Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERILAKU KEORGANISASIAN

“DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU”

Di Susun Oleh :

Aisyah (C1L017044)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PENDIDIKAN EKONOMI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rakhmat,
Taufik, dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya dan juga untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian tentang “Dasar-Dasar Perilaku
Individu”. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang memberikan kepercayaan
dan membantu kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
kedepannya agar lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 18 Maret 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan,
kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi
affektifnya berbeda satu sama lain. Pendekatan yang sering dipergunakan untuk
memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan
psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari;
penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di
dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Dasar-Dasar Perilaku Individu?
2. Bagaimana Konsep Persepsi Individu?
3. Bagaimana Pembelajaran Individu?
4. Bagaimana Potensi Individu Dalam Organisasi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Dasar-Dasar Perilaku Individu?
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Persepsi Individu?
3. Mengetahui Bagaimana Pembelajaran Individu?
4. Mengetahui Bagaimana Potensi Individu Dalam Organisasi?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Dasar – Dasar Perilaku Individu


Karekteristik bigrafis mis (usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan,
masa kerja) pada diri individual sering dikaitkan dengan kinerja seseorang dalam
organisasi. Banyak yang meyakini bahwa ada hubungan-hubungan yang berkaitan
dengan, misalnya, tingkat kepuasan kerja, tingkat absensi, keinginan untuk maju, dan
lain sebagainya.
Berikut ini adalah analisis ,mengenai beberapa karakteristik biografis tersebut :

1. Usia

Hubungan antara usia dan kinerja diperkirakan akan terus menjadi isu yang
penting dimasa yang akan datang. Hal ini setidaknya disebabkan oleh 3 alasan,
yaitu : keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia,
realita bahwa angkatan kerja menua, dan mulai adanya perundang-undangan
yang melarang segala macam bentuk pension yang bersifat perintah.

Dalam bekerja, umumnya majikan para orang tua menemukan sejumlah


kualitas seperti pengalaman, pertimbangan, etika kerja, dan komitmen
terhadap mutu. Selain itu, kemungkinan pekerja yang sudah tua akan keluar
dari pekerjaan sangatlah kecil karena mereka tidak memiliki bayak alternatif
lagi. Karyawan tua juga memiliki tingkat kemangkiran yang disengaja lebih
rendah, sedangkan kemangkiran untuk hal-hal tak terhindarkan, seperti sakit,
lebih tinggi. Sedangkan mengenai produktivitas yang ikut melemah, hal
tersebut tidak terbukti benar adanya.

2. Jenis kelamin

Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antar
pria dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan
analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, produktivitas pekerjaan,
kepuasan kerja, atau kemampuan belajar. Namun hasil studi menunjukkan
bahwa wanita lebih bersedia mematuhi wewenang dibandingkan pria yang
lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan
untuk sukses, namun tetap saja perbedaannya kecil.
Biasanya, yang membuat ada perbedaan adalah karena posisi wanita sebagai
ibu yang juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga yang mungkin
menimbulkan anggapan bahwa wanita lebih sering mangkir daripada pria. Jika
anak-anak sakit, tentulah ibu yang akan merawat dan menemani dirumah.
3. Status perkawinan
Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit
absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas terhadap
pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan, karyawan memiliki
peningkatan tanggung jawab yang besar seperti memiliki pekerjaan tetap atau
kehidupan yang mapan.
4. Masa kerja
Karyawan yang telah menjalankan suatu pekerjaan dalam masa tertentu
produktivitas dan kepuasannya akan meningkat, sementara tingkat
kemangkiran berkurang dan kemungkinan keluar masuk karyawan lebih kecil.
Masa kerja adalah peramal yang cukup baik mengenaikecenderungan
karyawan seperti diatas.
Dan dilihat dari segi kemampuan :

Dalam memiliki pengalaman, karyawan juga perlu memiliki kemampuan intelektual


yang tinggi. Yang dimaksud dengan kemampuan intelektual ini adalah kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental. Ada banyak tes yang dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan intelektual seseorang, seperti : tes
IQ, SAT, ACT, GMAT, LSAT, dan MCAT.

Ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang, yaitu : kemahiran


berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran
deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan. Tes atas semua dimensi diatas akan menjadi
predictor yang tepat untuk menilai kinerja keseluruhan karyawan.Setelah kemampuan
intelektual, ada yang disebut kemampuan fisik, yaitu adalah kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan ,
kekuatan, dan ketrampilanm fisik lainnya. Kemampuan fisik ini tentu saja disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang dijalankan. Seorang manajer dapat menilai seberapa
banyak kemampaun intelektual dan fisik yang harus dimiliki karyawannya. Ada 9
kemampuan fisik dasar yang porsinya dimiliki secara berbeda-beda oleh tiap individu.
Tentu saja, porsi yang dituntut oleh tiap jenis pekerjaan juga berbeda-beda.
Kemampuan fisik dasar tersebut adalah : kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan
statis, kekuatan, keluwesan extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh,
keseimbangan, dan stamina.

Agar kinerja yang baik dapat dicapai, kesesuaian antara pekerjaan dengan
kemampuan yang dimiliki karyawan sangat penting. Apabila karyawan kekurangan
kemampuan yang disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan gagal. Jika karyawan
memiliki kemampuan tambahan yang tidak disyaratkan dalam pekerjaan, tentu hal
tersebut dapat menjadi nilai tambah. Namun jika jumlah kelebihan jauh melampaui
apa yang dibutuhkan pekerjaan, akan ada ketidakefisienan organisasional dan
kepuasan karyawan mungkin merosot. Manajer juga mungkin perlu membayar upah
yang lebih tinggi atas kelebihan tersebut.

Setelah kesesuaian antara pekerjaan-kemampuan tercapai, setiap karyawan perlu


memahami konsep pembelajaran, yaitu setiap perubahan yang relative permanen dari
perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.

Ada beberapa teori pembelajaran :

 Pengkondisian klasik : suatu tipe pengkondisian dimana seorang individu


menanggapi beberapa rangsangan yang tidak akan selalu menghasilkan respon
yang sama.
 Pengkondisian operan : suatu tipe pengkondisian dimana perilaku sukarela
yang diinginkan menyebabkan suatu penghargaan atau mencegah suatu
hukuman.
 Pembelajaran sosial : yaitu bahwa orang dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsung. Sering juga disebut teori pembelajaran sosial, ada
proses-proses yang harus dialami didalamnya agar pembelajaran berlangsung
baik, yaitu : proses perhatian, proses penahanan, proses reproduksi motor,
proses penguatan.
Selain pembelajaran seperti diatas, manajer juga perlu melakukan pembentukan
perilaku karyawan sebagai suatu alat manajerial. Karyawan harus berperilaku dengan
cara-cara yang paling memberi manfaat bagi organisasi.
Ada 4 metode pembentukan perilaku/sikap, yaitu :
 Penguatan positif : bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang
menyenangkan, misalnya pujian.
 Penguatan negatif : bila suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik
kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja
lebih rajin sangat pengawas berkeliling.
 Hukuman : mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha
untuk menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan
 Pemunahan : menyingkirkan penguatan apa saja yang mempetahankan
perilaku. Misalnya tidak mengabaikan masukan dari bawahan akan
menghilangkan keinginan mereka untuk menyumbangkan pendapat.
Dari hasil riset, didapati bahwa melalui penguatan akan didapati hasil yang lebih
mengesankan dibandingkan melalui hukuman dan pemunahan.
Didalam pelaksanaannya, ada beberapa jenis jadwal penguatan yang dapat dipilih,
yaitu :
  Penguatan berkesinambungan : perilaku yang dinginkan diperkuat tiapkali
perilaku itu diperagakan
 Penguatan terputus-putus : perilaku yang dinginkan diperkuat cukup sering
untuk emmbuatnya berharga untuk diulang, tetapi tidak setiap kali
diperagakan perilaku itu diperkuat.
  Jadwal interval pasti : ganjaran-ganjaran yang didistribusikan pada selang
waktu yang seragam.
 Jadwal interval variabel : ganjaran didistribusikan menurut waktu sedemikian
sehingga penguatan tidak dapat diramalkan.
 Jadwal rasio pasti : ganjaran diberikan setelah sejumlah respon yang
jumlahnya pasti.
  Jadwal rasio-variabel : ganjaran beraneka sehubungan dengan perilaku
individu.

