Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

MUH. ABDUH RAZAK

RAMZY DE LAINDI

LAKSAMANA ASHARI

SRI FILAWATI

MUH. HAIKAL

SARDIN

MILYANI

SALMAWATI

RUSMIATI A. LA MARAE

SITTI ZESIKA

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji dan syukur kami


panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya kami
selaku kelompok dua mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisasi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Dr. Wahyuniati Hamid, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Dengan Makalah yang berjudul "DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK" yang
disusun oleh kami selaku kelompok dua untuk memenuhi tugas mata kuliah
perilaku organisasi. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
dapat memperluas pemahaman tentang dasar-dasar perilaku kelompok. Kami pun
mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun agar
makalah ini jauh lebih baik kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 3
BAB I.............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang........................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Kelompok..................................................................................................................6
2.2  Klasifikasi Kelompok................................................................................................................. 7
2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok.........................................................................10
2.4 Hal-hal Mengenai Kelompok ( Peran,Norma,Status,Ukuran,dan Kekohesifan)12
2.5  Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok....................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................................... 18
KESIMPULAN........................................................................................................................................... 18
SARAN......................................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam


berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam
organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada
umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil
adalah sangat kuat kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam
kelompok – kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan
yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali
adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama
lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya
perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang
selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam
bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku
kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari
manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok
merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi
manakala aktifitas akan bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu
capaian yang di inginkan bersama.
Kelompok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa
mempengaruhi prilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Perilaku
organisasi adalah lebih dari sekedar kumpulan logika dari perilaku individu.
Juga prilaku kelompok yang juga berinteraksi dan aktivitas dalam kelompok.
1.2 Rumusan masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan Kelompok?


2.    Apa Saja Klasifikasi Kelompok?
3.    Apa Saja Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok?
4.    Apa Saja Hal-Hal Mengenai Kelompok ?
5.    Bagaimana Cara dalam Pengambilan Keputusan Kelompok?

1.3 Tujuan

1.    Mengetahui Pengertian Kelompok.


2.    Mengetahui Klasifikasi Kelompok.
3.    Mengetahui Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok.
4.    Mengetahui Hal-Hal Mengenai Kelompok.
5.    Mengetahui Pengambilan Keputusan Kelompok.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelompok
Pengertian Kelompok menurut beberapa ahli, diantaranya:
 Menurut Schermerhorn,
Kelompok adalah Suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja
dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan
umum
 Menurut Greenberg dan Baron
kelompok adalah Sekumpulan dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dengan pola hubungan yang tetap dan saling berbagi tujuan, dan
menganggap mereka sebagai suatu kelompok
 Menurut Kreitner dan Kinicki
kelompok adalah Sekumpulan orang dengan keahlian yang beragam, dimana
mereka sepakat dalam suatu kegunanaan, tujuan dan pendekatan.

Sehingga dapat didefinisikan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih
yang berinteraksi dan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
tertentu.Kelompok dapat berupa kelompok formal dan nonformal.
Secara formal kelompok adalah kelompok yang didefinisikan oleh struktur
organisasi dan penugasan kerjanya berdasarkan penunjuk penugasan
kerja.Sebaliknya kelompok informal adalah perhimpunan yang tidak terstruktur
secara formal maupun organisasional.
2.2  Klasifikasi Kelompok
Suatu organisasi dapat didirikan oleh sedikitnya dua orang. Kelompok yang
terdiri atas hanya dua orang saja disebut dyads dan yang terdiri atas tiga orang saja
disebut tryads. Didalam suatu keompok belum tentu para anggota mempunyai
atribut (sifat-sifat, ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai
kesamaan atribut disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih
berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan
tertentu.

Kelompok dapat dibedakan ke dalam berbagai macam, tergantung pada sudut,


pensifatan, tugas, atau pandangan:

 Kelompok formal (formal group),


Kelompok formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan
manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu keputusan
manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas secara
efisien dan efektif.
 Kelompok informal (informal group)
Kelompok formal adalah kelompok yang tidak dibentuk secara formal melalui
struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak
sosial.
 Kelompok komando (command group)
Kelompok komando adalah bagian dari kelompok formal. Kelompok
komando memiliki definisi yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan
organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi.
 Kelompok tugas (task group)
Kelompok tugas adalah suatu kelompok yang bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas juga
termasuk bagian dari kelompok komando.
 Kelompok persahabatan
Kelompok persahabatan merupakan bagian dari kelompok informal.
Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu
hal.
 Kelompok kepentingan
Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang berafiliasi untuk
mencapai sasaran yang sama. Kelompok ini juga termasuk kedalam kelompok
informal.

Namun secara garis besar kelompok itu hanya terbagi menjadi 2 saja, yaitu
kelompok formal dan kelompok informal.

