Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KEADAAN PULAU BALI

A. Luas dan Letak Pulau Bali


Luas Pulau Bali kurang lebih 5.632,86 km2, termasuk Pulau Nusa Penida,
Pulau Nusa Lembangan, dan Pulau Nusa Cenengan. Provinsi Bali berdiri pada
tanggal 14 Agustus 1958, berdasar UU No. 84/1958. Pulau Bali beribukota di
Denpasar.
Pulau Bali disebut juga sebagai Pulau Dewata, karena konon menurut
legenda rakyat Bali dulunya Pulau Bali dan Pulau Jawa merupakan satu daratan.
Menurut legenda tersebut, terjadinya Pulau Bali karena goresan ujung tongkat
Brahmana suci yang bernama Sidhi Marta, yang menyebabkan tanah terbelah dan
menganga, sehingga air laut pun mengalir ke dalamnya, sehingga terjadilah selat
yang memisahkan antara Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Batas-batas Pulau Bali
adalah sebagai berikut:
1. Batas utara : Laut Jawa
2. Batas timur : Selat Lombok
3. Batas selatan : Samudera Hindia
4. Batas barat : Selat Bali
Pulau Bali merupakan tempat yang strategis. Letak Pulau Bali secara
geografis, astronomis, klimatologis, maritim, dan ekonomis adalah sebagai
berikut:
1. Letak Geografis
Pulau Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara.
Pulau Bali juga dikelilingi oleh laut, sebelah utara yaitu Laut Jawa, sebelah
selatan yaitu Samudera Indonesia, sebelah barat yaitu Selat Bali, dan sebelah
timur adalah Selat Lombok. Kedaan seperti ini membuat Pulau Bali menjadi
letak yang strategis.

3
4

2. Letak Astronomis
Secara astronomis, Pulau Bali terletak di antara 8,3o – 8,5o LS dan
114,21o – 115,43o BT, yang membujur sepanjang Gilimanuk sampai Padang
Buy yang panjangnya 145 km dari barat ke timur. Dan dari Singaraja sampai
Nusa Dua terbentang sepanjang 90 km dari utara ke selatan.
3. Letak Klimatologis
Pulau Bali terletak di garis lintang 23,5 LU – 23,5 LS, yang
mempunyai iklim tropis. Pulau Bali memiliki curah hujan yang tinggi,
mencapai 127 mm/bulan. Musim penghujan di Bali berlangsung sekitar bulan
Oktober – April, dan musim kemarau berlangsung sekitar bulan April –
Oktober.
4. Letak Maritim
Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara bagian tengah dan
dikelilingi oleh laut. Laut tersebut sangat penting bagi Pulau Bali, karena
objek wisata di Pulau Bali banyak yang berupa wisata bahari. Banyak
penduduk Bali yang menggantungkan hidupnya untuk mencari rezeki untuk
kebutuhan sehari-hari dari sektor pariwisata ini.
5. Letak Ekonomis
Pulau Bali merupakan tempat yang strategis karena diapit oleh lautan
dan samudera, yaitu Selat Bali, Selat Lombok, Laut Jawa, Laut Flores, dan
Samudera Hindia. Hal ini membuat keadaan ekonomi di Bali maju karena
sebagai jalur perdangan lokal maupun internasional.

B. Keadaan Alam dan Penduduk


Keadaan alam Pulau Bali memanjang dari barat ke timur yang dikelilingi
oleh lautan. Tanah di bagian selatan sering disebut tanah genting karena tanah
tersebut memanjang dan sempit di anatara laut, sehingga menyerupai ayam kecil.
Pantai-pantai di Bali merupakan dataran rendah yang sempit, kecuali bagian
selatan. Pantai-pantai yang terkenal antara lain: Pantai Sanur, Pantai Kuta,
Bedugul, Tanjung Benoa, dan lain-lain.
5

Pegunungan di Bali membentang dari barat ke timur, di antaranya:


Gunung Merbuk, Gunung Patas, Gunung Batur, Gunung Abang, Gunung Bratan,
dan Gunung Agung. Dari beberapa gunung tersebut, Gunung Agung merupakan
gunung tertinggi di pulau Bali. Gununga Agung pernah meletus pada tahun 1963.
menurut cerita, Gunung Agung merupakan pecahan Puncak Gunung Mahameru,
yang juga menjadi Gunung Semeru yang berada di Pulau Jawa, dan Gunung
Rinjani yang berada di Pulau Lombok.
Tanah di Bali bagian selatan lebih subur dan luas daripada Bali bagian
utara. Oleh karena itu, sekitar 70% penduduk di Bali Selatan bekerja dengan
bercocok tanam. Sistem pengairannya disebut subak. Di lereng pegunungan,
sawah dibuat bertingkat-tingkat atau berundak-undak yang disebut sengkedan.
Bila musim panen tiba, para petani di Bali Selatan berada di sawah. Sebagai
tanaman selingan, mereka juga menanam palawija.
Sebaliknya, di Bali Utara lahan pertaniannya sempit, sehingga penduduk
Bali Utara lebih banyak menanam tanaman perkebunan, di antaranya: kopi, teh,
tebu, dan kelapa. Di Bali Utara terdapat 26,657 ha tanah perkebunan untuk
menanam kopi, sedangkan penduduk yang tinggal di daerah pantai, kebanyakan
menanam kelapa, karena di daerah pantai tanahnya kurang subur. Sekitar
6.650,50 ha tanah perkebunan ditanami kelapa.
Selain pertanian dan perkebunan, penduduk Bali juga mengusahakan
peternakan dan perikanan. Di bidang peternakan, penduduk Bali biasanya
beternak sapi Bali, babi, dan banteng. Disebut sapi Bali karena bulunya berwarna
kecoklatan dan bagian belakangnya berwarna putih dan merupakan keturunan
banteng. Penduduk Bali juga mengusahakan perikanan darat dan menghasilkan
ikan mujair, ikan mas, dan ikan kaper. Sedangkan perikanan laut menghasilkan
cumi-cumi, tongkol, ikan lemuru, dan kepiting.

C. Struktur Pemerintahan Pulau Bali


Pulau Bali terbagi menjadi 1 kotamadya, 8 kabupaten, 51 kecamatan, dan
79 kelurahan, yang terdiri atas 235 desa adat dan 259 desa siswa dinas. Bali
mulai mengenal kelurahan pada tahun 1980, yang dulunya namanya adalah
6

parbekal. Kepala lingkungan di Bali disebut Klian Dinas. Kotamadya dan


kabupaten di Pulau Bali, antara lain:
1. Kabupaten Jembrana
Kabupaten ini memiliki luas 841,80 km2 dengan ibukota Negara dan
memiliki 4 kecamatan dan 49 desa.
2. Kabupaten Buleleng
Kabupaten ini memiliki luas 1.365,87 km2 beribukota di Singaraja.
Kabupaten ini merupakan kabupaten yang tertua. Kabupaten Buleleng
memiliki 9 kecamatan dan 146 desa.
3. Kabupaten Tabanan
Kabupaten ini memiliki luas 893,33 km2 beribukota di Tabanan.
Kabupaten Tabanan memiliki 8 kecamatan dan 108 desa.
4. Kabupaten Bangli
Kabupaten ini memiliki luas 315 km2 beribukota di Bangli.
Kabupaten Bangli memiliki 4 kecamatan dan 69 desa. Hal yang paling
menarik dari kabupaten ini adalah adanya objek wisata Kintamani dan sebuah
desa Trunyan. Desa Trunyan terletak di seberang Danau Batur. Keistimewaan
dari desa ini adalah apabila ada penduduk desa yang meninggal maka
mayatnya tidak dikubur atau dibakar tetapi hanya diletakkan dibawah pohon
taru menyan dan dari nama pohon inilah desa ini bernama Trunyan yang
merupakan singkatan dari taru menyan. Anehnya, mayat ini tidak akan
berbau sedikitpun.
5. Kabupaten Gianyar
Kabupaten ini memiliki luas 368 km2 beribukota di Gianyar.
Kabupaten Gianyar memiliki 7 kecamatan dan 56 desa. Di Kabupaten ini
juga terdapat sebuah istana kepresidenan yaitu istana Tampak Siring. Istana
ini digunakan oleh Ir. Soekarno dan diresmikan pada tahun 1976.
6. Kabupaten Badung
Kabupaten ini memiliki luas 542,50 km2 beribukota di Denpasar.
Kabupaten Badung memiliki 7 kecamatan dan 76 desa. Walaupun ditawarkan
7