Ada beberapa penerapan organisasional yang spesifik lainnya yang dapat diterapkan
di organisasi untuk membentuk perilaku karyawan yang sesuai, diantaranya :
menggunakan lotere untuk mengurangi kemangkiran, tunjangan sehat vs. tunjangan
sakit, disiplin karyawan, mengembangkan program pelatihan, menciptakan program
mentor, dan swa-manajemen.

B. Konsep Perilaku Individu


1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung
dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya.
Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima
oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai
akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam
bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu
tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang
dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil
persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama
dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut
pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap
suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat
indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik
positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam
pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang
memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja
otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya
(Waidi, 2006: 118).
Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman
(2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses
menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem
alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang
dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan
pola, dan perhatian.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk
tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan
segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
2. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai
berikut:
 Adanya objek yang dipersepsi
 Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam mengadakan persepsi.
 Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus
 Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain
dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek,
stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau
kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain
sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam kepribadian,
perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses
terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.
4. Proses Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada
beberapa tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu
stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme
fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh
melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan
atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar
semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat
penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang
diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara
pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.
C. Pembelajaran Individu
Setiap individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adaa kertas
kosong yan di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia merupakan fungsi
dari interaksi antara person atau indivisu dengan lingkungannya. Mereka berperilaku
berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh masing-masing ligkungan yang
memang berbeda.
Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia,
jenis kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan signifikan
dengan produktivitas atau kinerja dalam suatu organisasi dan merupakan isu penting
dalam dekade mendatang. Dari kajian beberapa bukti riset, memunculkan kesimpulan
bahwa usia tampaknya tidak memiliki hubungan dengan produktivitas. Meski
manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu sedikit
perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan
perilaku manusia.  Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada
dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat
yang sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun,
yang membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang
pemahaman yang menyatakan bahwa manusia bebas untuk mengubah perilaku jika
dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa orang dalam tataran
organisasi sering berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri
mereka sendiri atau majikan mereka. Namun B.F. Skinner, dengan bangga
menyatakan keyakinannya dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan,
“Berikan saya seorang anak pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa
yang Anda inginkan”.
D. Potensi Individu Dalam Organisasi
1. Potensi Diri
Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan diri seseorang baik yang
belum terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya
terlihat atau dipergunakan secara maksimal oleh seseorang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), potensi diri adalah
kemampuan dan kualitas yang dimiliki seseorang, namun belum dipergunakan
secara maksimal.
2. Jenis-jenis Potensi Diri
 Kemampuan sosiologis
Yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap permasalahan sosial
di sekitar. Kepekaan ini mendorong dirinya untuk berpikir kritis dan
emansipatoris. Simpati dan empati merupakan wujud kepekaan yang
dimiliki mereka yang punya potensi kemampuan berpikir sosiologis.
 Kemampuan naturalis
Yaitu kemampuan yang seseorang untuk merasa peka terhadap
lingkungan alam sekitar. Orang yang punya potensi kemampuan
naturalis akan merasa sakit apabila alam disakiti. Tak hanya itu,
potensi ini juga dapat digambarkan dengan adanya kemampuan
memahami kehidupan ekologi di bumi.
 Kemampuan musikal
Yaitu kecerdasan seseorang untuk menciptakan harmoni lewat suara.
Suara tersebut umumnya diciptakan lewat permainan alat musik. Skill
memainkan alat musik dan kecerdasan menghayati alunan nada
merupakan beberapa contoh potensi yang hanya dimiliki orang
tertentu.
 Kemampuan spasial
Yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan pemahaman akan ruang
spasial. Ruang spasial sering dikaitkan dengan pemetaan. Sopir
profesional biasanya mengembangkan potensi ini. Contoh, ketika ia
lewat suatu jalan yang asing, masuk ke dalam gang-gang yang sempit,
ia tetap bisa keluar dari gang tanpa kesasar. Kemampuan tersebut
merupakan kemampuan spasial.
 Kemampuan visual
Yaitu kecerdasan untuk menciptakan kreasi visual. Kreasi ini bisa
berupa gambar, lukisan, atau film. Tak hanya itu, mereka yang punya
potensi ini dapat memahami suatu teka-teki yang tampak secara visual,
misalnya menerjemahkan makna dari sebuah lukisan.
 Kemampuan logika
Yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir logis dan matematis.
Potensi ini berkaitan dengan kecerdasan dalam pikirannya untuk
memahami sesuatu secara numerik, termasuk menghitung dan
menghapal rumus-rumus matematis. Potensi kemampuan logika bisa
diperoleh dari bakat atau belajar.
 Kemampuan linguistik
Yaitu kemampuan individu dalam berbahasa. Kemampuan ini
memiliki cakupan yang luas, tidak hanya memahami teks deskriptif,
namun juga berbicara, berceramah, dan diskusi. Kemampuan ini
berkaitan erat dengan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
mengembangkan skill aktualisasi diri secara verbal.
 Kemampuan kinestetik
Yaitu kemampuan seseorang dalam menggerakkan tubuhnya. Tak
sekadar bergerak, namun juga mengembangkan elastisitas atau
kelenturan tubuh serta mencipakan harmoni melalui gerakan-gerakan
fisik yang tepat dan mempesona, seperti penari profesional.
 Kemampuan interpersonal
Yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan sosial. Potensi
kecerdasan seseorang yang piawai melakukan hubungan interpersonal
terlihat dari kemampuannya berkomunikasi, melobi, mewawancarai
orang lain atau semacamnya. Kemampuan ini adalah tentang
menciptakan dan menjaga hubungan antar manusia.
 Kemempuan intrapersonal
Yaitu kemampuan seseorang dalam memahami, mengatur, serta
memanajemen diri sendiri. Orang yang berhasil mengembangkan
potensi intrapersonalnya piawai dalam mengambil keputusan,
merancang visi, dan menetapkan tujuan hidup. Kemampuan
intrapersonal dapat dilatih melalui upaya-upaya pengendalian emosi
diri.

Seringkali orang kesulitan mengetahui apa potensi diri yang dimilikinya


karena tersembunyi terlalu dalam. Padahal problemnya bukan potensinya
yang ngumpet tapi kegigihan dirinya untuk mengasah kemampuan sehingga
potensi itu muncul.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada diri individual sering dikaitkan dengan kinerja seseorang dalam organisasi.banyak
yang meyakini bahwa adanya hubungan – hubungan yang berkaitan dengan misalnya
tingkat kepuasan kerja,tingkat absensi,keinginan untuk maju.dalam hal ini dapat dilihat
dari kareteristik biografis ,kemampuan ,pembelajaran ,dan sikap dalam suatu prilaku
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://berandakampus.wordpress.com/2011/01/14/makalah-dasar-dasar-prilaku-
individu/

https://eprints.uny.ac.id/9686/3/bab%202.pdf

https://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepribadian-individu-dan-perilakunya-
dalam-organisasi/

https://vokasi.ums.ac.id/potensi-diri-pengertian-jenis-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai