Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH

Perilaku Organisasi

Dasar-Dasar Perilaku Individual

OLEH:

NI PUTU AYU SARIASIH DANA 1681611029


ANAND YAMANI YUPITRIKA 1681611038
GEDE SANJAYA ADI PUTRA 1681611040
THAHIRA QARIMMA NURSABILLA 16816611052

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
A. DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu
dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku
berbeda satu sama lain, dan perilakunya akan dipengaruhi oleh masing-masing lingkungannya
yang memang berbeda. Individu membawa sifat / ciri khas sikap ke dalam tatanan organisasi
seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru
yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan,
tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
Di lihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan,
kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya
berbeda satu sama lain. Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku
manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya,
kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang
dipergunakan.

Kemampuan
Bertolak belakang dengan apa yang telah diajarkan kepada kita di sekolah dasar, kita semua
tidak diciptakan setara. Kebanyakan dari kita cenderung lebih ke kiri atau ke kanan dari garis
tengah pada kurva kemampuan yang didistribusikan secara normal. Kemampuan berarti
kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu perkerjaan.
Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan
kegiatan mental. Misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur dalam
berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda. Tujuh dimensi yang
paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah kecerdasan angka,
pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi

2
spasial, dan daya ingat. Dimensi kecerdasan angka yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan
tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta
relasinya satu sama lain, kecepatan persepsi yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda
visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan
secara logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran
deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen,
visualisasi ruang / spasial yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak
seandainya posisinya dalam ruang dirubah, daya ingat (memory) yaitu kemampuan menahan dan
mengenang kembali pengalaman masa lalu. Dalam hal kecerdasan intelektual, dilakukan tes IQ
sebagai penanda kecrdasan individu. Kecerdasan menjadi bantuan besar dalam melakukan
sebuah pekerjaan dengan baik, hal ini tidak membuat individu lebih bahagia atau lebih puas
dengan pekerjaan mereka. Meskipun individu cerdas berkinerja lebih baik, dan cenderung
memiliki pekerjaan yang lebih menarik mereka juga lebih kritis dalam mengevaluasi kondisi
pekerjaan mereka. Peneliti membagi kecerdasan dalam empat subbagian : kognitif, sosial,
emosional dan kultural. Ada banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan intelektual seseorang, seperti : tes IQ, SAT, ACT, GMAT, LSAT, dan MCAT. Ada 7
dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang, yaitu:
1) Kecerdasan Angka, yaitu kemampuan melakukan aritmatika dengan cepat dan akurat.
2) Pemahaman Verbal, yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar dan
hubugan anatara kata-kata.
3) Kecepatan Persepsi, yaitu kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan perbedan visual
dengan cepat dan akurat.
4) Penalaran Induktif, yaitu kemampuan mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah
masalah dan memecahkan masalah itu.
5) Penalaran Deduktif, yaitu kemampuan menggunkan logika dan menilai implikasi dari
sebuah argumen.
6) Visual Spasial, yaitu kemampuan membayangkan bagaimana sebuah objek akan terlihat
bila posisi dalam ruangan diubah.
7) Daya Ingat, yaitu kemampuan menyimpan dan mengingat pengalaman masa lalu.

3
Kemampuan Fisik
Pada tingkat yang sama di mana kemampuan intelektual memainkan sebuah peran yang
lebih besar dalam pekerjaan kompleks dengan tuntutan kebutuhan pemrosesan informasi,
kemampuan fisik tertentu bermakna penting bagi keberhasilan pekerjaan yang kurang
membutuhkan keterampilan dan lebih terstandar. Kemampuan fisik, merupakan kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan.
1. Faktor Kekuatan
a. Kekuatan Dinamis adalah kekuatan yang menggunakan otot secara terus menerus atau
berulang-ulang.
b. Kekuatan Tubuh adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan otot menggunakan otot
tubuh (khususnya otot perut).
c. Kekuatan Statis adalah kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal..
d. Kekuatan Eksplosif adalah kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau
serangkaian tindakan eksplosif
2. Faktor Fleksibilitas
a. Fleksibikitas Luas adalah kemampuan menggerakan tubuh dan otot punggung sejauh
mungkin.
b. Fleksibilitas Dinamis adalah kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat
dan berulang-ulang.
3. Faktor Lainnya
a. Koordinasi Tubuh adalah Kemampuan mengoordinasikan tindakan secara bersamaan dari
bagian-bagian tubuh yang berbeda.
b. keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun tedapat
gaya yang mengganggu keseimbangan.
c. Stamina adalah kemampuan menggerakan upaya maksimum yang membutuhkan usaha
berkelanjutan.

Kesesuaian Kemampuan Pekerjaan


Fokus kita adalah menjelaskan dan memprediksi perilaku individu di tempat kerja. Kita
telah mengetahui bahwa pekerjaan menuntut hal yang berbeda-beda dari setiap individu dan
setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, kinerja karyawan

4
akan meningkat bila terdapat kesesuaian kemampuan-kemampuan yang tinggi. Kemampuan
intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan bergantung
pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut.
Agar kinerja yang baik dapat dicapai, kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan
yang dimiliki karyawan sangat penting. Apabila karyawan kekurangan kemampuan yang
disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan gagal. Jika karyawan memiliki kemampuan
tambahan yang tidak disyaratkan dalam pekerjaan, tentu hal tersebut dapat menjadi nilai tambah.
Namun jika jumlah kelebihan jauh melampaui apa yang dibutuhkan pekerjaan, akan ada
ketidakefisienan organisasional dan kepuasan karyawan mungkin merosot. Manajer juga
mungkin perlu membayar upah yang lebih tinggi atas kelebihan tersebut.

B. KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK BIOGRAFIS
Karakteristik biografis adalah suatu karakteristik perseorangan yang diperoleh secara
objektif dari arsip pribadi seseorang, misalkan usia, jenis kelamin, ras, dan masa jabatan.
Karakteristik biografis pada diri individual juga sering dikaitkan dengan kinerja seseorang dalam
organisasi. Berikut ini adalah penjelasan beberapa karakteristik biografis tersebut:
1) Usia
a. Usia sangat berpengaruh terhadap karakteristik biografis individu. Perbedaan usia akan
membedakan seberapa besar produktivitas individu tersebut dalam melakukan aktivitas.
Semakin tua usia individu maka produktivitas individu tersebut akan semakin menurun. Usia
banyak mempengaruhi dalam individu seperti terhadap produktivitas, kepuasan kerja,
pengunduran diri, dan tingkat keabsenan. Usia Terhadap Produktivitas : sebagian berasumsi
bahwa semakin bertambahnya usia maka produktivitas akan menurun, namun tidak kajian
lain menyatakan bahwa antara usia dan kinerja tidak ada hubungan, sebab usia yang
bertambah biasanya akan dapat ditutupi dengan pengalaman yang cukup lama.
b. Usia Terhadap Kepuasan Kerja : terdapat bermacam hasil penelitian, sebagian penelitian
menunjukkan hubungan positif antara bertambahnya usia dengan kepuasan kerja sampai pada
umur 60 tahun, namun sebagian penelitian mencoba memisahkan antara karyawan
professional dengan non-profesional, bahwa karyawan yang profesional kepuasannya akan
terus menerus meningkat seiring bertambahnya usia, dan karyawan yang non profesional
merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik lagi pada tahun-tahun berikutnya.

5
c. Usia Terhadap Tingkat Pengunduran diri : semakin tua maka tingkat pengundurandiri
semakin rendah.
d. Usia Terhadap Tingkat Keabsenan : semakin tua maka tingkat keabsenan akansemakin
rendah, namun tidak selalu demikian, karyawan tua mempunyai tingkat keabsenan dapat
dihindari lebih rendah dibanding yang muda, namun karyawan tua mempunya tingkat
kemangkiran tak terhindarkan lebih tinggi.

