan zonasi KKOP
69

Tabel 10. Curah hujan dan jumlah hari hujan di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

4.2.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010 tercatat 188.014
jiwa, terdiri dari 95.679 penduduk laki-laki dan 92.335 penduduk perempuan. Tingkat
pertumbuhan penduduk menunjukkan peningkatan dari tahun 2009 hanya sebesar
1.5%, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2% per tahun. Kelurahan dengan
jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kelurahan Sungai Raya yaitu sebesar
62.010 jiwa atau sekitar 32% dari total jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya.
Urutan ke-2 adalah Kelurahan Kuala Dua dengan jumlah penduduk sebanyak
24.564 jiwa, dan Kelurahan Arang Limbung pada posisi ke-3 yaitu sebesar 18.492
jiwa. Sex rasio penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010 sebesar 104,
sebelumnya pada tahun 2008 dan 2009 tercatat sebesar 101.
Tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Sungai Raya jika dibandingkan
dengan luas wilayahnya masih tergolong rendah. Kepadatan penduduk mencapai
2.157 jiwa/km2 (22 jiwa/ha) yang merupakan kelurahan dengan tingkat kepadatan
paling tinggi. Kelurahan Limbung diurutan ke-2 yaitu sebesar 1.069 jiwa/km2
(11 jiwa/ha) dan Kelurahan Kapur sebesar 1.015 jiwa/km2 (10 jiwa/ha).
70

Tabel 11. Jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 12. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk


di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011


71

Tabel 13. Jumlah penduduk dan jumlah KK di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 14. Sebaran penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010


menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011


72

Tabel 15. Jumlah penduduk di Kelurahan/Desa Sungai Raya tahun 2010


menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Sumber : Kecamatan Sungai Raya Dalam Angka 2011


Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

4.2.3 Posisi Strategis Kawasan Sungai Raya

Kawasan Sungai Raya merupakan salah satu kawasan strategis di


Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Kecamatan Sungai Raya. Hal ini disebabkan
posisi kawasan Sungai Raya yang berstatus sebagai hinterland Kota Pontianak yang
mengalami kemajuan cukup pesat khususnya dibidang pembangunan permukiman.
Beberapa posisi strategis kawasan Sungai Raya antara lain meliputi :
 Sungai Raya merupakan tempat kedudukan ibukota Kabupaten Kubu Raya.
Sebagai ibu kota Kabupaten, kawasan Sungai Raya merupakan pusat
permukiman, kegiatan perekonomian, pemerintahan dan sosial budaya bagi
wilayah lainnya di Kabupaten Kubu Raya. Dengan adanya pusat-pusat
pemerintahan di Sungai Raya akan berpotensi meningkatkan arus urbanisasi di
kawasan tersebut.
 Sungai Raya sebagai Pusat Permukiman Perkotaan di Kabupaten Kubu
Raya. Hal ini akan menyebabkan pesatnya pertumbuhan permukiman kota di
kawasan Sungai Raya, dimana penduduk yang nantinya bermukim di Sungai
73

Raya tidak semata-mata penduduk Kabupaten Kubu Raya saja melainkan juga
penduduk Kota Pontianak yang berstatus sebagai commuter.
 Sungai Raya ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
berdasarkan RTRW Kabupaten Kubu Raya tahun 2012. Sebagai pusat kegiatan
nasional, Sungai Raya berpotensi menjadi kawasan perkotaan yang menjadi
sentral dari pusat-pusat pertumbuhan wilayah disekitarnya. Hal ini juga akan
memicu terjadinya migrasi para pendatang dari luar Provinsi Kalimantan Barat.
 Sungai Raya merupakan Hinterland Kota Pontianak. Letaknya yang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Pontianak Selatan – Kota Pontianak,
menjadikan Sungai Raya sebagai kawasan primadona yang dapat memenuhi
kebutuhan permukiman masyarakat Kota Pontianak. Batas administratif antara
Sungai Raya dan Kota Pontianak yang hampir tidak terlihat jelas, menyebabkan
perkembangan permukiman di kawasan tersebut menjadi sangat pesat, dimana
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang
signifikan.
 Sungai Raya termasuk dalam kawasan Strategis Propinsi yaitu sebagai
kawasan Metropolitan Kota Pontianak dengan sektor unggulan dibidang
perdagangan dan jasa, industri, dan pariwisata. Hal ini akan menyebabkan
berkembang pesatnya sektor perekonomian akan berdampak pada
meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di Sungai Raya.
 Dilalui oleh jalur arteri primer atau jalan nasional, yang merupakan jalur
penghubung antara Wilayah Nasional dan Kota Pontianak yang merupakan ibu
kota Provinsi Kalimantan Barat.
 Dilalui oleh salah satu jalur arteri atau jalan propinsi, yang menghubungkan
antara Kota Pontianak sebagai ibu kota Provinsi ke beberapa Kota/Kabupaten
yang ada di Kalimantan Barat.