dengan harga tinggi, namun kita juga dapat menawarnya dengan harga
sepertiganya.
7. Kabupaten Klungkung
Kabupaten ini memiliki luas 520,81 km2 beribukota di Semarapura.
Kabupaten Klungkung memiliki 4 kecamatan dan 56 desa. Di kabupaten ini
terdapat sebuah kerajaan yang tertua dan terbesar di Bali. Di Kabupaten
Klungkung juga terdapat sebuah monumen Puputan.
8. Kabupaten Karangasem
Kabupaten ini memiliki luas 839,54 km2 beribukota di Amlapura.
Kabupaten Karangasem memiliki 8 kecamatan dan 50 desa. Nama Amlapura
ini diambil dari kata Amla yang berarti buah dan Pura yang berarti tempat,
karena kabupaten ini merupakan pusat beragam buah-buahan.
9. Kotamadya Denpasar
Kotamadya ini memiliki luas 123,98 km2 beribukota di Denpasar.
Kotamadya Denpasar memiliki 3 kecamatan dan 43 desa. Selain sebagai
ibukota provinsi, Denpasar juga merupakan pusat perdagangan, pendidikan,
dan pariwisata.
D. Agama
Penduduk Bali 50% menganut agama Hindu, 30% agama Islam, 10%
agama Kristen, dan 10% agama Budha. Kitab suci agama Hindu adalah Kitab
Weda atau Lastra Dharma yang berisi tentang Sang Hyang Widhi yang telah
menciptakan alam ini. Kitab Weda terbagi menjadi 4 kasta yang disebut Catur
Wangsa, yaitu:
1. Kaum Brahmana
Merupakan kasta tertinggi yang terdiri atas pendeta. Kebanyakan
mereka memakai gelar “Ida Bagus” untuk laki-laki dan “Ida Ayu” untuk
perempuan.
2. Kasta Ksatria
Yaitu golongan raja-raja dan bangsawan. Kebanyakan mereka
memakai gelar “Cokorda” atau “Dewa” untuk laki-laki dan “Dewayu” untuk
perempuan.
8

3. Kasta Waisya
Yaitu golongan petani dan pedagang. Kebanyakan mereka memakai
gelar “I Gusti” untuk laki-laki dan “Gusti Ayu” untuk perempuan.
4. Kasta Sudra
Yaitu golongan yang terdiri dari rakyat kecil. Namun di Bali 75%
dari jumlah penduduknya merupakan golongan Jaba. Mereka tidak
mempunyai gelar dan kebanyakan hanya dengan sebutan “I”.
Selain keempat kasta tersebut, juga ada kasta Paria atau kasta Candala,
yang terdiri dari para budak belian dan orang-orang yang dikeluarkan dari kasta
aslinya karena melanggar aturan-aturan yang berlaku.
Selain kasta, dalam ajaran agama Hindu juga membagi masyarakatnya
menjadi 4 kelompok yang sering disebut Catur Asrama, yaitu:
1. Brahmacarin, yaitu kelompok anak yang berusia 8 – 12
tahun atau usia sekolah.
2. Bihasta, yaitu kelompok kepala keluarga.
3. Wanaprastha, yaitu kelompok penghuni hutan yang
bertapa.
4. Sanyasin atau Pariwrajaka, yaitu kelompok pertapa
yang mengembara.
Agama Hindu mengenal beberapa hari besar keagamaan sebagai berikut:
1. Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan diperingati setiap 6 bulan sekali pada Budha
Kliwon Dungulan untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas
Adharma (kejahatan). Sebelum puncak perayaan Galungan ada rangkaian
yang disebut sugian, embang sugian, penyajaan, dan penampahan. Tiga hari
sebelum perayaan ada hari persiapan yang disebut padepon. Padepon adalah
penyajian dan pemotongan hewan ternak.
2. Hari Raya Nyepi
Nyepi diadakan setiap tahun untuk merayakan pergantian tahun
lama ke tahun baru (Saka). Sehari sebelum hari raya Nyepi, upacara kurban
suci mecaru untuk menenangkan roh-roh jahat dilakukan di setiap
9

perempatan jalan, kemudian diikuti dengan pengusiran bhuta kala. Nyepi


diadakan dengan serangkaian upacara, yaitu:
a. Meklis/Melis/Melasti, yaitu mensucikan sarana dan prasarana
sembahyang yang dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan.
b. Tarun Kesanga, yaitu kurban suci (pemotongan kerbau, ayam, atau
bebek) yang dilakukan sebelum perayaan dengan jalan Bhutayatnya.
c. Nyepi/Sipeng, dilakukan tepat pada tanggal 1 bulan 1 tahun 1 Saka
dengan jalan sebagai berikut:
1) Amati geni, tidak melakukan kegiatan yang menggunakan
api.
2) Amati karya, tidak melakukan pekerjaan.
3) Amati lelungan, tidak melakukan perjalanan atau bepergian.
4) Amati swara, tidak berbicara.
d. Gembak Geni, mulai menggunakan api sehari setelah perayaan Nyepi.
Umat Hindu mulai melakukan kegiatan seperti biasa.
3. Hari Raya Kuningan
Upacara hari raya Kuningan dilaksanakan sepuluh hari setelah hari
raya Galungan berlalu. Hari raya Kuningan bertepatan pada hari Saniscara
Kliwon Wuku Kuningan. Hari raya Kuningan merupakan penutupan dari hari
raya Galungan.
Di hari suci diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk
memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Sering juga
diyakini, pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan
sebelum tengah hari, sebelum waktu para Betara kembali ke sorga.
4. Hari Raya Saraswati
Hari raya Saraswati dirayakan sekali dalam 210 hari, sesuai
kalender Bali yaitu pada Sabtu Umanis Watugunung. Hari raya ini khusus
ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa
dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji Saraswati, Dewi Ilmu
pengetahuan dan sastra, yang digambarkan sedang duduk di atas angsa
dengan membawa alat musik, genetri, pusaka suci, dan teratai. Setiap orang
10

mempersembahkan sesajen di buku-buku, lontar dan benda benda lain yang


berhubungan dengan sastra dan ilmu pengetahuan sebagai rasa syukur atas
turunnya ilmu pengetahuan dan sebagai penghormatan kepada ilmu
pengetahuan.
5. Pagerwesi
Pagerwesi merupakan puncak rangkaian hari raya sejak Saraswati,
merupakan hari kita memuja Hyang Paramesti Guru, dan menjaga dengan
sebaik-baiknya (ibarat memagari dengan besi) agar ilmu yang telah dipelajari
digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat manusia dan semesta,
tidak menggunakannya untuk hal-hal yang tidak baik. Umat Hindu
melakukan persembahyangan memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widhi dan
mensyukuri wara nugraha-Nya sehingga kita umat manusia dapat mencapai
mokshartam jagaditha.
Umat Hindu memiliki 5 upacara adat yang disebut Panca Yatnya yang
artinya 5 pengorbanan, yaitu :
1. Dewa Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Putra Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap roh
atau leluhur yang telah meninggal.
3. Resi Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap para
pendeta.
4. Manusia Yatnya, yaitu pengorbanan yang
dilakukan manusia agar hidupnya aman dan sejahtera.
5. Brita Yatnya, yaitu upacara yang dilakukan
untuk makhluk hidup dunia.

E. Kepercayaan
Penduduk Bali yang beragama Hindu mengenal 5 kepercayaan yang
sering disebut Panca Cradha, yaitu:
1. Percaya adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur).
11

2. Percaya adanya Atma (roh leluhur).


3. Percaya adanya hukum Karmaphala
4. Percaya adanya Samsara (kelahiran berulang-
ulang atau penitisan).
5. Percaya adanya Mokhsya (kebebasan dari
ikatan keduniawian).
Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidaklah sama dengan Dewa dan Bathara.
Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sedangkan
Bathara adalah perwujudan pelindung dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ida
Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia pertama bernama Syawambi
Manu yang artinya makhluk pertama yang berpikir yang menjadikan dirinya
sendiri.
Atama atau roh leluhur adalah percikan-percikan kecil dari Parama Atma
yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Atma
yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup disebut Jiwatman. Apabila Atma
bersatu dengan badan manusia akan menjadi awidya atau kegelapan.
Hukum Karmaphala adalah hukuman untuk seseorang sesuai dengan hasil
perbuatannya. Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik pula.
Sedangkan orang yang berbuat buruk akan mendapat balasan yang buruk pula.
Samsara adalah proses terjadinya manusia lahir, hidup, dan mati secara
berulang-ulang. Di dunia ini adalah kesempatan manusia berbuat kebaikan,
sedangkan di akhirat merupakan kesempatan manusia untuk menerima hasilnya
yang berupa pahala.
Mokhsya adalah kebebasan dari ikatan keduniawian. Setelah manusia
lepas dari ikatan keduniawian, maka Jiwatman (roh leluhur) tidak akan pernah
kembali ke dunia. Sedangkan Atma bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang mengalami kebenaran, perubahan, kesadaran yang kekal dan abadi.
Masyarakat Bali mengenal adanya Tiga Kesatuan Dewa yang dikenal
dengan Tri Murti, yaitu:
1. Dewa Brahmana, disebut juga Dewa Pencipta,
dengan simbol api, senjata gada, dan bercirikan kain warna merah
12

2. Dewa Syiwa, disebut juga Dewa Perusak atau


Pelebur, dengan simbol angin, senjata trisula, dan bercirikan kain berwarna
putih.
3. Dewa Wisnu, disebut juga Dewa Pemelihara,
mempunyai simbol air, senjata cakra, dan bercirikan kain berwarna hitam.

F. Sosial dan Budaya


Menurut adat, biasanya anak di Bali diberi nama menurut urutan
kelahirannya, yaitu:
1. Anak pertama : Ngurah, Gede, Putu, atau
Wayan.
2. Anak kedua : Made.
3. Anak ketiga : Nyoman.
4. Anak keempat : Ketut.
Sedangkan anak kelima biasanya diberi nama seperti anak keempat, tetapi
diberi tambahan nama Tegel di belakangnya.
Bahasa yang digunakan di Bali adalah bahasa ibu, yaitu bahasa yang
biasa digunakan ibu untuk berbicara kepada anak-anaknya. Di Bali juga terdapat
bermacam-macam organisasi. Organisasi di bidang sosial disebut Seka.
Organisasi di bidang pengairan disebut Subak. Organisasi di bidang menanam
padi disebut Manula. Dan organisasi memburu bajing disebut Seka Semal.

G. Macam-Macam Pura
Penduduk di Bali yang beragama Hindu patuh terhadap ajaran agama
mereka. Mereka mendirikan pura sebagai tempat untuk beribadah kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Pura dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Klasifikasi Pura menurut pemakaiannya:
a. Pura Keluarga, digunakan untuk satu keluarga.
b. Pura Masyarakat, digunakan untuk seluruh penduduk dalam
organisasi masyarakat.
13

c. Pura Besakih, digunakan untuk semua penduduk yang berdomisili di


Pulau Bali.
2. Klasifikasi Pura menurut fungsinya:
a. Pura Segara, sebagai tempat untuk menyembah Dewa Wisnu.
b. Pura Desa, sebagai tempat untuk menyembah Dewa Brahmana.
c. Pura Pualam, sebagai tempat untuk menyembah Dewa Syiwa.

Anda mungkin juga menyukai