Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PRINSIP DAN SISTEM NILAI DAN ASUMSI

Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Pratikum Dinamika Kelompok


Dosen Pengampu : Co.Ass

Disusun oleh :
Afifudin
Dicky Bagus
M. Faisal Bahri
Erlina Arrafi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah


mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berharga ini.
Penulis menyusun makalah yang berjudul “Prinsip dan sistem nilai dan asumsi”  ini
banyak mengalami hambatan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Co.Ass
selaku dosen pengampu  pratikum Dinamika Kelompok yang telah memberikan penjelasan
sehingga makalah ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini masih ada kekurangan dan
kelemahan. Penulis menyusun makalah ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai
sumber .
Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnannya dimasa
yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah  ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember,  19 Maret 2020


     Penulis

                                                              

i
DAFTAR ISI

         
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
      BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
      1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
      1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
      1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
     
       BAB II  PEMBAHASAN..................................................................................................2
       2.1 Prinsip Dinamika Kelompok.......................................................................................2
       2.2 Sistem Nilai dan Asumsi.............................................................................................4
              

       BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

3.1   Simpulan ....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah &
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Dalam  kelompok terdapat juga kelompok yang bernama kelompok teman sebaya
(peer group) dan kelompok masyarakat (community). Dalam penerapannya kelompok
tersebut terbentuk mulai dari kelompok informal organisasi. Dan kelompok tersebut juga
dapat membantu untuk memberikan informasi bagi orang tua, guru bahkan masyarakat.
Dengan kelompok tersebut baik peer group maupun community mampu mengajak individu
untuk mencapai ketergantungan satu dengan yang lain, sehingga mampu mencapai tujuan
bersama-sama.
Dimulai pada masa anak-anak, sebagian besar manusia membangun pertemanan
dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan seperti ini
cenderung terdiri dari rasa saling suka yang di dasarkan pada afek positif (lydon, Jamieson, &
Holmes, 1997). Secara umum memiliki teman adalah positif sebab teman dapat
mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa
memiliki efek negatif jika mereka antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau
tidak stabil (Hartup & Stevens, 1999).

1.2              Rumusan Masalah
1.       Apa saja prinsip dinamika kelompok ?
2.       Apa yang di maksud sistem nilai dan asumsi ?

1.3              Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui prinsip dinamika kelompok.
2.      Untuk mengetahui apa keitu sistem nilai dan asumsi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain
yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok
juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-
ubah.
Untuk dapat menjalankan tujuan kelompok, dan agar terjadinya sebuah kelompok yang
sehat dalam artian memiliki hubungan yang baik antar anggota kelompok perlu adanya
sebuah prinsip-prinsip dasar sebagai berikut.

1. Suasana (atmosphere)
Yang dimaksud suasana adalah bahwa suasana kerja di tempat kelompok itu
berada sebaiknya memberikan kesan kepada semua anggota bahwa mereka dianggap
setaraf. Tidak ada seorang anggota yang diperlakukan berbeda (kurang baik) dari
anggota lainnya. Termasuk dalam prinsip suasana ini adalah tempat duduk semua
anggota sebaiknya sama, tidak ada kursi istimewa dan tempat duduk sebaiknya
saling berhadapan, jadi bukan seperti ruang kelas semua duduk membelakangi orang
lain. Jumlah anggota kelompok sebaiknya antara 10-15 orang, karena untuk
mengetahui keikutsertaann dalam kegiatan.

2. Rasa aman (threat reduction)


Antar anggota kelompok sebaiknya bekerja dengan rasa aman, tidak terdapat
ancaman dari salah seorang anggota terhadap anggota yang lain. Kecurigaan antara
yang satu dengan yang lain akan menghambat produktiifitas kelompok karena
kecurigaan dan ketakutan menyebabkan seseorang tidak lagi ikut serta dengan
seluruh kemampuannya.

3. Kepemimpinan bergilir (distrributive leadership)

2
Kelompok-kelompok sebenarnya dapat bekerja tanpa adanya pemimpin yang
resmi, dan tugas-tugas kepemimpinan itu dapat dilakukan juga oleh anggota-anggota
lainnya dalam kelompok. Dalam kepemimpinan yang bergilir itu, kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri dan kepada kemampuan anggota lain makin bertambah
karena masing-masing sudah saling mengenal dalam tugas kewajibannya yang
serupa yaitu dalam memimpin.

4. Perumusan tujuan (goal formulatioon)


Banyak organisasi yang berjalan atas dasar kebiasaan dan rutinitas tanpa ada
kesadaran jelas mengapa dan untuk apa sebenarnya organisasi itu berdiri. Organisasi
yang ingin bekerja dengan produktif senantiasa sadar akan tujuannya, dan setiap
anggota organisasi itu sebaiknya menanyakan kepada dirinya untuk apa dia
bergabung dalam organisasi tersebut dan apakah kegiatannya disana yang sebaiknya
dilakukannya. Perumusan tujuan dalam suatu kelompok biasanya tertuang dalam visi
misi kelompok.
Jadi, dalam suatu kegiatan kelompok tidak asal kegiatan yang berjalan tanpa
adanya tujuan yang jelas, namun disini memiiliki tujuan yang jelas dan sesuai
dengan aturan.

