Anda di halaman 1dari 7

Arang Habis Besi Binasa : “Sebuah Gugatan atas Gerakan tanpa Rumusan”

Oleh :Fakhri Saeful Amin

( Ketua PK HIMA STIT Al-Hidayah Priode 2017 – 2018 )

“Kerjakan yang alloh senangi, maka alloh akan wujudkan yang anda senangi,
binalah umat niscaya umat membinamu, tidak usah di pikirkan yang tidak mungkin,
kerjakan mana yang bisa, mulai dengan apa yang ada, karena yang ada sudah cukup
untuk memulai.” Muhammad Natsir

ArangHabisBesiBinasa

“Arang Habis Besi Binasa” penulis memaknai pribahasa tersebut dengan


makna perjuangan. Arti dari pribahasa tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “pekerjaan yang telah banyak menghabiskan tenaga dan biaya, tetapi hasilnya
tidak ada.” Artinya jangan sampai perjuangan yang telah kita lakukan, berujung
ketidakpuasan, dengan apa yang kita perjuangkan. Walaupun hasil dari perjuangan
kita semata-mata Alloh SWT-lah yang memberi hasil.

Hidup di dunia ini merupakan sebuah perjalanan, manusia di tuntut untuk


melakukan proses, tidak di tuntut untuk menentukan hasil. Hidup di dunia ini
hanyalah sesaat, maka jangan buat yang sesaat itu menjadi sesat. Teruslah berjuang
menggapai Ridho Illahi hingga kelak Malaikat maut menjemput, kita dalam keadaan
siap. Dan pada hakikatnya tidak bias dipungkiri manusia selayaknya masih kotor
dalam lumpur dosa kehinaan.

Penulis ingin sedikit mengutif sebuah puisi, karya Elsifa Fauziah :

Perjalanan hidup bukanlah untuk mengeluh

Melainkan untuk kita tempuh

Meski harus rapuh,

Tapi haruslah tetap kukuh

Sejatinya senja selalu mengajarkan

Sabarnya sebuah penantian

Dari fajar hingga petang


Meski harus tersingkirkan

Dalam konteks Hima Persis Tasikmalaya Raya, telah banyak pengorbanan


yang telah dikorbankan untuk kepentingan umat. Hima Persis Tasikmalaya Raya
telah menunjukan kemampuaan berjuang di tengah kemelut masyarakat. Layaknya,
mereka tengah berpirau melawan arus, dan berenang di tengah amukan badai. Tanpa
bisa dipungkiri, ini suatu bentuk keharusan tentang pentingnya memiliki organisasi
yang lansung bernaung di bawah jamiyah. Karena dengan berorganisasi akan
mengatur tata tertib kehidupan dan tata tertib perjuangan untuk memenangkan
idiologi perjuangan.

Dalam konteks pergerakan Hima Persis Tasikmalaya Raya, yang menjadi


pembeda antara Hima Persis Tasikmalaya Raya dengan Hima Persis daerah lain
adalah tentang Mutu. Mutu inilah yang menjadikan kader-kadernya mempunyai
karakter atau sifat seorang yang rela berkorban demi menegakan tanpa mengharap
pamrih, bahu membahu didalam organisasi, saling tolong menolong kepada sesama,
dan berjuang demi mencari Ridho Illahi.

Dan Mutu Hima Persis Tasikmalaya Raya adalah “ngahormat kanu janten
saluhuren, oge nyaah kanu janten sahandapen.” Dan unsur yang di pakai oleh Hima
Persis Tasikmalaya Raya bukan unsur profesionalitas melainkan unsur Kekeluargaan
yang sangat kental yang menjadikan Hima Persis Tasikmalaya Raya dapat terus
berjuang. Penulis teringat tentang perkataan Ahmad Hasan bahwasanya beliau
berkata “ Tidak ada penghidupan yang lebih baik dari hidup mengikuti tuntunan
agama, berbuat baiklah kepada siapapun, siapkanlah diri untuk menolong orang
lain, hindarilah kebencian dan perasaan susah, kita tidak perlu menjadikan lawan
kita sebagai musuh, kita harus bisa menerima kebenaran meskipun berasal dari
musuh kita, Al-Quran dan Hadits merupakan pedoman bagi hidup kita.”

Penulis teringat didalam Firmannya bahwasanya alloh berkata :

“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan jiwa-Mu di jalan Alloh, yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui” ( Q.S. At-Thaubath : 41 ).
Sebuah Gugatan Atas Gerakan Tanpa Rumusan

Dalam organisasi Hima Persis Tasikmalaya Raya keharmonisan pimpinan


perlu memperhitungkan kondisi, konstalasi dan situasi. Dimana tubuh tubuh
perjuangan bergerak sesuai dengan formula dan acuan perjuagan. Moto perjuangan
kader-kader Hima Persis Tasikmalaya Raya ditentukan dengan watak dan kepribadian
Umat yang berjuang, dan karakter juga potensi yang berbeda-beda itu di tentukan
oleh sibghah atau celupan yang di terima. Maka dari itu setiap kader harus bisa
memelihara Moto perjuangan. Dalam perjuangan Hima Persis Tasikmalaya Raya
tentu selalu mengalami pasang dan surut dalam berjuang. Jika pasang naik, hiduplah
harapan dalam hati dan perjuangan semakin semangat, dan ketika pasang surut
tempo-tempo gerakan para kader sangat kurang memadai. Tetapi itu tidak menjadikan
penghalang bagi para kader Hima Persis Tasikmalaya Raya untuk tetap kokoh
berjuang dalam menegakan suatu kebenaran.

Sebagaimana firmanya :

“ Alloh tidak melainkan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya......”


( Q.S. Al-Baqaroh : 286 )

Mengingat suatu organisasi di perlukan suatu formulasi supaya organisasi


tetap kokoh fan berjalan satu frekuensi. Penulis ingin sedikit berbagi formulasi atau
strategi menurut cara pandang orang-orang Barat. Penulis sangat termotivasi dengan
cara berfikirnya. Semoga dengan apa yang akan di bahas oleh penulis banyak yang
termotivasi, khususnya kader- kader Hima Persis Tasikmalaya Raya dan umumnya
para pembaca sebagai para generasi pejuang dalam menegakan kebenaran.

Dan pada realitasnya Hima Persis Tasikmalaya Raya mempunyai banyak


problamatika. Dan diantara sekian banyak problamatika-Nya adalah Krisis Kader dan
juga potensi dari para kader yang berbeda- beda tetapi belum satu frekuensi.

Penulis ingin membahas sedikit mengenai aliran prilaku ( Behaviorisme)1.


Behaviorisme adalah aliran psikologi yang didirikan oleh J.B.Waston. Behaviorisme
adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang
dilakukan organisme- tindakan pikiran atau perasaaan- dapat dan harus dianggap
sebagai prilaku.

1
Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa
diamati tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik
(seperti tindakan) dengan proses yang dialami secara pribadi (seperti pikiran atau
perasaan).

Penulis tidak akan lebih jauh membahas mengenai behaviorisme, tetapi


penulis akan sedikit membahas behaviorisme menurut Sumardi Suryabrata (1983).
Menurutnya ciri-ciri belajar teori Behaviorisme adalah sebagai berikut:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan (environ mentalistik)


b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan dan dalam pemecahan
problem ciri khasnya trial and eror learning.

Teori belajar Behavioristik di kelompokan menjadi 3 antara lain ialah :

a. Teori belajar koneksionisme


b. Teori belajar clasical conditioning
c. aTeori belajar descriptive behaviorism atau operant conditioning.

Penulis tidak akan membahas 3 teori belajar tersebut tetapi penulis akan
membahas mengenai teori belajar koneksinisme saja.

 Teori belajar Koneksionisme

Thondike sebagai tokoh dalam teori belajar koneksionisme adalah pe;opor


yang menakui adanya hubungan antara stimulus dan respon. Eksperimen thondinke
yang menyebabkan munculnya teori belajar koneksionisme adalah sebagai berikut :

“Kucing lapar dimaasukin ke dalam sangkar dan di luar di letakan daging,


kucing lapar ini melakukan berbagai tingkah laku untuk bisa keluar dari
sagkar, pada saat tidak sengaja dia meminjak tombol, pintu sangkar terbuka
dan kucing keluar dari sangkar untuk makan daging yang telah di sediakan.”

Setelah percobaan ini di lakukan berkali-kali ternyata tingkah laku kucing


keluar dari sangkar menjadi semakin efisien, ini berarti selama eksperimen kucing
dapat memilih atau menyeleksi respons yang berguna dan respons yang tidak
berguna. Respon yang berhasil membuka pintu, yaitu menginjak tombol akan di
ingat, sedangkan respon lain yang tidak berguna dilpukan.

Dari eksperimen ini dapat disimpulkan bila belajar dapat terjadi dengan di
bentuknya hubungan, ikatan, bond, asosiasi, atau koneksi neural yang kuat antara
stimulus dan respons. Agar tercapai hubungan antara stimulus yang tepat serta usaha-
usaha atau percobaan- percobaan(trial) dan kegagalan-kegagalan (eror) terlebih
dahulu. Dengan ini Thondike mengutarakan bila bentuk paling dasar belajar adalah
Trial and Eror kearning.

Dalam konteks Hima Persis Tasikmalaya Raya, tidak bisa di pungkiri


bahwasanya potensi dari setiap kader itu berbeda-beda. Tapi pertanyaan-Nyah
bagaimana potensi yang berbeda-beda itu menjadi satu Frekuensi, sehingga dapat
menunjang kemajuan dalam pergerakan Hima Persis Tasikmalaya Raya khususnya.

Penulis berupaya ingin membuat satu langkah strategis atau rumusan.


