Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1. Gambaran umum wilayah


4.1.1 Gambaran umum Kecamatan Pontianak Selatan
Kecamatan Pontianak Selatan terletak di antara Kecamatan Pontianak
Tenggara dan Kecamatan Pontianak Kota dengan luas wilayah 14,45 Km²
(Kecamatan Pontianak Selatan dalam angka, 2020). Dibandingkan dengan
kecamatan lain di Kota Pontianak. Kecamatan Pontianak Selatan merupakan
yang terkecil kedua wilayahnya setelah Pontianak Timur. Secara administratif,
batas wilayah Kecamatan Pontianak Selatan adalah sebagai berikut.
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pontianak Kota
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Pontianak Tenggara
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pontianak Timur
Kecamatan Pontianak Selatan terdiri dari Lima kelurahan dengan luas
wilayah 1.445 Ha atau sekitar 13,49 persen dari luas Kota Pontianak. Kelurahan
terluas adalah kelurahan Parit Tokaya (540 ha atau 37,37 persen) dan terkecil
adalah Kelurahan Benua Melayu Laut (56 ha atau 3,88 persen) dari wilayah
Kecamatan Pontianak Selatan.
4.1.2 Demografi Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Pontianak Selatan terus meningkat dari
tahun 2016-2019 pada tahun 2020 mengalami penurunan dengan jumlah
penduduk sebanyak 90.839 jiwa dengan jumlah keluarga 25.323 KK (Kecamatan
Pontianak Selatan Dalam Angka, 2020) . Jumlah penduduk tertinggi terdapat di
Kelurahan Benua Melayu Darat karena memang diperuntukkan bagi kawasan
perdagangan dan permukiman, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat
di Kecamatan Benua Melayu Laut. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
jumlah penduduk di Kecamatan Pontianak Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Pontaianak Selatan
Jumlah Penduduk
No Kelurahan (Jiwa)
2016 2017 2018 2019 2020
1 Benua Melayu Laut 9.915 10.054 10.226 10.368 8.921
2 Benua Melayu Darat 29.60 30.013 30.532 30.958 26.537
1
3 Parit Tokaya 17.94 18.197 18.507 18.764 18.578
6
4 Akcaya 19.12 19.389 19.722 19.997 16.968
2
5 Kota Baru 16.36 16.596 16.880 17.115 19.837
8
Total 92 94 249 95.867 97 202 90.839
952
Sumber : Kecamatan Pontianak Selatan Dalam Angka 2016-2020, BPS
4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Benua Melayu Laut
Kelurahan Benua Melayu Laut secara geografis merupakan salah
kelurahan yang berada di Kecamatan Pontianak Selatan. Luas wilayah
Kelurahan Benua Melayu Laut pada tahun 2019 yaitu 0,56 m2 atau 56 Hektar
atau sekitar 4% dari total keseluruhan wilayah Kecamatan Pontianak Selatan.
Wilayah Kelurahan Benua Melayu Laut terdiri atas 11 Rukun Warga dan 41
Rukun tetangga. Kelurahan Benua Melayu Laut dibentuk bersamaan dengan
terbentuknya Kecamatan Pontianak Selatan berdasarkan SK Gubernur
Kalimantan Barat No. 061/II/A/II tertanggal 19 Mei 1968 Secara geografis,
Kelurahan Benua Melayu Laut memiliki batas wilayah yaitu:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sungai Kapuas
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Bangka Belitung Laut
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Dalam Bugis
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Benua Melayu Darat
Secara umum keadaan topografi kelurahan Benua Melayu Laut berada di
dataran rendah dengan ketinggian ±0.1 sampai dengan 1.5 mdpl. Kelurahan
Benua Melayu Laut berbatasan langsung dengan Sungai Kapuas.
4.1 Kondisi Fisik Kawasan
Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai kondisi tapak pada wilayah
studi yang terdiri dari kondisi topografi, kondisi curah hujan, kondisi jenis tanah,
kondisi hidrogeologi, kondisi geologi dan kondisi rawan bencana alam.

4.2.1 Kondisi Kemiringan


Kemiringan di wilayah kajian studi sebesar <2%. menurut Keppres
32/1990/PP 29/1986 apabila suatu wilayah memiliki kemiringan sebesar <2%
maka wilayah tersebut memiliki lahan yang datar/landai. Hal tersebut
menjelaskan bahwa wilayah kajian studi aman untuk dilakukannya
pengembangan atau pembangunan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi
topografi dapat dilihat pada Gambar 4.1 Peta Kemiringan.

4.2.2 Kondisi Curah Hujan


Berdasarkan iklim yang ada, Kota Pontianak beriklim tropis yang terbagi
menjadi 2 bagian musim yaitu penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi
normal musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli
sedangkan untuk musim penghujan terjadi pada bulan September sampai
dengan bulan Desember. Rata-rata suhu udara mencapai 280 –320C dengan
kelembaban udara berkisar antara 86%-92% dan lama penyinaran matahari 34–
78%. Besarnya curah hujan berkisar antara 3000 – 4000 mm per hari dengan
rata-rata kecepatan angin mencapai 5-6 knots per jam (BAPPEDA Pontianak,
2018). Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan dapat dilihat pada Gambar
4.2 Peta Curah Hujan.

4.2.3 Kondisi Jenis Tanah


Struktur tanah termasuk dalam wilayah peneplain dan sedimen aluvial.
Jenis tanah ini merupakan hasil dari pelapukan jenis batuan sedimen aluvial
yang secara fisik merupakan jenis tanah liat. Jenis tanah liat baru dapat ditemui
pada kedalaman 2,4 meter. Dominasi dari endapan aluvial adalah aluvial sungai
yang berasal dari Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kondisi fisik tanah pada
sebagian kota terdapat tanah bergambut dengan ketebalan bervariasi antara 1
sampai 3 meter (BAPPEDA Pontianak, 2018). Untuk lebih jelasnya mengenai
kondisi jenis tanah dapat dilihat pada Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah.

4.2.4 Kondisi Hidrogeologi


Kondisi hidrogeologi pada Kota Pontianak terbagi menjadi 3 wilayah
bagian oleh Sungai Kapuas Besar, Kapuas Kecil dan Sungai Landak yaitu
bagian utara meliputi Kecamatan Pontianak Utara, bagian timur meliputi
Kecamatan Pontianak Timur dan bagian selatan meliputi Kecamatan Pontianak
Selatan, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Barat.
Berdasarkan pembagian wilayah tersebut sistem jaringan drainase dibentuk oleh
3 sungai besar, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Pada
masing-masing wilayah bagian terbentuk jaringan drainase regional. Mengingat
dalam sistem drainase regional bagian selatan terdapat saluran primer yang
cukup banyak, maka dibagian selatan dibagi menjadi 4 subsistem jaringan
drainase yaitu subsistem Sungai Belitung, subsistem Sungai Jawi, subsistem
Sungai Tokaya dan subsistem Sungai Raya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.4 Peta Hidrogeologi.

4.2.5 Kondisi Geologi


Untuk kondisi geologi kawasan Kelurahan Benua Melayu Laut memiliki
formasi batuan Kipas Aluvial. Kipas Aluvial adalah endapan yang terbentuk dari
kerikil, pasir dan pecahan sedimen yang lebih kecil, seperti endapan lumpur
dengan fitur mirip kipas berbentuk segitiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.5 Peta Geologi.

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Perkembangan ekonomi di lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Benua
Melayu Laut sangat dipengaruhi oleh Sungai Kapuas. Beberapa kegiatan
perekonomian meliputi aspek perdagangan dan jasa. Serta pariwisata Kondisi
perekonomian di lokasi penelitian terdiri atas sektor perdagangan dan jasa.
Lokasi penelitian yang berada di Waterfront Pontianak mengakibatkan
banyaknya lapak pedagang makanan dan minuman ringan, cafe, serta jasa kapal
wisata dan jasa parkir yang dikelola warga sekitar.
Perubahan kondisi perekonomian akan menciptakan kesempatan kerja
baru dan penciptaan kesempatan kerja ini tentunya akan berpengaruh pada
perubahan tingkat pendapatan. Kondisi perekonomian yang mulai bergerak naik
serta tingkat pendapatan yang cukup meningkat dikarenakan berkembangnya
usaha perekonomian warga sekitar yang berhubungan erat dengan motivasi
pengunjung yaitu mengunjungi Waterfront untuk berekreasi, dan pembangunan
cafe dan lapak penjualan yang tersedia akan memenuhi kebutuhan pengunjung
untuk semakin menikmati Waterfront serta waktu berkunjung pengunjung yang
kebanyakan berada diwaktu sore sampai malam hari juga menjadi salah satu
faktor cafe, lapak serta wahana yang tersedia laku keras
Dampak ekonomi yang dirasakan oleh pembangunan Waterfront sudah
terasa bagi warga di lokasi penelitian, dimana warga merasakan kehadiran
Waterfront mulai meningkatkan perekonomian warga dan warga bisa
mendapatkan mata pencaharian baru seperti membuka cafe, kedai makanan dan
minuman dan penyewaan jasa mainan anak-anak. Dengan berubahnya kondisi
perekonomian masyarakat maka akan berdampak pula pada tingkat pendapatan
masyarakat.