Posisi-posisi strategis diatas menjustifikasi bahwa kawasan Sungai Raya


memiliki potensi untuk berkembang menjadi sebuah kota besar, yang akan memicu
kemajuan pembangunan di kawasan tersebut. Kondisi ini menjadi tantangan
sekaligus dilematis bagi pemerintah daerah dalam mengatur dan mengendalikan
pengembangan wilayah, terkait dengan karakteristik gambut yang dimiliki. Di satu
sisi pemerintah daerah membutuhkan ruang untuk melaksanakan pembangunan,
disisi lain ruang yang tersedia adalah ruang (space) yang perlu dijaga kelestariannya
sehubungan dengan fungsi ekologis yang dimilikinya.
74

4.2.4 Penatagunaan Lahan


Secara umum, jenis penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya terdiri
atas : lahan pertanian dan lahan non pertanian. Dari luas total wilayah Kecamatan
Sungai Raya yang mencapai 92.930 ha, sekitar 33.130 ha (35%) merupakan lahan
pertanian, dan 59.800 ha (64%) merupakan lahan non pertanian.
Fungsi permukiman termasuk dalam jenis penggunaan lahan non pertanian.
Dari luasan lebih kurang 59.800 ha lahan non pertanian di Kecamatan Sungai Raya,
sekitar 11.150 ha merupakan lahan untuk permukiman atau sekitar 11% dari luas
wilayah Kecamatan Sungai Raya. Berdasarkan Tabel 16 tentang jumlah rumah
tangga per kelurahan di Kecamatan Sungai Raya, dapat diketahui bahwa
penyebaran permukiman di Kecamatan Sungai Raya terkonsentrasi di Kelurahan
Sungai Raya dengan jumlah rumah tangga terbanyak yaitu 13.984 KK atau sekitar
32% dari jumlah total rumah tangga yang ada di Kecamatan Sungai Raya
(43.103 KK).

Tabel 16. Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011


75

4.3 Kawasan Sungai Raya sebagai Hinterland Kota Pontianak


4.3.1 Kebijakan Pengembangan Permukiman di Hinterland Kota Pontianak
Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan permukiman di Kota
Pontianak yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pontianak 2012-2032 dijelaskan bahwa perkembangan permukiman Kota Pontianak
adalah kearah selatan Kota Pontianak yang meliputi Kecamatan Pontianak
Tenggara dan Kecamatan Pontianak Selatan. Kondisi ini akan berimplikasi pada
semakin berkembangnya wilayah bagian selatan Kota Pontianak yang dalam hal ini
berbatasan langsung dengan kawasan Sungai Raya di Kecamatan Sungai Raya.
Gambar 18 menunjukkan kondisi eksisting permukiman di Kota Pontianak.
Dari pola guna lahan eksisting tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan
permukiman di Kota Pontianak tersebar di wilayah bagian selatan, sementara
permukiman di bagian utara Kota Pontianak tidak mengalami perkembangan yang
signifikan. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena kondisi geografis dimana
antara wilayah utara dan wilayah selatan Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai
Kapuas. Selanjutnya muncul berbagai prediksi bahwa bisa terjadi kondisi dimana
wilayah-wilayah hinterland di bagian selatan Kota Pontianak (kawasan Sungai Raya)
lebih berkembang dan lebih maju dibanding wilayah utara Kota Pontianak.

UTARA

KAWASAN KAWASAN
SUNGAI RAYA SUNGAI RAYA

Gambar 18. Guna lahan Gambar 19. Rencana Pola


eksisting di Kota Pontianak Pemanfaatan Ruang di Kota Pontianak
76

Gambar 19 menunjukkan rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Pontianak


dalam kurun waktu dua puluh tahun (2012-2032). Dari rencana pola tersebut dapat
diprediksi bahwa ketersediaan lahan untuk permukiman bagi masyarakat Kota
Pontianak akan habis dalam waktu 20 tahun kedepan. Ada beberapa strategi untuk
mengantisipasi tuntutan kebutuhan permukiman di Kota Pontianak, yaitu : pertama,
beralih kepada konsep bangunan vertikal, dan kedua, melakukan ekspansi dan
koordinasi dengan Kabupaten Kubu Raya.

4.3.2 Kawasan Sungai Raya sebagai Kota Baru Satelit (Hinterland Pontianak)
Salah satu posisi strategis utama kawasan Sungai Raya adalah sebagai
hinterland atau periphery dari Kota Pontianak. Kawasan Sungai Raya diminati oleh
para penglaju (commuter) sebagai kawasan tempat bermukim. Hal ini antara lain
disebabkan oleh ketersediaan lahan yang cukup besar dan aksesibilitas serta jarak
tempuh dari pusat kota Pontianak yang masih terjangkau. Sebagaimana
permukiman yang berada di pinggiran kota, suasana nyaman, lingkungan yang
masih asri dengan tingkat kebisingan yang rendah, memberikan nilai tambah
tersendiri bagi kawasan Sungai Raya sebagai alternatif pilihan tempat tinggal.
Penataan kawasan permukiman yang proporsional dan tidak sepadat di pusat kota
(Pontianak), ketersediaan sarana dan prasarana permukiman yang memadai, serta
maraknya aktifitas perekonomian menjadikan kawasan Sungai sebagai kawasan
hinterland yang paling pesat perkembangannya dibanding kawasan hinterland
lainnya (Sungai Kakap dan Daerah Seberang), khususnya di sektor permukiman dan
perdagangan/jasa. Harga lahan yang relatif murah juga berdampak pada harga per
unit rumah yang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Status Sungai Raya yang ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Kubu Raya
pada tahun 2007 akan mengubah sistem perekonomian dari kawasan pedesaan
menjadi kawasan perkotaan. Dalam perkembangannya, kawasan Sungai Raya
dapat dikatakan sebagai cikal bakal sebuah Kota Baru (new town). Status Sungai
Raya saat ini masih termasuk kategori kota baru satelit atau kota baru pemerintahan
dikarenakan tingkat ketergantungannya yang masih cukup besar terhadap Kota
Pontianak sebagai kota induk. Seiring dengan proses pembangunan dan
perkembangan kegiatan ekonomi di Sungai Raya yang cukup pesat, tidak menutup
kemungkinan dalam waktu sepuluh tahun kedepan status kawasan tersebut akan
berubah menjadi sebuah kota baru mandiri dimana kawasan Sungai Raya sudah
mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri.
77

Gambar 20. Posisi kawasan Sungai Raya sebagai Hinterland Kota Pontianak

4.4 Sebaran Gambut di Kawasan Sungai Raya


Lahan gambut beserta vegetasi yang tumbuh di atasnya merupakan bagian
dari sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air,
peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan
keanekaragaman hayati, dan pengendali iklim (melalui kemampuannya dalam
menyerap dan menyimpan karbon).
Karakteristik gambut yang terdapat di Sungai Raya bervariasi mulai dari
kedalaman 0.5 sampai dengan 4 meter. Gambut yang diperbolehkan sebagai
kawasan budi daya adalah gambut dengan kedalaman kurang dari 3 meter, dan
untuk kedalaman lebih dari 3 meter termasuk kawasan lindung yang dikonservasi.
Letak geografis kawasan Sungai Raya yang dilalui oleh Sungai Kapuas
menyebabkan sebagian lahan di kawasan tersebut terbentuk dari endapan lumpur
(delta) dengan luasan 202,70 ha. Gambut dengan kedalaman 0.5-1 meter (gambut
tipis) mencapai luasan 1.547,94 ha, sementara gambut dengan kedalaman 1-2
meter mencapai luasan 1589.74 ha. Peta sebaran gambut di kawasan Sungai Raya
dapat ditunjukkan pada Gambar 21.
78