Menurut penulis dengan cara mengimplementasikan teori yang telah diutarakan diatas
kepada setiap kader-kader Hima. Maksud-Nya menurut pengamatan penulis ada suatu
keterkaitan tentang Teori belajar Koneksionisme kepada para kader dan perlu dicoba
untuk para kader Hima Tasik Khususnya.

Menurut Teori Thondinke tersebut agar tercapai hubungan stimulus dan


respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta usaha-
usaha dan kegagalan- kegagalan terlebih dahulu dan adapun cara atau eksperimen
menurut penulis sebagai berikut :

a. Bila seorang kader Hima Persis telah siap (berkapasitas) melakukan


suatu tindakan dan pelaksanaan tindakan tersebut memberi kepuasan
baginya, maka kader tersebut tidak akan melakukan tindakan lain
karena tindakan tersebut telah memberi kepuasan baginya.

Contoh :”Seorang kader yang sudah benar-benar siap melakukan orasi


manakala ada momentum aksi, maka dia akan sangat puas dan
benar-benar siap dalam melakukan orasi tersebut karena
sebelumnya dia sudah benar-benar di latih, dan selama aksi tersebut
dia tidak akan berusaha memberikan posisi tersebut kepada orang
lain.”

b. Bila seorang kader belum siap (berkapasitas) dalam melakukan suatu


tindakan tetapi harus melakukan-Nya, maka di laksanakan-Nya
tindakan tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan, sehingga ia
melakukan tindakan lain untuk menghalangi terlaksananya tindakan
tersebut.

Contoh :”Ketika seorang kader yang tiba-tiba di suruh oleh senior untuk
berosasi pada hari sebelum aksi, maka kader tersebut mencari-cari
alasan guna untuk menghindar dari suruhan senior-Nya tersebut
karena dia belum siap.”

Penulis teringat Hadits Nabi Muhamad SAW bahwasanya beliau berkata :

“ Apabila memberikan suatu amanah kepada yang bukan ahli-Nya maka


tunggulah kehancuran-Nya.” (H.R. Bukhori-Muslim)

c. Bila seorang kader belum siap melakukan suatu tindakan maka tidak
dilakukan-Nya tindakan tersebut akan menimbulkan kepuasan

Contoh :”Dalam momentum aksi seorang senior menyuruh junior-Nya untuk


berorasi, karena dia belum merasa belajar sehingga belum siap
melakukan apa yang disuruh senior-Nya, tatkala kader tersebut
mendengar pengumuman yang menyatakan bahwasa-Nya aksi telah
selesai dia merasa sangat puas dan tega.”

Jadi kesimpulan-Nya menurut dari beberapa contoh eksperimen yang telah


diutarakan. Bahwa-Nya menurut penulis bila contoh eksperimen pertama, haruslah
dilakukan secara berulang-ulang, dalam artian haruslah terus melatih para kader-Nya.
Dan tentunya tidak cukup dilakukan secara berulang-ulang saja, tetapi perlu adanya
evaluasi. Maka kita akan dapat menyesuaikan bakat dan kemampuan dari setiap
potensi para kader.

Sebelum penulis memungkas tulisan ini, penulis ingin mengutif perkataan dari
senior saya di Hima Persis dan juga ingin memaparkan satu puisi yang di karangnya
sendiri.

Menurut Tuan Adi Tahir Nugraha2 “Berjuanglah untuk banyak orang


sekelipun mereka tidak menganggapmu ada, berjuanglah dengan darah yang
mendidih, berjuanglah dengan keringat yang membanjiri tubuh, berjuanglah seolah

2
Dalam buku Memoar Merah karya Hima Persis Jawa Barat. Hal 183
kau menapakan kakimu di bara api, berjuanglah dengan kepalan tangan, berjuanglah
dengan tetap mengencangkan perut dengan ikatan, berjuanglah dengan mengokohkan
pundak, berjuanglah dengan kepala yang tetap merunduk, berjuanglah dengan hati
yang ikhlas, berjuanglah walau sendirian, dan berjuanglah untuk masa depan
peradaban.”

Terik-Nya mentari menyentuh kalbu

Tak terasa angin merambah raasa

Hanya terasa peluh merambah jiwa

Kucoba melangkah kesana

Tak jua ku temukan suatu hal

Kulangkahkan kembali kaki-ku

Tapi ku masih tak temukan sesuatu itu

Kesejahteraan tinggalah angan

Keadilan hanyalah khayal

Kemerdekaan telah terjajah

Yang tersisa hanya kebodohan

Demikan yang bisa saya karang tentang Arang Habis Besi Binasa : “Sebuah
Gugatan atas Gerakan Tanpa Rumusan”. Mohon maaf apabila banyak kekurangan
karena keterbatasan ilmu yang saya dapat dan yang saya baca dari buku-buku serta
pengalaman yang ada.

Anda mungkin juga menyukai