Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Islamic Worldview

Oleh: Rijal Jirananda

Worldview mencakup semua sistem dalam kehidupan, baik sistem pendidikan, politik,
hukum, atau pun sistem ekonomi, semuanya berlatar belakang dan memancarkan pandangan
alam (worldview) serta nilai-nilai utama bangsa dan peradaban tersebut. Worldview inilah
yang menjadi cara setiap orang memahami kehidupan, serta menjadi asas bagi setiap
kegiatannya. Karena urgensinya worldview ini, Alparslan Acikgence menyatakan bahwa
seluruh tingkah laku manusia pada akhirnya bisa dilacak sampai ke worldviewnya, suatu
kesimpulan yang cukup dengan sendirinya untuk mengungkapkan pentingnya worldview
dalam diri seseorang dan dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk, tentu saja, kegiatan
ilmiah. Ini menunjukkan bahwa semua nilai dan tindakan manusia, sadar atau tidak, merupakan
refleksi atas keyakinan-keyakinan metafisis atau worldview tertentu, dan bidang pengetahuan
serta pendidikan merupakan bidang yang berakar pada worldview tersebut. Artinya, worldview
sangat urgen, karena ia mencakup semua aspek kegiatan dan aktivitas manusia.1
Dari paparan di atas, kita menangkap beberapa hal penting terkait worldview ini.
Pertama, sebagai penyelidikan khusus tentang konsep istilah, worldview merupakan motor
penggerak manusia yang mendasari segala aktifitas hidupnya. Entah itu dalam pemikiran,
sikap, tindakan dan perilaku. Karena bentuk-bentuk inilah yang kemudian akan membentuk
dunia seseorang dan lingkungannya. Kedua, worldview ini berkaitan erat dengan bangunan
ilmu pengetahuan seseorang secara khusus. Bahwa worldview seseorang, tidak hanya berbicara
tentang bangunan kehidupan seperti aspek ekonomi, politik, hukum, budaya dan aspek
kehidupan lainnya. Namun ia juga berkaitan erat dengan aktifitas keilmuan yang dalam hal ini,
mendasari rancangan dalam membangun kehidupan dalam segala aspeknya. Hubungan ini
(worldview dalam kerangka dan paradigma keilmuan seorang) muncul disebabkan dominasi
paradigma ilmu pengetahuan Barat sekuler yang digunakan dalam bermacam kegiatan dan
aktifitas keilmuan saat ini.
Sebagai sesuatu yang mendasari sistem kehidupan, worldview merupakan landasan
bagi pembangunan suatu peradaban. Peradaban dibangun dengan sistem kehidupan tertentu.
Setiap segi kehidupan memiliki sistem pengaturannya masing-masing. Sistem kebudayaan,
sistem sosial, sistem ekonomi, sistem politik, sistem keluarga dan lain sebagainya. Suatu sistem
bisa dilacak worldview apa yang digunakannya. Saat ini kita menyaksikan kejayaan peradaban
Barat yang menguasai hampir seluruh segi kehidupan. Dunia saat ini mengacu sistem-sistem
kehidupan yang dianut oleh Barat. Sistem ekonomi menggunakan sistem kapitalisme, politik
menggunakan sistem demokrasi, ilmu pengetahuan menganut paham positivistik dan segi
kehidupan yang lainnya pun mengacu kepada hasil-hasil peradaban dari Barat.
Dalam sistem pengetahuan, paradigma ilmu pengetahuan Barat dipandang oleh
sebagian ilmuan atau intelektual muslim sangat problematis bagi bangunan ilmu dalam
paradigma Islam. Seperti contoh, telah banyak muncul penafsiran-penafsiran yang
kontroversial tentang ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits nabi yang hal tersebut dipandang oleh
sebagian ulama dan intelektual Muslim, telah menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai yang
Islami. Yang paling mutakhir adalah disertasi Abdul Aziz dari UIN Yogyakarta tentang Milkul
Yamin, dengan judul “Konsep milk al-yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan

1
Dedy Irawan, Worldview Islam dan Barat. (Jurnal tanpa nama) nurulhuda.uns.ac.id › wp-content › uploads ›
2018/01 › Dedi-Irawan
Hubungan Seksual Non Marital”. Hasil disertasi ini memberikan argumen tentang sah nya atau
halalnya hubungan seksual di luar nikah. Yang sudah jelas sangat bertentangan dengan syariat
yang mengharamkan zina. Sebagaimana dijelaskan oleh ust Nashruddin Syarif dalam majalah
risalah No.6 TH.57 Shafar 1441/Oktober 2019, -bahwasanya Abdul Aziz sebagai mahasiswa
di UIN Yogyakarta- sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya UIN Yogyakarta, telah lama
memberlakukan metodologi ilmiah Barat dalam penelitian Islamnya.
Dari kenyataan di atas, kita bisa menilai bagaimana angkuhnya peradaban dan ilmu
pengetahuan Barat yang berusaha menjadikan worldviewnya di anut oleh seluruh masyarakat
di dunia. Yang dalam hal ini jelas-jelas terdapat pertentangan di sana-sini dengan nilai-nilai
Islam. Di sinilah pentingnya kita mengkaji untuk kemudian menerapkan Islamic Worldview
dalam tata kehidupan umat Islam. Tulisan ini bermaksud untuk mengantarkan kita pada kajian
tentang Islamic Worldview tersebut. Sejauh pembacaan penulis, kajian tentang Islamic
Worldview ini masih terbatas dan belum banyak dijadikan kajian yang intensif di tengah-
tengah kultur kajian umat Islam. Di sini kita melihat pentingnya mengangkat kembali kajian
tersebut. Padahal kebutuhan umat Islam atasnya bisa dikatakan cukup mendesak. Menimbang
kondisi saat ini yang semakin menenggelamkan kehidupan umat Islam sendiri tanpa
memperhatikan akar nilai dan tujuan apa yang hendak dicapainya.
Narasi Konseptual tentang Worldview
Istilah worldview menurut Dictionary of Social Science, kata ini berasal dari bahasa
Jerman, weltanschauung yang berarti pandangan hidup, atau weltansicht (pandangan dunia).
secara awam sering diartikan sebagai filsafat hidup atau prinsip hidup. Setiap kepercayaan,
bangsa, kebudayaan atau peradaban dan bahkan setiap orang mempunyai worldview masing-
masing. Maka dari itu jika worldview diasosiasikan kepada suatu kebudayaan, maka spektrum
maknanya dan juga termanya akan mengikuti kebudayaan tersebut. Esensi perbedaannya
terletak pada faktor-faktor dominan dalam pandangan hidup masing-masing yang boleh jadi
berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai sosial atau lainnya. Faktor-
faktor itulah yang menentukan cara pandang dan sikap manusia yang bersangkutan terhadap
apa yang terdapat dalam alam semesta, dan juga luas atau sempitnya spektrum maknanya.2
Worldview juga menggambarkan pola pikir, perasaan dan sikap seseorang dalam
menghadapi persoalan hidup dan eksistensi. Cara kita melihat masalahpun itu dipengaruhi oleh
worldview. Seperti apa yang diketengahkan oleh Adian Husaini dalam pengantar buku Islamic
Worldview karangan Abas mansur Tamam3. Ia menyampaikan, ada pandapat yang
menyampaikan bahwa saat ini umat Islam memandang masalah kemiskinan dan kekuasaan
menjadi masalah yang mendasar. Kecenderungan pendapat ini didasari oleh pembacaan yang
sekedar melihat masalah yang tengah muncul atau hadir ke tengah umat. Namun pada
kenyataannya ada juga negara Muslim yang kaya dan kekuasaan berada di tangannya, namun
masalah umat tidak juga terpecahkan. Menurut Adian Husaini, problemnya ada pada cara kita
memandang akar permasalahan. Apakah kemiskinan dan kekuasaan itu adalah akar masalah
atau ia justru timbul dari akar masalah yang lain.
Cara kita melihat masalah ini penting diperhatikan, karena kecenderungan setelah
pembicaraan ini adalah apa yang akan dilakukan. Apabila kita melihat persoalan a,