A.    Kelompok Formal


Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal
group) adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran
dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal:
kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok
formal: peraturan-peraturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya
ditentukan oleh organisasi dalam ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command
group) dan kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro,
fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan
tinggi atau departemen yang ada dalam perusahaan.
Anggota kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Panitia penerimaan
mahasiswa baru, panitia ujian semester, panitia wisuda, dan lain-lain yang
dilakukan oleh perguruan tinggi atau satuan tugas yang dibentuk oleh manajer
perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10%
misalnya contoh dari kelompok tugas.

B. Kelompok Informal
Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap
organisasi. Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan
organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai
subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok
informal yang terdiri dari para manajer disamping kelompok-kelompok informal
yang terdiri dari para pekerja non-pengawas.
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan
kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya
kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan,
jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.
Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai
sasaran yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan
organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan para
pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan kesempatan untuk
memuaskan kebutuhan–kebutuhan sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang serta
pembinaan atau pendidikan.
Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku
sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh
organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk
mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi kerja.
Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber pengaruh atas
perilaku dan  pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan dalam studi
Hawthorne tahun 1930-an. Salah satu diantara studi tersebut  (Bank Wiring Room),
sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan menyorder panel telepon diteliti
dalam kurun waktu beberapa bulan.

2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok


Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam
evolusi mereka. Kita menyebut model ini model lima tahap perkembangan
kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok
mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna
untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan
model umum yang terdiri atas lima tahap tersebut dan sebuah model alternatid
untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggar waktu.

1. Tahap Pembentukan (forming)


Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan
kepemimpinan kel mpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk
menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para
anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

2. Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)


Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan
kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang
diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat
konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini
selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam
kelompok tersebut.

3. Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan
kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa
yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming
stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok
telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku
anggota.

4. Tahap Performing (Berkinerja)


Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi
kelompok  telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi
mengerjakan tugas yang ada.

5.   Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)


Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap
terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas
sementara, dan kelompok -kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas
untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini
bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam persahabatan dan
pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.
Kebanyakan orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut
berasumsi bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok
tersebut bergerak melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin secara benar,
apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang
dikenali oleh model ini. Di bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin
baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk
menemukan situasi di mana kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan
lebih baik dibandingkan mereka yang berada pada Tahap III dan IV. Dengan cara
serupa, kelompo – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas dari satu tahap ke
tahap selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan
pada waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang mengalami konflik dan
tampilan waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap
sebelumnya. Jadi, pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak
mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat
atau bahwa tahap IV selalu yang paling diinginkan.

Masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah
pesawat terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling
mengenal yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi
sebuah kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat
yang melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan atauran, definisi
tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok
tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya,
memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan
model lima tahap.

2.4 Hal-hal Mengenai Kelompok ( Peran,Norma,Status,Ukuran,dan


Kekohesifan )
1. Peran
Peran adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Pemahaman perilaku peran
secara dramatis akan disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih satu
peran dan memainkannya secara teratur dan konsisten.
 Identitas peran.
Ada sikap dan perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan peran dan
menciptakan identitas peran. Orang mempunyai kemampuan untuk dengan
cepat beralih peran bila mereka menyadari bahwa situasi dan tuntutannya
jelas-jelas membutuhkan perubahan besar.
 Persepsi Peran
Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak
dalam situasi tertentu disebut persepsi peran. Berdasarkan penafsiran atas
bagaimana kita meyakini bagaimana seharusnya perilaku kita, kita terlibat ke
dalam tipe-tipe perilaku tertentu.
 Pengharapan Peran
Pengharapan peran didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini apa
seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu. Bagaimana anda
berprilaku, sebagian besar ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam
konteks tindakan anda.
 Konflik Peran.
Bila individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya
adalah konflik peran. Konflik ini muncul bila individu menemukan bahwa
patuh pada tuntutan satu peran menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi
tuntutan peran lain. Dalam keadaaan ekstrem, itu akan mencakup situasi di
mana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan.

