Anda di halaman 1dari 14

PERILAKU KELOMPOK

Oleh Kelompok 5:

1. Rani Sintya 22081036


2. Saskia Nabila Putri 22081043
3. Syarifatul Asnah 22081048
4. Tedi Agustian 22081050

Dosen Pengampu :
Erni Masdupi, SE, M.Si, Ph.D, CFP
197404241998022001

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
PERILAKU KELOMPOK
A. Pengertian Kelompok

Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu dan

kelompok. Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang

berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu (Robbins,

2003: 292). Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang

adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk

perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya dalam lingkungannya.

Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergabung untuk

mencapai tujuan tersebut. Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu

aktifitas yang dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk

mendapatkan aspirasi anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung

untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap

struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok

memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan,

kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan

organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam

susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system

penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara

keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud perilaku

kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi

dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya (organisasi).


B. Jenis-jenis Kelompok

Kelompok didasarkan atas jenisnya dapat dibagi dua yaitu, kelompok formal dan

kelompok informal :

1. Kelompok Formal adalah kelompok yang dibentuk berdasarkan keputusan

manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Terdapat dua jenis kelompok formal

yaitu:

a. Kelompok Komando

Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi, terdiri dari para bawahan

yang melapor langdung kepada supervisor tertentu. Contohnya yaitu: Hubungan

wewenang antara manajer departemen dan supervisor atau antara perawat senior

dan bawahannya.

b. Kelompok Tugas

Kelompo tugas terdiri dari karyawan yang bekerja bersama untuk

menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Contohnya yaitu : kegiatan pegawai

di perusahaan asuransi adalah tugas yang harus dilakukan. Ketika sebuah klaim

kecelakaan diajukan, beberapa pegawai harus berkomunikasi dan berkoordinasi

satu sama lain jika kliam tersebut ingin ditangani dengan baik.

2. Kelompok Informal

Kelompok informal adalah kelompok yang muncul dari upaya individu dan

berkembang disekitar minat dan persahabatan yang sama, bukan desain yang

disengaja. Terdapat dua jenis kelompok informal, yaitu:

a. Kelompok Kepentingan

Individu yang mungkin bukan anggota dari kelompok komando atau tugas yang

sama dapat berafiliasi untuk mencapai tujuan bersama. Adapun tujuan

kelompok-kelompok tersebut tidak terkait dengan tujuan organsasi, teapi


spesifik untuk masing-masing kelompok. Contohnya: Karyawan yang bersatu

untuk menunjukkan wajah yang bersatu kepada manajemen untuk mendapatkan

lebih banyak manfaat dan pelayan yang mengumpulkan tip.

b. Kelompok Pertemanan

Banyak kelompok terbentuk karena anggotanya memiliki kesamaan, seperti

usia, jenis kelamin, keyakinan politik, keinginan untuk bermain olahraga yang

sama atau latar belakang. Kelompok pertemanan ini memperluas interaksi dan

komunitas mereka hingga ke aktivitas di luar pekerjaan.

Kelompok merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Tiap hari manusia

akan terlibat dalam akitiftas kelompok, demikian juga kelompok merupakan

bagian daro organisasi, dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-

kelompok. Karaktersitik suatu kelompok yaitu adanya dua orang atau lebih,

berinteraksi satu sama lain, saling membagi beberapa tujuan yang sama, dan

melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

C. Alasan Pembentukan Kelompok

1. Pemenuhan Kebutuhan

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dapat menjadi kekuaran pendorong

yang kuat mengarah pada pembentukan kelompok. Secara khusus beberapa alasan

pembentukan kelompok berdasarkan pemenuhan kebutuhan, yaitu :

a. Keamanan

Tanpa adanya kelompok tempat bersandar ketika berbagai tuntutan

manajemen dibuat, karyawan tertentu mungkin merasa bahwa mereka berdiri

sendiri, menghadapi manajemen dan seluruh sistem organisasi. Dengan menjadi

anggota kelompok, karyawan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok dan

mendiskusikan tuntutan manajemen dengan karyawan lain yang memiliki


pandangan suportif. Kebutuhan akan penyangga ini mungkin sangat kuat dalam

dua kasus. Pertama, seorang karyawan baru mungkin sangat bergantung pada

kelompok untuk mendapatkan bantuan dalam melakukan pekerjaannya dengan

benar. Kedua, sebagai hasil dari banyak upaya perampingan perusahaan, individu

bergantung pada dukungan kelompok sebagai sarana untuk menyesuaikan diri

dengan tuntutan baru dan mengatasi perasaan tidak aman.

