Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Dasar-dasar “Group Behavior” dan Pengertian “Work Team”

Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Perilaku Organisasi


dengan Dr. Tinik Sugiati S.Pd., M.M. sebagai Dosen pengajarnya.

Disusun oleh :
 Juan Apriadi (1810312110045)
 Muhammad Yaasiin Rahmatulloh (1810312210017)
 Muhammad Zein Al Maldini (1810312210031)
 Rahmat Rizki Anugrah (1810312210033)

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat pertolongan-Nya jualah kami dapat menyusun makalah ini dan dapat
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas salah satu bagian dari pelajaran
Perilaku Organisasi, yaitu tentang Dasar-dasar “Group Behavior” dan Pengertian
“Work Team”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai pembuat sangat menyadari
bahwa makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan baik dalam penempatan kata,
ejaan, maupun cara penyusunannya. Untuk itu, kami sebagai pembuat sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada kesempatan
yang akan datang.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberi ilmu,
informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarmasin, April 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar isi ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah. 2

1.3 Tujuan Pembelajaran 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar dari Perilaku Kelompok 3

2.1.1 Mendefinisikan dan Mengklasifikasikan Kelompok 3

2.1.2 Tahap-Tahap dalam Pengembangan Kelompok 4

2.1.3 Properti Kelompok 5

2.1.4 Pengambilan Keputusan Kelompok 11

2.2 Tim Kerja 14

2.2.1 Definisi Tim Kerja 14

2.2.2 Tipe -Tipe Tim 14

2.2.3 Menciptakan Tim-Tim yang Efektif 15

2.2.4 Proses Tim 19

BAB III

3. Kesimpulan 24

DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia
dalam berbagai kegiatan apapun akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam
organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada
umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil
adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-
kelompok tertentu. Di mulai adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan,
kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya kesamaan
kesenangan bersama, maka timbulah kedekatan satu sama lain, mulailah mereka
berkelompok dalam organisasi tertentu.
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan
meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi,
yang selanjutnya akan membentuk perilaku kelompok. Salah satu topik menarik
dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai
perilaku kelompok, dan kerja tim.Kelompok dapat mengubah motivasi individu
atau kebutuhan, dan bisa mempengaruhi perilaku individu dalam satu kondisi
organisasi. Perilaku kelompok adalah lebih dari sekedar kumpulan logika dari
perilaku individu.
Dalam kegiatan kelompok tentu sangat dibutuhkan tim kerja, dalam
definisi singkat tim kerja merupakan serangkaian nilai, sikap, dan perilaku dalam
sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiir dari sekumpulan orang dengan gaya,
sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan
potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Untuk
mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap-sikap positif seperti
kebiasaan mendengarkan, dan memberikan dukungan kepada anggota yang lain
sehingga terciptanya komunikasi yang baik. Sebuah team work akan menjadi
penentu mulus atau tidaknya perjalanan organisasi. Sebab itu sangat diperlukan
adanya kerjasama dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian.

1
1.2 Rumusan Masalah :

1. Apa definisi dari kelompok ?


2. Apa saja syarat terbentuknya sebuah kelompok ?
3. Apa saja tipe-tipe kelompok ?
4. Apa definisi dari kerja tim ?
5. Apa saja tipe-tipe tim kerja ?

1.3 Tujuan Pembelajaran :

1. Mengetahui definisi dari kelompok


2. Mengetahui apa saja syarat terbentuknya sebuah kelompok
3. Mengetahui apa saja tipe-tipe kelompok
4. Mengetahui definisi dari kerja tim
5. Mengetahui tipe-tipe tim kerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar dari Perilaku Kelompok

2.1.1 Mendefinisikan dan Mengklasifikasikan Kelompok

Kelompok adalah sebagai dua individu atau lebih yang saling


berinteraksi dan saling bergantung, yang datang bersama sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal.
Sebuah kelompok formal didefinisikan melalui keberadaan struktur
organisasi, dengan penugasan kerja yang diterapkan untuk menentukan
tugas tugas. Dalam kelompok formal, perilaku anggota tim yang terlibat
akan diterapkan dan diarahkan pada tujuan tujuan organisasi. Sebaliknya,
kelompok informal adalah yang tidak diterapkan struktur secara formal atau
tidak ditentukan secara organisasional. Kelompok kelompok informal
adalah susunan yang terbentuk secara alamiah dalam lingkungan kerja yang
Nampak sebagai tanggapan atas kebutuhan kontak sosial.

Kecenderungan kita untuk mengambil kebanggan personal atau


pelanggaran atas prestasi sebuah kelompok merupakan ranah teori identitas
sosial. Teori identitas sosial mengusulkan bahwa orang orang memiliki
reaksi emosional pada kegagalan atau keberhasilan dari kelompok mereka
karena penghargaan diri terikat ke dalam kinerja kelompok. Identitas sosial
membantu kita dalam memahami siapa kita dan dimana kita cocok dengan
orang lain. Kapan orang orang akan mengembangkan identitas sosial ?.
Berikut beberapa karakteristik yang membuat identitas sosial menjadi
penting bagi seseorang:

a. Kesamaan. Tidak mengejutkan orang orang yang memiliki nilai atau


karakteristik yang sama sebagaimana para anggota kelompok lainnya dari
organisasi mereka memiliki level identifikasi kelompok yang lebih tinggi.

b. Keunikan. Orang cenderung memperhatikan identitas yang


memperlihatkan bagaimana mereka berbeda dari kelompok lainnya.

3
c. Status. Oleh karena orang menggunakan identitas untuk mendifinisikan
diri mereka sendiri dan meningkatkan penghargaan, maka orang akan
cenderung lebih mengaitkan diri mereka sendiri dengan kelompok yang
memiliki satus tinggi

d. Penurunan yang tidak pasti

2.1.2 Tahap-Tahap dalam Pengembangan Kelompok

1. Model Lima Tahap

Model lima tahap mencirikan kelompok yang berjalan melalui tahapan yang
unik, yaitu membentuk mempeributkan, menyusun norma, bekerja dan
membubarkan.

a. tahap membentuk (forming stage), digolongkan sebagai sejumlah besar


ketidakpastiaan mengenai tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok.
Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa diri sendiri
sebagai bagian dari sebuah kelompok.

b. tahap mempeributkan (storming stage) adalah salah satu konflik


intrakelompok. Para anggota menerima keberadaan kelompok tetapi
menentang hambatan yang memaksa pada individualitas. Ketika tahap ini
selesai akan terbentuk suatu hierarki kepemimpinan yang relatif jelas dalam
kelompok

c. Tahap Penyusunan norma (norming stage), ketika hubungan yang dekat


akan berkembang dan kelompok akan menunjukkan kekompakan dan
terdapat rasa identitas kelompok yang kuat dan persahabatan.

d. tahap Mengerjakan (perfoming), struktur pada poin ini sepenuhnya


fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari mengenal
dan memahami satu sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada.

e. tahap membubarkan (adjouring stage) adalah tahapan untuk mengakhiri


kegiatan dan mempersiapkan diri untuk pembubaran. Bagi kelompok kerja
yang permanen, mengerjakan adalah tahap akhir dalam pengembangan,
namun untuk komite-komite, satuan tugas, tim dan kelompok sama yang

4
bersifat sementara yang memiliki tugas yang terbatas untuk mengerjakan
maka tahap pembubaran akan berada pada tahap terakhir.

2. Model altenatif untuk kelompok bersifat sementara

Kelompok yang bersifat sementara dengan tenggat waktu yang tidak


mengikuti model lima tahap mengindikasikan bahwa mereka memiliki
urutan tindakan yang unik sendiri seperti :

 Pertemuan pertama mereka menetapkan arah kelompok


 Fase pertama aktivitas kelompok adalah salah satu dari inersia
 Suatu transisi terjadi tepat ketika kelompok telah terpakai setengah dari
waktu yang ditetapkan
 Transisi ini memprakarsai perubahan besar
 Fase kedua dari inersia mengikuti transisi, dan
 Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh aktivitas yang akselerasikan

Pola ini dinamakan model kesetimbangan berselang (punctuated


equilibrium model)

2.1.3 Properti Kelompok

Kelompok kerja bukanlanlah tidak terorganisir oleh massa, mereka memiliki


property membentuk perilaku para anggota dan membantu menjelaskan
serta memprediksi perilaku individu di dalam kelompok sama halnya
dengan kinerja kelompok itu sendiri. Beberapa dari property ini adalah
peranan, norma, status, besaran, kekompakan, dan keragaman.

1. Peran

Semua anggota kelompok adalah para actor dimana masing masing


memainkan sebuah peran. Dari istilah itu, dapat diartikan peran sebagai
serangkaian pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang
menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial. Dalam peran, terbagi lagi
menjadi beberapa bagian seperti :

5
a) Persepsi Peran.
Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak dalam
suatu situasi tertentu adalah persepsi peran. Kita mendapatkan persepsi
peranan dari semua stimulus disekitar, sebagai contoh teman, buku,
film atau dari televise.
b) Ekspektasi Peran.
Ekspektasi peran adalah cara orang lain meyakini untuk bertindak
dalam suatu konteks dan situasi tertentu. Di tempat kerja, kita melihat
ekspektasi peran melalui perspektif kontrak psikologis, yaitu perjanjian
yang tidak tertulis diantara para karyawan dengan pemilik usaha.
Perjanjian ini mengemukakan ekspektasi timbal balik.
c) Konflik Peran
Ketika kepatauhan dengan salah satu persyaratan peran mempersulit
untuk menyesuaikan dengan yang lainnya, hasilnya adalah konflik
peran. Pada keadaan ekstrem, dua atau lebih ekspektasi peran saling
bertentangan.

2. Norma

Semua kelompok menciptakan yang namanya norma, yaitu standar perilaku


yang diterima dan berlaku pada para anggota kelompok yaitu standar
perilaku yang diterima dan berlaku pada anggota kelompok yang
mencerminkan apa yang harus dan tidak harus dilakukan berdasarkan suatu
keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima kelompok, maka norma akan
mempengaruhi perilaku para anggota kelompok dengan pengendalian
eksternal yang minimum. Kelompok-kelompok yang berbeda, komunitas,
dan masyarakat memiliki norma yang berbeda, tetapi mereka semua
memilikinya. Norma sebenarnya dapat mencakup beberapa aspek dari
perilaku kelompok. Mungkin yang paling umum adalah norma kinerja,
memberikan petunjuk secara eksplisit.

Norma dapat dijalankan dengan menanamkan sifat kepatuhan, kepatuhan


sebagai anggota dari suatu kelompok dan menginginkan penerimaan oleh
kelompok.

6
Perilaku menyimpang ditempat kerja atau juga disebut perilaku antisosial
atau ketidaksopanan ditempat kerja merupakan perilaku yang bersifat
sukarela yang melanggar norma organisasional secara signifikan dan dengan
demikian, dapat mengancam kesejahteraan organisasi atau para anggotanya.

3. Status

Status adalah suatu posisi yang didefinisikan secara sosial atau peringkat
yang diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh orang
lain dan meresap disetiap masyarakat. Status merupakan pemotivasi yang
signifikan dan memiliki konsekuensi perilaku yang besar.

Menurut teori karakteristik status, status cenderung berasal dari salah satu
diantara ketiga sumber berikut :

a) Kekuasaan seseorang yang dimiliki atas orang lain. Mereka cenderung


mengendalikan sumber daya kelompok, maka orang-orang yang
mengendalikan hasil cenderung sebagai penyandang status yang tinggi
b) Kemampuan seseorang untuk berkontribusi bagi tujuan kelompok.
Orang-orang yang memiliki kontribusi yang sangat penting bagi
kesuksesan kelompok cenderung memiliki status yang tinggi
c) Karakteristik pribadi individu. Seseorang yang memiliki karakterisitik
pribadi akan dinilai secara positif oleh kelompoknya, seperti
penampilan yang bagus, cerdas, atau kepribadiaan yang ramah

Status dan Norma. Status memiliki efek yang lebih menarik pada kekuasaan
norma dan tekanan untuk mematuhinya. Para individu yang memiliki status
yang tinggi sering kali diberikan lebih banyak kebebasan menyimpang dari
norma daripada kelompok lain.

Status dan interaksi kelompok. Orang-orang yang memiliki status yang


tinggi cenderung menjadi anggota kelompok yang lebih sombong. Mereka
lebih sering berbicara dengan bebas, lebih banyak mengkritik, menyatakan
lebih banyak perintah, dan lebih sering menginterupsi anggota lain.

Ketidakadilan status. Hal yang dianggap sebagai ketidakadilan akan


menciptakan ketidakseimbangan yang mana menginspirasi bermacam-

7
macam tipe perilaku yang korektif. Hierarki kelompok dapat mengarah pada
kebencian diantara mereka yang berada pada batas bawah status kontinum.
Perbedaaan status yang besar didalam kelompok juga berhubungan dengan
kinerja individu yang lebih buruk, kesehatan yang rendah, dan keinginan
yang kuat untuk meninggalkan kelompok.

4. Bersaran

Apakah besaran suatu kelompok memengaruhi keseluruhan perilaku


kelompok? Benar, tetapi pengaruhnya bergantung pada apa variavel
dependen yang kita amati. Kelompok dengan puluhan atau lebih para
anggota baik untuk memperoleh input yang beragam. Jika tujuannya adalah
untuk menemukan kenyataan, maka semakin besar kelompok harusnya
semakin efektif. Kelompok yang lebih kecil sekitar tujuh anggota lebih baik
saat melakukan sesuatu yang produktif dengan input tersebut.

Salah satu dari temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok
dengan memperhatikan kemalasan sosial, kecenderungan bagi para
individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika bekerja secara kolektif
daripada sendiri. Hal ini secara langsung sama dengan jumlah produktivitas
para individu yang berada di dalamnya.

Apakah semangat tim mendorong upaya individu dan meningkatkan


keseluruhan produktivitas kelompok? Pada akhir tahun 1920-an, ahli
psikologis Jerman Max Ringelmann membandingkan hasil dari individu
dengan kinerja kelompok pada suatu tugas menarik tali tambang. Dia
mengharapkan bahwa tiga kali lebih banyak tarikan tali dibanding satu
orang, dan delapan orang delapan kali lebih banyak. Tetapi seseorang
menarik tali tambang sendirian akan mengerahkan rata-rata 63 kg tenaga.
Dalam kelompok yang terdiri atas tiga orang, tenaga per orang turun
menjadi 53 kg. Dalam kelompok yang terdiri atas delapan orang, akan jatuh
menjadi hanya 31 kg per orang.

Replika dari riset Ringelmann dengan tugas yang hampir sama biasanya
didukung dengan hasil temuannya. Total kinerja kelompok meningkat

8
dengan besaran kelompok, tetapi tambahan para anggota yang baru
mengurangi tingkat pengembalian keuntungan pada produktivitas individu.
Jadi semakin banyak menjadi semakin baik dalam total produktivitas suatu
kelompok yang terdiri atas empat orang lebih besar daripada terdiri atas tiga
orang, tetapi produktivitas individu masing-masing anggota mengalami
penurunan.

5. Kekompakan

Kelompok-kelompok memiliki kekompakan berbeda-keadaan yang mana


para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan di
dalam kelompok. Beberapa kelompok kerja kompak karena para anggota
telah menghabiskan sejumlah besar waktu bersama-sama, kelompok yang
berukuran kecil memfasilitasi interaksi yang tinggi, atau ancaman secara
eksternal yang membawa para anggota menjadi semakin dekat bersama.
Rise-riset secara konsisten memperhatikan bahwa hubungan antara
kekompakan dengan produktivitas bergantung pada norma yang terkait
dengan kinerja kelompok. Jika norma kualitas, output, dan kerja sama
dengan para pihak luar tinggi, suatu kelompok yang kompak akan menjadi
lebih produktif daripada kelompok yang kurang kompak. Tetapi jika
kekompakan tinggi dan norma kinerja rendah, maka produktivitas akan
menjadi rendah. Jika kekompakan rendah dan norma kinerja tinggi, maka
produktivitas akan meningkat, tetapi lebih rendah dibandingkan kelompok
dengan norma kinerja dan kekompakan yang tinggi. Jika kekompakan dan
kinerja keduanya rendah, maka produktivitas akan cenderung turun dalam
kisaran paling rendah hingga sedang.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk mendorong kekompakan kelompok?


(1) Buatlah kelompok yang lebih kecil, (2) mendorong perjanjian dengan
tujuan kelompok, (3) meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh para
anggota bersama-sama, (4) meningkatkan status kelompok dan anggapan
kesulitan dalam memperoleh keanggotaan, (5) menstimulasi kompetisi
dengan kelompok lainnya, (6) memberikan imbalan pada kelompok dan
bukannya pada para individu serta (7) mengisolasi kelompok secara fisik.

9
6. Keragaman

Properti terakhir dari kelompok yang kita pertimbangkan adalah


keragaman di dalam keanggotaan kelompok, atau keadaan yang mana para
anggota kelompok sama dengan, atau berbeda dari, atau satu sama lain.
Sejumlah besar riset dilakukan mengenai bagaimana keragaman
memengaruhi kinerja kelompok. Bebrapa riset melihat pada keragaman
budaya dan beberapa pada rasial, gender, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Secara keseluruhan, studi mengidentifikasi biaya maupun manfaat dari
keragaman kelompok.

Keragaman terlihat untuk meningkatkan konflik kelompok, terutama dalam


tahap awal masa jabatan kelompok, yang mana sering kali menurunkan
moral kelompok dan meningkatkan tingkat berhentinya anggota. Salah satu
kajian membandingkan kelompok yang beragam secara budaya (terdiri atas
orang-orang dari negara-negara berbeda) dan homogeny (terdiri atas orang-
orang dari negara yang sama). Pada latihan hidup di gurun, kelompok-
kelompok melakukan dengan sangat adi, tetapi para anggota dari kelompok
yang beragam kurang terpuaskan dengan kelompok-kelompok mereka,
kurang kompak, dan memiliki lebih banyak konflik.

Lini kesalahan Salah satu kemungkinan efek samping dalam tim yang
beragam terutama mereka yang beragam dalam hal karakteristik level
permukaan adalah lini kesalahan, atau divisi yang dipandang membagi
kelompok-kelompok menjadi dua atau lebih subkelompok yang didasarkan
pada perbedaan individual mislanya jenis kelamin, ras, umur, pengalaman
kerja, dan pendidikan.

Sebagai contoh, katakanlah kelompok A terdiri atas tiga pria dan tiga
wanita. Tiga pria kira-kira memiliki jumlah pengalaman kerja yang sama
dan latar belakang dalam pemasaran. Tiga wanita juga memiliki jumlah
pengalaman kerja yang sama dan latar belakang dalam keuangan. Kelompok
B memiliki tiga pria dan tiga wanita, tetapi mereka semuanya berbeda dalam

10
hal pengalaman dan latar belakang mereka. Dua dari para pria relative
berpengalaman, sementara yang satunya masih baru. Salah satu dari para
wanita telah bekerja di perusahaan selama beberapa tahun, sementara dua
lainnya masih baru. Selain itu, dua dari para pria dan satu wanita dalam
kelompok B memiliki latar belakang dalam pemasaran, sementara pria
lainnya dan dua dari para wanita yang tersisa memiliki latar belakang dalam
keuangan. Dengan demikian, kemungkinan bahwa lini kesalahan akan
menghasilkan subkelompok para pria dan para wanita dalam kelompok A
tetapi tidak dalam kelompok B.

Riset dalam lini kesalahan telah menunjukan bahwa membagi pada


umumnya merugikan bagi fungsional dan kinerja kelompok. Subkelompok
dapat menyelesaikan persaingan satu sama lain, yang mana menghabiskan
waktu dari tugas pokok dan membahayakan kinerja kelompok. Kelompok-
kelompok yang memiliki subkelompok lebih lamban dalam mempelajari,
mengambil keputusan yang lebih berisiko, kurang kreatif, dan mengalami
konflik yang lebih tinggi. Subkelompok cenderung kurang mempercayai
satu sama lain. Terakhir, meskipun secara keseluruhan kepuasan kelompok
lebih rendah ketika lini kesalahan hadir, kepuasan dengan subkelompok
umumnya tinggi.

2.1.4 Pengambilan Keputusan Kelompok

Keyakinan yang didirikan oleh para hakim bahwa dua kepala lebih baik
daripada satu telah lama diterima sebagai komponen dasar dari sistem
hukum Amerika Serikat dan oleh banyak negeri lainnya. Saat ini, banyak
keputusan dalam organisasi

Kelompok Versus Individu

Pengambilan keputusan kelompok dapat secara luas digunakan organisasi,


tetapi keputusan kelompok lebih disukai bila diambil oleh individu semata?
Jawabannya bergantung pada sejumlah faktor. Mari kita mulai dengan
melihat pada kekuatan dan kelemahan dalam pengambilan keputusan
kelompok.

11
Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok

Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan lebih lengkap.


Dengan menggabungkan sumber daya dari beberapa individu, maka
kelompok akan membawa lebih banyak input serta heterogenitas ke dalam
proses keputusan. Mereka menawarkan keragaman pandangan yang lebih
luas. Hal ini akan membuka peluang untuk mempertimbangkan lebih
banyak pendekatan dan alternatif. Terakhir, kelompok mengarah pada
meningkatnya penerimaan suatu solusi.

Kelemahan Pengampilan Keputusan Kelompok

Keputusan kelompok menghabiskan waktu karena kelompok-kelompok


umumnya memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai suatu solusi.
Terdapat keputusan tekanan. Keinginan oleh para anggota kelompok agar
dapat diterima dan mempertimbangkan sarana bagi kelompok dapat
melumatkan pertentangan terbuka. Pembahasan kelompok dapat didominasi
oleh salah satu atau beberapa anggota. Jika para anggotanya hanya
berkemampuan rendah dan medium, maka keseluruhan kelompok menjadi
kurang efektif. Terakhir, keputusan kelompok yang lemah akan
menimbulkan tanggung jawab yang ambigu.

Efektivitas dan Efesiensi

Apakah kelompok lebih efektif daripada individu bergantung pada


bagaimana Anda mendefinisikan efektivitas. Keputusan kelompok
umumnya lebih akurat daripada keputusan rata-rata individu dalam suatu
kelompok, tetapi kurang akurat daripada pertimbangan yang paling akurat.
Dalam hal kecepatan, para individu lebih unggul. Jika kreativitas penting,
kelompok cenderung menjadi lebih efektif. Jika efektivitas berarti derajat
penerimaan pencapaian atas solusi final, maka kelompok lebih unggul.

12
Tetapi kita tidak dapat mempertimbangkan efektivitas tanpa menilai
efesiensi. Dengan beberapa pengecualian, pengambilan keputusan kelompok
memerlukan lebih banyak jam kerja daripada individu yang menyelesaikan
permasalahan yang sama sendirian.

Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok

Dua produk dalam pengambilan keputusan kelompok yang berpotensial


untuk memengarushi kemampuan kelompok untuk menilai alternatif secara
objektif dan hingga mencapai solusi yang bermutu tinggi.

Pertama, disebut pemikiran kelompok, terkait dengan norma. Ini


menggambarkan situasi yang mana tekanan kelompok atas keputusan
mencegah kelompok dari secara kritikal menilai pandangan yang tidak
biasa, minoritas, atau tidak populer. Pemikiran kelompok merupakan sebuah
penyakit yang menyerang banyak kelompok dan dapat secara dramatis
menghambat kinerja mereka. Fenomena kedua adalah pergeseran
kelompok, yang mana menggambarkan cara para anggota kelompok
cenderung untuk melebih-lebihkan posisi awal yang mereka pegang ketika
membahas suatu ringkasan alternatif tertentu dan sampai pada suatu solusi.

13
2.2 Tim Kerja

2.2.1 Definisi Tim Kerja

Menurut Robbins, Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha


individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan
individual. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh
sebuah tim lebih baik daripada kinerja per individu disuatu organsasi.

2.2.2 Tipe-tipe Tim

Tim dapat diklasifisikan berdasarkan sasarannya. Bentuk yang paling umum


digunakan dalam organisasi atau perusahaan adalah :

1. Tim Pemecah Masalah


Tim ini terdiri dari 5 sampai 12 karyawan jam-jaman dari suatu departemen
yang bertemu selama beberapa jam tiap pekan untuk membahas perbaikan
kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja. Tim pemecah masalah ini jarang
memiliki otoritas untuk mengimplementasikan secara sepihak beberapa dari
saran-saran mereka.
2. Tim Kerja yang Dikelola Sendiri
Tim kerja yang dikelola sendiri adalah kelompok karyawan (biasanya 10
sampai 15 orang) yang memikul tanggung jawab dari mantan penyelia
mereka. Tim ini mencakup kerja tentang perencanaan dan penjadwalan
kerja, kontrol kolektif atas langkah kerja, membuat keputusan operasi dan

14
mengambil tindakan atas permasalahan. Tim ini bahkan memilih
anggotanya sendiri dan menyuruh anggota itu untuk saling menilai kinerja.
3. Tim Fungsional Silang
Tim fungsional silang adalah tenaga kerja dari tingkat hirarki yang sama,
tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda. Tim fungsional silang
merupakan cara efektif yang memungkinkan orang-orang dari aneka bidang
dalam suatu organisasi (atau bahkan antar organisasi) untuk bertukar
informasi, mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah, serta
mengkoordinasikan proyek yang rumit.
4. Tim Virtual
Tim Virtual adalah tim yang menggunakan teknologi komputer untuk
mengikat secara fisik secara bersama membagi anggota untuk mencapai
tujuan bersama. Mereka mengizinkan orang untuk bergabung secara
langsung dengan menggunakan komunikasi langsung diantaranya seperti
lokasi jaringan kerja, video konfrensi dan e-mail. Tim virtual terdiri atas
anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan organisasional yang
terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Salah satu keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan
cepat mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk
menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau
mengekploitasi peluang strategis tertentu.

2.2.3 Menciptakan Tim-Tim yang Efektif


Menciptakan tim yang “efektif” ketika para individu dapat melakukan
pekerjaan dengan lebih baik seperti memecahkan permasalahan yang salah
dengan sempurna.
Kita dapat mengatur komponen utama dari tim yang efektif kedalam tiga
kategori umum. Pertama, adalah sumberdaya dan pengaruh kontekstual
lainnya yang membuat tim menjadi lebih efektif. Kedua, terkait dengan
komposisi dari tim. Terakhir, variabel proses adalah peristiwa di dalam tim
yang mempengaruhi efektivitas.

15
Berikut penjelasannya :
Konteks : apa faktor-faktor yang menentukan apakah tim dapat berhasil atau
tidak.
1. Sumber daya yang memadai
Tim yang efektif memiliki sumber daya yang memadai untuk melaksanakan
semua pekerjaan dalam mencapai tujuan. Kelangkaan sumber daya secara
langsung dapat menurunkan kemampuan tim untuk melaksanakan
pekerjaaan secara efektif dan mencapai tujuan. Hal ini meliputi pengaruh
seperti informasi yang tepat waktu, teknologi, ketersediaan staf, dorongan
dan asisten administrasi.

2. Kepemimpinan dan Struktur


Anggota tim harus sependapat mengenai siapa melakukan apa dan
memastikan bahwa semua anggota menyumbang secara sama dalam berbagi
beban kerja. Disamping itu tim perlu menetapkan bagaimana jadwal
ditentukan, keterampilan apa yang diperlukan untuk dikembangkan,
bagaimana kelompok akan memecahkan konflik, dan bagaimana kelompok
akan mengambil dan memodifikasi keputusan Menyepakati mengenai hal-
hal yang spesifik dari kerja dan bagaimana hal itu cocok dalam memadukan
keterampilan-keterampilan individual menuntut kepemimpinan dan struktur.
Kepemimpinan penting, terutama di dalam sistem multitim. Disini para
pemimpin perlu untuk memberdayakan tim dengan mendelegasikan
tanggung jawab kepada anggota tim, dan mereka memainkan peranan
sebagai fasilisator, memastikan bahwaa tim bekerja secara bersama-sama
dan bukannya menentang satu dengan yang lainnya.
3. Iklim kepercayaan
Untuk menciptakan sebuah tim yang efektif diperlukan saling percaya
diantara para anggota tim dan kepercayaan terhadap pemimpin mereka.
Kepercayaan antar anggota tim memudahkan kerja sama, mengurangi
kebutuhan untuk mengatasi perilaku satu sama lain, dan menghilangkan
anggapan bahwa tim akan memanfaatkan mereka. Kepercayaan terhadap
pemimpin juga penting karena memungkinkan tim untuk bersedia menerima

16
dan berkomitmen terhadap berbagai tujuan dan keputusan pemimpin
mereka.
4. Evaluasi kinerja dan sistem pemberian imbalan
Evaluasi kinerja individual, upah per jam yang tetap, insentif individual, dan
semacamnya, tidaklah konsisten dengan pengembangan tim kinerja tinggi.
Jadi, disamping mengevaluasi dan memberi penghargaan untuk para
karyawan atas kontribusi individual mereka, manajemen hendaknya
mempertimbangkan penilaian berdasarkan kelompok, pembagian laba,
pembagian pendapatan, insentif kelompok kecil, dan modifikasi-modifikasi
sistem lain yang memperkuat upaya dan komitmen tim.
Komposisi tim : terdapat variabel yang terkait bagimana tim dapat dibentuk
menjadi staf.
1. Kemampuan dari para anggota
Untuk bekerja dengan efektif, suatu tim menuntut tiga tipe keterampilan
yang berbeda. Pertama, tim perlu orang-orang dengan keahlian teknis.
Kedua, perlu orang dengan keterampilan pemecah masalah dan
pengambilan keputusan agar mampu mengidentifikasi masalah,
membangkitkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan membuat pilihan
yang kompeten. Ketiga, tim memerlukan orang dengan keterampilan
mendengarkan dengan baik, umpan balik, penyelesaian konflik, dan
keterampilan antar pribadi lainnya.
2. Kepribadian para anggota
Kepribadian mempengaruhi individu dalam berperilaku. Macam-macam
karakter personal dalam tim akan mempengaruhi kinerja tim secara
keseluruhan.
3. Alokasi aturan
Tim memiliki kebutuhanyang berbeda-beda, dan para anggota yang terpilih
memastikan seluruh peranan yang bervariasi telah dipenuhi. Untuk
meningkatkan kemungkinan para anggota tim yang akan bekerja secara
bersama-sama, para manajer perlu memahami kekuatan masing-masing
individu yang berguna bagi tim, memilih para anggota dengan kekuatan-

17
kekuatan mereka, dan mengalokasikan penugasan kerja yang sesuai dengan
gaya yang dipilih oleh anggota.
4. Keragaman para anggota
Suatu kondisi di mana para anggota dari suatu unit kerja berbagi atribut
demgrafi yang umum, misalnya umur, jenis kelamin, ras, tingkat
pendidikan, atau lamanya layanan dalam organisasi merupakan subjek dari
demografi organisasi. Demografi organisasi menyarankan bahwa atribut-
atribut misalnya umur atau tanggal yang digabungkan akan membantu kita
dalam memprediksikan tingkat perputaran karyawan atau pekerja.
5. Besaran tim
Sebagian besar para ahli menyetujui, mempertahankan tim yang kecil adalah
kunci untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Para ahli menyarankan
untuk menggunakan jumlah terkecil dari orang-orang yang dapat
melaksanakan tugas. Sayangnya para manajer sering kali melakukan
kesalahan dengan membuat tim yang terlalu besar. Hanya diperlukan 4 atau
5 anggota untuk mengembangkan keragaman pandangan dan keterampilan,
sedangkan jika anggota tim ditambahkan, permasalahan koordinasi dapat
meningkatkan eksponensial. Ketika tim-tim memiliki jumlah anggota yang
terlalu besar , kekompakkan dan akuntabilitas mereka akan menurun,
meningkatkan kemalasan sosial, dan berkurangnya komunikasi. Anggota
tim akan sulit berkoordinasi satu sama lain, terutama dibawah tekanan
waktu
6. Pilihan anggota
Jika diberikan opsi, banyak karyawan akan memilih diri mereka sendiri
keluar dari peran serta tim. Ketika orang yang lebih memilih untuk bekerja
sendirian diminta untuk bergabung maka terdapat ancaman langsung
terhadap moral tim dan terhadap kepuasan anggota individual. Hal ini
membuktikan bahwa, ketika memilih anggota tim, para manajer harus
mempertimbangkan pilihan individu yang sejalan dengan kemampuan,
kepribadian, dan keterampilan. Tim-tim yang memiliiki kinerja yang tinggi
cenderung terdiri atas orang-orang yang lebih memilih bekerja sebagai
bagian dari suatu kelompok.

18
2.2.4 Proses Tim

Kategori terakhir yang terkait dengan efektivitas tim meliputi varibel


proses seperti komitmen anggota pada tujuan umum, menetapkan tujuan tim
secara spesifik, keberhasilan tim, level konflik yang dikelola, dan
meminimalkan kemalasan sosial. Hal ini terutama penting dalam tim-tim
yang lebih besar dan dalam tim yang memiliki ketergantungan tinggi.

1. Rencana dan tujuan umum


Tim-tim yang efektif mulai dengan menganalisis misi dari tim,
mengembangkan tujuan-tujuan untuk mencapai misi tersebut dan
menciptakan strategi-strategi untuk mencapai tujuan. Tim-tim yang
secara konsisten mengerjakan dengan lebih baik harus menetapkan
makna yang jelas dari apa yang perlu dilakukan dan bagaimana.

Para anggota tim yang berhasil menempatkan sejumlah waktu dan


upaya yang sangat besar dalam pembahasan, pembentukan, dan
persetujuan atas suatu tujuan yang menjadi milik mereka, baik secara
kolektif atau individu. Tujuan umum ini, ketika diterima oleh tim,
menjadi semacam alat bantu GPS bagi seorang kapten kapal
memberikan arah dan panduan di beberapa dan semua kondisi. Seperti
sebuah kapal yang mengikuti arah yang salah, maka tim yang tidak
memiliki keahlian perencanaan yang baik akan gagal, melaksanakan
rencana yang salah merupakan penyebab kerugian. Tim akan setuju
pada apakah tujuan mereka untuk mempelajari dan menguasi suatu
tugasatau semata-mata untuk melaksanakan tugas.,bukti-bukti
menyarankan bahwa perbedaan pandangan dalam pembelajaran versus
tujuan kinerja mengarah pada level kinerja tim secara keseluruhan lebih
rendah. Jelas tampak bahwa perbedaan-perbedaan ini dalam orientasi
tujuan menghasilkan efek perbedaan itu dengan mengurangi
pembahasan dan berbagi informasi. Singkatnya, mengharuskan seluruh
pekerja pada suatu tim yang mengusahakan tipe tujuan yang sama
adalah penting.

19
Tim-tim yang efektif akan memperlihatkan refleksivitasyang berarti
bahwa mereka mencerminkan dan menyesuaikan rencana induk mereka
ketika dibutuhkan. Suatu tim harus memiliki rencana yang baik, tetapi
juga harus bersediadan dapat beradaptasi ketika kondisi
menyerukannya.

2. Tujuan yang spesifik


Tim yang berhasil akan menerjemahkan tujuan umum mereka ke dalam
tujuan kinerja yang spesifik, dapat diukur, dan realistis. Tujuan-tujuan
yang spesifik memfasilitasi komunikasi yang jelas. Mereka membantu
tim mempertahankan focus mereka pada perolehan hasil.
Konsisten dengan riset pada tujuan individu, tujuan tim harus
menantang pula. Tujuan yang sulit tetapi dapat dicapai akan
meningkatkan kinerja tim pada kriteria yang telah mereka tetapkan.
3. Keberhasilan tim
Tim yang efektif memiliki kepercayaan dalam diri mereka sendiri,
mereka meyakini bahwa mereka dapat berhasil. Kita menyebutnya
sebagai keberhasilan tim (tin efficacy). Tim-tim yang telah berhasil
akan meningkatkan keyakinan mereka mengenai keberhasilan pada
masa mendatang, yang pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk
bekerja lebih keras. Semakin tinggi kemampuan dari anggota tim, maka
semakin tinggi kecenderungan tim akan mengembangkan keyakinan
diri dan kemampuan untuk mngantarkan pada kepercayaan diri tersebut.
4. Mental mode
Tim-tim yang efektif membagi mental model secara akurat-representasi
mental atas elemen utama yang terorganisasi di dalam lingkungan suatu
tim yang para anggota tim tersebut bagikan. Jika para anggota memiliki
mental mode yang salah, yang secara umum dimungkinkan dalam tim
berdasarkan stress akut, maka kinerja mereka akan menurun. Jika para
anggota tim memiliki gagasan yang berbeda mengenai bagaimana
melakukan sesuatu, maka tim akan mempersempit metode dan
bukannya focus pada apa yang perlu dilakukan.

20
5. Level konflik
Cara menyelesaikan konflik dapat dilakukan dengan membuat
perbedaan di antara tim yang efektif dan yang tidak efektif. Tim yang
efektif dapat menyelesaikan konflik dengan membahas permasalahan
secara eksplisit, sedangkan tim yang tidak efektif memiliki konflik yang
berfokus lebih kepada kepribadian dan cara menyampaikan sesuatu.
6. Kemalasan sosial
Para individu dapatterlibat dalam kemalasan sosial dan terdapat pada
upaya kelompok ketika kontribusi tertentu mereka tidak dapat
diidentfikasi. Tim-tim yang efektif dapat melemahkan kecenderungan
ini dengan membuat para anggota secara individu dan bertanggung
jawab secara bersama-sama untuk maksud, tujuan, dan pendekatan tim.
Oleh karenanya, para anggota harus jelas mengenai apa yang mereka
secara individu bertanggung jawab atas dan apakah mereka secara
bersama-sama bertanggung jawab atas tim ?

Mengubah Individu Menjadi Pemain Tim

Jadi apa yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk meningkatkan


efektivitas tim-untuk mengubah contributor individual ke dalam anggota
tim? Berikut ada beberapa opsi bagi para manajer yang berusaha untuk
mengubah para individu menjadi para pemain tim.

1. Pemilihan : Merekrut Para Pemain Tim


Ketika berhadapan pada para kandidat pekerjaan yang kurang terampil
dalam tim, manajer memiliki beberapa opsi. Diantaranya adalah tidak
merekrut mereka atau jika ingin merekrut, maka tugaskan pada posisi yang
tidak memrlukan kerja tim. Jika tidak dapat dikerjakan dengan mudah, maka
para kandidat dapat diberikan pelatihan agar menjadikan mereka dapat
bergabung dengan tim.
2. Pelatihan : Menciptakan Para Pemain Tim
Para ahli pelatihan melakukan latihan yang memungkinkan para pekerja
untuk mengalami kepuasan yang diberikan melalui kerja tim. Seminar

21
membantu para pekerja untuk meningkatkan keterampilan pemecahan
masalah, komunikasi, negosiasi, manajemen konflik, dan pelatihan.
3. Pemberian Imbalan : Menyediakan Insentif agar Menjadi Seorang Pemain
Tim yang Baik
Sistem pembebrian imbalan organisasi harus dikerjakan ulang untuk
mendorong usaha bekerja sama dan bukannya saling berkompetisi sistem
insentif dasar bagi individu pada bonus tahunannya yang didasarkan pada
pencapaian tujuan tim.
Promosi, kenaikan gaji, dan bentuk penghargaan lainnya harus diberikan
kepada para individu yang telah bekerja dengan efektif sebagai para anggota
tim dengan melatih para kolega yang baru, berbagi informasi, membantu
menyelesaikan konflik dalam tim, dan menguasai keterampilan baru yang
dibutuhkan. Hal ini tidak berarti baha kontribusi individual akan diabaikan,
melainkan mereka harus diseimbangkan dengan kontribusi yang tanpa
pamrih kepada tim.
Jangan melupakan imbalan secara intrinsic, misalnya persahabatan, yang
mana para karyawan dapat memperolehnya dari tim. Sangat menarik untuk
menjadi bagian dari tim yang berhasil. Peluang bagi pengembangan pribadi
diri sendiri maupun rekan satu tim dapat menjadi pengalaman yang sangat
memuaskan dan sangat berharga..

Tim Tidak Selalu Merupakan Jawaban

Kerja tim memerlukan lebih banyak waktu dan sering kali lebih banyak
sumber daya daripada kerja individu. Tim meningkatkan tuntutan untuk
berkomunikasi, pengelolaan konflik, dan pertemuan untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, manfaat dari menggunakan tim harus melebihi biayanya
dan hal itu tidak selalu kasusnya. Berhati-hatilah dalam menilai apakah
pekerjaan tersebut memerlukan atau memperoleh manfaat dari usaha secara
kolektif atau tidak.

Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah pekerjaan itu lebih baik
dikerjakan dalam tim. Yang pertama adalah pekerjaan itu lebih baik
dikerjakan oleh lebih dari satu orang. Indicator yang baik adalah kessulitan

22
pekerjaan dan kebutuhan untuk pandangan yang berbeda. Kedua adalah
apakah pekerjaan menciptakan tujuan yang umum atau menetapkan tujuan
bagi orang-orang di dalam kelompok yang lebih banyak daripada tujuan
individu secara keseluruhan? Yang ketiga adalah menentukan apakah para
anggota kelompok saling bergantung atau tidak. Menggunakan tim menjadi
masuk akal ketika terdapat saling ketergantungan antara tugas yang
dilakukan oleh seorang individu dengan individu lainnya pada suatu
kelompok.

Implikasi untuk Para Manajer

 Tim-tim yang efektif memiliki karakteristik umum. Mereka memiliki


sumber daya yang memadai, kepemimpinan yang efektif, iklim
kepercayaan, evaluasi kinerja, serta sistem pemberian imbalan yang
mencerminkan kontribusi tim. Tim-tim ini memiliki para individu dengan
keahlian teknis sejalan dengan pemecahan permasalahan, pengambilan
keputusan, dan keterampilan interpersonal serta sifat yang tepat, terutama
sifat teliti dan keterbukaan.
 Tim-tim yang efektif cenderung berukuran kecil-sedang dari 10 orang,
lebih disukai latar belakang yang beragam. Mereka memiliki para anggota
yang mengisi tuntutan peranan dan orang yang lebih memilih untuk mejadi
bagian dalam suatu kelompok.
 Tim-tim yang efektif memiliki para anggota yang meyakini akan
kemampuan tim dan berkomitmen pada rencana dan tujuan umum,
memiliki mental model yang dibagikan secara akurat mengenai apa yang
harus diselesaikan, berbagai tujuan tim secara spesifik, mempertahankan
level konflik yang dapat dikelola, dan memperlihatkan derajat kemalasan
sosial yang minimal.
 Oleh karena organisasi dan masyarakat yang individualis menarik dan
memberikan imbalan atas pencapaian individu, akan menjadi sulit untuk
menciptakan para pemain tim dalam lingkungan seperti ini. Untuk
melakukan perubahan , cobalah memilih individu yang memiliki
keterampilan interpersonal agar menjadi para pemain tim yang efektif,

23
memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan kerja tim, dan
memberikan imbalan kepada para individu atas upaya kerja sama mereka.

BAB III

KESIMPULAN

3. Kesimpulan
Kelompok adalah sebagai dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dan saling bergantung, yang datang bersama sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal.
Sebuah kelompok formal didefinisikan melalui keberadaan struktur
organisasi, dengan penugasan kerja yang diterapkan untuk menentukan
tugas tugas. Sebaliknya, kelompok informal adalah yang tidak diterapkan
struktur secara formal atau tidak ditentukan secara organisasional.
Kelompok kelompok informal adalah susunan yang terbentuk secara
alamiah dalam lingkungan kerja yang Nampak sebagai tanggapan atas
kebutuhan kontak sosial.

Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya


menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Hal
ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih
baik daripada kinerja per individu disuatu organsasi.

24
Daftar Pustaka

P. Robbins. Stephen. 2008. Perilaku Organisasi Jakarta: Salemba Empat.

25

Anda mungkin juga menyukai