Karakteristik Tanah :
: endapan liat
: endapan liat + organik
: tanah organik (1-2 m)
: tanah organik (2-3 m)

Gambar 21. Peta sebaran lahan gambut di kawasan Sungai Raya


79

4.5 Tipologi Perumahan di Kawasan Sungai Raya

Permukiman yang terdapat di kawasan Sungai Raya sebagain besar


dikembangkan oleh developer lokal, dan sebagian kecil lainnya dibangun secara
swadaya oleh masyarakat setempat. Permukiman dan kegiatan ekonomi di kawasan
Sungai Raya berkembang di sepanjang sisi jalan kolektor yang secara administratif
berbatasan langsung dengan Kota Pontianak. Berdasarkan luas area yang
dibangun, perumahan di kawasan Sungai Raya termasuk tipe perumahan skala
kecil. Komplek-komplek perumahan dibangun per jalur dimana lebar persil komplek
berkisar antara 35 – 45 meter.
Secara umum, terdapat dua tipologi permukiman di kawasan Sungai Raya,
yaitu: 1) Rumah Panggung, yaitu rumah dengan pondasi pancang kayu (tiang
tongkat) yang merupakan rumah tradisional masyarakat Pontianak namun saat ini
rumah jenis panggung sudah mulai ditinggalkan/kurang diminati masyarakat dan
jumlahnya sudah sangat sedikit; 2) Rumah Tapak, yaitu rumah dengan pondasi lajur
batu kali. seperti tipe rumah di daerah Jawa. Rumah tapak saat ini menjadi trend
yang dikembangkan oleh pihak developer dimana minat masyarakat terhadap rumah
tapak cukup besar.

Gambar 22. Tipologi rumah panggung di Sungai Raya


80

Menurut pendapat beberapa pakar, rumah panggung yang merupakan local


wisdom masyarakat Kota Pontianak dinilai lebih ramah lingkungan. Hal ini
disebabkan struktur panggung yang tidak merusak daerah resapan air sehingga
infiltrasi air tanah tetap terjaga. Hal ini juga sebagai salah satu upaya antisipasi
apabila terjadi air pasang, mengingat karakteristik kawasan yang dekat dengan
sungai sehingga mengalami pasang surut. Gambar 23 berikut menunjukkan kondisi
kanal Sungai Raya pada saat terjadi air pasang:

Gambar 23. Kondisi kanal Sungai Raya pada saat air pasang

Selain beberapa kelebihan yang dimiliki, rumah panggung juga memiliki


kekurangan, misalnya banyak sampah berserakan di kolong rumah yang terbawa
arus pada saat pasang. Jarak antara permukaan tanah dan lantai bangunan yang
rendah (50–100 cm) menyebabkan sulitnya melakukan maintenance. Kondisi lahan
yang cenderung basah menyebabkan tanaman air tumbuh subur sehingga
mengurangi estetika lingkungan dan menjadi sarang nyamuk.
Fakta yang ditemukan di lapangan adalah rumah panggung saat ini sudah
jarang ditemukan dan jumlahnya relatif sedikit di kawasan Sungai Raya kecuali
permukiman yang berada di atas air (tepian Sungai Kapuas). Hal ini menunjukkan
bahwa tipologi rumah panggung sudah kurang diminati oleh masyarakat. Sebagian
besar rumah panggung yang masih eksis hingga saat ini merupakan rumah warisan
peninggalan nenek buyut dengan umur bangunan antara 40 – 50 tahun.
81

Gambar 24. Kondisi lingkungan di sekitar rumah panggung

Trend perkembangan permukiman saat ini menunjukkan bahwa minat


masyarakat lebih mengarah kepada konsep bangunan modern yang notabene tidak
menggunakan struktur panggung atau dengan kata lain rumah tapak seperti tipologi
rumah di pulau Jawa dengan tampilan facade (tampak) bangunan yang lebih
modern. Industri permukiman di kawasan Sungai Raya menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat. Kondisi kawasan Sungai Raya sepuluh tahun yang lalu masih
merupakan hutan rawa gambut, kini secara gradual telah dikonversi menjadi
permukiman penduduk. Fenomena yang terjadi cukup mengkhawatirkan, mengingat
masyarakat maupun pemerintah belum sepenuhnya menyadari arti dan manfaat
ekosistem gambut sebagai penyelamat lingkungan. Tipologi rumah tapak yang saat
ini tengah menjadi bisnis primadona bagi developer lokal di kawasan Sungai Raya
dapat dikatakan tidak ramah lingkungan karena dapat merusak kelestarian
ekosistem gambut. Tipologi rumah tapak dapat dilihat pada Gambar 25.
82

Gambar 25. Tipologi rumah tapak dengan desain arsitektur modern

Perumahan skala kecil yang berkembang di Sungai Raya ditandai dengan


jumlah unit rumah yang dibangun di masing-masing komplek hanya berkisar antara
30–50 unit, dalam bentuk rumah tunggal atau Koppel. Dari kondisi eksisting dapat
diketahui bahwa ketersediaan RTH dan sarana bermain sangat minim bahkan tidak
tersedia. Demikian juga ruang untuk publik yang kurang menjadi prioritas.
Gambar 25 menunjukkan bahwa dalam satu persil bangunan sekitar 70-80%
resapan hilang karena tertutup lantai bangunan. Hanya tersisa sekitar 20% saja
untuk resapan. Dapat diprediksi degradasi lingkungan yang terjadi apabila seluruh
lahan gambut di kawasan Sungai Raya dibangun rumah tapak yang notabene
merampas fungsi ekologis dari lahan gambut. Tren rumah tapak dengan gaya
arsitektur modern selain dikembangkan oleh pihak developer juga dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat. Hasil temuan di lokasi penelitian menunjukkan rumah
tapak yang dibangun di atas lahan gambut yang masih dalam keadaan tergenang
belum didrainasekan. Lahan yang akan dibangun terlebih dahulu di pancangkan
kayu cerucuk berdiameter 8 cm untuk meningkatkan daya rekat tanah. Selanjutnya
dibuat bekisting untuk pengecoran pondasi beton bertulang mengelilingi batas
bangunan setelah itu air dipompa keluar. Sebagian besar masyarakat belum
mengetahui fungsi ekosistem gambut. Mereka lebih memilih rumah beton dengan
pertimbangan lebih kokoh dan stabil dibanding rumah panggung tiang tongkat.
83

Gambar 26. Perkerasan lantai rumah tapak yang menutupi permukaan tanah

Fakta lain yang ditemukan dilapangan yaitu kegiatan konstruksi rumah tapak
yang dibangun diatas lahan gambut yang tergenang, dimana masih terdapat air
gambut yang berwarna kehitaman (Gambar 27).

Gambar 27. Pekerjaan konstruksi rumah tapak beton di lahan gambut


84

Selain dua tipologi struktur bangunan yang ditemukan di lapangan


(panggung dan tapak), ada juga tipologi hunian vertikal tingkat sedang (3-4 lantai)
dengan struktur pondasi tapak di kawasan Ahmad Yani dengan radius yang tidak
terlalu jauh dari lokasi penelitian. Status hunian vertikal tersebut adalah rumah susun
sederhana sewa (rusunawa). Hasil wawancara dengan beberapa penghuni
menyatakan bahwa peminat rusunawa tersebut cukup banyak sehingga dalam
waktu 3 tahun telah dilakukan penambahan unit baru. Selain harga sewa yang
cukup terjangkau, lokasi rusunawa tersebut juga berada pada lokasi yang strategis
yaitu dekat dengan kampus (Universitas Tanjungpura dan Politeknik Negeri
Pontianak) dan perkantoran.

Gambar 28. Hunian vertikal dengan struktur tapak di kawasan Ahmad Yani I

Anda mungkin juga menyukai