b. Sosial

Sifat bergaul dari orang-orang mendorong kebutuhan mereja untuk

berkelompok. Sebuah kelompok menunjukkan intensitas kebutuhan sosial.

Kebutuhan bersosialisasi tidak hanya ada di tempat kerja, namun ada juga diluar

tempat kerja, hal ini dibuktikan dengan banyaknya organisasi sosial ditengah

masyarakat.

c. Menghargai

Dikarenakan berbagai alasan, pembentukan kelompok ditempat kerja

sering dianggap memiliki tingkat prestise yang tinggi. Oleh karena itu,

keanggotaan dalam organisasi ini membawa status tertantu yang tidak dinikmati

oleh karyawan yang bukan anggota kelompok.

d. Kedekatan dan Daya Tarik

Interaksi interpersonal dapat menghasilkan pembentukan kelompok. Dua

aspek penting dari interaksi interpersonal adalah kedekatan dan ketertarikan.

Kedekatan melibatkan jarak fisik antara karyawan yang melakukan pekerjaan.

Ketertarikan menunjukkan sejauh mana orang tertarik satu sama lain karena

kesamaan persepsi, sikap, kinerja, atau motivasi.


e. Tujuan Kelompok

Tujuan sebuah kelompok, jika dipahami dengan jelas, dapat menjadi

alasan mengapa seseorang tertarik untuk bergabung dengan kelompok tersebut.

Orang yang secara sukarela bergabung dengan kelompok setelah jam kerja

percaya bahwa mempelajari sistem baru adalah tujuan yang perlu dan penting

bagi karyawan.

f. Ekonomi

Kelompok terbentuk karena individu percaya bahwa mereka dapat

memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar dari pekerjaan mereka jika

mereka berorganisasi.

D. Tahapan Perkembangan Kelompok

Ada dua model yang menonjol dalam penjelasan yang ditawarkan untuk

pengembangan kelompok, yaitu Model Lima Tahap dan Model Keseimbangan yang

diselingi.

1. Model Lima Tahap

Tahap ini menjelaskan proses pengembangan kelompok dalam sebuah siklus

kematangan. Kelima tahap tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan. Ini adalah tahap mencairkan suasana, tahap berkenalan. Anggota

kelompok mencoba perilaku, menguji posisi mereka dan mengajukan

pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya. Kelompok menetapkan aturan

dasar yang longgar, tetapi spesifik.

b. Penyerbuan. Tahap ini ditandai dengan konflik karena para anggota berdebat,

mengundurkan diri dan bereksperimen dengan peran, saran yang ditawarkan

oleh anggota lain, dan upaya untuk beralih ke peran kepemimpinan. Hierarki

kelompok mulai terbentuk.


c. Norming, kelompok mulai bekerja ebih efektif bersama-sama. Ada rasa

kebersamaan atau ketertarikan untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok. Ini

adalah awal dari kekompakan. Seperangkat harapan yang digerakkan oleh

kelompok dikomunikasikan di dalam kelompok.

d. Performing. Kelompok mencapai tujuan dan melakukan tugas yang diberikan

dengan baik. Anggota kelompok mulai bekerjasama dan saling membantu satu

sama lain. Kelompok ini menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai

tujuan mereka.

e. Adjourning. Tahap ini terjadi ketika kelompok selesai melakukan tugasnya dan

memutuskan untuk bubar. Anggota kelompok merasa sedih karena harus

berpisah dan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.

2. Model Keseimbangan yang diselingi

Model Keseimbangan yang Diselingi (punctuated equilibrium model/PEM)

adalah model pengembangan kelompok yang menyajikan pengembangan kelompok

sebagai sebuah konsep tiga tahap. Beberapa orang percaya bahwa model lima tahap

terlalu statis dan tidak realistis. Model PEM menggambarkan bahwa kelompok

mengalami periode keseimbangan yang relatif stabil di antara dua periode perubahan

yang cepat dan signifikan.

a. Tahap pertama terjadi ketika kelompok mendefinisikan tugas-tugas, menetapkan

tujuan-tujuan, dan mempertimbangkan berbagai cara untuk melaksanakan

langkah-langkah rencana atau proyek. Di suatu tempat di sepanjang kontinum

waktu, kelompok memutuskan untuk mengubah perspektifnya dan mengambil

tindakan
b. Tahap kedua adalah periode perubahan yang cepat dan signifikan, di mana

kelompok mengubah pendekatan atau strategi mereka untuk mencapai tujuan

mereka.

c. Tahap ketiga adalah periode keseimbangan yang relatif stabil, di mana

kelompok bekerja untuk mencapai tujuan mereka dengan pendekatan baru yang

telah mereka pilih. Model PEM menekankan bahwa kelompok tidak selalu

mengikuti pola pengembangan yang terstruktur dan dapat mengalami perubahan

yang cepat dan signifikan dalam pendekatan mereka untuk mencapai tujua

mereka.

E. Status, Peranan dan Norma

1. Status

Status dan posisi sangat mirip sehingga istilah ini sering kali dipertukarkan.

Status yang diberikan pada posisi tertentu biasanya merupakan konsekuensi dari

karakteristik tertentu yang membedakan satu posisi dengan posisi lainnya. Dalam

beberapa kasus, seseorang diberi status karena faktor-faktor seperti senioritas

pekerjaan, usia, atau kemampuan. Sebagai contoh, pekerja tertua mungkin dianggap

lebih mahir secara teknis dan oleh karena itu diberi status oleh sekelompok teknisi.

Kapan pun teknisi lain membutuhkan bantuan untuk masalah teknis yang sangat

rumit, mereka dapat berkonsultasi dengan "guru" ini untuk mendapatkan nasihat

yang berguna. Dengan demikian, status yang diberikan mungkin tidak ada

hubungannya dengan hierarki status formal.

2. Peran

Setiap orang dalam struktur kelompok, termasuk para pemimpinnya,

memiliki peran terkait yang terdiri dari perilaku yang diharapkan dari penghuni

posisi tersebut. Direktur pelayanan keperawatan di rumah sakit diharapkan untuk


mengatur dan mengendalikan departemen keperawatan dan membantu dalam

mempersiapkan dan mengelola anggaran. Seorang supervisor keperawatan, di sisi

lain, diharapkan untuk mengawasi kegiatan tenaga keperawatan yang terlibat dalam

layanan keperawatan tertentu, seperti kebidanan, pediatri, dan bedah. Perilaku yang

diharapkan ini umumnya disetujui tidak hanya oleh penghuni rumah sakit tetapi juga

oleh anggota kelompok keperawatan dan personel rumah sakit lainnya.

Selain peran yang diharapkan, ada peran yang dirasakan dan peran yang

diberlakukan. Peran yang dirasakan adalah serangkaian perilaku yang diyakini oleh

seseorang yang menduduki suatu posisi yang harus dilakukannya. (Dalam beberapa

kasus, peran yang dirasakan mungkin sesuai dengan peran yang diharapkan.)

Sebaliknya, peran yang diberlakukan adalah perilaku yang benar-benar dilakukan

seseorang. Kelompok yang cukup stabil atau permisif biasanya mendorong

kesepakatan yang baik antara peran yang diharapkan dan peran yang dirasakan.

3. Norma

Norma adalah standar yang dimiliki bersama oleh para anggota suatu

kelompok. Norma memiliki beberapa karakter yang penting bagi anggota kelompok.

Pertama, norma-norma dibentuk hanya untuk hal-hal yang penting bagi kelompok.