Untuk menilai Kondisi sosial ekonomi pada kelurahan benua melayu laut
yang disebarkan kepada pemerintahan terkait dan masyarakat maka dilakukan
pengambilan data melalui angket dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.1
Hasil Kuisioner Kondisi sosial ekonomi masyarakat
N Jawaban Masyarakat
Pertanyaan
o SS S N TS STS Total
Sosial
1 Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan 25 45 14 13 97
kawasan tepian sungai kapuas
2 Masyarakat perlu dilibatkan dalam kegiatan 41 48 7 1 97
pengelolaan Waterfront
3 Masyarakat sekitar sangat 13 40 22 21 1 97
bertanggunggjawab terhadap lingkungan
dan fasilitas sarana prasanara yang ada di
lingkungan Waterfront
4 Tingkat konflik antar pedagang atau 5 53 27 12 1 97
masyarakat sekitar di lingkungan
Waterfront sangat rendah
5 Toleransi antar pedagang, masyarakat 5 66 21 5 97
sekitar dan pengunjung di kawasan
Waterfront sangat baik
6 perubahan terhadap sosialisasi antar warga 7 65 25 1 97
setelah adanya pembangunan Waterfront
7 Terjalinnya gotong royong antar masyarakat 8 48 29 11 1 97
sekitar setelah adanya pembangunan
Waterfront
Ekonomi
9 Waterfront menjadi sumber pendapatan 17 58 19 2 1 97
daerah
10 Pemerintah mengendalikan perkembangan 16 68 7 6 0 97
kegiatan ekonomi di Kelurahan Benua
Melayu Laut
11 Perlu upaya pengendalian kegiatan ekonomi 29 63 4 0 1 97
di kawasan tepian sungai kapuas
12 Pemerintah mengelola kegiatan ekonomi di 21 45 19 12 0 97
kawasan tepian sungai kapuas
13 Tersedianya sarana dan prasarana 19 49 17 11 1 97
penunjang pariwisata
14 Perlu ada sarana dan prasarana penunjang 36 53 7 1 0 97
pariwisata
15 Pemerintah memberikan pelatihan 21 31 37 8 0 97
pengembangan ekonomi lokal pada
masyarakat
16 Pihak Swasta sering mengadakan pelatihan 10 35 38 13 1 97
untuk pengembangan ekonomi lokal pada
masyarakat Kelurahan Benua Melayu Laut
17 Komunitas lokal sering melakukan kegiatan 11 58 18 10 0 97
untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan masyarakat di Kelurahan Benua
Melayu Laut
18 Perlu dilakukan penyuluhan mengenai 36 5 6
pengembangan destinasi wisata 5
19 Perlu dilakukan penyuluhan mengenai 28 5 13 4 1
pengembangan ekonomi lokal 1
20 Dominasi matapencaharian masyarakat 15 5 23 2
memanfaatkan kawasan tepian sungai 7
kapuas sebagai objek mata pencharian
21 Sebagian besar masyarakat mendapatkan 13 6 22 1
kesejahteraan dari aktivitas kawasan tepian 1
sungai kapuas
22 Masyarakat memiliki kemampuan dan 11 4 24 13 7
keterampilan untuk mengembangkan 2
ekonomi lokal
23 Masyarakat telah mengembangkan atraksi 10 5 20 6 2
budaya (tarian, upacara adat, musik, dsb) 9
sebagai salah satu kegiatan ekonomi
24 Masyarakat telah mengembangkan usaha 10 5 19 8 1
kuliner khas pontianak 9
25 Pemerintah memfasilitasi kegiatan ekonomi 15 5 21 7
lokal di kawasan tepian sungai kapuas 4
26 Pemerintah telah melakukan promosi untuk 37 5 5 1
produk lokal 4
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.4 Kondisi Transpotasi


Sistem transportasi di Wilayah Benua Melayu Laut terbagi menjadi 2
moda, darat dan air memiliki beberapa titik terminal atau pangkalan bis antar kota
dalam provinsi dan antar negara yang beraktivitas pada malam hari. Namun
untuk transportasi dalam kota wilayah Kelurahan Benua Melayu Laut tidak
memiliki terminal angkutan umum dikarenakan banyak masyarakat yang memiliki
kendaraan pribadi sehingga angkutan umum telah menjadi pilihan terakhir di
masyarakat untuk berpergian.
Berdasarkan fungsi jalannya, jalur aksesibilitas di kawasan ini berbatasan
langsung dan dilalui oleh jalan kolektor primer, kolektor sekunder, jalan lokal
sekunder dan jalan lingkungan sekunder. Jalan kolektor primer yang berbatasan
langsung dengan lokasi kawasan ini adalah Jalan Tanjungpura, yang merupakan
jalan Arteri primer dengan lebar jalan yaitu 17 m yang terbagi menjadi 4 lajur.
Adapun transportasi perairan di sungai Kapuas terdapat beberapa moda
seperti express, kapal bandung, motor klotok, speed boat dan sampan.
Transportasi air banyak digunakan untuk keperluan penyeberangan, baik dengan
tujuan dalam kota, antar ibu kota dalam provinsi seperti tujuan Ketapang hingga
Kapuas Hulu. Jalur air ini juga digunakan dengan tujuan antar ibukota sepanjang
aliran sungai Kapuas, Sehingga keberadan angkutan sungai tetap bertahan
sebagai moda transportasi yang efektif untuk beberapa keperluan.

4.5 Tata guna lahan


Pada dasar nya Kawasan Benua Melayu Laut telah terbentuk sebagai
kawasan perdagangan tertua di Kota Pontianak yang dikenal dengan nama
Pasar Tengah, kawasan ini ada sejak zaman kolonial, atau menjadi cikal bakal
Pusat Kota Pontianak. Pada kawasan lokasi studi merupakan pusat kota dengan
fungsi yang mendominasi yaitu perdangangan dan jasa yang membuat nilai
lahan di kawasan ini tinggi, meskipun terdapat peruntukan lahan seperti,
permukiman, peribadatan dan pendidikan, sehingga perdagangan dan jasa yang
menjadikan pusat keramaian dan tempat mata pencaharian. Perdagangan
berpusat pada pasar tengah sebagian besar berbentuk ruko dan bangunan tua
(rumah bersatu dengan toko) dan ada juga terdapat permukiman masyarakat.

