Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KARAKTERISTIK INDIVIDU

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi


dan Kepemimpinan Pendidikan Islam

Disusun Oleh:

1. Jeni Andriyati (228610800013)


2. Sahrul Arifin (228610800019)
3. Efy Durotul Fikriyah (228610800024)

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil kerja dari keseluruhan sumber daya
yang ada dalam organisasi baik secara kuantitas maupun secara kualitas, atau dengan
kata lain tingkat pencapaian dari tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh krakteristik individu dari pegawai itu sendiri.
Kunci utama dalam fungsi pengarahan dan implementasi adalah pemahaman atas
karakteristik dan peran individu dalamorganisasi. Individu merupakan sesuatu yang
unik. Masing-masing individu memiliki karakteristik dan atau ciri khas tersendiri.
Keragaman karakteristik individu perlu dipahami manajer sebelum implementasi
dan fungsi pengarahan dilakukan. Adanya keragaman dari setiap individu baik dari
sisi kemampuan, nilai yang didapat dari pekerjaan, sikap dan minat yang tinggi dapat
mendorong rasa puas dari setiap individu terhadap pekerjaannya.
Hal tersebut disebabkan karena keragaman individu dapat memberikan dampak
berlawanan satu sama lain. Dampak positif ketika keragaman tersebut menjadi
potensi untuk saling melengkapi, atau sebaliknya, dampak negatif sebagai
sumber konflik bagi organisasi atau lembaga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik individu?
2. Bagaimana korelasi antara tiap faktor yang mempengaruhi karakteristik individu
terhadap kinerja individu dalam sebuah organisasi atau lembaga?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisasi dan kepemimpinan
pendidikan islam
2. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi karakteristik individu
3. Untuk memahami korelasi antara tiap faktor yang mempengaruhi karakteristik
individu terhadap kinerja individu dalam sebuah organisasi atau lembaga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Individu
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau
lembaga, lembaga harus bisa melihat kinerja pegawainya. Sebuah kinerja yang baik
sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu dan lingkungan kerja. Oleh karena itu,
sebuah lembaga harus dapat melihat bagaimana karakteristik individu dan lingkungan
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam tercapainya tujuan suatu lembaga
atau organisasi. Karakteristik individu ada yang terbentuk sejak lahir dan ada pula
yang terbentuk sebagai akibat pergaulan dan belajar. Stephen P. Robinson
menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
organisasi baik berupa kinerja maupun kepuasan. Keempat faktor tersebut adalah
biographical characteristic, ability, personality,dan learning.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu
1. Biographical Characteristic (Karakteristik Biografis)
Merupakan ciri-ciri individual yang mencakup usia, jenis kelamin, status
perkawinan, jumlah tanggungan, masa kerja (pengabdian) pda organisasi atau
lembaga, kemampuan, dan kepribadian. Selain itu setiap orang dapatberasal dari
latar belakang keluarga, lingkungan budaya, pendidikan dan kemampuan yang
berbeda. Semua hal ini dapat menimbulkan perbedaan-perbedaan individu dan
kecenderunagn perbedaan perilaku terhadap pekerjaan dalam suatu organisasi, baik
produktivitas, loyalitas, kerajinan, maupun kepuasan kerja.
a. Usia
Secara umum usia sebagai bagian dari variabel karaktersitik biografis akan
mempengaruhi perilaku sesorang. Semakin tinggi usia seseorang, maka semakin
rendah kemampuan fisiknya. Namun pengalaman dan kestabilan emosi semakin
tinggi pula dan kestabilan emosi yang tinngi berkorelasi dengan kesediaan
menerima kenyataan sehingga individu dengan usia yang tinggi akan semakin
positif terhadap pekerjaan serta semakin memiliki kepuasan kerja. Dengan
demikian memimpin di usia tua dapat lebih produktif karena memiliki kepuasan
kerja.
b. Jenis Kelamin
Antara wanita dan pria tidak ada perbedaan dalam hal memcahkan suatu
masalah, keterampilan anlitis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan
kemampuan belajar. Studi lain menyatakan bahwa wanita lebih bersedia
mematuhi otoritassedangkan pria lebih agresif sehingga memiliki potensi yang
lebih besar dalam meraih kesuksesan meski perbedaannya terlihat sangat kecil.
c. Status Perkawinan
Belum ada cukup bukti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa status
perkawinan berdampak pada produktivitas. Namun secara konsisten bahwa
karyawan yang telah menikah menunjukkan tingkat absensi yang lebih rendah
(lebih rajin) dibandingkan dengan karyawan yang masih bujangan.
d. Masa kerja
Relevansi masa kerja berhubungan dengan senioritas, atas dasar pengertian
maka masa kerja berkorelasi positif dengan produktivitas dan masa kerja juga
berkorelasi positif dengan kepuasan kerja.
e. Jumlah Tanggungan
Tanggungan bagi seseorang dapat menjadi beban tetapi dapat juga menjadi
tantangan. Dalam kaitannya dengan produktivitas, bahwa tanggungan keluarga
tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas.
2. Ability (Kemampuan)
Stephen P. Robbins mendefinisikan sebagai “ability refers to an individual’s
capacity to perform the various tasks in job”. Kemampuan mencakup arti yang
luas, yaitu keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan variasi
dalam pekerjaan. Kemampuan ini mencakup technical skill, human skill, dan
conceptual skill, kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan, serta kecermatan
menggunakan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan:
 Kemampuan teknis (technical skil), Kemampuan menggunakan pengetahuan,
metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.
 Kemampuan sosial (human skiil), kemampuan dalam bekerja dengan melalui
orang lain yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan
kepemimpinan yang efektif.
 Keterampilan konseptual (conceptual skill), Merupakan kemampuan mental
untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks serta
merumuskan konsep.
3. Personality (Kepribadian)
Kepribadian adalah keunikan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aspek, sifat,
dan perilaku yang khas yang ditampilkan seseorang ketika menghadapi orang lain,
suatu objek, atau peristiwa. Oleh karena itu kepribadian sangat berbeda-beda
antara satu individu dan individu lainnya. Kepribadian dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya:
a. Penentu Kepribadian
b. Keturunan
Pendekatan keturunan berpendapat bahwa kepribadian seseorang adalah
stuktur molekul dari gen yang berlokasi dalam kromosom yang diturunkan
orang tua ke anak-anaknya, sehingga jika karakteristik dipengaruhi oleh
keturunan maka ciri-ciri tersebut sudah nampak sejak lahir dan tidak dapat
diubah. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu.
c. Lingkungan
Kepribadian kita sangat dipengaruhi oleh budaya dimana kita dibesarkan,
kondisi awal kita, norma yang ada ditengah keluarga, teman dan kelompok
sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami.
d. Situasi
Faktor situasi mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seorang individu walaupun umumnya stabil dan
konsisten, justru berubah dalam situasi-situasi berbeda. Berdasarkan penelitian
ada 5 dimensi besar yang menggambarkan karakteristik kepribadian individu
yaitu:
 Extroversion
Kepribadian yang menggambarkan seseorang mampu bersosialisasi, suka
berkumpul, dan tegas
 Agreeableness
Menggambarkan seseorang yang baik hati, bisa bekerja sama dan percaya
kepada orang lain
 Conscientiousness
Menggambarkan seseorang yang gigih dan dapat diandalkan
 Emotional stability
Menggambarkan seseorang yang tenang, percaya diri, kokoh (positif)
 Openness to experience
Menggambarkan kepribadian yang imajinatif, artistik, sensitif, dan
intelektual.
4. Learning (Pembelajaran)
Belajar menjadi sesuatu yang inheren (melekat) pada individu dan sangat
berpengaruh padaperilakunya. Berdasarkan pandangan ini dapat dikatakan bahwa
perilaku, sikap, nilai, motif-motif, dan persepsi sebagian besarnya merupakan hasil
proses belajar (learning).
C. Metode Mengubah Perilaku
Dikarenakan belajar merupakan sesuatu yang melekat pada diri individu dan kapan
saja waktunya setiap individu akan mengalami proses belajar. Oleh karena itu,
organisasi harus menciptakan berbagai mekanisme atau lingkungan organisasi yang
memungkinkan setiap individu dalam organisasi (dapat) belajar sehingga terbentuk
perubahan perilaku sebagaimana yang diinginkan organisasi. Menurut Stephen P.
Robinson terdapat empat cara/metode yang dapat diterapkan untuk mengubah atau
membentuk perilaku yaitu:
1. Pemberian positive reinforcement (penguatan positif)
Hal ini bertujuan agar perilaku tersebut diulangi. Pemberian penguatan positif
dapat berupa pujian, ganjaran uang, promosi, dll.
2. Pemberian negative reinforcement (penguatan negatif)
Bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
3. Extinction (mengabaikan/ menghilangkan)
Sikap mengabaikan ini bertujuan untuk menghilangkan suatu perilaku dengan
cara tidak melakukan positif reinforcement atau negative reinforcement ataupun
dengan hukuman, misalnya seorang guru mengetahui bahwa terdapat salah
seorang siswa yang dengan sengaja terlambat masuk kelas agar diperhatikan oleh
guru dan teman sekelasnya, maka guru dapat mengabaikan ketika siswa tersebut
masuk kelas tanpa bertanya penyebab keterlambatan.
4. Pemberian punishment (hukuman)
Bertujuan untuk mengubah perilaku individu dengan cara memberi sanksi atau
hukuman, misalnya menunda pemberian gaji, menunda kenaikan pangkat, dll.
D. Jadwal Penguatan
Jadwal penguatan mengacu pada frekuensi waktu penguatan perilaku. Apabila
penguatan dilakukan setiap individu melakukan sesuatu yang diinginkan lembaga
maka disebut dengan continuous reinforcement schedules dan tepat jika digunakan
untuk perilaku yang tidak stabil, bersifat kaustis yang istimewa atau jarang terjadi.
Misalnya kasus pegawai yang sering terlambat, ketika pegawai tersebut datang tepat
waktu pimpinan dapat memuji ketepatan hadirnya.
Sebaliknya jika perilaku tersebut sering muncul maka dapat diterapkan partial
reinforcement schedules. Misalnya seorang pegawai yang rajin dan tidak pernah
terlambat hadir di lembaga, maka pimpinan tidak perlu setiap hari memuji sikap
positif pegawai tersebut.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam organisasi baik
berupa kinerja maupun kepuasan yakni biographical characteristic, ability,
personality,dan learning. Dari empat faktor tersebut dapat disimpulkan lebih rinci lagi
yakni usia memiliki korelasi positif terhadap kepuasan kerja, wanita lebih bersedia
mematuhi otoritas sedangkan pria lebih agresif sehingga memiliki potensi yang lebih
besar dalam meraih kesuksesan meski perbedaannya terlihat sangat kecil, masa kerja
berkorelasi positif terhadap produktivitas serta kepuasan kerja, sedangkan jumlah
tanggungan keluarga tidak secaralangsung mempengaruhi produktivitas kerja.

B. Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teoriteori yang
dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalam sebuah organisasi yang dapat
menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi sesungguhnya. Maka
sebagai Agent Of Change kita harus memaknai setiap kalimat yang tertulis didalam
makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan
membaca makalah ini dan dapat menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai