ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial yang tidak akan mampu
bertahan hidup melainkan dengan bantuan manusia lain. Selain itu, manusia
didalam kehidupannya juga membentuk kelompok-kelompok dengan sendirinya.
Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok adalah awal dari perilaku
organisasi. Karena persoalan-persoalan manusia yang selalu berkembang dan
rumit, maka persoalan- persoalan individu, kelompok dan khususnya persoalan
perilaku organisasi semakin hari semakin berkembang pula. Perilaku kelompok
1
hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan
dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi.
Kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung paling sedikit dua komponen,
yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah
dari perilaku tersebut.
B. KAJIAN TEORITIS
2
tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota tim yang
membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh
dari setiap anggota tim. Sebuah team work akan menjadi penentu mulus tidaknya
perjalanan organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik
dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian.1
Kelompok dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok atau groups
didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan
bekerjasama, yang secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja
(work groups) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi
terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna
membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing.
Kelompok kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun kesempatan untuk terlibat di
dalam kerja kolektif yang memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggota tim.
1
Gary Yukl, 2003. Kepemimpinan dalam Organisasi, Indeks Jakarta. Hal.21
3
Akibatnya, kinerja mereka sekedar kumpulan kontribusi parsial dari seluruh
individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang menciptakan tingkat
kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitas input yang mereka
berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya
yang terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja
yang lebih besar ketimbang totalitas input para individunya.
C. METODE PENELITIAN
Adapun jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analitis,
yaitu menganalisis beberapa data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
buku maupun internet.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Defenisi Kelompok
Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan
individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku
dan atau prestasi anggota yang lainnya.
4
mereka. Akibatnya, kelompok akan bekerja sama atau bersaing dengan kelompok
lain dan perrsaingan antara kelompok dapat memicu akan adanya konflik.2
2. Klasifikasi Kelompok
Sebelum kita mengetahui lebih jauh mengenai perilaku kelompok dalam
organisasi sebaiknya kita tahu dan mengerti terlebih dahulu apa pengertian
kelompok itu sendiri. Suatu organisasi dapat didirikan oleh sedikitnya dua orang.
Kelompok yang terdiri atas hanya dua orang saja disebut dyads dan yang terdiri
atas tiga orang saja disebut tryads.
Didalam suatu keompok belum tentu para anggota mempunyai atribut
(sifat-sifat, ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai
kesamaan atribut disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih
berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan
tertentu.
Kelompok dapat dibedakan ke dalam berbagai macam, tergantung pada
sudut, pensifatan, tugas, atau pandangan:
1. Kelompok formal (formal group), adalah kelompok yang sengaja dibentuk
dengan keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan
suatu keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan
suatu tugas secara efisien dan efektif.
2. Kelompok informal (informal group), adalah kelompok yang tidak
dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, yang muncul karena
adanya kebutuhan akan kontak sosial.
3. Kelompok komando (command group), adalah bagian dari kelompok
formal. Kelompok komando memiliki definisi yaitu kelompok yang
ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin
organisasi.
4. Kelompok tugas (task group), adalah suatu kelompok yang bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas
juga termasuk bagian dari kelompok komando.
2
B. Badeni, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2013. Hal. 71
5
5. Kelompok persahabatan, merupakan bagian dari kelompok informal.
Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu
hal.3
6. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk
mencapai sasaran yang sama. Kelompok ini juga termasuk kedalam
kelompok informal.
7. Kelompok bagian (department group), kelompok yang merupakan bagian
dari suatu organisasi.
8. Kelompok horizontal (horizontal group), adalah kelompok yang angota-
anggotanya dari jenjang yang sama dari bagai-bagian dalam organisasi.
9. Kelompok vertical (vertical group), kelompok ini sama seperti kelompok
komando.
10. Kelompok kompleks (complex group), adalah kelompok yang anggota-
anggotanya dari berbagai bagian dan berbagai jenjang dalam organisasi.
11. Kelompok tertutup (closed group), ialah suatu kelompok yang anggota–
anggotanya tertentu (dan atau tidak dapat di tambah lagi).
12. Kelompok terbuka (open group), adalah kelompok yang
anggotanya bebas dapat keluar dan dapat masuk.
13. Kelompok kerja (work group), merupakan kelompok yang dibentuk oleh
pejabat formal suatu organisasi untuk metransformasi masukan-masukan
(inputs) berupa sumberdaya menjadi hasil-hasil (outputs) berupa produk.4
Namun secara garis besar kelompok itu hanya terbagi menjadi 2
saja, yaitu kelompok formal dan kelompok informal.
3. Tahap Pengembangan Kelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam
evolusi mereka. Kita menyebut model ini model lima tahap perkembangan
kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok
mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna
3
G. Yukl, Leadership in Organization. Jakarta: Indeks, 2007
4
W. Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press, 2014
6
untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita
mendeskripsikan model umum yang terdiri atas lima tahap tersebut dan sebuah
model alternatid untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggar waktu.
7
4) Tahap Performing (Berkinerja)
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima.
Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami
menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5) Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)
Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja
adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi,
tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok - kelompok kerja yang
mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap
pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri
untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi
prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam
tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam
persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan
kelompok kerja tersebut.6
4. Perbedaan Tim dan Kelompok
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini
memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang
– orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam
sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
8
Kelompok kerja tidak perlu untuk melakukan kerja kolektif yang menuntut upaya
gabungan. Jadi kinerja mereka sekedar jumlah kinerja sumbangan individual dari
tiap anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang akan menciptakan suatu
tingkat keseluruhan kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan.
Perbedaan antara kelompok kerja dan tim kerja dapat disimpulkan sebagai
berikut:
9
anggota bernagi gagasan atau menawarkan saran mengenai bagaimana proses dan
metode kerja dapat diperbaiki. Tetapi jarang tim-tim diberi wewenang untuk
melaksanakan secara sepihak setiap tindakan mereka yang disarankan.
Tim lintas fungsional adalah tenaga kerja dari tingkat hirarki yang sama,
tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda. Tim lintas fungsional merupakan cara
efektif yang memungkinkan orang-orang dari aneka bidang dalam suatu
organisasi (atau bahkan antar organisasi) untuk bertukar informasi,
mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah, serta
mengkoordinasikan proyek yang rumit.
d. Tim Virtual
10
pihak luar lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan
untuk dengan cepat mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk
menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau
mengekploitasi peluang strategis tertentu.
6. Bentuk Tim
a. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian
dari struktur organisasi formal.
b. Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal
c. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan
dari tingkat hierarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang
berbeda.
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi
formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas
khusus.8
e. Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja
dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk
menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya
diawasi oleh seorang anggota terpilih.
8
M. Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press,
2011. Hal. 80
11
f. Tim Pemecahan Masalah
7. Peran Tim
a. Shaper
Shaper adalah anggota tim yang memajukan tim. Mereka berorientasi pada
tindakan, memotivasi diri mereka dan orang lain terlepas dari masalah
yang timbul. Shaper adalah pemimpin yang natural, jadi mereka bekerja
dengan baik dalam peran manajemen. Saat krisis terjadi, para Shaper akan
segera mencari solusi. Contoh peran tim shaper: Dalam tim pemasaran
produk, shaper akan menjadi kepala produk yang mengawasi visi tim dan
peta jalan untuk mencapai visi tersebut.
b. Implementer
Implementer juga merupakan anggota tim yang berorientasi pada tindakan
dan mempertahankan keteraturan dalam lingkungan. Mereka bersikap
praktis dan mampu mewujudkan gagasan. Sekalipun suka bertindak,
implementer juga sangat disiplin. Orang-orang ini dapat menjadi tulang
punggung tim karena bisa mendukung anggota tim lain dengan penuh
percaya diri. Contoh peran tim Implementer: Implementer akan menjadi
analis bisnis berbasis data dalam tim pemasaran produk, mengevaluasi
beragam cara agar proses organisasi menjadi lebih efisien.10
c. Completer finisher
Peran tim terakhir yang berorientasi pada tindakan adalah completer
finisher. Sesuai dengan namanya, completer finisher adalah individu
dengan fokus tinggi yang memperhatikan detail kecil dan mengupayakan
9
Stephen P. Robbins, 2003. Perilaku Organisasi, Indeks Jakarta. Hal. 30
10
H. Sofyandi and I. Garniwa, Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Hal. 140
12
kesempurnaan. Anggota tim ini mungkin lebih introver, tetapi sangat
penting dalam lingkungan pekerjaan karena mereka mendorong anggota
tim untuk menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi. Contoh peran tim
completer finisher: Completer finisher akan bekerja dengan baik dengan
dukungan teknologi. Mereka mengetahui cara mengidentifikasi dan
mengatasi masalah dengan cepat dan efisien.
d. Plant
Plant merupakan anggota tim yang berorientasi pada pemikiran. Mereka
adalah pemikir yang inovatif dan kreatif. Sekalipun membantu
menyeimbangkan tim, plant lebih suka bertukar pikiran dan memantapkan
gagasan sebelum membagikannya dengan semua anggota tim. Plant
mungkin lebih suka bekerja sendirian, tapi mereka memberikan masukan
yang begitu penting sekalipun tidak seberani anggota tim lain dalam
berpendapat.Contoh peran tim plant: Plant sangat kreatif, karenanya
mereka akan menjadi desainer produk yang hebat.
e. Monitor evaluator
Peran tim lain yang berorientasi pada pemikiran adalah monitor evaluator.
Tipe ini adalah pemikir rasional dan dapat mengesampingkan emosi demi
menyelesaikan masalah. Monitor evaluator bekerja dengan sangat baik
ketika proyek membutuhkan pengetahuan tingkat tinggi dan perencanaan
strategis. Mereka mengevaluasi gagasan untuk menentukan nilai dan
kelayakannya, lalu mengambil langkah untuk memajukan gagasan itu.
Contoh peran tim monitor evaluator: Monitor evaluator adalah manajer
proyek yang sangat teratur yang secara strategis memantau proyek dan
mengumpulkan informasi dalam tim.
f. Specialist
Peran tim terakhir yang berorientasi pada pemikiran adalah specialist.
Specialist memiliki pemahaman mendalam dalam bidangnya dan suka
berkontribusi dalam satu bidang keahlian. Specialist mengikuti pola
seluruh peran tim yang berorientasi pada pemikiran, karenanya, mereka
13
bekerja dengan lebih baik secara individu, bukan dalam tim. Sekalipun
lebih mandiri, specialist memberi nilai besar kepada tim dengan
serangkaian keterampilan spesifiknya. Contoh peran tim
specialist: Specialist dapat termasuk coder, analis SEO, atau kru teknis
dalam tim Anda. Pekerjaan mereka memerlukan spesialisasi keterampilan
yang mungkin tidak begitu dipahami anggota tim lainnya, dan untungnya,
mereka bisa menanganinya.
g. Coordinator
Selanjutnya, peran tim yang berorientasi pada manusia. Coordinator
adalah seorang anggota tim dengan keterampilan komunikasi yang hebat.
Coordinator sering berada di posisi kepemimpinan karena ia mendorong
kolaborasi dan memotivasi tim untuk mencapai gol. Anggota tim lain
menghormati coordinator dan memercayakan pengambilan keputusan
kepadanya. Contoh peran tim coordinator: Coordinator sangat suka
berkolaborasi dan memotivasi orang lain, jadi mereka akan bekerja dengan
baik sebagai pemimpin tim developer produk.
h. Teamworker
Teamworker juga berorientasi pada manusia. Kepribadian ekstrover
membantu mereka bekerja sama dengan baik dan mendengarkan rekan
tim. Anggota tim ini dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan
di lingkungan dan mengetahui cara menciptakan keharmonisan apabila
konflik terjadi. Jika beban kerja seorang anggota tim berlebihan atau
anggota tim lainnya memiliki urusan keluarga yang mendesak,
teamworker-lah yang pertama turun tangan dan menawarkan
bantuan. Contoh peran tim teamworker: Karena teamworker adalah
kolaborator natural, mereka akan menjadi pemasar produk yang hebat
dalam tim yang lebih besar
g. Resource investigato
Peran tim kesembilan adalah resource investigator. Individu yang
berorientasi pada manusia ini sangat suka mengeksplorasi peluang baru
14
seperti menemukan peluang pemasaran potensial untuk perusahaan atau
mengobrol dengan pemangku kepentingan untuk peluncuran produk baru.
Sikap positif membuat mereka menjadi networker atau fasilitator yang
natural untuk bisnis baru. Contoh resource investigator: Karena suka
membangun relasi dengan orang lain, resource investigator akan sukses
dalam penjualan produk.
E. KESIMPULAN
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini
memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang
– orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam
sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
Kelompok tidak sama dengan tim. Kelompok didefinisikan sebagai dua
individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung
bersama-sama untuk mencapai sasaran. Suatu kelompok kerja adalah kelompok
yang terutama berinteraksi untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan
untuk membantu tiap anggota berkinerja dalam bidang tanggung jawabnya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Stephen P. Robbins, 2003. Perilaku Organisasi, Indeks Jakarta.
15
Gary Yukl, 2003. Kepemimpinan dalam Organisasi, Indeks Jakarta
W. Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press, 2014
V. Rivai and D. Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
Rajawali Press, 2012.
G. Sudarmo, Perilaku keorganisasian. Yogyakarta: GPFE, 2000.
H. Sofyandi and I. Garniwa, Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007.
M. Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali
Press, 2011.
P. S. Robbins and T. A. Jugge, Perilaku Organisasi, 12th ed. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.
B. Badeni, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2013.
G. Yukl, Leadership in Organization. Jakarta: Indeks, 2007.
16