5. Fleksibilitas (fleksibility)
Maksud fleksibilitas adalah bahwa dalam perencanaan kegiatan kegiatan
kelompok itu harus cukup mengandung fleksibilitas sehingga masih dapat
dilaksanakan juga apabila keadaan-keadaannya sudah berubah, baik keadaan-
keadaan di luar kelompok maupun keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan
dari anggota kelompok itu sendiri. Apabila ada suatu hambatan atau apapun,
kegiatan bisa tetap berjalan dan mengikuti situasi dan kondisi.

6. Mufakat (consensus)
Prinsip ini sudah kita kenal pada kehidupan beroganisasi di Indonesia, yaitu
dalam bentuk musyawarah dan mufakat. Dalam kelompok yang ingin bekerja secara
efektif sebaiknya diambil jalan bermufakat yaitu setelah diadakan pertimbangan
cukup lama bahwa semua anggota pada akhirnya memufakati salah satu jalan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut.

3
7. Kesadaran kelompok (process awareness)
Oleh tim peneliti dikemukakan bahwa orang-orang yang bekerja dalam
kelompok lambat laun akan lebih sadar dan lebih mudah mengerti akan kebutuhan-
kebutuhan anggota-anggota kelompok masing-masing dalam peranannya dalam
kelompok itu, dan memahami kebutuhan akan rekan-rekan dan dirinya sendiri dalam
dalam timbal baliknya hubungan anggota kelompok. Anggota-anggota kelompok
harus belajar mengerti dan merasakan keperluan-keperluan kawan anggotanya,
apabila anggota kelompok ingin bekerja secara efektif.

8. Evaluasi yang sinambung (continual evaluation)


Sebagai prinsip terakhir, dianggap perlu bahwa setiap kelompok yang sehat
mengadakan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan kelompok, yaitu apakah kegiatan-
kegiatan tersebut sesuai dengan keinginan-keinginan anggota kelompok. Evaluasi
kegiatan kelompok sebaiknya diadakan terus menerus secara kritis. Evaluasi juga
harus berkesinambungan, sehingga anggota kelompok berminat dan mendukung
kegiatan kkelompok tersebut.

2.2 Sistem Nilai dan Asumsi


Untuk memperlancar kerja sama, seorang Pimpinan perlu mengenali “SINA” rekan
kerja dan bawahanya. Butir “SINA” yang terutama perlu dikenali adalah yang bersangkutan
dengan Citra Diri dan Orientasi Ambisi. Dengan mengenal orientasi ambisi seseorang kita
dapat lebih lebih tepat meramalkan tindakan-tindakannya. Kita juga dapat lebih mudah
mencari kemungkinan-kemungkinan yang sesuai dengan kepentingan perusahaan, tetapi tidak
bertentangan dengan kepentingan individu.

Sistem nilai dan asumsi (SINA) adalah penafsiran subyektif seseorang terhadap
realitas (baik yang menyangkut diri sendiri maupun yang berkaitan dengan lingkungannya)
dan berisi kumpulan keyakinan seseorang tentang benar – salah, baik – buruk, penting – tidak
pentingnya hal-hal tertentu dalam hidupnya. Jika seseorang menganggap bahwa kebahagian
di akhirat lebih penting daripada kesenangan di dunia, maka anggapan ini merupakan bagian
dari SINA nya.

Singkatnya, SINA adalah kumpulan dari hal-hal yang oleh orang yang bersangkutan
dipercaya sebagai suatu kebenaran.

4
SINA adalah salah satu komponen yang sangat mempengaruhi pengenalan terhadap diri
seseorang.

Nilai adalah segala sesuatu yang mendasari seseorang atau masyarakat dalam
memberikan penilaian baik – buruk, indah – jelek, bersih – kotor, bernilai – tidak berharga,
benar – salah, diinginkan – tidak diinginkan (Lusting M.W).

Fungsi Nilai adalah memberikan patokan atau kriteria dalam mengarahkan tindakan,
pendapat, pilihan sikap, penilaian, argumen, rasionalisasi, alasan dan sebagainya.
Sistem nilai adalah perangkat nilai-nilai yang diterima oleh seseorang atau masyarakat.
Berdasarkan tingkat keyakinan dalam SINA dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Tingkat DUGAAN : adalah hal-hal yang oleh orang yang bersangkutan disadari
sebagai hanya dugaan yang tidak mempunyai bukti-bukti. SINA pada tingkatan ini
sangat mudah berubah.
2. Tingkat KESIMPULAN : adalah hal hal yang di percaya oleh orang yang
bersangkutan sebagai hasil penalaran. Yang bersangkutan merasa punya cukup bukti
untuk memiliki SINA seperti itu. SINA pada tingkatan ini masih mungkin berubah
jika yang bersangkutan mendapatkan bukti-bukti yang bertentangan dengan
kesimpulannya.
3. Tingkat KEYAKINAN : adalah hal hal yang tidak diragukan kebenarannya, bahkan
jika yang bersangkutan tidak memiliki bukti-bukti yang mendukung anggapannya ini.
Bahkan jika ada bukti-bukti yang bertentangan dengan anggapannya ini, ia cenderung
menyangkal bukti ini. SINA pada tingkatan ini sangat sulit berubah.