Norma-norma tersebut mungkin tertulis, tetapi sering kali dikomunikasikan secara

lisan kepada para anggota. Dalam banyak kasus, norma-norma tersebut tidak pernah

dinyatakan secara formal, tetapi entah bagaimana diketahui oleh anggota kelompok.

Kedua, norma-norma diterima dalam berbagai tingkatan oleh anggota kelompok.

Ada yang diterima sepenuhnya, ada yang hanya sebagian. Dan ketiga, norma-norma

dapat berlaku untuk setiap anggota kelompok atau hanya untuk beberapa anggota

kelompok.
Baik kelompok formal maupun informal mungkin memiliki berbagai norma.

Sebagai contoh, sebagian besar kelompok memiliki norma kesetiaan yang

mendorong pengembangan tingkat kesetiaan dan komitmen yang kuat dari para

anggotanya. Para anggota diharapkan untuk melakukan hal-hal tertentu (misalnya,

bekerja lembur, menerima mutasi, membantu anggota lain) untuk membuktikan

bahwa mereka setia. Berikut merupakan contoh Norma Positif dan Negatif:

a. Norma Positif:

1) Orang-orang membela perusahaan ketika orang lain mengkritiknya.

2) Karyawan selalu berusaha untuk meningkatkan diri, bahkan ketika segala

sesuatunya berjalan dengan baik.

3) Di sekitar sini, orang-orang adalah pendengar yang baik dan mencari pendapat

orang lain.

4) Manajer dan supervisor sangat peduli dengan karyawan mereka.

b. Norma Negatif:

1) Di perusahaan, mereka selalu berusaha mengambil keuntungan dari karyawan.

2) Tidak ada gunanya mencoba bekerja lebih keras

3) Dalam organisasi, yang terbaik adalah menyembunyikan masalah dan

menghindari atasan.

F. Perilaku dan Konflik antar Kelompok

Karakteristik kelompok yang sama pentingnya adalah bahwa mereka sering

berkonflik dengan kelompok lain dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkonflik

dengan kelompok lain karena berbagai alasan, dan hasil yang dihasilkan bisa baik atau

negative bagi organisasi. Dalam sebuah organisasi formal, setiap posisi memiliki

aktivitas tertentu yang diharapkan. Aktivitas-aktivitas ini merupakan peran dari posisi

tersebut dari sudut pandang organisasi. Organisasi mengembangkan deskripsi pekerjaan


yang mendefinisikan aktivitas setiap posisi tertentu dan bagaimana hubungannya dengan

posisi lain dalam organisasi. Namun, untuk kelompok formal (tugas dan perintah) dan

informal (minat dan pertemanan), peran mungkin tidak ditetapkan secara eksplisit,

namun dipahami dengan jelas oleh anggota kelompok.

1. Beberapa Peran dan Kumpulan Peran

Beberapa peran mengacu pada peran yang berbeda, sementara set peran

mengacu pada harapan yang berbeda yang terkait dengan satu peran. Oleh karena itu,

seseorang yang terlibat dalam banyak peran yang berbeda, masing-masing dengan

seperangkat peran yang kompleks, menghadapi kompleksitas perilaku individu yang

paling tinggi. Peran ganda dan perangkat peran adalah konsep penting karena

kemungkinan komplikasi yang membuat pendefinisian peran tertentu menjadi sangat

sulit, terutama dalam pengaturan organisasi. Hal ini sering kali dapat mengakibatkan

konflik peran bagi individu.

2. Persepsi Peran

Individu yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang perilaku yang

terkait dengan peran tertentu. Dalam lingkungan organisasi, ketepatan dalam persepsi

peran dapat memiliki dampak yang pasti terhadap kinerja. Hal ini menjadi lebih rumit

karena, di dalam organisasi, mungkin terdapat persepsi yang berbeda tentang peran

yang sama: persepsi organisasi formal, kelompok, dan individu.

3. Konflik Peran

Karena banyaknya peran dan perangkat peran, seorang individu mungkin

menghadapi situasi kompleks dengan persyaratan peran yang simultan di mana kinerja

satu peran menghalangi kinerja peran lainnya. Sebagai anggota kelompok, individu

menghadapi tekanan yang luar biasa untuk menyerahkan identitas diri dan
akuntabilitasnya sebagai ganti loyalitas dalam kelompok. Ketika hal ini terjadi,

individu menghadapi situasi yang dikenal sebagai konflik peran. Beberapa bentuk

konflik ini dapat terjadi dalam organisasi.

a. Konflik Peran-Pribadi

Konflik peran-orang terjadi ketika persyaratan peran melanggar nilai-nilai

dasar, sikap, dan kebutuhan individu yang menduduki posisi tersebut. Contohnya

seperti seorang atasan yang merasa sulit untuk memberhentikan seorang

bawahan yang sudah berkeluarga dan seorang eksekutif yang mengundurkan diri

daripada terlibat dalam suatu kegiatan yang tidak etis.

b. Konflik Intrarole

Konflik intrarole terjadi ketika individu yang berbeda mendefinisikan

sebuah peran sesuai dengan seperangkat ekspektasi yang berbeda, sehingga

mustahil bagi orang yang menduduki peran tersebut untuk memenuhi semua

ekspektasi tersebut. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika suatu peran memiliki

seperangkat peran yang kompleks (banyak hubungan peran yang berbeda).

Supervisor dalam situasi industri memiliki seperangkat peran yang cukup

kompleks dan dengan demikian mungkin menghadapi konflik intrarole. Contoh

kasus yang dihadapi oleh supervisor adalah disaat manajemen puncak memiliki

ekpektasi yang menekankan peran supervisor dalam hirarki manajemen. Namun

di sisi lain, supervisor mungkin memiliki hubungan pertemanan yang erat dengan

anggota kelompok. Inilah sebabnya mengapa supervisor sering digambarkan

sebagai “terjebak di tengah-tengah”.

c. Konflik Antar Peran

Konflik peran dapat terjadi karena seseorang secara bersamaan

menjalankan banyakm peran, beberapa di antaranya memiliki ekspektasi yang


saling bertentangan. Contohnya seperti seorang ilmuwan di sebuah pabrik kimia

yang juga merupakan anggota kelompok manajemen mungkin mengalami konflik

peran seperti ini. Dalam situasi seperti itu, ilmuwan tersebut mungkin diharapkan

untuk berperilaku sesuai dengan harapan manajemen dan juga harapan para ahli

kimia professional.

4. Hasil dari Konflik Peran

Individu yang dihadapkan pada konflik peran mengalami tekanan psikologis

yang dapat menyebabkan masalah emosional dan keraguan. Penelitian telah

menunjukkan bahwa konflik peran sering terjadi dan memiliki efek negatif pada

kinerja dalam spektrum yang luas pada berbagai jenis pekerjaan dan konteks.

Meskipun para manajer tidak dapat melakukan banyak hal untuk menghindari

beberapa jenis konflik peran, banyak jenis konflik peran yang dapat diminimalkan.

Sebagai contoh, beberapa konflik peran (terutama konflik intrarole) dapat diakibatkan

oleh pelanggaran prinsip-prinsip klasik tentang rantai komando dan kesatuan

komando. Dengan kata lain, ketika individu dihadapkan pada harapan atau tuntutan

yang saling bertentangan dari dua sumber atau lebih, kemungkinan besar hasilnya

adalah penurunan kinerja. Selain itu, konflik antar peran dapat ditimbulkan oleh

ekspektasi yang saling bertentangan dari kelompok formal atau informal, dengan hasil

yang serupa dengan konflik intrarole. Dengan demikian, kelompok yang sangat

kohesif yang tujuannya tidak konsisten dengan tujuan organisasi formal dapat

menyebabkan banyak konflik peran bagi para anggotanya.


Referensi :

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H. Jr., & Konopaske, R. (2021). Organizations
Behavior, Structure, Processes Fourteenth Edition. University of Kentucky,
University of Houston, Texas State University.

Anda mungkin juga menyukai