Disusun Oleh :
Kelompok 4
Kelas F
COVER ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
1.1. DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................. 3
1.2 RELAVANSI .................................................................................................. 3
1.3. INDIKATOR .................................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 KARAKTERISTIK INDIVIDU DALAM ORGANISASI ...................................... 4
2.2 BEBERAPA ISU SEPUTAR PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI ... 8
2.3 MENGELOLA INDIVIDU DALAM ORGANISASI .......................................... 11
BAB III
PENUTUP ......................................................................................................... 17
KESIMPULAN ................................................................................................... 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Relavansi
Pada bagian ini dibahas tentang faktor individu dalam organisasi. Dengan
dasar pemahamann ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk
memahami dan mengetahui tentang faktor individu dalam organisasi.
1.3 Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karakteristik individu dalam
organisasi, beberapa isu seputar perilaku individudalam organisasi, serta
mengelola individu dalam organisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1 Ciri-ciri Biografis
a. Umur
Dijelaskan secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana
perilaku seorang individu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk
bekerja, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya.
Setidaknya ada tiga alasan yang menjadikan umur penting untuk dikaji.
Pertama, adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi
kerjanya akan semakin merosot karena faktor biologis alamiah. Kedua,
adanya realitas bahwa semua pekerja akan menua. Di Amerika Serikat
tahun 1995-2005 sektor pekerja usia 50 tahun ke atas ternyata
berkembang jauh lebih cepat dari generasi penggantinya. Ketiga, adanya
ketentuan peraturan (di Amerika Serikat) pensiunan yang sifatnya perintah
adalah melanggar hukum karena batasan pensiun bukanlah umur,
4
melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan tidak mampu lagi
bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja usia 70 tahun
belum akan pensiun.
b. Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam
menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama konsistensinya
dalam memecahkan masalah, keterampilan analitis dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pendekatan psikologi
menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas.
Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai
sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga
sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan
karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal
kepuasan kerja.
c. Status perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single
dengan karyawan yang sudah menikah. Penelitian membuktikan bahwa
orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan
single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan
kerja. Hal ini disebabkan karena oarng yang telah berkeluarga mempunyai
rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan
mengganggap pekerjaan llebih berharga dan lebih penting. Penelitian
selama ini belum menjangkau pada orang-orang yang bercerai, janda,
duda, dan orang-orang yang kumpul kebo saja.
d. Jumlah tanggungan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan.
e. Masa kerja
5
Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam
pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita-tua-muda
dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang
lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Karena
bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik
dari pekerjaan masa lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman
masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan.
2 Kepribadian
Robin dallam sopiah (2008) mengemukakan, ”personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophycal systems that
determine his unique adjustment to this environment”. Nimran dalam sopiah
(2008) memaknainya, ”kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis
dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri
dengan lingkungannya”. Dia menambahkan bahwa kepribadian sebagai
keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan berinteraksi dengan orang
lain. Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara
dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun
karakteristik kepribadian yang popular di antaranya adalah agresif, malu,
pasrah, malas, ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut
di saat merepons lingkungan, hal itu menunjukkan faktor keturunan atas
pembawaan (traits) merupakan faktor yang penting dalam membentuk
kepribadian seseorang.
Kunarto (2001) menyebutkan bahwa temperament we are born with,
sedangkan character we have to make. Berangkat dari pendapat ini, pribadi
seseorang selalu diwarnai oleh temperamen dan sekaligus karakter.
Temperamen berwarna sifat-sifat yang diperoleh dari keturunan. Sedangkan
karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi. Interaksi antara temperamen
dan karakter itu yang membentuk kepribadian seseorang. Orang yang
karakternya terbentuk paada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan
cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang berada pada
lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik
dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan
kerja dan karier
6
3 Persepsi
Gitosudarmo (1997) memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses
memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan
stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi persepsi, diantaranya :
a. Ukuran
b. Intensitas: Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus maka akan semakin
besar kemungkinannya untuk dipersepsikan.
c. Frekuensi: Semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin
dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang gencar mengiklankan
produknya di berbagai media.
d. Kontras: Stimulus yang kontras / menncolok dengan lingkungannya akan
semakin dipersepsikan orang. Seseorang yang tampil “beda” secara fisik
akan semakin dipersepsikan banyak orang.
e. Gerakan: Stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin
dipersepsikan orang dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya
kurang. Misalnya di suatu ruangan yang hening, semua diam, tiba-tiba ada
seseorang yang bergerak, maka semua orang di ruangan tersebut akan
memperhatikan orang yang bergerak itu.
f. Perubahan/ stimulis yang berubah-ubah akan menarik untuk diparhatikan
dibandingkan dengan stimulus yang tetap. Misalnya lampu yang nyalanya
berkelip-kelip atau memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih
menarik perhatian.
g. Baru: Suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding
stimulus lama. Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik
perhatian publik dibangingkan buku terbitan lama.
h. Unik: Semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik
orang untuk memperhatikannya.
Adapun karakteristik persepsi seperti persepsi terhadap lingkungan kerja,
persepsi terhadap tugas, dan persepsi terhadap rekan kerja.
4 Sikap
7
Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami kita dapat memahami
perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan
dapat dikelola dengan baik. Adapun karakteristik sikap seperti sikap terhadap
pekerjaan, sikap terhadap atasan, dan sikap terhadap rekan kerja. Definisi
sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu afektif, kognitif dan
psikomotorik. Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan
sesorang. Komponon kognitif ini berkaitan dengan proses berfikir yang
menekankan pada rasionalitas dan logika. Komponen psikomotorik
merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap
lingkungannya.
Karakteristik individu ini akan dibawa individu ketika memasuki lingkungan baru,
yaitu organisasi atau lingkungan kerja. Organisasi juga memiliki karakteristik
seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas,
wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan
sebagainya. Perilaku individu dalam organisasi juga dapat dipahami dengan
mempelajari karakteristik individu.
1.Motivasi
Akar kata motivasi adalah dari bahasa Latin yaitu “movore”, yang artinya
adalah gerak atau dorongan untuk bergerak. Sementara itu, dalam bahasa
Inggris, motivasi dikenal dengan sebutan “motive” yang artinya daya gerak atau
alasan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu,
8
dalam psikologi, pengertian motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
Motivasi individu adalah faktor kunci dalam menentukan sejauh mana
seorang karyawan akan berkontribusi secara efektif dalam organisasi. Motivasi
dapat berasal dari faktor internal, seperti kepuasan pekerjaan, dan faktor
eksternal, seperti insentif finansial. Mempelajari cara untuk memahami dan
meningkatkan motivasi karyawan merupakan tantangan penting bagi
manajemen.
2.Komunikasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, communicatus, artinya berbagi
atau menjadi milik bersama – mengacu pada upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan.
Komunikasi yang efektif adalah landasan penting dalam menciptakan
lingkungan kerja yang sehat. Perbedaan dalam gaya komunikasi individu dapat
mempengaruhi kolaborasi, pemahaman, dan resolusi konflik di dalam
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik.
3.Konflik
Konflik secara estimologi berasal dari kata kerja Latin yaitu “con” yang
artinya bersama dan “fligere” yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara
umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi
pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan
pemerintah.
Konflik antara individu atau kelompok dalam organisasi adalah isu umum.
Ini dapat berasal dari perbedaan pendapat, kepentingan yang bersaing, atau
9
perbedaan nilai. Manajemen konflik yang efektif adalah kunci untuk mencegah
konflik yang merusak produktivitas.
4.Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya
tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya
adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara
khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam
lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah
laku yang dianggap benar.
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah,
ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu
individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini
sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.
Perilaku etis adalah unsur penting dalam organisasi yang berkelanjutan.
Individu harus mampu mengenali dan mengatasi situasi etis yang kompleks
dan seringkali ambigu. Perusahaan harus memiliki pedoman etika yang jelas
dan mempromosikan budaya etika.
5.Kepemimpinan
Kepemimpinan (bahasa Inggris: leadership) merupakan sebuah bidang riset
dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang
atau sebuah organisasi untuk “memimpin” atau membimbing orang lain, tim,
atau seluruh organisasi. Literatur para spesialis saling beradu pandangan,
membandingkan antara pendekatan Timur dan Barat dalam kepemimpinan,
dan juga (di Barat sendiri) antara pendekatan Amerika Serikat dengan Eropa.
Civitas akademika di A.S. mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses
pengaruh sosial yang di dalamnya seseorang dapat melibatkan bantuan dan
dukungan selainnya dalam usaha mencapai suatu tugas bersama.
Peran pemimpin dalam membentuk perilaku individu dalam organisasi
sangat signifikan. Gaya kepemimpinan, kompetensi, dan nilai-nilai yang
dijunjung oleh pemimpin dapat memengaruhi perilaku karyawan. Oleh karena
10
itu, pemimpin harus memahami peran mereka dalam membentuk budaya
organisasi.
8.Pengembangan Karir
Pengembangan karir dapat diartikan sebagai kegiatan kepegawaian guna
membantu para pegawai merencanakan karir masa depan di tempat mereka
bekerja. Sehingga pegawai yang bersangkutan dan juga pihak perusahaan
bisa mengembangkan diri secara optimal.
Pengembangan karir merupakan faktor motivasi penting bagi individu dalam
organisasi. Organisasi yang dapat memberikan peluang pengembangan karir
yang jelas dan mendukung pertumbuhan karyawan akan mendapatkan
loyalitas dan kinerja yang lebih baik.
11
keputusan tentang siapa akan melaksanakan tugas apa dengan cara tertentu
tanpa mengetahui perilaku dapat menimbulkan persoalan jangka panjang yang tak
dapat diubah lagi. Setiap pegawai mempunyai perbedaan dalam banyak hal.
Seorang manajer harus mengetahui perbedaan tersebut mempengaruhi perilaku
dan prestasi bawahannya.
Dengan begitu para manajer harus mampu memuaskan kebutuhan
individu untuk proses pemberian motivasi (dorongan) kepada para pegawai agar
mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Menjadi seorang pemimpin harus bersiap terjun dalam setiap
masalah yang ada dalam organisasi, sehingga setiap masalah dapat terencana
dan mampu diselesaikan dengan baik. Manajer dikategorikan sebagai pemecah
masalah dalam organisasinya dengan itu manajer harus mampu mengambil
keputusan secara tepat dan akurat, sehingga menghasilkan keputusan yang
berbobot yang bisa diterima dan diakui bawahan. Ini biasanya merupakan
keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi
terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada relasi sesama.
Manajer berperan penting dalam terbentuknya tim yang kokoh pada
organisasi yang akan memajukan organisasi tersebut sehinggan tujuan organisasi
dapat tercapai dengan hasil yang direncanakan. Terbetuknya tim yang kokoh
harus memiliki dasar yang penting dalam setiap anggota organisasi yaitu
kepercayaan yang harus di bangun dalam sebuah tim yang bersumber dari
beberapa arah. Kesepakatan dibuat untuk mengatur perilaku seseorang maupun
sekelompok orang agar tercipta harmoni dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Kerja sama dan dukungan untuk membangun komitmen di dalam sebuah tim kerja,
karena kita semua percaya bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna.
Untuk menggenggam tugas dalam memahami variabel individu, memotivasi,
pengambilan keputusan dan membangun tim yang kokoh diperlukan seorang
manajer yang memiliki kecerdasan transformasional yang menguasai kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang tinggi agar
organisai tersebut terus berkembang dan menghasilkan perencanaan
baru serta karya yang baru.
Pendekatan-pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami
perilaku manusia adalah pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.
12
Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari penekanannya,
penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam
menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
a. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan
menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih
penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan
lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu
sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di
dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang
hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
b. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh
stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari
perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan
(tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
c. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental yang saling menyempurnakan dengan
struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam
struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam
Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
d. Kepentingan Masa Lalu dalam Menentukan Perilaku
13
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu. Pengalaman masa
lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi
dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu
stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan
suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari
Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa
lalu.
e. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran,
tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan
memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan
tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti
berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi
bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya
perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah
tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan
perilaku.
f. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan
pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi
atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan
pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan,
harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa
mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
14
Jika rencana sudah dibuat, sumber daya sudah dialokasikan, dan struktur
organisasi yang telah disusun, maka implementasi dari rencana adalah langkah
selanjutnya dari kegiatan organisasi yang harus dilakukan. Fungsi manajemen
yang membahas mengenai bagaimana rencana dapat diimplementasikan
sehingga tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan
rencana melalui pembangian kerja sebagaimana disusun dalam struktur
organisasi dikenal sebagai fungsi pengarahan.
15
Mengelola individu dalam organisasi melibatkan berbagai aspek manajemen
sumber daya manusia dan kepemimpinan. Beberapa materi penting yang perlu
dipahami dalam konteks ini termasuk:
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Husnul Abdi. (2021). “Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli dan Jenis
Jenisnya yang Perlu Dikenali”. Website :
https://www.liputan6.com/hot/read/4681419/pengertian-motivasi-menurut-
para-ahli-dan-jenis-jenisnya-yang-perlu-dikenali
18
www.studocu.com. (2023). “Perilaku Individu dalam Organisasi”. Website:
https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomi-
indonesia/manajemen/perilaku-individu-dalam-organisasi/48290750
19