2.    Norma
Semua kelompok telah menegakkan norma, yaitu standar perilaku yang dapat
diterima yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Norma ini
memberitahu para anggota apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan
pada situasi dan kondisi tertentu. Dari titik pandang individu, norma itu
mengatakan apa yang diharapkan dari anda dalam situasi tertentu. Bila
disepakati dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai alat untuk
mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan pengawasan eksternal yang
minimal. Norma berbada di antara kelompok-kelompok, komunitas dan
masyarakat, tetapi semuanya mempunyai norma.
3.   Status
Status yaitu posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan ke
kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.
-   Status dan Norma.
Telah ditunjukkan bahwa status mempunyai beberapa pengaruh yang menarik
terhadap kekuatan norma dan tekanan untuk penyesuaian. Orang-orang
berstatus-tinggi juga lebih mampu bertahan terhadap tekanan konformitas dari
rekan sekerja mereka dibandingkan dengan status lebih-rendah. Individu yang
dinilai tinggi oleh kelompok kerja tetapi tidak banyak memerlukan atau
mempedulikan imbalan sosial yang diberikan oleh kelompok secara khusus akan
mampu memperhatikan secara minimal norma-norma konformitas.
- Kesetaraan Status.
Penting bagi anggota kelompok untuk meyakini bahwa hierarki status itu setara.
Jika dipersepsikan adanya kesetaraan, terciptalah ketidakseimbangan yang
terjadi dalam berbagai jenis perilaku korektif.
- Status dan Budaya.
Pentingnya status bervariasi di antara berbagai budaya. Prancis misalnya, sangat
sadar status. Selain itu, negara-negara berlainan mengenai kriteria yang
menciptakan status. Pesannya di sini adalah untuk memastikan bahwa anda
memahami siapa dan apa yang menentukan status bila berinteraksi dengan orang
dari budaya yang berbeda dari budaya anda.
4. Ukuran.
Apakah ukuran kelompok mempengaruhi perilaku keseluruhan kelompok itu?
Jawaban atas pertanyaan itu adalah “Ya” definitif, tetapi efeknya bergantung pada
variabel bergantung mana yang anda perhatikan.
Bukti-bukti misalnya menunjukkan, misalnya, bahwa kelompok kecil lebih cepat
menyelesaikan tugas daripada kelompok besar. Tetapi jika kelompok itu bekerja
dalam pemecahan masalah,  kelompok besar secara konsisten mendapat nilai
yang lebih baik daripada kelompok yang kecil.
5.   Kekohesifan
Tingkat dimana para anggota kelompoksaling tertarik satu sama lain dan
termotivasi untuk tinggal didalam kelompok tersebut.Berbagai penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa hubungan kekohesifan dan produktivitas
bergantung pada norma-norma terkait kinerja yang ditetapkan oleh kelompok.

2.5  Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok


Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan
tak terprogram, yaitu:
· Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok
memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.
· Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok akan
merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.
· Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut
pandang lebih unggul dibanding individu.
· Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya
menghasilkan penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan
kelompok juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi
bersama.
· Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya
dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk
implementasi keputusan kelompok.
Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok
dibandingkan dengan keputusan individual, antara lain:
1.  Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun
banyak pengalaman dan pandangan daripada seorang.
2.  Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak
dalam jumlah dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan.
Lebih-lebih lagi kelompok itu terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang
pengalaman.
3. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan
kelompok lebih menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga
keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari banyak
orang.
4. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan
kelompok lebih sesuai dengan hak demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh
manajer untuk mengambil keputusan sendiri, maka mengambil kebijaksanaan
untuk memberi kesempatan kepada orang lain yang ahli untuk turut mengambil
kebagian dalam pengambilan keputusan, adalah merupakan upaya meningkatkan
legistimasi orang lain.

Selain memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga tidak


lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya adalah:
1.  Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang panjang,
banyak waktu dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri
oleh manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.
2.  Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua
kepentingan dalam organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang saja.
Kesempatan ini oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk memenangkan
kepentingan orang-orangtertentu dalam organisasinya yang sengaja atau tidak
sengaja diwakilinya. Ada kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang
terbanyak.
3.  Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang
mempunyai pengaruh dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan
kehendaknya.
4.  Tanggung jawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang
bertanggung jawab, tapi pada keputusan kelompok dari mereka (para anggota)
tidak bisa dimintai pertanggung jawaban perorangan. Tanggung jawab perorangan
luluh dalam tanggung jawab bersama.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Perilaku kelompok merupakan respon – respon anggota kelompok terhadap
struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok
memasuki dunia organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah kemampuan,
kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya.
Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula
terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja
maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.
Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan
diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan
umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk
mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.

SARAN
Sebaiknya setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah
organisasi baik itu organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan
keadaan organisasi tersebut dan hanya mempertahankan prilaku yang baik saja
sewaktu berada dalam kelompok ke dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA.

https://prezi.com/w7ggvyyvxoqq/pondasi-perilaku-kelompok-dan-kerjasam-tim-
kerja/.

http://lukmancoroners.blogspot.co.id/2010/06/kelompok-dan-tim-kerja.html.
.
http://anthoposthink02.blogspot.co.id/2014/02/makalah-prilaku-organisasi.html

http://hanifsky.blogspot.co.id/2012/04/alasan-alasan-terbentuknya-suatu.html

http://kumpulan-materi.blogspot.co.id/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-
kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai