Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEPRIBADIAN DAN NILAI

Oleh:
NURSAIBAH TANJUNG (21150004)
Email: nursaibah2610@gmail.com
PRODI PERBANKAN SYARIAH STAIN MADINA
2022

ABSTRAK
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu
cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul
adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam
kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan
energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan
kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah
seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang
tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam
menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Dapat dipastikan bahwa nilai-
nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan besarnya
tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang yang semakin ditempa oleh
tantangan dan cobaan menjadi semakin kuat dan memiliki kepribadian yang
dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin besar tantangan dan
cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.
Kata Kunci : kepribadian, nilai, jenis, kerangka kerja

A. PENDAHULUAN
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara
beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian
dari orang lain. Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang
mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari lahir
atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada etika
seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika
seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada. Apabila seseorang berada
pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan
beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila
seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan
pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada.
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan
dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah
seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian
orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif
terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang yang
selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir
energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan
cobaan.
B. LANDASAN TEORI
Kepribadian (personality) adalah jumlah total cara-cara dimana seseorang
individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain. Pengukuran kepribadian
dalam proses perekrutan penting dilakukan agar manajer dapat memprediksi siapa
yang terbaik untuk sebuah pekerjaan. Mengukur kepribadian alasan paling penting
mengapa manajer perlu mengetahui bagaimana mengukur kepribadian adalah riset
telah menunjukkan kegunaan uji kepribadian dalam melakukan perekrutan dan
membantu manajer memprediksi siapa yang terbaik untuk sebuah pekerjaan. Alat
paling umum untuk mengukur kepribadian adalah melalui survey laporan diri
dimana individu mengevaluasi dirinya sendiri dalam serangkaian factor.
Pembeda Kepribadian
Hereditas (heredity) adalah faktor yang ditentukan saat konsepsi; biologis,
fisik dan pembentukan psikologis inheren. Penelitian membuktikan bahwa
hereditas mempengarui sekitar 50%  dari kesamaan kepribdian antara anggota dan
lebih dari 30%  kesamaan dalam minat kerja dan hiburan. Karakteristik-
karakteristik yang bertahan yang menjelaskan perilaku seorang individu.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode penelitian
yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis kejadian,
fenomena, atau keadaan secara sosial. Jenis penelitian deskriptif kualitatif
merupakan gabungan penelitian deskriptif dan kualitatif.
D. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
1. Faktor Penentu Kepribadian
a. Faktor Keturunan

Terdapat tiga dasar penelitian berbeda yang memberikan sejumlah


kredibiltas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama terfokus
pada penyokong genetis dan prilaku dan temperamen anak-anak. Dasar
kedua berfokus pada anak-anak yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam
berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat
terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukan bahwa sifat-
sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan
karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa
sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
mempengaruhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Dukungan tambahan terhadap pentingnya faktor keturunan dapat
ditemukan dalam berbagai penelitian mengenai kepuasan kerja individual.
Kepuasan kerja individual ternyata relatif stabil dari waktu ke waktu. Hasil
ini konsisten dengan apa yang anda harapkan jika kepuasan ditentukan
oleh sesuatu yang menjadi bawaan dalam diri seseorang bila dibandingkan
dengan faktor lingkungan luar. Faktanya, penelitian telah menunujukan
bahwa anak-anak kembar identik yang dibesarkan secara terpisah memiliki
tingkat kepuasan kerja yang sama, meskipun pekerjaan mereka sama sekali
berbeda.
b. FaktorEksogen/ Lingkungan ( Environment)
1) Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pemebentukan
kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan
kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (2)
anak banyak yang menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga,
dan (3) para anggota keluarga merupakan ‘’significant people’’ bagi
pembenukan kepribadian anak.Anak yang dikembangkan dalam iklim
demokratis cenderung memiliki ciri-ciri kepribadian: labih aktif, lebih
bersikap sosial, lebih memiliki harga diri, dan lebih konstruktif
dibandingkan dengan anak yang dikembangkan dalam iklim
authoritarian.

2) Faktor kebudayaan
Bidang kebudayaan suatu pendapat mengatakan bahwa kehidupan
kebudayaan menentukan dalam lapang pikiran manisia. Tanpa latar
belakang kebudayaan yang tinggi maka perkembangan kebudayaan
manusia (masyarakat akan terlambat, kurang pesat, bahkan mencapai
kemajuan-kemajuan yang berarti. Paham Culturalisme mengatakan
bahwa lapangan kebudayaan merupakan landasan, fondasi dari
perkembangan manusia. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian
ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang
budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih
sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style),
seperti cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi,
pencaharian, dan cara berpikir (cara memendang sesuatu).
3) Pengaruh faktor pendidikan (education)/Sekolah
Faktor pendidikan penting sekali di dalam kehidupan
manusia.pendidikan adalah bimbingan secara sadar dan sistematis
agar seoarang dapat mengembangkan segala potensi yang ada
padanya dan untuk menanamkankepada seseorang sifat-sifat dan 
kecakapan-kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut
pandangan ilmu jiwa setiap anak mempunyai potensi yang akan
berkembang,pendidik berkewajiban untuk menanamkan sifat-sifat
baik, misalnya sifat-sifat patriotik, susila dan sebagainya dan
kecakapan-kecakapan dalam bidang-bidang hukum, dokter, ahli
bangunan, politik, pegawai dan sebagainya. Untuk menuju kepada
tujuannyayaitu manusia berbudaya, manusia yang mengenal,
memiliki,memelihara, mengembangkan, mencipta nilai-nilai
kebudayaan. Maka tiap-tiap pendidikan adalah usaha sadar yang
bertujuan tegas, dan selalu bersifat memengaruhi perkembangan anak
didik secara aktif.
4) Faktor ekonomi
Faktor ekonomi menyangkut kedudukan sosial ekonomi atau kejayaan
seseorang atau keluarga atau bangsa.sebab jika ekonomi “kuat” maka
segala kebutuhan dapat terpenuhi dan  sebaliknya jika ekonomi
“lemah” akan serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan materi.
5) Faktor sosial atau kemasyarakatan
Faktor sosial atau kemasyarakatan adalah pergaulan dan hubungan
sosial yang dari keluarga,sekolah,masyarakat,tempat kerja dan
sebagainya. Teoti-teori kaum Utopi mengatakan bahwa pergaulan
sosial tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan manusia.
6) Faktor politik
Kehidupan politik adalah kehidupan yang berhubungan dengan hal-
hal kenegaraan, misalnya : kebebasan, kedaulatan, dan sebagainya.
jika suku bangsa (manusia) tertindas oleh bangsa lain, tidak ada
kebebasan, tidak ada kedaulatan, maka perkembangan bangsa itu akan
terhambat, kehidupan politik itu sendiri bersifat kompleks,
menyangkut kehidupan yang lain (ekonomi, kebudayaan, agama dan
sebagainya).
7) Faktor religi (agama)
Suatu pendapat mengatakan agama mempunyai pengaruh yang
menentukan dalam perkembangan manusia. Misalnya : bangsa Arab,
sebelum agama Islam timbul, bansa Arab hidup terpecah belah.
Dengan timbulnya agama Islam, maka timbullah persatuan antara
suku-suku bangsa arabmenujunkepada suatu integrasi kebudayaan
dengan dasar agama Islam. Agama memberi landasan untuk
pengembangan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan agama yag kuat dan berkembang di masyarakat dan
negara, diharapkan pendidikan dan pengembangan moralitas individu
dan masyarakat menjadi baik dan maju, berarti watak individu,
masyarakat dan bangsa menjadi subur.
2. Kerangka Kerja Kepribadian
Model Sifat-Sifat Lima Besar Memengaruhi Kriteria Perilaku Organisasi

Sifat-Sifat Lima Apa Yang


Besar Mengapa Itu Relevan ? Dipengaruhinya ?
·   Lebih sedikit pemikiran ·   Kepuasan hidup dan kerja
Stabilitas negatif dan emosi negatif lebih tinggi
Emosional ·   Lebih tidak waspada yang ·   Level stres lebih rendah
berlebihan
·   Keahlian interpersonal ·   Kinerja lebih baik
lebih baik ·   Kepemimpinan lebih baik
·   Dominansi sosial lebih ·   Kepuasan kerja dan hidup
Ekstraversi
besar lebih baik
·   Lebih ekspresif secara
emosional
·   Meningkatkan ·   Pelatihan kinerja
pembelajaran ·   Peningkatan kepemimpinan
Keterbukaan
·   Lebih kreatif ·   Lebih adaktif terhadap
·   Lebih fleksibel perubahan
·   Lebih disukai ·    Kinerja lebih baik
Keramahan ·   Lebih patuh dan taat ·    Level perilaku menyimpang
lebih rendah
Kehati-hatian ·   Lebih banyak usaha dan ·    Kinerja lebih baik
persistensi ·    Kepemimpinan lebih baik
·   Lebih terdorong dan ·    Umur panjang
disiplin
·   Lebih teratur dan
terencana

3. Pentingnya Nilai
Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena
menjadi dasarpemahaman sikap dan motivasi individu, dank arena hal
tersebut perpengaruh terhadap kita. Individu memasuki suatu organisasi
dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang
“seharusnya” dan apa yang “tidak seharusnya” terjadi.
Secara umum, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya, anda
memasuki sebuah perusahaan dan memiliki pandangan bahwa pengalokasian
berdasarkan prestasi kerja adalah benar, sementara pengalokasian imbalan
berdasarkan senioritas adalah salah.
Nilai memberikan fondasi bagi pemahaman kita mengenai sikap dan
motivasi orang-orang serta pengaruh persepsi kita. Kita memasuki sebuah
organisasi dengan ide-ide yang ditanamkan sebelumnya mengenai apa yang
sebaiknya dan tidak sebaiknya terjadi. Ide-ide ini tidak bebas dari nilai,
sebaliknya mereka mengandung interpretasi kita tentang yang benar dan salah
serta pilihan kita untuk perilaku atau tujuan tertentu terhadap pihak lain. Nilai
mengaburkan objektivitas dan rasionalitas, mereka memengaruhi sikap dan
perilaku.
Organisasi dengan pandangan yang mengalokasikan gaji berdasarkan
kinerja adalah benar, sedangkan mengalokasikan gaji berdasarkan senioritas
adalah salah karena akan berujung pada ketidakpuasan kerja dan keputusan
untuk tidak mengerahkan usaha.

4. Jenis-jenis Nilai
Nilai (value) mengandung elemen penilaian karena mengandung ide-ide
seorang individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Ia memiliki
atribut isi maupun intensitas. Atribut isi mengatakan sebuah mode tindakan atau
akhir keberadaan penting. Atribut intensitas menspesifikasikan seberapa
pentingnya. Ketika memperingkatkan nilai dari sisi intensitas, kita memperoleh
sistem nilai (value system) orang tersebut. Kita semua memiliki sebuah hierarki
nilai menurut kepentingan relatif yang kita berikan pada nilai-nilai seperti
kebebasan, kesenangan, hormat diri, kejujuran, kepatuhan, dan kesamaan.
Nilai cenderung relatif stabil dan bertahan. Banyak dari nilai yang kita
pegang dibentuk saat kita masih kecil oleh orang tua, guru, teman, dan yang
lainnya. Sebagai anak, kita diberitahu mana perilaku atau tujuan yang selalu
diinginkan atau selalu tidak diinginkan, dengan sedikit area abu-abu. Misalnya,
tidak pernah diajarkan untuk hanya menjadi sedikit jujur atau sedikit bertanggung
jawab. Jadi, karakteristik-karakteristik hitam atau putih dari nilai adalah bersifat
absolut, sehingga menjamin stabilitas dan kelangsungannya. Nilai-nilai dapat
berubah jika kita meragukannya, tetapi umumnya, nilai-nilai itu tertanam semakin
kuat. Ada juga bukti hubungan antara kepribadian dan nilai, menyiratkan nilai kita
bisa saja sebagian ditentukan oleh sifat-sifat yang ditranmisikan secara genetik.
Nilai terminal (terminal value)adalahhasilakhir yang dinginkan dari
keberadan, sasaran yang ingindicapaiseseorangdalamhidupnya.
Nilai instrumental (instrumental value)adalah modeprilaku yang lebih
disukai, atau alat untuk mencapai nilaiterminal seseorang.
Karakteristik Nilai
Kemendiknas dalam Heri Supranoto (2015) telah mengidentifikasi 18 nilai
karakter yang perlu ditanamkan yang bersumber dari agama, pancasila, budaya
dan tujuan pendidikan nasional. Kedelapan belas nilai tersebut dideskripsikan oleh
Sari dan Widiyanto (2013) sebagai berikut :
1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain.
2) Jujur, upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi, menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin, perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja Keras, upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain.
8) Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa Ingin Tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan, menempatkan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air, cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
ksetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa.
12) Menghargai Prestasi, mendorong dirinya menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, menghormati keberhasilan orang
lain.
13) Bersahabat/Komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14) Cinta Damai, sikap perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15) Gemar Menmbaca, kebiasan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi drinya.
16) Peduli Lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli Sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang eharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) negara dan Tuhan
yang Maha Esa.

Nilai Terminal versus Instrumental


Seorang peneliti yang bernama Milton Rokeach berpendapat nilai dapat
dipisahkan kedalam dua kategori, yaitu :
1) Nilai Terminal, merujuk pada hasil akhir yang diinginkan. Ini merupakan
sasaran yang ingin dicapai seseorang dalam hidupnya. Contohnya adalah
kesejahteraan dan kesuksesan ekonomi, kebebasan, kesehatan, dan
kebaikan, kedamaian dunia, serta arti hidup.
2) Nilai Instrumental, merujuk pada mode perilaku yang lebih disukai, atau
alat untuk mencapai nilai terminal. Contohnya adalah otonomi dan
harapan diri, disiplin pribadi, kebaikan, serta orientasi sasaran.
Masing-masing dari kita menempatkan nilai baik pada hasil (nilai terminal)
dan alat (nilai instrumental). Keseimbangan di antara keduanya penting,
sebagaimana pemahaman tentang alat untuk mencapainya. Nilai terminal dan
instrumental beragam per individu.
5. Menghubungkan Kepribadian dan dan Nilai Individu ke Tempat Kerja 
Model Kepribadian Lima Besar
Inilah faktor-faktor Lima Besar, yaitu :
a. Ekstraversi, sebuah dimensi kepribadian yang menjelaskan seseorang
yang mampu bersosialisasi, ekspresif, dan percaya diri. Dimensi
ekstraversi menampilkan level kenyamanan kita di dalam hubungan.
Ekstrover cenderung ekspresif, percaya diri, dan mampu bersosialisasi.
Introver cenderung pemalu, penakut, dan tenang.
b. Keramahan, dimensi ini merujuk pada kecendrungan seorang individu
untuk memahami orang lain. Orang yang ramah kooperatif, hangat, dan
mempercayai. Orang yang berskor rendah dingin, tidak ramah, dan
antagonis.
c. Kehatian-hatian, dimensi ini adalah sebuah ukuran reabilitas. Orang yang
sangat hati-hati bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan, dan
persisten. Mereka yang berskor rendah pada dimensi ini mudah
dialihkan, tidak teratur, dan tidak dapat diandalkan.
d. Stabilitas emosional, dimensi ini sering dilabeli dengan kebalikannya,
uring-uringan menunjukkan kemampuan seseorang untuk menghadapi
stres. Orang dengan stabilitas emosional positif tinggi cenderung tenang,
percaya diri, dan aman. Mereka dengan skor negatif tinggi cenderung
gugup, cemas, depresi, dan tidak aman.
e. Keterbukaan pada pengalaman, dimensi ini mencakup kisaran minat dan
ketertarikan atas inovasi. Orang yang sangat terbuka, kreatif, ingin tahu,
dan secara artistik sensitif. Sebaliknya, mereka yang berada di ujung
lainnya dari kategori ini konvensional dan merasa nyaman dalam
keadaan yang dikenal.
6. Menghubungkan Kepribadian dan Nilai Individu Kelompok Kerja
Riset telah menemukan hubungan antara dimensi-dimensi kepribadian ini
dan kinerja. Pekerja dengan skor tinggi dalam kehati-hatian mengembangkan
level pengetahuan kerja yang lebih tinggi, mungkin karena orang yang hati-hati
belajar lebih banyak. Level pengetahuan tentang pekerjaan yang lebih tinggi
berkontribusi pada level kinerja yang lebih tinggi. Individu yang hati-hati yang
lebih tertarik dalam belajar dibandingkan hanya menampilkan pekerjaan juga
sangat baik dalam menjaga kinerja saat dihadapkan dengan umpan balik negatif.
Bagaimanapun, bisa saja ada “terlalu banyak hal baik”, sebab individu yang
terlalu hati-hati biasanya tidak berkinerja lebih baik dibandingkan mereka yang
hanya berada di atas rata-rata dalam kehati-hatian.
Menariknya, orang-orang yang hati-hati hidup lebih lama, mereka merawat
diri dengan lebih baik dan terlibat lebih sedikit dalam perilaku beresiko seperti
merokok, minum-minum dan obat-obatan, dan perilaku seksual atau berkendara
yang beresiko. Meskipun demikian, mereka tidak beradaptasi dengan baik pada
konteks perubahan. Mereka umumnya berorientasi pada kinerja dan bisa memiliki
masalah mempelajari keahlian yang kompleks lebih awal dalam proses pelatihan
karena fokus mereka adalah pada berkinerja baik dibandingkan pembelajaran.
Akhirnya, mereka sering kali kurang kreatif daripada orang yang kurang hati-hati,
khususnya secara artistik.
Dari sifat-sifat lima besar, stabilitas emosional paling kuat hubungannya
dengan kepuasan hidup, kepuasan kerja, dan tingkat stres yang rendah. Skor tinggi
lebih mungkin menjadi positif dan optimis serta mengalami emosi-emosi negatif
lebih kecil. Mereka umumnya lebih bahagia dibandingkan dengan skor rendah.
Skor rendah terlalu waspada (mencari-cari masalah atau tanda-tanda bahaya serta
rentan terhadap efek fisik dan psikologis stres).
Ekstrover cenderung lebih bahagia dalam pekerjaan dan hidupnya. Mereka
mengalami banyak emosi-emosi positif dibandingkan introvert, dan mereka
mengungkapkan perasaan-perasaan ini. Ekstrover juga cenderung berkinerja lebih
baik dalam pekerjaan dengan interaksi interpersonal signifkan. Mereka biasanya
memiliki lebih banyak keahlian sosial dan teman.
Orang yang berskor tinggi dalam keterbukaan pada pengalaman lebih kreatif
dalam ilmu pengetahuan dan seni dibandingkan yang berskor rendah. Oleh karena
kreativitas lebih penitng bagi kepemimpinan, orang-orang yang terbuka lebih
mungkin menjadi pemimpin yang efektif dan lebih nyaman dalam ambiguitas.
Mereka menghadapi perubahan organisasi dengan lebih baik dan lebih adaptif
dalam konteks yang beragam.
Individu yang ramah lebih disukai daripada yang tidak, mereka cenderung
lebih baik dalam pekerjaan berorientasi interpesonal seperti layanan pelanggan.
Orang-orang yang ramah juga lebih patuh dan taat peraturan, kurang berisiko
mengalami kecelakaan, dan lebih puas dalam pekerjaannya. Mereka berkontribusi
pada kinerja organisasi dengan terlibat dalam perilaku kependudukan dan kurang
mungkin terlibat dalam penyimpangan organisasi. Keramahan diasosiasikan
dengan level kesuksesan karier (khususnya pendapatan) yang lebih rendah.
Sifat Kepribadian Lainnya yang Relevan dengan Perilaku Organisasi
Sifat-sifat lima besar telah terbukti sangat relevan dengan perilaku organisasi,
dan Dark Triad menjanjikan subjek untuk riset lebih lanjut, tetapi mereka tidak
mencakup kisaran sifat-sifat yang dapat menjelaskan kepribadian seseorang.
1) Evaluasi Inti Diri, orang yang memiliki evaluasi inti diri positif menyukai
dirinya dan memandang dirinya efektif, mampu, dan dalam kendali atas
lingkungannya. Mereka dengan evaluasi diri negatif cenderung tidak
menyukai dirinya, mempertanyakan kemampuannya, dan memandang
dirinya tidak berdaya atas lingkungan. Evaluasi inti diri berhubungan
dengan kepuasan kerja karena orang-orang positif dalam sifat ini melihat
lebih banyak tantangan dalam pekerjaanya dan sebenarnya memperoleh
pekerjaan yang lebih kompleks. Orang-orang dengan evaluasi inti diri
positif berkinerja lebih baik dibandingkan yang lainnya karena mereka
menetapkan sasaran yang lebih ambisius, lebih berkomitmen dengan
sasarannya, dan bertahan lebih lama dalam mencoba mencapainya.
2) Pengawasan Diri, menjelaskan kemampuan seorang individu untuk
menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal.
Pengawasan diri yang tinggi menunjukkan adaptabilitas yang cukup dalam
menyesuaikan perilakunya dengan petunjuk-petunjuk eksternal dan dapat
berperilaku berbeda dalam situasi yang beragam, kadang-kadang
menampilkan kontradiksi yang berbeda antara tampilan umum dan pribadi.
Pengawasan diri rendah tidak dapat menyamarkan dirinya didalam
organisasi. Mereka cenderung menampilkan disposisi dan sikap mereka
yang sebenarnya dalam setiap situasi. Oleh karena itu, ada konsistensi
perilaku yang tinggi antara siapa mereka dan apa yang mereka kerjakan.
Bukti menunjukkan bahwa pengawasan diri tinggi sangat memperhatikan
perilaku orang lain dan lebih mampu untuk menyesuaikan diri
dibandingkan pengawas diri rendah.
3) Kepribadian Proaktif, adalah orang yang secara aktif mengambil inisiatif
untuk memperbaiki kondisi saat ini atau menciptakan yang baru. Mereka
dengan kepribadian proaktif mengidentifikasi peluang, menunjukkan
inisiatif, mengambil tindakan, dan bertahan sampai perubahan yang berarti
terjadi dibandingkan yang lain yang beraksi pasif terhadap situasi. Tidak
mengejutkan, individu-individu yang proaktif memiliki banyak perilaku
yang diinginkan organisasi. Mereka juga memiliki level kinerja dan
kesuksesan karier yang lebih baik.

E. PENUTUP
Kepribadian berarti bagi perilaku organisasi. Ia tidak menjelaskan semua
perilaku, tetapi ia menetapkan tahapannya. Teori dan riset yang berkembang
mengungkapkan bagaimana kepribadian berarti lebih dalam beberapa situasi
dibandingkan yang lainnya. Lima Besar telah menjadi kemajuan yang cukup
penting, meskipun Dark Triad dan sifat-sifat lainnya juga berarti. Lebih jauh lagi,
setiap sifat memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perilaku kerja. Tidak ada
konstelasi yang sempurna dari sifat-sifat yang ideal untuk setiap situasi.
Kepribadian dapat membantu untuk memahami mengapa orang-orang bertindak,
berpikir, dan merasa sebagaimana yang kita lakukan, dan manajer yang cerdas
dapat menempatkan pemahaman itu untuk digunakan dengan hati-hati
menempatkan pekerja dalam situasi yang paling cocok dengan kepribadiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, W. (2014). Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kualitas Persahabatan


Dengan Kepercayaan Pada Remaja Akhir (Mahasiswa Psikologi
Universitas Mulawarman). e-Journal Psikologi , 206-216.

Ramdhani, N. (2007). Apakah Kepribadia Menentukan Pemilihan Media


Komunikasi ? Metaanalisis Terhadap Hubungan Kepribadian
Extraversion, Neuroticism, dan Openness to Experience dengan
Penggunaan Email. Jurnal Psikologi Volume : 34. No.2 , 112-129.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba


Empat.

Supranoto, H. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Dalam


Pembelajaran SMA. Vol.3 No.1 , 36-49.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi Edisi ke-
16,Jakarta: Salemba Empat.

Fudyartanta Ki.2007.Psikologi Kepribadian,Yogyakarta:Zenith Publisher

Fudyartanta Ki.2011.Psikologi Umum 1&2, Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Yusuf Syamsu.2005.Teori Kepribadian, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Stephen P. robbins, perilaku organisasi; salemba empat; 2008, Jakarta

V. Rivai and D. Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:


Rajawali Press, 2012.

Anda mungkin juga menyukai