2) Gender (Jenis kelamin)


Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita, kecuali jika dikaitkan
dengan budaya setempat berkaitan dengan keabsenan, bahwa wanita lebih memiliki tingkat
kebasenan yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini berkaitan dengan tanggungjawab dan
fungsi dari seorang wanita. Wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang
lebih besar, juga masalah kewanitaan. Tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam
produktifitas kerja antara pria dengan wanita. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis
kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja. Beberapa studi menjumpai bahwa wanita
mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan
antara hubungan keduanya.wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering
mangkir).

3) Status Perkawinan
Tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan produktivitas, namun hasil
riset menunjukkan bahwa karyawan yang telah menikah mempunyai tingkat pengunduruan diri
yang rendah, tingkat keabsenan yang rendah dan lebih puas dengan pekerjaannya disbanding
rekan sejawat yang belum menikah, hal ini dapat dikaitkan dengan status perkawinan yang
menuntut suatu tanggungjawab lebih besar.

4) Ras
Ras adalah sebuah isu yang controversial. Isu ini dapat dengan mudah menimbulkan
perdebatan sehingga membuat individu lebih suka menghindari topik ini. Ras berpengaruh

6
dalam perilaku organisasi khususnya dalam hubungannya terhadap hasil-hasil pekerjaan
seperti keutusan pemilihan personel, evaluasi kinerja, dan diskriminasi di tempat kerja.
5) Masa Kerja
Tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif
dari pada yang junior. Senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan
dengan tingkat turnover.
a. Masa kerja dengan produktivitas menunjukkan hubungan yang positif.
b. Masa kerja dengan keabsenan menunjukkan hubungan yang negatif.
c. Masa kerja dengan tingkat pengunduran diri menunjukkan bahwa karyawan senior semakin
kecil kemungkinan untuk mengundurkan diri.
d. Masa kerja dan kepuasan kerja saling berkaitan positif.

C. KEMAMPUAN, PERSEPSI DAN KEPRIBADIAN


1. Kemampuan
Tidak setiap orang memiliki kemampuan yang sama. Tidak berarti pula bahwa beberapa
individu dianggap lebih rendah dari yang lain. Dari sudut pandang manajemen, masalahnya adalah
mengetahui bagaimana setiap individu bisa memiliki kemampuan yang berbeda dan memanfaatkan
pengetahuan tersebut untuk meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan pekerjaannya dengan
baik. Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan
seseorang. Kemampuan individu terdiri atas: kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

a. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi
kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu
kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan
perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran
induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemdian
memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan
menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana

7
suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu
kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang
memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada
relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang dan
ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.

b. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik penting bagi keberhasilan pekerjaan yang kurang membutuhkan
keterampilan dan lebih terstandar. Sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari
tugas-tugas fisik, yaitu: kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan eksplosif,
flksibilitas luas, fleksibilitas dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan dan stamina. Kinerja tinggi
karyawan lebih mungkin dicapai ketika manajemen telah memastikan tingkat sejauh mana sebuah
pekerjaan membutuhkan masing-masing dari sembilan kemampuan dan memastikan bahwa
karyawan dalam pekerjaan tersebut memiliki kemampuan yang dibutuhkan.

2. Persepsi
Persepsi (perseption) adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris mereka, guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang
diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Individu bisa melihat hal yang
sama, namun mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan
terkadang mengubah persepsi. Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang
diartikan, seperti: suara, sesuatu yang baru, gerakan, ukuran, kedekatan, kemiripan dan latar
belakang. Konteks (keadaan kerja dan sosial) di mana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga
penting. Waktu sebuah objek atau peristiwa dilihat dapat mempengaruhi perhatian.
Penerapan konsep persepsi yang paling relevan dengan perilaku organisasi adalah persoalan
tentang persepsi seseorang, yaitu berbagai persepsi yang dibuat oleh individu tentang individu
lainnya. Teori hubungan mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita
berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal.
Penentuan tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor: kekhususan (apakah seorang individu
memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda), konsensus (apabila

8
semua individu yang menghadapi situasi serupa merespons dalam cara yang sama) dan konsistensi
(apakah individu tersebut selalu merespons dalam cara yang sama).

