Anda di halaman 1dari 3

Tasikmalaya, 07 Desember 2018

Manusia, Agama dan Aspek Negatif Budaya Modern

Persoalan penting yang saat ini sering mengemuka ke tengah-tengah kita, entah itu
disadari ataupun tidak, diantaranya adalah tentang manusia yang direduksi kemanusiaannya oleh
bangunan kehidupan yang saat ini mempengaruhinya. Pengaruh yang ingin kita bicarakan adalah
kuatnya budaya modern yang lahir dari cara-cara dan gaya-gaya hidup yang dianut oleh
kebanyakan manusia-manusia saat ini. Sisi lain, di tengah pengaruh tersebut, manusia saat ini
memiliki kesadaran yang lebih kuat atas persoalannya. Sebagaimana diterangkan oleh Shadr,
kesadaran tersebut tiada lain lahir daripada keinsyafannya bahwa persoalan-persoalan ini muncul
disebabkan oleh tangan mereka sendiri. Di samping itu, kesadaran ini menjadi semakin ‘terasa’
ketika manusia dirasa telah teralienasi atau terasing dari kehidupannya sendiri. Siapa yang tidak
merasa terasing, ketika salah satu unsur pokok kemanusiaannya yaitu, spiritualitas, telah
terpinggirkan bahkan terlempar dari kehidupan saat ini yang lebih menghargai materi dan
menempatkannya di atas segalanya.

Kita tidak bisa begitu saja menutup mata atas fenomena-fenomena kehidupan yang sering
dan tengah terjadi. Kesibukan-kesibukan yang memperkosa waktu, yang entah tentang apa yang
tengah dikerjakannya. Manusia-manusia yang lalu lalang dengan kendaraannya yang pandai
menggoda kemarahan dengan kemacetan, yang entah dari mana dan akan ke mana mereka pergi.
Kalangan muda yang terus-menerus membudayakan kesenangannya sendiri. Hidupnya yang
hampir ia abdikan pada peradaban hiburan. Kalau dulu kalangan muda berbudaya sebagai
pencari kebenaran (sebelum kemudian kelak mereka akan menjadi penegak-penegaknya), kini
sebutan yang mungkin tepat disematkan pada mereka adalah para “pencari hiburan”. Maka
jangan heran, jika lebih banyak yang lebih tertarik menegakan dunia dengan bermacam-macam
wujud hiburan daripada menegakan kebenaran. Orang tua mereka pun lebih bijak dan canggih
dalam membangun kerusakan kehidupan. Perilaku-perilaku korupsi para politisi, penipuan,
kerakusan yang dibersamai kerasukan setan-setan dunia. Semua aktifitas hidup telah menutup
mata nurani manusia dari dunia di luar dunia yang tengah dibangunnya sendiri. Semua yang
tengah terjadi benar-benar telah kita biarkan terjadi.

Kelalaian atas hal ini –menutup mata, tidak peduli atas fenomena-fenomena kehidupan
yang terus mereduksi dan menggerus kemanusiaan manusia–, telah membawa manusia pada
ketenggelaman dirinya. Cara kita hidup dengan membiarkan segalanya terjadi hanya akan
mengantarkan manusia pada jurang kehinaan. Juga dunia hanya akan semakin rusak dengan
tatanan kehidupan yang kita biarkan berjalan dengan sendirinya. Memang tidak dapat dipungkiri,
individualisme yang menjangkiti kehidupan kita saat ini, kita sadari dengan telanjang, memaksa
siapapun untuk hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi, sampai kapan kita terus menerima
semua pembiaran ini?
Augustu Comte, memandang agama sebagai satu diantara tahapan sejarah yang pernah
dilalui oleh manusia. Hal itu dipahami bahwa agama, pernah memperoleh perhatian dari
manusia, pernah dianggap penting oleh manusia, namun kemudian berlalu dan terganti dengan
sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
telah dianggap mampu untuk dijadikan sebagai pegangan sekaligus jalan hidup bagi manusia
dalam menyelesaikan dan menjawab segala persoalan-persoalan yang tengah dihadapi. Ilmu
pengetahuan telah melahirkan teknologi, alat-alat yang digunakan oleh manusia untuk
mempermudah mereka dalam menjalani kehidupannya. Murtadha Mutahari menerangkan kepada
kita, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wujud dari pada budaya modern saat ini
dengan sifat inti nya yang materialistis.

Budaya modern, telah membawa manusia kepada kehidupan yang selalu menempatkan
materi pada posisi yang utama. Sehingga manusia yang berkembang di tengah budaya modern,
adalah perkembangan materialnya manusia saja, bukan kemanusiaannya secara utuh. Atau dalam
posisi lain, unsur material telah begitu mendominasi perkembangan manusia dalam dunia dan
kehidupan.

Agama yang sejak dulu dijadikan ‘pegangan’ dan ‘jalan’ hidup oleh manusia di dunia ini,
telah dianggap tidak mampu menjawab persoalan-persoalan tadi. Cukup kita memahami kalimat
tersebut dengan melihat manusia hari ini banyak yang masih menjalankan ritus-ritus agama
tetapi mereka justru telah meninggalkan agama. Jalan hidup manusia, berangkat daripada
pemenuhan kebutuhan hidup jasmaninya semata. Padahal, kita telah diajarkan, bahwa manusia
tidak hanya terdiri dari unsur jasmani atau fisik semata, tapi juga terdiri dari unsur kejiwaan atau
spiritual. Agama yang dijalankan oleh kebanyakan orang saat ini, penulis berani katakana hampa
dari nilai-nilai hakiki agamanya sendiri, yakni spiritualitas. Hal itu terjadi tidak lain karena bagi
manusia-manusia yang hidup di tengah budaya modern, agama dijadikan hanya sebagai tempat
persinggahan atau pemberhentiaan sementara dari kesibukannya mencari dunia. Arti yang lain,
agama bagi manusia saat ini, bukan merupakan jalan hidupnya.

Budaya modern yang berkembang di tengah kita saat ini, terkhusus aspek-aspek
negatifnya, menunjukan pengaruh yang nyata terhadap manusia dan agama. Dari segi
kemanusiaan, padahal manusialah yang melahirkan budaya. Artinya manusialah yang
mempengaruhi lingkungannya kemudian memproduksi budaya. Namun saat ini yang terjadi,
karena gelombang besar yang terdapat dalam diri budaya modern, justru malah mempengaruhi
manusia dalam proses perkembangannya sebagai manusia. Betapa malangnya, manusia dikuasai
oleh hasil produksinya sendiri. Dalam kondisi ini, kita perlu mengembalikan martabat tinggi
manusia di tengah budaya modern.

Dari segi agama, budaya modern terus menyingkirkan agama dari panggung kehidupan
manusia. Padahal, budaya modern telah cukup berkuasa di dunia manusia. Ternyata ia pun
berhasrat untuk menguasai kehidupan manusia. Manusia sebagai entitas yang terdiri dari unsur
jiwa dan fisik, spiritual dan material tidak dapat dipungkiri sangatlah membutuhkan agama.
Dalam kondisi ini, manusia harus mampu menempatkan agama agar bagaimana bisa berwibawa
selaku pegangan dan jalan hidup yang akan menuntun kehidupan manusia di tengah budaya
modern saat ini.

Wallahu’alam bi Shawab

Anda mungkin juga menyukai