PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Keberagaman
Keragaman Individu dalam Organisasi diartikan sebagai kumpulan dari beberapa
persamaan maupun perbedaan latar belakang individu pada dimensi nilai, keyakinan, dan
opiniatau suatu hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan
organisasi/perusahaandan suatu hal yang perlu dikelola dengan baik. Terdapat dua tipe tingkat
keragaman, yaitu :
a. Keragaman level permukaan (surface-level diversity)
Melihat perbedaan-perbedaan dalam jenis kelamin, ras, etnis, umur yang dapat
memunculkan stereotip tertentu
b. Keragaman level dalam (deep level diversity)
Melihat perbedaan dalam nilai-nilai, kepribadian, preferensi kerja, semakin mengenal
orang lain dengan lebih baik.
a. Masa Kerja
Masa Kerja dinyatakan sebagai pengalaman kerja, dilihat sebagai sebuah predictor yang
baik dalam produktivitas pekerja. Masa kerja merupakan sebuah variable yang mampu
menjelaskan perputaran pekerja, semakin lama seseorang dalam pekerjaan maka
semakin kecil kemungkinan untuk resign.
b. Agama
Kepercayaan dapat menjadi suatu isu pekerjaan saat kepercayaan agama melarang atau
mendorong perilaku tertentu. Individu yang religious dapat beranggapan bahwa mereka
memiliki kewajiban untuk menunjukkan kepercayaan di tempat kerja, dan mereka yang
tidak memiliki kepercayaan lain mungkin merasa keberatan.
c. Orientasi Seksual dan Identitas Gender
Untuk identitas jenis kelamin, perusahaan semakin menempatkan kebijakan untuk
mengelola bagaimana organisasi mereka memperlakukan pekerja yang disebut
transgender. Oleh karena itu, orientasi seksual dan identitas gender tetap menjadi
perbedaan individu yang menerima perlakuan sangat berbeda menurut hukum kita dan
diterima cukup berbeda dalam organisasi berbeda.
d. Identitas Budaya
Praktik tempat kerja yang bertentangan dengan norma dari identitas budaya sangat
umum. Meskipun demikian, akibat integrase global dan perubahan pasar tenaga kerja,
perusahaan global berusaha untuk memahami dan menghormati identitas budaya
pekerjanya, baik sebagi kelompok maupun individu.
2.3 Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas individu saat ini untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan.
2.2.1. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual dalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas mental berfikir, penalaran, dan memecahkan masalah.Orang-orang cerdas
umumnya memperoleh lebih banyak uang dan memperoleh tingkat Pendidikan yang
lebih tinggi, mereka juga semakin mungkin untuk muncul sebagai pemimpin
kelompok. Meskipun demikian, saat orang-orang tidak selalu menilai kemampuan
kognitifnya secara benar, faktor- faktor asli dan yang memengaruhi, serta pengujian
IQ adalah kontroversial.
2.2.2. Kemampuan Fisik
Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menurut daya stamina,
kecekatan, dan keterampilan. Kalau kemampuan intelektual berperan dalam pekerjaan
yang rumit, kemampuan fisik hanya menguras kapabilitas fisik. Kinerja pegawai dapat
ditingkatkan apabila terdapat kesesuaian yang cukup signifikan antara kemampuan
dengan jabatannya. Demikian sebaliknya, apabila terdapat kesenjangan antara
keduanya maka kinerja akan rendah dan cenderung pegawai tersebut akan gagal.
2.2.3. Peran Disabilitas
Individu memiliki kemampuan berbeda yang dapat dipertimbangkan dalam membuat
keputusan perekrutan tidaklah problematis.Meskipun demikian, adalah diskriminatif
untuk membuat asumsi kosong atas dasar difabilitas.Juga mungkin untuk
mengakomodasi penyandang difabilitas.
2.3 Kepribadian
2.3.1. Definisi Kepribadian
Para Psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis
yang mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh system psikologi
seseorang. Definisi kepribadian yang paling sering digunakan dibuat oleh Gordon
Allport dimana Ia mengatakan bahwa kepribadian adalah “organisasi dinamis dalam
sistem psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri
secara unik terhadap lingkungannya”. Selain itu kepribadian juga didefinisikan sebagai
keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu
lain.
Harga diri tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka
sendiri dan sampai mana mereka menganggap diri mereka berharga sebagai
manusia.
Lokus kendali tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu
nasib mereka sendiri.
b. Machiavellianisme
Individu dengan sifat ini cenderung pragmatis, mempertahankan jarak emosional
dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Individu dengan karakteristik
Mach yang tinggi melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh
kemenangan, tidak mudah terbujuk akan tetapi sangat pandai dalam membujuk
dibandingkan dengan individu yang mempunyai tingkat Mach yang rendah.
c. Narsisme
Narsisisme menggambarkan seseorang yang mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan, membutuhkan
pengakuan, mengutamakan diri sendiri dan arogan.
d. Pemantauan Diri
Pemantauan diri merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantau diri yang tinggi menunjukan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku mereka dengan faktor situasional eksternal.
e. Pengambilan Resiko
Individu memiliki keberanian yang berbeda-beda untuk mengambil keputusan.
Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari risiko telah terbukti
berpengaruh terhadap berapa lama untuk membuat suatu keputusan serta berapa
banyak informasi yang dibutuhkan sebelum membuat pilihan.
f. Kepribadian Tipe A dan B
2.4 Pembelajaran
Definisi pembelajaran secara umum adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Ironisnya disini kita dapat mengatakan
bahwa perubahan perilaku menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi dan pembelajaran
adalah perubahan perilaku. Sedangkan definisi lain menurut Robbins (2001) mengatakan
pembelajaran dalam prespektif perilaku keorganisasian adalah proses perubahan yang relatif
konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena pengalaman atau pelatihan. Menurut Robbins
ada 3 teori untuk menjelaskan bagaimana orang mendapatkan pola-pola perilaku, yaitu
sebagai berikut:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap Individu adalah pribadi yang unik. Secara biografis individu memiliki
karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia, jenis kelamin, ras, disabilitas dan lama
bekerja yang bersifat objektif dan mudah diperoleh dari catatan personel. Karakteristik-
karakteristik ini berpengaruh terhadap pekerjaan nantinya. Setiap individu pun memiliki
kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan
kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan pekerjaan. Dari sisi pembentukan
perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan
yang dimilikinya juga berbeda.
Kepribadian dapat diartikan keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur
yang ditunjukkan oleh seseorang. Sifat-sifat kepribadian yang mempengaruhi perilaku
organisasi diantaranya : evaluasi diri, machiavellianisme, narsisme, pemantauan diri,
pengambilan resiko, kepribadian tipe A dan B, serta kepribadian proaktif.
Pembelajaran dalam prespektif perilaku keorganisasian adalah proses perubahan
yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena pengalaman atau pelatihan.
Menurut Robbins ada 3 teori untuk menjelaskan bagaimana orang mendapatkan pola-pola
perilaku, yaitu sebagai berikut: (1) Pengkondisian Klasik, (2) Pengkondisian Operant, (3)
Pembelajaran Sosial.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya keragaman dalam organisasi, organisasi dapat memperoleh
berbagai pandangan, kemampuan, dan berbagai hal untuk mengatasi permasalahan
organisasi atau perusahaan, dan dapat juga meningkatkan efektifitas perusahaan.