3. Kepribadian
Kepribadian membentuk perilaku setiap individu. Kepribadian (personality)
merupakan keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu
lain. Ada dua faktor yang menentukan kepribadian seseorang, yaitu:
a. Faktor keturunan
Keturunan, merujuk pada faktor genetis seorang individu, yang meliputi: komposisi biologis,
psikologis, dan psikologis bawaan dari orang tua. Penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang mempengaruhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah lingkungan di mana kita tumbuh dan dibesarkan, norma dalam
keluarga, teman-teman, kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Kepribadian
seseorang, meskipun pada umumnya stabil dan konsisten, dapat berubah pada situasi yang
dihadapinya.
Kedua faktor tersebut penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Faktor keturunan
membekali kita dengan sifat dan kemampuan bawaan, tetapi potensi penuh kita ditentukan oleh
seberapa baik kita menyesuaikan diri dengan lingkungan.

D. PEMBELAJARAN
1. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Ironisnya kita dapat mengatakan bahwa perubahan perilaku menunjukan
bahwa pembelajaran telah terjadi dan pembelajaran adalah perubahan perilaku. Ada tiga
komponen yang dilibatkan dalam pengertian pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran melibatkan perubahan
2) Perubahan tersebut haruslah mendarah daging
3) Perlu pengalaman, yang bisa didapat secara langsung melalui pengamatan atau latihan,
ataupun didapat secara tidak langsung, misalnya melalui membaca.

9
2. Teori Pembelajaran
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses dimana kita memperoleh pola
perilaku, adalah sebagai berikut:
1) Pengkondisian klasik, yaitu suatu jenis pengkondisian di mana sebuah individu menanggapi
stimulus tertentu yang diperoleh sebagai respon terhadap sesuatu yang dikenali. Sifat
pengkondisian ini adalah pasif
2) Pengkondisian operant, yaitu suatu jenis pengkondisian yang diinginkan perilaku untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Teori
ini menyatakan bahwa prilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya.
3) Pembelajaran Sosial, yaitu ketika seseorang belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung yang terjadi pada individu lain. Meskipun teori pembelajaran social adalah sebuah
perluasan dari pengkondisian operant -yang berasumsi bahwa prilaku adalah sebuah fungsi
dari konsekuensi-, teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran. Individu merespon pada
bagaimana mereka merasakan dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada konsekuensi
objektif itu sendiri. Empat proses untuk menentukan pengaruh sebuah model terhadap
individu, yaitu:
a) Proses perhatian, yaitu dengan mengenali dan mencurahkan perhatian terhadap fitur-fitur
penting yang ada pada model.
b) Proses penyimpanan, dimana tergantung pada seberapa baik individu mengingat tindakan
model terutama pada saat model tersebut tidak ada lagi.
c) Proses reproduksi motor, yaitu apabila individu setelah melihat prilaku baru model,
pengamatan tersebut diubah menjadi tindakan. Hal ini dimaksudkan bahwa individu
tersebut dapat mencontoh model dimaksud.
d) Proses penegasan, yaitu kondisi dimana individu termotivasi meniru atau menampilkan
prilaku yang dicontohkan model apabila ada insentif positif atau penghargaan.

3. Pembentukan: Alat Manajerial


Pembentukan perilaku adalah sistematis urutan langkah yang menggerakkan individu
untuk lebih dekat pada respon yang diharapkan. Ada empat cara di mana untuk membentuk
perilaku, yaitu melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman, dan peniadaan.
1) Penegasan positif adalah bila respon ditindaklanjuti dengan sesuatu yang menyenangkan.
Contoh: atasan memuji karyawan yang menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

10
2) Penegasan negatif adalah bila respon ditindaklanjuti dengan penghentian atau penarikan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Contoh: dosen mengajukan pertanyaan, namun karena
mahasiswa tidak mengetahui jawaban dimaksud, maka mahasiswa tersebut akan berpura-
pura sibuk seperti membuka-buka catatan atau buku untuk mencegah dosen memanggilnya.
3) Hukuman adalah suatu kondisi dimana menyebabkan hal yang tidak menyenangkan dalam
upaya menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. Contoh: memotong gaji karyawan
yang datang ke kantor terlambat.
4) Peniadaan adalah menghapus semua penegasan yang mempertahankan sebuah perilaku.
Contoh: dosen ingin mencegah mahasiswa yang ingin bertanya dengan mengabaikan
mahasiswa yang mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan. Pengangkatan tangan
akan hilang, ketika selalu dihadapkan dengan peniadaan penegasan.

4. Jadwal dan perilaku penegasan


Jadwal penegasan berkesinambungan dapat memicu kejenuhan dengan cepat, dan
perilaku cenderung melemah dengan cepat jika penghargaan tidak diberikan. Penegasan
berkesinambungan sebaiknya dilakukan untuk respon-respon yang baru dicetuskan, tidak stabil,
dan jangka pendek. Penegasan berkala tidak memicu kejenuhan dengan cepat karena tidak
mengikuti setiap respon.m penegasan ini cocok untuk respon-respon yang stabil dan jangka
panjang. Contoh: gaji diberikan berdasarkan jadwal interval tetap. Jawadal tersebut tidak dapat
menghubungkan kinerja dengan penghargaan. Penghargaan diberikan sebagai imbal hasil waktu
yang digunakan untuk bekerja daripada respon tertentu (kinerja). Jadwal interval variable
menghasilkan respon tingkat tinggi serta perilaku yang lebih stabil dan konsisten karena
tingginya korelasi antara kinerja, penghargaan, dan adanya ketidakpastian.

5. Modifikasi perilaku
Terdapat sebuah studi yang sekarang dapat dikatakan klasik karena dilakukab beberapa
tahun yang lalu terhadap para pengemas barang kiriman di Emery Air Freight (sekarang jadi
bagian dari FedEx). Manajer Emery Air Freight meminta para pengemas menggunakan peti
kemas untuk pengiriman sebagai bentuk penghematan. Ketika para pengemas ditanya persentase
pengiriman menggunakan peti kemas jawaban standarnya adalah 90%. Namun setelag di cek
oleh Emery Air Freight, penggunaan peti kemas hanya 45%. Untuk mendorong penggunaan peti
kemas tersebut, Manajer Emery Air Freight membuat sebuah program umpan balik dan

11
penegasan positif. Masing-masing penegas diberi checklist kemasan harian yang menunjukkan
banyaknya barang yang dikemas dengan peti kemas atau tidak. Akhirnya penggunaan peti kemas
melonjak melebihi 90% dan hal tersebut terus berlangsung.

6. Masalah dengan Mod PO dan Teori Penegasan


Meskipun efektivitas dari penegasan dalam bentuk penghargaan dan hukuman memilki
banyak dukungan dalam literatur, namun tidak dapat tidak secara langsung bahwa Mod PO
adalah cara terbaik untuk memberikan penghargaan kepada individu. Satu masalah dalam paham
perilaku adalah bahwa riset menunjukkan bahwa pikiran dan perasaaan akan mengikuti
rangsangan lingkungan, bahkan terhadap rangsangan yang secara eksplisist ditujukan untuk
membentuk perilaku. Ini berlawanan dengan asumsi perilaku dan Mod PO yang mengasumsikan
bahwa pikiran dan perasaan individu yang paling dalam, dalam respon terhadap lingkungan
adalah tidak relevan. Karena masalah-masalah ini, bersama dengan yang lainnya, pengondisian
operant dan paham perilaku telah digantikan oleh pendekatan-pendekatan lain yang menekankan
proses-proses kognitif, namun terdapat kontribusi dari teori-teori ini pada pemahaman kita
terhadap perlaku manusia.

12

Anda mungkin juga menyukai