2
Ibid, hal. 4-5
3
Mansur Tamam, Islamic Worldview: Paradigma Intelektual Muslim. (Jakarta: Spirit Media, 2017) hal. xxiii
kecenderungan kita biasanya harus menyelesaikan terlebih dahulu masalah a tersebut dan
menunda masalah-masalah yang lain. Ini selanjutnya akan membentuk prioritas aksi yang akan
merangcang, mengarahkan dan membangun kehidupan tertentu.
Islamic Worldview
Islam sebagai peradaban yang memiliki worldview, tentunya menuntut umat Islam
untuk memahami dan mengimplementasikannya dalam keseluruhan sistem kehidupan.
Masalah yang seringkali muncul ke tengah umat Islam kemudian sulit dipecahkan, cenderung
terjadi disebabkan ketidakpahaman dan abainya umat dari worldview Islam. Masalah ini tidak
sesederhana kita tidak memahami sesuatu kemudian kita tidak merasa bertanggungjawab
terhadap sesuatu yang tidak kita pahami tersebut. Worldview Islam memiliki kedudukan yang
sama pentingnya dengan aqidah. Selain kesamaan kedudukannya yang bersifat mendasar,
mungkin sebenarnya bisa dikatakan worldview Islam sendiri adalah aplikasi daripada aqidah
itu sendiri. Penting untuk kita mengkaji beberapa pemikiran yang berkaitan dengan worldview
Islam ini.
Pertama pandangan Abul A’la al-Maududi. Ia menjelaskan bahwa Islamic Worldview
adalah pandangan hidup yang dimulai dari ke Esaan Tuhan (Tauhid) yang berimplikasi pada
keseluruhan kehidupan manusia di dunia. Dari pemikiran ini, kita memahami worldview Islam
sebagai landasan bagi seluruh aktifitas hidup kita di dunia yang berangkat dari Tauhid. Adapun
Syaikh Atif al-Zayn menggunakan istilah mabda al-Islamy. Atif al-Zayn memberikan
pengertian worldview Islam sebagai aqidah fikriyyah, yaitu kepercayaan berdasarkan pada
aqal/cara berfikir yang daripadanya lahir seperangkat peraturan dan sistem hidup (nizham). Di
sini Atif juga memposisikan worldview Islam sebagai keyakinan yang mendasar. Namun ia
melengkapinya dengan sifat fiqriyyah nya.
Sayyid Qutb, memberikan pandangan tentang worldview Islam dengan istilah
tasawwur Islamy. Artinya adalah akumulasi dari realitas keyakinan asasi yang terbentuk dalam
pikiran dan hati setiap Muslim yang memerikan gambaran tentang wujud (segala hal tentang
wujud) dan apa-apa yang terdapat di balik itu. Dalam hal ini, Sayyid Qutb memandang bahwa
keyakinan itu tidak tiba-tiba muncul dalam hati dan pikiran seseorang, namun ia terus
bertumbuh dan berakumulasi sepanjang hidupnya.
Berbeda dari lainnya disini, S.M. Naquib al-Attas tidak hanya memandang worldview
Islam sebagai suatu kepercayaan tapi lebih merupakan suatu cara pandang. Maka istilah yang
digunakan untuk itu pun adalah ru’yat al-Islam lil-wujud (pandangan Islam tentang wujud).
Secara definitif maknanya adalah pandangan alam tentang realitas dan kebenaran yang nampak
oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; karena apa yang dipancarkan Islam
adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yat
al-Islam lil-wujud). Tidak seperti yang lain disini al-Attas meletakkan Islam sebagai subyek
dan realitas atau wujud dalam pengertian yang luas sebagai obyek menggambarkan Islam
sebagai sesuatu yang fungsional, dalam artian bukan hanya sebagai sesuatu yang diyakini
dalam hati tapi sesuatu yang digunakan untuk fungsi-fungsi yang komplek dalam memahami
wujud alam jagad raya yang nisbi dan wujud Allah yang mutlak.
Dari definisi worldview menurut Abul A’la al-Maududi, Shaykh Atif al-Zayn, Sayyid
Quthb dan Syed Muhammad Naquib al-Attas mengenai worldview sangat serupa. Keempatnya
menyepakati bahwa worldview adalah “visi manusia yang komprehensif dalam memandang
hakikat sebenarnya dari suatu wujud (eksistensi fisik maupun metafisik) di dunia, yang
berorientasi pada nilai-nilai tauhid. Sehingga, berimplikasi pada pengintegrasian antara aspek
dunia dan akhirat, serta realitas nisbi dan mutlak. Artinya, cakupan pandangan worldview Islam
lebih luas daripada worldview Barat yang hanya berorientasikan kepada pandangan dunia
(realitas nisbi).

Anda mungkin juga menyukai