SINA mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


 Berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya
 Berisikan hal-hal logis, namun dapat juga berisikan hal-hal tidak logis
 Tidak selamanya merupakan pemikiran yang rasional
 Bisa saling bertentangan pada satu orang yang sama

SINA terbentuk dari:


 Pengalaman sendiri dan orang lain
 Renungan
 Pemikiran

5
Pengelompokan butir-butir SINA, yaitu:
 Citra diri
 Orientasi ambisi
 Cara memandang nasib
 Asumsi tentang hakikat manusia
 Asumsi-asumsi lainnya

Butir-butir SINA yang penting untuk kepentingan praktis yaitu Orientasi ambisi dan
Citra diri.
Yang dimaksud dengan orientasi ambisi adalah tujuan psikologis yang ingin dicapai
seseorang melalui pencapaian keinginan-keinginan kongkritnya. Pada umumnya walaupun
seseorang menginginkan bermacam-macam hal konkrit yang berbeda-beda, namun biasanya
keinginan-keinginan konkrit tersebut didasari oleh suatu tujuan psikologis yang sama.

Contoh:
Orang yang punya bermacam-macam keinginan konkrit seperti makanan yang enak,
istirahat yang tenang, kemudahan-kemudahan dalam melakukan perjalanan, dsb. Keinginan-
keinginan ini kelihatannya berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi kalau diperhatikan,
semuanya memiliki persamaan, yaitu semua keinginan itu mengarah pada “kenikmatan
hidup”. Kenikmatan hidup inilah yang disebut sebagai ”orientasi ambisi” dari orang yang
bersangkutan.
Sedangkan Citra diri adalah bagian dari SINA yang berisi anggapan dan keyakinan
seseorang tentang statusnya, haknya, kewajibannya, kemampuannya, penilaian orang lain
tentang dirinya, dan lain-lain yang berhubungan dengan dirinya. Singkatnya, citra diri adalah
jawaban seseorang terhadap pertanyaan “SIAPA SAYA ?”. Salah satu bagian citra diri yang
perlu dibahas untuk kepentingan kerja sama adalah bagian yang berisikan anggapan dan
keyakinan seseorang tentang peran dan fungsinya dalam kelompok kerja di mana ia
bergabung. Bagian ini disebut sebagai role-perception. Isinya adalah dugaan, anggapan dan
keyakinan orang yang bersangkutan tentang hal-hal yang harus ia lakukan dan dapat ia tuntut
sehubungan dengan peran yang dijalankannya. Role perception yang dimiliki seseorang
belum tentu sama dengan anggapan/keyakinan rekan-rekannya yang lain.
Anggapan atau keyakinan yang dimliki orang lain tentang hak dan kewajiban
pemegang peran tertentu disebut sebagai role–expectation. Adanya perbedaan antar

6
“role-perception” dan “role expectation” inilah yang sering mengakibatkan timbulnya
kesalahpahaman dalam suatu kelompok kerja.

Apa peran SINA dalam kerja sama yang perlu diperhatikan?


Perbedaan SINA yang ada diantara orang –orang yang sedang bekerja sama biasanya
akan merupakan penghambat bagi lancarnya kerja sama itu. Oleh karena itu orang-orang
yang tergantung dalam kelompok yang bekerja sama harus berusaha untuk bertukar pikiran,
supaya bisa dicapainya persamaan pendapat mengenai hal-hal yang penting bagi kerja sama
itu. Penyesuaian pendapat ini mungkin saja tercapai , sebab:
1. Butir-butir SINA terutama yang berada pada tingkat dugaan masih mungkin
mengalami perubahan. Dengan adanya butir-butir SINA yang berubah pada masing-
masing orang, bisa tercapai penyesuaian pendapat diantara mereka.
2. Tidak semua butir-butir SINA ada kaitannya dengan kerja sama yang berlangsung.
Perbedaan butir SINA yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan, tidak akan
menghalangi kerja sama antara orang-orang yang sedang memperbaiki kinerja
PERTAMINA menuju world class, misalnya.
Kerja sama baru terganggu, bila butir SINA yang berbeda adalah butir-butir mengenai
cara terbaik dalam menyelesaikan tugas mereka. (edj)

7
BAB III
PENUTUPAN
3.1       Simpulan

8
DAFTAR PUSTAKA

SYAMSUL HADI. (2017). DINAMIKA KELOMPOK Sebuah Tinjauan Pustaka Perspektif Pembangunan
Masyarakat Petani , 1-218.

https://shippingtransformation.wordpress.com/2010/01/11/peran-sistem-nilai-dan-asumsi-sina-
dalam-kerja-sama-tim/

Anda mungkin juga menyukai