Untuk menilai Kondisi Tata Guna Lahan yang disebarkan kepada


pemerintahan terkait dan elemen masyarakat terhadap kondisi eksisting di
Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan pengambilan data melalui angket
dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.2
Hasil Kuisioner Kondisi Tata Guna Lahan Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Tata Guna Lahan
1 Pembangunan baru mengacu pada RTRW 28 5 1 0 1 97
yang berlaku 7 0
2 Pembangunan baru mengacu pada RDTR 22 2 4 1 0 97
yang berlaku 6 8
3 Pemerintah melakukan upaya pengendalian 34 5 5 0 3 97
terhadap pembangunan baru di kawasan 5
Kelurahan Benua Melayu Laut
4 Pembangunan baru memperhatikan 29 6 3 2 0 97
pelestarian dan pengelolaan Kelurahan 3
Benua Melayu Laut
5 Fungsi kawasan di Kelurahan Benua Melayu 40 4 1 5 2 97
Laut didominasi oleh perdagangan dan jasa 0 0
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.6 Bentuk dan masa Bangunan


Kawasan penataan merupakan kawasan yang bersejarah, di kawasan ini
terdapat bangunan-bangunan dengan usia >50 tahun, diantaranya adalah
bangunan perdangan dengan gaya arsitektural belanda di kawasan pasar tengah
dan rumah dengan gaya arsitektural melayu yang berusia ±150 tahun. Beberapa
bangunan di kawasan ini memiliki design arsitektural yang serupa, ciri ini terlihat
dari bentuk design balkon, bentuk Fasade bangunan, papan nama toko yang
unik. Bangunan ini membentuk cluster sendiri, tepatnya berada di Pasar Tengah.
Cluster ini memiliki ciri khas yang cukup unik, dimana kawasan ini memiliki
konsep solid dan void yang khas, prinsip bangunan sudut pada beberapa titik
persimpangan, konsep step back dan set back bangunan, konsep sky line
kawasan yang berorientasi pada sungai dan konsep aksial pada koridor – koridor
tertentu.
Usia bangunan yang sudah cukup tua, kualitas struktur bangunan yang
buruk dan bangunan yang terbuat dari material kayu menimbulkan permasalahan
keamanan bangunan pada beberapa bangunan di kawasan ini. Seiring dengan
perkembangan kota, kawasan ini mengalami perubahan pembangunan yang di
akibat kebakaran pada tahun 2015 silam yang menghanguskan bangunan-
bangunan yang berada di sekitaran lokasi pasar yang mengakibatkan banyak
ornamen-ornamen bangunan yang hilang, hal ini menyebabkan gaya arsitektural
telah banyak dirombak tanpa mempertimbangkan faktor nilai cagar budaya dan
sejarah, keserasian konsep antara bangunan.
Gambar
Bentuk Masa Bangunan
Sumber: Survey Lapangan, 2021

Untuk menilai Kondisi Tata Guna Lahan yang disebarkan kepada


pemerintahan terkait dan elemen masyarakat terhadap kondisi eksisting di
Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan pengambilan data melalui angket
dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.3
Hasil Kuisioner Kondisi Bentuk Masa dan Bangunan Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N T STS Total
S
Bentuk dan Masa Bangunan
1 Bangunan di Kelurahan Benua Melayu Laut 2 8 19 64 3
sudah tertata dengan baik
2 Bangunan menghadap pada satu orientasi 5 4 22 22 3
tempat di tepian sungai kapuas 5
3 Tidak ada bangunan yang menghalangi 5 4 23 17 6
warisan budaya 7
4 Bangunan baru mengikuti karakter kawasan 12 5 10 19 1
penataan Kelurahan Benua Melayu Laut 6
(desain)
5 Fungsi kawasan di Kelurahan Benua Perlu 39 5 6 1 1
ada penataan kembali di Kelurahan Benua 1
Melayu Laut
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.6.1 KDB dan KLB


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah batasan terhadap luas tanah
yang dapat didirikan satu atau lebih bangunan. Sedangkan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan antara luas total lantai dengan luas
lahan. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi penetapan KDB dan KLB di
antaranya adalah :
 Kondisi fisik kota saat ini (eksisting).

 Fungsi kawasan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang kota


Pontianak.
 Kecenderungan perkembangan sesuai dengan fungsi kawasan.

 Prinsip-prinsip perencanaan dan perancangan kota.

 Dampak rancangan terhadap lingkungan.

 Hubungan manusia dengan alam.


Dengan pertimbangan faktor-faktor di atas, maka dapat ditetapkan angka
KDB di Kota Pontianak sebagai berikut :
a. KDB 80-100 persen: untuk kawasan pusat Kota yang berada di wilayah
Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan
Pontianak Selatan dan sekitarnya.
b. KDB 60-80 persen: untuk kawasan lingkar tengah Kota Pontianak.
Sebagian besar wilayah Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan
Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan saat ini memiliki KDB
sebesar 60-80 persen.
c. KDB 40-60 persen: untuk kawasan yang relatif belum berkembang, yaitu
kawasan lingkar luar Kota Pontianak. Sebagian besar wilayah di
Kecamatan Pontianak Utara mempunyai KDB 40-60 persen.
d. Pada kawasan konservasi yang sebagian besar terletak di wilayah
Kecamatan Pontianak Utara tidak diizinkan didirikan bangunan apapun.
Sedangkan untuk Koefisien Lantai Bangunan ditetapkan :
a. Koefisien Lantai Bangunan Khusus Khusus untuk seluruh kawasan Pusat
Kota yang terletak di ke empat wilayah Kecamatan ditentukan peraturan
KLB Khusus, yaitu bangunan tinggi dengan pengawasan perencaan
khusus.
b. Koefisien Lantai Bangunan Tinggi (1,8–6,0) Kawasan dengan KLB 1,8–
6,0 ini berlaku untuk koridor Jalan Ahmad Yani yang merupakan kawasan
perkantoran pemerintahan dan perkantoran umum, serta koridor Jalan
Sultan Syahrir dan Jalan Sultan Abdur Rahman.
c. Koefisien Lantai Bangunan Rendah–Sedang (1,6–4,0) Kawasan dengan
KLB 1,6–4,0 meliputi sebagian kawasan pusat kota, yaitu koridor Jalan
Tanjung Pura, Jalan Gajah Mada, dan Jalan Letjend Sutoyo di
Kecamatan Pontianak Selatan.
d. Koefisien Lantai Bangunan Rendah (1,2–2,4) Sebagian besar kawasan
dengan KLB rendah ini berlokasi menyebar di keempat wilayah
kecamatan, yaitu Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak
Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kecamatan Pontianak Utara. Secara
grafis, koefisien dasar bangunan dan koefisien laintai bangunan di Kota
Pontianak.
4.3 Sirkulasi dan Parkir
Kawasan kelurahan Benua Melayu Laut berada di Area Pusat Kota
Pontianak dengan intensitas kegiatan yang tinggi, berada pada jalur perlintasan
moda darat regional dan lokal, kawasan dengan lalu lintas yang ramai, zona
peralihan moda darat dan moda sungai, dan jalur pejalan kaki yang ramai.
Sehingga kawasan ini memiliki permasalahan sirkulasi yang cukup rumit.
Kawasan ini merupakan pusat perdagangan skala regional, sehingga pergerakan
orang menggunakan kendaraan baik kendaraan roda dua dan kendaraan roda
empat cukup tinggi, hal ini mengakibatkan kebutuhan parkir di kawasan ini cukup
tinggi dan memunculkan permasalahan parkir diantaranya yaitu:
a. Parkir kendaraan Di Jl. Mahakam & Jl. Pangsuma yang intensitas keluar-
masuk kendaraannya cukup tinggi, menimbulkan hambatan pergerakan di
jalur jalan arteri primer (Jl. Tanjungpura).
b. Karena minimnya ruang parkir kendaraan roda dua dan kendaraan roda
empat, maka kendaraan terpaksa menggunakan badan jalan dan arcade
yang ada disepanjang Jl. Tanjungpura. Sehingga aktivitas parkir
kendaraan mengganggu sirklulasi pejalan kaki
c. Kondisi parkir Di Jl. Sultan Muhamad tidak tertata dan bercampur dengan
aktivitas bongkar muat, sehingga pada jam sibuk (09.00 – 15.00)
menimbulkan kemacetan total.
d. Parkir perahu sepanjang sempadan Sungai Kapuas yang tidak tertata
menimbulkan permasalahan visual dan titik-titik pelabuhan penumpang &
barang sirkulasi pengunjung tidak teratur.

Gambar
Kondisi Sirkulasi dan Parkir
Sumber: Survey Lapangan, 2021
Untuk menilai Kondisi Sirkulasi dan Parkir yang berada di kelurahan benua
melayu laut disebarkan kepada pemerintahan terkait dan elemen masyarakat
terhadap kondisi eksisting di Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan
pengambilan data melalui angket dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.4
Hasil Kuisioner Kondisi Sirkulasi dan Parkir Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Sirkulasi
1 Tidak ada PKL (hambatan lain) yang 10 6 24 41 16 97
menggunakan bahu jalan Kelurahan Benua
Melayu Laut.
2 Jaringan jalan di Kelurahan Benua Melayu 5 2 14 50 2 97
Laut cukup baik 7
3 Perlu ada perbaikan jalan di Kelurahan 31 6 5 1 97
Benua Melayu Laut 1
4 Perlu Pelebaran ruas jalan di Kelurahan 30 5 7 2 97
Benua Melayu Laut 8
5 Tidak terjadi kemacetan di Kelurahan Benua 9 1 4 49 18 97
Melayu Laut 7
6 Terdapat street furniture (lampu, bangku, 11 2 10 46 2 97
tempat sampah, dsb) yang memperkuat 8
karakter di sepanjang koridor jalan di
Kelurahan Benua Melayu Laut
7 Perlu diadakan street furniture di sepanjang 49 4 4 2 97
koridor jalan 2
8 Adanya penanda berupa petunjuk jalan atau 34 3 14 13 97
iklan yang menunjukan (Waterfront) 6
Ruang Parkir
10 Terdapat ruang parkir di Kelurahan Benua 9 5 30 2 97
Melayu Laut (Waterfront, Pelabuhan, Pasar) 6
11 Perlu disediakan ruang parkir di Kelurahan 38 5 5 1 97
Benua Melayu Laut 3
12 Ruang parkir di Kelurahan Benua Melayu 7 1 17 51 7 97
Laut sudah tertata sangat baik 5
13 Perlu penataan kembali ruang parkir di 28 5 9 3 1 97
Kelurahan Benua Melayu Laut 6
14 Lokasi ruang parkir di Kelurahan Benua 9 2 26 29 6 97
Melayu Laut strategis 7
15 Lokasi ruang parkir aman dan dapat diamati 3 3 26 31 2 97
6
16 Ruang parkir di Kelurahan Benua Melayu 5 9 24 51 8 97
Laut sudah sangat memadai
17 Perlu penambahan ruang parkir di Kelurahan 37 4 6 6 97
Benua Melayu Laut 8
18 Sistem parkir di Kelurahan Benua Melayu 15 5 16 9 97
Laut dikelola oleh pemerintah 8
19 Perlu pengelolaan sistem parkir di Kelurahan 39 5 4 5 97
Benua Melayu Laut 0
20 Sistem sirkulasi dan parkir di Kelurahan 12 2 23 38 3 97
Benua Melayu Laut sudah berfungsi secara 2
efektif
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.7 Ruang Terbuka


Ketersedian ruang terbuka pada Kawasan Kelaurahan Benua Melayu Laut
sangat minim karena padatnya bangunan yang terbangun mengakibatkan
menjadi gersang dan banyak polusi dikarenakan berdampingan pada jalan Raya
yang banyak dilalui oleh kendaraan. Kawasan penataan terdiri dari empat zona
dengan fungsi dominan yang berbeda, diantaranya yaitu zona Sempadan Sungai
Kapuas, zona perdagangan, zona ruang terbuka publik kota, dan zona
permukiman. Setiap zona memiliki permasalahan dan potensi ruang terbuka
hijau yang berbeda. Berdasarkan kondisi eksiting, terdapat 7 (tujuh) ruang
terbuka. Diantaranya adalah waterfront, Pemakaman, lahan kosong dan tanah
sengketa. Terdapat juga beberapa ruang terbuka dengan tutupan lahan rumput
yang ditumbuhi oleh ilalang, dimana area – area terbuka ini didominasi oleh
lahan milik perseorangan yang dibiarkan tidak terbangun, sebagian besar juga
merupakan tanah sengketa yang tidak laku dipasaran, mengingat daerah ini
merupakan kawasan yang cukup strategis.
Adapun ruang terbuka merupakan hasil dari penataan pemerintah kota
pontianak dengan pedoman RTRW 2013-2033 yang termasuk ke dalam proyek
nasional kota baru. Kawasan waterfront diperuntukan sebagai taman kota aktif,
ruang publik, dan area civic center. Zona ini berpotensi dikembangkan sebagai
gerbang masuk kawasan, Landmark kota, dan Node aktivitas warga kota.
Waterfront di kawasan Kelurahan Benua Melayu Laut sangat berpotensi menjadi
pusat wisata kota dengan keraton kadariyah dan kampung beting sebagai view
utama.

Gambar
Kondisi Ruang Terbuka
Sumber: Survey Lapangan, 2021

Untuk menilai Kondisi Ruang Terbuka yang disebarkan kepada


pemerintahan terkait dan elemen masyarakat terhadap kondisi eksisting di
Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan pengambilan data melalui angket
dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.5
Hasil Kuisioner Kondisi Ruang Terbuka Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Ruang Terbuka (Open Space)
1 Tersedianya ruang terbuka di Kelurahan 30 4 1 2 97
Benua Melayu Laut 8 9
2 Ruang terbuka di Kelurahan Benua Melayu 19 7 2 1 97
Laut sebagai pengikat aktifitas manusia 5
3 Ruang terbuka di Kelurahan Benua Melayu 11 4 2 18 1 97
Laut sudah cukup aman, nyaman dan asri 3 5
4 Perlu ada penataan ruang terbuka di 28 6 5 97
Kelurahan Benua Melayu Laut 5
5 Ruang terbuka di Kelurahan Benua Melayu 16 6 1 4 97
Laut dilengkapi street furniture (lampu 3 4
penerangan, bangku, tempat sampah, dsb)
yang memperkuat karakter kota
6 Perlu penambahan fasilitas di ruang terbuka 37 5 4 97
7
7 Ruang terbuka di Kelurahan Benua Melayu 24 6 1 1 97
Laut sudah cukup menarik untuk dikunjungi 3 0
8 Ruang terbuka di Kelurahan Benua Melayu 39 5 5 97
Laut sering digunakan untuk berfoto 4
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.8 Sirkulasi Pejalan Kaki


Kondisi Pedestrian (Pedestrian Ways) disepanjang jalan tanjungpura hanya
berukuran kurang lebih ± 1.5 m dan itu hanya di gunakan untuk pejalan kaki saja
namun beberapa jalur pedestrian ada yang terputus dan rusak sehingga
menggangu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, dan di beberapa titik di
area pasar tengah tertanggu akibat arcade pada bangunan ruko dan digunakan
oleh pedagang kaki lima serta digunakan sebagai area parkir sehingga
mengurangi lebar dari jalur pejalan kaki tersebut. Kenyamanan bagi pengguna
jalur pejalan kaki yang trotoar dirasakan kurang karena tidak mendapatkan
perlindungan dari panas dan hujan. Kondisi pedestrian yang ada belum
mempertimbangkan akses untuk disabilitas serta belum tersedianya street
furniture seperti tempat duduk, tempat sampah, jalur untuk penyandang cacat,
jalur sepeda sehingga kualitas estetika dan fungsional yang kurang baik.
Untuk kawasan di waterfront merupakan pusat perdagangan skala regional
dan merupakan salah satu tempat destinasi wisata, untuk jalur pedestrian sudah
cukup baik namun masih terdapat beberapa hal yang harus dibenahi untuk
mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna, salah satu nya kaum
disabilitas.
Gambar
Kondisi Pedestrian Ways
Sumber: Survey Lapangan, 2021

Untuk menilai sirkulasi pejalan kaki yang disebarkan kepada pemerintahan


terkait dan masyarakat terhadap kondisi eksisting di Kelurahan Benua Melayu
Laut maka dilakukan pengambilan data melalui angket dengan hasil sebagai
berikut
Tabel 4.6
Hasil Kuisioner Kondisi Sirkulasi Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
1 Sudah Puaskah anda dengan adanya 7 2 19 47 1 97
pedestrian saat ini di Kelurahan Benua 3
Melayu Laut
2 Tersedianya jalur pedestrian di Kelurahan 12 41 30 14 0 97
Benua Melayu Laut
3 Perlu disediakan jalur pedestrian di 43 47 6 1 0 97
Kelurahan Benua Melayu Laut
4 Kondisi jalur pedestrian di Kelurahan Benua 25 55 16 1 0 97
Melayu Laut kurang baik
5 Pedestrian menghubungkan pusat-pusat 19 52 9 17 0 97
kegiatan (Waterfront, pelabuhan, pasar
tengah) di Kelurahan Benua Melayu Laut
6 Perlu penataan kembali jalur pedestrian di 43 46 6 1 1 97
Kelurahan Benua Melayu Laut
7 Pedestrian di Kelurahan Benua Melayu Laut 9 28 26 30 4 97
aman dan nyaman untuk digunakan
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

Dari 97 responden yang di sebarkan kepada masyarakat, sebagian besar


responden menyetujui mengenai pernyataan-pernyataan yang diberikan untuk
menilai kondisi sirkulasi dan parkir di Kelurahan Benua Melayu Laut. Selain itu
penilaian juga diberikan oleh instansi terkait, dengan hasil 2 pernyataan
mengenai kondisi sirkulasi dan parkir di kelurahan benua melayu laut dengan
hasil tersebut akan menjadi sebuah usulan.

4.4 Signage/Papan Informasi


Penanda yang terdapat di kawasan Kelurahan Benua Melayu Laut sangat
beragam karena kawasan terebut merupakan kawasan yang bersejarah dengan
usia >50 tahun, akan tetapi tidak sedikit papan nama toko yang menjadi ciri khas
bangunan heritage juga hilang karena merupakan fungsi kawasan perdangan
dan jasa akibat pembangunan area komersil
Masalah tata informasi muncul meliputi spanduk sebagai media promosi
dari papan nama, papan penanda, akan tetapi penataannya belum cukup baik
dan tidak teratur, ukuran dari masing-masing papan penanda memiliki ukuran
yang berbeda-beda sehingga memiliki kualitas yang kurang bagus dan terkadang
sulit dikenali serta menghalangi visual bangunan heritage.
Gambar
Kondisi Papan Informasi
Sumber: Survey Lapangan, 2021

Untuk menilai Penanda yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat


terhadap kondisi eksisting di Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan
pengambilan data melalui angket dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Kuisioner Kondisi Penanda Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Penanda (Signage)
1 Apakah penanda yang ada di Kelurahan 6 3 32 22 97
Benua Melayu Laut masih baik dari segi tata 7
letak,warna dan ukuran nya
2 Penataan rambu-rambu yang berada di 6 3 27 25 1 97
Kelurahan Benua Melayu Laut mudah 9
dipahami
3 Apakah penanda yang tersedia mudah 5 3 32 23 97
dilihat atau tidak tertutup ? 7
4 Apakah penempatan penanda disudut-sudut 5 1 46 27 97
tertentu sudah tepat ? 9
5 Kondisi papan reklame yang tidak tertata, 22 4 20 9 97
sehingga menyebabkan visual koridor buruk 6
di Kelurahan Benua Melayu Laut
6 Kondisi papan nama toko baru menghalangi 24 4 15 15 97
ornamen bangunan heritage 3
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.5 Heritage
Kawasan menuju waterfront merupakan kawasan yang bersejarah
dengan usia >50 tahun, bangunan perdagangan dengan gaya arsitektural
belanda dan rumah dengan gaya arsitektural melayu banyak ditemui dikawasan
ini. Keunikan dari kawasan ini terlihat dari beberapa bangunan arsitektural
belanda dengan bentuk design balkon, bentuk Fasade bangunan, dan papan
nama toko yang berbeda.
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan (Undang-Undang RI No.10 tahun 2011 tentang Cagar Budaya).
Berdasarkan RTRW Kota Pontianak tahun 2013-2033 dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 terdapat 14 bangunan cagar
budaya yang harus dilindungi di kota Pontianak. Salah satunya berada pada
kawasan kelurahan Benua Melayu Laut yaitu Pelabuhan Seng Hie pelabuhan ini
merupakan pelabuhan rakyat pertama dan tertua yang berada di Kota Pontianak
yang terletak di jalan Sultan Mohammad, bersebelahan dengan pintu masuk
utama waterfront kota Pontianak. Berdasarkan kondisi eksisting, Kawasan
Pelabuhan Seng Hie sudah cukup memadai, hal ini ditunjukkan dengan adanya
sarana penunjang yang ada di Kawasan tersebut, seperti tempat parkir, pos
keamanan, toilet dan ruang informasi.

Gambar
Kondisi Heritage
Sumber: Survey Lapangan, 2021
4.7 Preservasi
Kegiatan preservasi atau perlindungan pada suatu bangunan dalam
penelitian ini hanya melihat hasil dari penelitian yang sudah di lakukan Tonapa
(2015) mengenai bangunan-bangunan yang layak dikonservasi pada Kawasan
Kelurahan Benua Melayu Laut.
Di Kawasan ini, terdapat banyak bangunan tua tetapi hanya berfungsi
untuk perdagangan dan jasa, serta permukiman masyarakat yang dimana tidak
memiliki nilai sisi historis walaupun bangunan-bangunan tersebut berusia >50
tahun. Adapun cagar budaya yang berfungsi sebagai transportasi masyarakat
yang berlokasi di kelurahan Benua Melayu Laut berada di pelabuhan Seng Hie
dimana masyarakat masih menggunakan transportasi air tradisional berupa
sampan/klotok sebagai sarana transportasi untuk melakukan penyebrangan.

Untuk menilai Penanda yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat


terhadap kondisi eksisting di Kelurahan Benua Melayu Laut maka dilakukan
pengambilan data melalui angket dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Kuisioner Kondisi Preservasi Kelurahan Benua Melayu Laut
N Pertanyaan Jawaban Masyarakat
o SS S N TS STS Total
Preservasi
1 Pelabuhan Seng Hie memperkuat karakter 17 7 5 1 1 97
kawasan tepian sungai kapuas 3
2 Perlu upaya pelestarian yang dilakukan di 31 4 14 3 97
Pelabuhan Seng Hie 9
3 Pelabuhan Seng Hie telah dilestarikan 6 2 31 37 3 97
dengan baik 0
4 Pelabuhan Seng Hie telah dimanfaatkan 5 4 32 11 1 97
dengan baik 8
5 Pelabuhan Seng Hie telah dikelola dengan 6 2 32 33 1 97
baik 5
6 Masyarakat menggunakan Pelabuhan Seng 41 4 11 1 97
Hie sebagai dermaga / kegiatan ekonomi 4
7 Perlu upaya pemeliharaan/ perawatan di 45 3 13 3 97
Pelabuhan Seng Hie 8
8 Pelabuhan Seng Hie telah diamankan 9 3 27 21 3 97
dengan baik 7
9 Perlu upaya penjagaan/ pengamanakan 26 6 4 2 97
Pelabuhan Seng Hie dari kerusakan yang 6
disebabkan manusia
10 Ada pagar pembatas (alami/buatan) yang 21 6 9 2 97
melindungi Pelabuhan Seng Hei 7
11 Perlu upaya peningkatan keindahan di 46 4 5 1 97
Pelabuhan Seng Hie 5
12 Rehabilitasi Pelabuhan Seng Hie 35 4 15 4 97
menerapkan nilai sejarah 5
13 Pelabuhan Seng Hie dilengkapi fasilitas 22 4 19 11 97
untuk menunjang aktifitas manusia 5
14 Ada penanda berupa papan, tugu atau 31 5 10 7 97
simbol lainnya yang memberikan informasi di 0
Pelabuhan Seng Hie
15 Perlu penanda berupa papan, tugu atau 31 5 11 1 97
simbol lainnya yang memberkan informasi di 5
situs Pelabuhan Seng Hie
Sumber: Hasil Kuisioner, 2021

4.8 Activity support


Kegiatan pendukung yang ada di kawasan kelurahan Benua Melayu Laut
terdapat di waterfront sebagai ruang berkumpul yang didominasi dengan
kegiatan pedagang kaki lima (PKL) disebabkan adanya aktivitas sosial
masyarakat. Adapun PKL yang ada di kawasan ini, antara lain: penjual makanan,
penjual pernak-pernik, penjual mainan. Namun keberadaan PKL di kawasan
waterfront belum tertata dengan rapi sehingga PKL menempati beberapa area di
jalur pedestrian. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan bagi pejalan kaki.

Gambar
Kondisi Activity Support
Sumber: Survey Lapangan, 2021

4.9 Kondisi Sarana Prasarana


4.9.1 Kondisi Pos Keamanan
Pos keamanan yang ada di kelurahan Benua Melayu tersebar di
beberapa titik yang berada di pelabuhan, jembatan Kapuas I dan di waterfront.
Dengan cukup baik, hal ini didukung dengan bangunan pos keamanan yang ada
di beberapa titik, sehingga apabila ada kejadian kriminalitas diproses pada
Bangunan pos keamanan setempat.

Gambar
Kondisi Pos Keamanan
Sumber: Survey Lapangan, 2021

4.9.2 Kondisi Sarana Peribadatan


Sarana Peribadatan di kelurahan Benua Melayu Laut memiliki tiga belas
rumah ibadah yang tersebar di keluran Benua Melayu Laut. Adapun rincian
sebagai berikut, lima buah masjid, tujuh surau dan satu gereja (Data Kelurahan
Benua Melayu Laut 2019). Untuk kondisi bangunannya sendiri sudah cukup baik
dan juga terawat.

Gambar
Kondisi Sarana Peribadatan
Sumber: Survey Lapangan, 2021

4.9.3 Kondisi Toilet Umum


Pada kawasan pelabuhan dan waterfront sudah memiliki sarana toilet
umum. Untuk kondisi toilet umum yang berada di wilayah pelabuhan tersebut
sudah baik dan kebersihannya cukup terjaga, karena toilet tersebut berbayar dan
dikelola oleh masyarakat setempat sehingga pengunjung merasa nyaman.
Namun kebutuhan toilet tersebut kurang, dikarenakan hanya ada toilet yang di
sediakan di waterfront, membuat masyarakat kadang mengantri akan
penggunaan toilet tersebut.

Gambar
Kondisi Toilet Umum
Sumber: Survey Lapangan, 2021

4.9.4 Kondisi Jaringan Drainase


Jaringan drainase di kelurahan Benua Melayu Laut berupa drainase
tertutup namun ada titik drainase yang terbuka dan tercemar oleh sampah.
Jaringan drainase ada yang berdekatan dengan lapak pedagang, sehingga bau
tidak sedap yang ditimbulkan dari air drainase ini mengganggu aktivitas jual-beli
pasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.17 Peta Jaringan
Drainase.
Gambar
Kondisi Drainase
Sumber: Survey Lapangan, 2021

Anda mungkin juga menyukai