Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda
satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang
memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai
individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg
lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti
keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung
jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik individu ke
dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik
organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi. Perilaku individu
juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalam Sopiah (2008)
menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian,
persepsi dan sikap. Berikut adalah penjelasan dari masing-masingkarakteristik tersebut.
Adapaun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi, dan sikap.
1. Ciri-ciri biografis
a. Umur
Umur juga menentukan kemampuan seoarang untuk bekerja, termasuk bagaimana dia
merespons stimulus yang dilancarkan individu/ pihak lain.Setidaknya ada tiga alasan yang
menjadikan umur penting untuk dikaji. Pertama, adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang
maka prestasi kerjanya akan semaki merosot karena faktor biologis alamiah.Kedua, adanya
realitas bahwa semua pekerja akan menua. Di Amerika Serikat tahun 1995-2005 sektor pekerja
usia 50 tahun ke atas ternyata berkembang jauh lebih cepat dari generasi penggantinya. Ketiga,
adanya ketentuan peraturan (di amerika serikat) pensiunan yang sifatnya perintah adalah
melanggar hukum karena batasan pensiun bukanlah umur, melainkan ketika yang bersangkutan
menyatakan tidak mampu lagi bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja usia 70
tahun belum akan pensiun.
b. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda sehingga
peran laki-laki dan perempuan berbeda disetiap bidangnya misalnya karyawan wanita
cenderung lebih rajin, disiplin, teliti dan sabar.
c. Status perkawinan
Status perkawinan mempengaruhi karyawan dalam memaknai suatu pekerjaan. Begitu juga
dengan tingkat kepuasan kerja.
d. Jumlah tanggungan
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam
keluarga seorang karyawan maka tingkat absensi semakin tinggi. Jumlah tanggungan juga ikut
menentukan tingkat produktifitas kerja seorang karyawan.
e. Masa kerja
Relevan masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak
relevan membandingkan pria, wanita, tua, muda dan seterusnya karena penelitian
menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang
lebih tinggi.
2. Kepribadian
Kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Dan sebagai keseluruhan cara
bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Ada sejumlah teori tentang kepribadian yang layak untuk dipahami.
a. Teori Psikoanalisis
Sigmund freud, pencetus teori ini,mengemukakan bahwa kepribadian memiliki tiga komponen,
yaitu id, ego, dan superego. Id adalah komponen dasar dan berkembang ketika masih masa
kanak-kanak, bahkan bisa sampai tua sekalipun. Superego merupakan elemen kepribadian yang
tumbuh dan berkembang, naik turun selama manusia hidup. Superego merupakan gudang dari
nilai, norma, dan etika yang dianut seseorang. Egomerupakan elemen kepribadian yang bersifat
sebagai penengah dari dua elemen sebelumnya, id dan superego.
b. Teori Pemenuhan
Teori ini didasari suatu premis bahwa manusia hanya memiliki satu dasar kekuatan yang secara
terus-menerus mendorongnya ke arah pemenuhan akan aktualisasi diri.
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari setiap manusia.
Manusia membutuhkan sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
Manusia membutuhkan rasa aman, baik secara fisik maupun secara mental, membutuhkan
kemerdekaan. Setiap oarang menginginkan kemerdekaan untuk menentukan hidupnya,
menyampaikan pikiran, pendapat dan juga hasratnya.
3. Kebutuhan sosial.
Secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial. Dia membutuhkan cinta. Dia membutuhkan
teman untuk berinteraksi dan berinterelasi dengan yang lain.
Setiap orang memiliki potensi diri yang diberikan Tuhan kepadanya. Manusian juga
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin.
Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa secara hakikat sejak lahir manusia
memilki kebutuhan dari yang paling mendasar hingga aktualisasi diri.
c. Teori Konsistensi
Menurut teori ini kepribadian manusia itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari melalui
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dimana manusia itu hidup.
1) Tipe realistic
Mereka yag berada pada areal ini adalah cenderung sebagai orang yang memilikikeengganan
social, agak pemalu, bersikap menyesuaikan diri, materialistik, polos,keras hati, praktis, suka
berterus terang, asli, maskulin dan cenderung atletis, stabil,tidak ingin menonjolkan diri, sangat
hemat, kurang berpandangan luas, dan kurangmau terlihat.
2) Tipe investigatif
Mereka yang berada di dalam tipe ini cenderung berhati-hati, kritis, ingin tahu,mandiri,
intelektual, instropektif, introvert, metodik, agak pasif, pesimis, teliti,rasional, pendiam,
menahan diri dan kurang popular.
3) Tipe artistikOrang-orang yang masuk tipe ini cenderung untuk memperlihatkan dirinya
sebagai orang yang “agak sulit” (complicated),tidak teratur, emosional, tidak
materialistik,idealistis, imaginative, tidak praktis, implusit, mandiri, introspeksi, intuitif,
tidakmenyesuaikan diridan orisinil/asli
4) Tipe sosial
Mereka yang tergolong dalam tipe ini sosial ini cenderung untuk memperlihatkandirinya
sebagai orang yang suka kerjasama, suka menolong, sopan santun (friendly), murah hati, agak
konservatif, idealistis, bersifat social, bertanggung jawab.
6) Tipe conventional Mereka yang masuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang mudah
menyesuaikan diri (conforming), teliti, efisien, sopan santun, tenang, pemalu, patuh, teratur
dancenderung rutin, keras hati, praktis, kurang imajinasi, tetapi kurang mengontrol diri.
3. Atribut kepribadian
Daerah pengendalian berkenaan dengan sejauh mana seseorang merasa yakin bahwa
tindakannya akan memengaruhi imbalan yang akan diterimanya. Ada dua sifat pengendalian
kepribadian, yaitu internal dan eksternal. Kepribadian yang bersifat pengendalian internal
adalah kepribadian dimana seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang
terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakinan
seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (diluar dirinya),
seperti nasib dan keberuntungan.
b. Paham otoritarian
Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan kekuasaan pada orang-orang yang
ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku,
membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki
status di bawahnya, suka curiga dan menolak perubahan.
c. Orientasi prestasi
Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal
perilaku orang. Mc Clelland, tentang kebutuhan untuk berpresentasi, meenyebutkan bahwa
ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang memilki kebutuhan untuk berprestasi
tinggi, yaitu : (1) Mereka secara pribadi ingin bertanggungjawab atas keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan suatu resiko.
Resiko merupakan tantangan yang mengasikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia akan
merasa puas.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan
dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi
merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain,
kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan.
5. Persepsi
a. Ukuran, di mana semakin besar atau semakin kecil ukuran suatu objek fisik maka akan
semakin dipersepsikan.
b. Intensitas, di mana semakin tinggi tingkat intensitas suatu stimulus maka semakin besar
kemungkinannya untuk dipersepsikan.
c. Frekuensi, di mana semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin
dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang gencar mengiklankan produknya di berbagai
media.
e. Gerakan, di mana stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin
dipersepsikan orang dibanding stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya di suatu ruangan
yang hening, semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang gerak, maka semua orang di ruangan
tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.
g. Baru, di mana suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus
lama. Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik perhatian pubik dibandingkan
dengan buku terbitan lama
h. Unik, di mana semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang
lain untuk memperhatikannya.
i. Pelaku Presepsi. Bila seorang individu memandang dan mencoba menafsirkan apa yang
dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individual itu.
j. Target. Karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipresepsikan.
k. Situasi. Adalah penting konteks dalam mana kita melihat objek-objek atau peristiwa-
peristiwa.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi atau adanya
perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktor tersebut adalah :
Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh karakteristik
kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lamanya bekerja, status, tingkat pendidikan,
agama, budaya, dan lain-lain.
- Sasaran
Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikan sehingga dapat
mempengaruhi bagaimana orang mempresepsikan hal tersebut. Misalnya dari wujud fisik,
tinggi, bentuk tubu, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan, bahasa tubuh maupun sikap yang
memberikan berbagai persepsi yang berbeda dari tiap orang berbeda.
- Situasi
6. Kemampuan
Kemampuan yaitu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang
pimpinan untuk mengeksploitasikan kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan
kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan produktifitas. Kategori
dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
- Kemampaun intelektual merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan
kegiatan mental. Untuk mengungkapkan kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha
mengeksplorasi dimensi kecerdasan numerik yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan
tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta
relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan
beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu
urusan secara logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah
tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari
suatu argumen, visualisasi ruangan yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek
akan tampak seandainya posisinya dalam ruangan dirubah, ingatan (memory) yaitu
kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang
memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada
relevansinya dengan bekerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang,
dan ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.
Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, dipastikan akan merupakan penghambat pencapaian tujuan kinerja atau
produktifitasnya.
Ada dua pendapat yang bertentangan mengenai faktor-faktor membentuk kepribadian, yaitu:
1. Aliran yang percaya bahwa kepribadian seorang secara murni ditentukan oleh faktor
bawaan.
Sebagai contoh: seorang anak yang dilahirkan dengan gen tertentu yang dikenal dengan down
syndrome. Hal ini menyebabkan dimilikinya IQ yang sangat rendah,
2. Aliran yang menggunakan pengaruh faktor lingkungan.
Dalam faktor pembentuk perilaku terdapat pula atribut kepribadian yang berpengaruh pada
Perilaku Organisasi:
1. Locus of control. Ada orang yang percaya bahwa nasib mereka ada di tangan mereka
sendiri (internal locus of control); dan sebaliknya ada orang yang merasa bahwa nasib mereka
sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka (external locus of control).
2. Tipe A-Tipe B (A selalu bergerak, B sabar) dari kepribadian ini seringkali dikaitkan dengan
kecenderungan seseorang untuk mengalami stress. Tipe A akan lebih mudah stress daripada
tipe B.
3. Orientasi pada prestasi. Orang-orang dengan hasrat untuk berprestasi yang ber=sar selalu
berusaha untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik.
5. Machiavellianism. Adalah tingkat derajat suka atau tidak seseorang terhadap dirinya
sendiri, berhubungan langsung dengan harapan seseorang untuk berhasil.
Nilai
Nilai dapat didefinisikan sebagai keyakinan dasar bahawa suatu modus perilaku atau keadaan
akhir eksistensi yang lebih khas disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan modus perilaku
atau keadaan akhir eksistensi kebalikan atau lawannya.Sedangkan sistem nilai dapat
didefinisikan sebagai suatu hirarki yang didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seseorang
individu dalam hal intensitasnya.
1. Teoritis: menganggap sangat penting penemuan kebenaran lewat suatu pendekatan kritis
dan rasional.
6. Religius: peduli akan kesatuan kesatuan pengalaman dan pemahaman mengenai kosmos
sebagai keseluruhan.
Sikap (Attitude)
Sikap merupakan salah satu faktor yang penting untuk dipahami agar kita dapat mengelola
perilaku organisasi secara efektif. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan
dapat dikelola dengan baik. Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu
efektif, kognitif, dan psikomotorik. Efektif berkenaan dengan komponen emosional atau
perasaan seseorang. Komponen kognitif ini berkaitan dengan proses berfikir yang
menenangkan pada rasionalitas dan logika. Komponen psikomotorik merupakan
kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
3. Komitmen Organisasional. Adalah sebagai suatu keadaan dalam mana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi itu.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang dalam menghadapi pekerjaannya, seorang yang
tinggi kepuasan kerjanya memiliki sikap positif terhadap pekerjaanya, sedangkan seseorang
yang tidak memperoleh kepuasan di dalam pekerjaan memiliki sikap yang negatif terhadap
pekerjaannya.
Banyak pakar mendefinisikan tentang kepuasan kerja tersebut sepertidiantaranya definisi dari
Porter (1961) yang pendapatnya hingga kini tetap dirujuk olehberbagai pakar yang tertarik
untuk membahas tentang kepuasan kerja, yang mana pendapatnya Porter tentang kepuasan
kerja yang dimaksud adalah “selisih dari sesuatuyang seharusnya ada dengan sesuatu yang
sesungguhnya ada (factual)”. Semakin kecil selisih kondisi yang seharusnya ada dengan kondisi
yang sesungguhnya ada (factual)seseorang cenderung merasa semakin puas.
1. Single global rating method adalah meminta para individu untuk memberikan
tanggapan/ jawaban atas suatu pertanyaan.
2. A summation of the job facets, menurut metoda ini elemen-elemen yang ada di dalam
suatu pekerjaan diidentifikasi, kemudian dinyatakan kepada para karyawan, bagaimana
perasaan mereka terhadap masing-masing elemen pekerjaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempegaruhi kepuasan kerja
a) Kompensasi
a) Pembayaran
b) Work it-self
c) Promosi
d) Supervisi
e) Kelompok kerja
f) Kondisi kerja
a) Keamanan
d) Upah/gaji
h) Komunikasi
i) Kondisi kerja
j) Benefits
Kepuasan kerja hingga kini diyakini berkaitan dengan kinerja individu (karyawan),kelompok,
yang pada gilirannya akan berkaitan pula dengan efektifitas organisasi secarakeseluruhan. Para
pemimpin organisasi perlu menaruh perhatian yang sungguh-sungguhterhadap aspek kepuasan
kerja ini, karena memiliki rantai dengan sumber daya manusiaorganisasi, produktifitas
organisasi, dan keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri. Kepuasankerja yang tinggi sangat
mempengaruhi kondisi kerja dan memberikan keuntungan nyata tidaksaja bagian pekerja tetapi
juga bagi manajemen dan organisasi.
a. Eksit (berhenti)
Definisi
Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu dan kelompok. Perilaku
merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan
kelompok merupakan dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,
bergabung untuk mencapai sasaran tertentu (Robbins, 2003: 292).
Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang adalah semua
yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk perilaku manusia
adalah aktifitas individu dengan relasinya dalam lingkungannya. Kelompok adalah dua individu
atau lebih yang berinteraksi dan saling bergabung untuk mencapai tujuan tersebut.
Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang dilakukakan oleh
seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan aspirasi anggota, berinteraksi dari
setiap individu dan saling bergabung untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Kelompok Formal
Diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi
tersebut. Tuntutan dan proses organisasi mengarah pada pembentukan jenis-jenis kelompok
yang berbeda. Khususnya, timbul dua jenis kelompok formal, kelompok
pimpinan/komando (command group) dan kelompok tugas (task).
Kelompok Komando
Kelompok komando ditetapkan oleh bagan organisasi. Kelompok tersebut terdiri atas bawahan
yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu. Hubungan wewenang antara
seorang manajer departemen dengan para penyelia, atau antara seorang perawat senior
dengan bawahannya adalah contoh dari kelompok komando.
Kelompok Tugas
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas
atau projek tertentu. Sebagai contoh, aktivitas para pegawai administrasi dari suatu perusahaan
asuransi jika klaim suatu kecelakaan diajukan, adalah tugas-tugas yang diwajibkan. Aktivitas ini
menciptakan suatu situasi di mana beberapa pegawai administrasi harus berkomunikasi dan
berkoordinasi satu sama lain jika klaim tersebut ingin ditangani dengan pantas. Tugas-tugas
yang diwajibkan dan interaksi tersebut memudahkan pembentukan suatu kelompok tugas.
Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara alamiah dalam suatu situasi
kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan social. Dengan kata lain kelompok informal tidak
muncul sebagai hasil rencana yang disengaja tetapi berkembang secara agak alamiah. Ada dua
jenis khusus kelompok informal : kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.
Kelompok Kepentingan
Individu-individu yang mungkin tidak menjadi anggota dari kelompok komando atau kelompok
tugas yang sama dapat berafiliasi untuk mencapai beberapa sasaran bersama. Pengelompokan
bersama para karyawan tersebut merupakan suatu kesatuan barisan menghadapi pimpinan
untuk memperoleh manfaat lebih besar. Contoh dari kelompok kepentingan adalah para
pelayan restoran atau hotel yang menghimpun semua tip yang mereka terima.
Kelompok Persahabatan
Banyak kelompok yang dibentuk karena para anggotanya mempunyai kebersamaan tentang
suatu hal, seperti umur, keyakinan politik, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini
sering memperluas interaksi dan komunikasi mereka dalam berbagai aktivitas di luar kerja.
Perbedaan yang utama antara kedua kelompok itu adalah bahwa kelompok formal (komando
dan tugas) dirancang oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai sasaran,
sedangkan kelompok informal (kepentingan dan persahabatan) adalah penting bagi
kepentingannya sendiri. Mereka memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk berhimpun.
Kelompok Primer
Kelompok primer bersifat akrab, bekerjasama, berkomunikasi secara langsung (tatap muka),
loyal, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya.
Kelompok primer memberikan kontribusi dalam pembentukan sifat sosial dan cita-cita individu.
Perbedaan diantara kelompok terbuka dan tertutup terletak pada daya respon terhadap
perubahan dan pengaruhnya terhadap kestabilan.
Secara lebih jauh, ada 4 dimensi yang dapat menjadi dasar membedakan kedua tipe kelompok
ini, yaitu:
Kerangka referensi.
Perspektif waktu.
Kelompok Referensi
Kelompok referensi digunakan bagi anggotanya sebagai sumber dari nilai dan sikap pribadinya.
Kelompok ini memberikan dua 2 fungsi bagi seseorang untuk melakukan evaluasi diri, yaitu:
Karakteristik Kelompok
Reitz mengutarakan beberapa karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok, yaitu:
Struktur
Hirarki Status
Peranan
Norma
Norma adalah standar yang dimiliki bersama oleh anggota suatu kelompok. Norma mempunyai
cirri-ciri tertentu yang penting bagi anggota kelompok. Pertama, norma hanya dibentuk
berkenaan dengan hal-hal yang penting bagi kelompok. Norma tersebut mungkin tertulis, tetapi
lebih sering dikomunikasikan secara lisan kepada anggotanya. Dalam banyak hal, norma
mungkin tidak pernah ditetapkan, tetapi diketahui anggota kelompok. Jika produksi adalah
penting, selanjutnya akan berkembang suatu norma. Jika anggota kelompok lainnya dalam
menyelesaikan suatu tugas adalah penting, maka akan berkembang suatu norma. Kedua,
norma diterima dengan berbagai tingkatan oleh anggota kelompok. Beberapa norma
sepenuhnya diterima oleh semua anggota, sedangkan norma lain hanya diterima sebagian. Dan
Ketiga, norma dapat diterapkan kepada setiap anggota kelompok, atau hanya dapat diterapkan
kepada beberapa anggota kelompok. Terdapat empat kelas variabel umum yang
mempengaruhi kesesuaian terhadap norma kelompok:
Faktor Situasi.
Hubungan antarkelompok.
Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan dalam kelompok merupakan salah satu cirri kelompok yang sangat
menentukan. Pemimpin suatu kelompok menanamkan pengaruh terhadap anggota kelompok
yang bersangkutan. Dalam kelompok formal, pemimpin dapat melaksanakan kekuasaan sanksi
yang sah. Artinya, pemimpin dapat memberi penghargaan atau menghukup anggota yang tidak
mematuhi petunjuk, perintah, atau peraturan. Peranan kepemimpinan juga merupakan factor
yang penting dalam kelompok informal. Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal
umumnya dipandang sebagai anggota yang dihormati dan berstatus tinggi, yang :
Mewujudkan nilai-nilai kelompok. Pada pokoknya, pemimpin adalah perwujudan dari nilai-nilai,
motif, dan aspirasi para anggota.
Menjadi pilihan anggota kelompok untuk mewakili pandangan mereka jika berinteraksi dengan
pimpinan kelompok lain.
Menjadi penengah dalam konflik kelompok dan menjadi penggerak dalam tindakan kelompok
dan memperhatikan pembinaan kelompok sebagai suatu unit yang berfungsi.
Kepaduan
Kelompok formal dan informal nampaknya mempunyai suatu kedekatan atau kesamaan dalam
sikap, perilaku, dan prestasi. Kedekatan ini telah diacu sebagai kepaduan (chohesiveness).
Kepaduan umumnya dipandang sebagai kekutan yang menggerakkan para anggota untuk tetap
berada dalam kelompok, di mana kekuatan tersebut lebih besar dibandingkan dengan kekuatan
yang menarik anggota keluar dari kelompok tersebut. Kelompok yang padu melibatkan orang-
orang yang saling tertarik satu sama lain. Kelompok yang rendah kepaduannya tidak memiliki
daya tarik antarpribadi bagi para anggotanya.
Tentunya terdapat berbagai sumber daya tarik terhadap suatu kelompok. Suatu kelompok
mungkin menarik bagi orang-orang karena:
Tujuan kelompok tersebut dan tujuan anggotanya sesuai dan terinci secara jelas.
Para anggota berdaya tarik, di mana mereka mendukung dan membantu satu sama lain untuk
mengantisipasi hambatan dan rintangan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Konsep kepaduan adalah penting untuk memahami kelompok didalam organisasi. Tingkat
kepaduan dalam satu kelompok dapat mempunyai dampak positif atau negative, tergantung
pada kadar kesesuaian tujuan kelompok dengan tujuan organisasi formal. Sebenarnya ada
empat kemungkinan yang berbeda, seperti yang diuraikan dalam Gambar 8 – 1.
Alasan pembentukan kelompok
Kelompok formal dan informal terbentuk karena berbagai alasan. Alasan itu antara lain
kebutuhan, kedekatan (proximity), atraksi, tujuan, dan ekonomis.
Pemuasan Kebutuhan
Rasa aman.
Sosial.
Penghargaan.
Tujuan Kelompok
Alasan Ekonomi
Dalam berbagai contoh lainnya, motif ekonomi mendorong terbentuknya kelompok : pekerja
dari perusahaan yang tidak tergabung dalam serikat buruh membentuk suatu kelompok untuk
menekan pimpinan agar memperoleh keuntungan lebih besar ; para eksekutif tingkat atas
dalam suatu perusahaan membentuk kelompok untuk meninjau kembali kompensasi bagi
eksekutif. Dalam keadaan bagaimanapun, anggota kelompok mempunyai kepentingan yang
sama – keuntungan yang meningkat – yang menjurus pada afiliasi kelompok.
Forming (pembentukan)
Keadaan ketidakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan, harus dihadapi. Fase ini
berakhir ketika anggota kelompok menyadari diri mereka sebagai sebuah entitas yang satu.
Storming (merebut hati)
Adanya konflik intra kelompok. Terbentuknya hierarki yang relatif jelas dalam kelompok, akan
membawa kelompok menapaki fase sekanjutnya.
Harapan dan perilaku kelompok dirumuskan secara benar dan diterima anggotanya.
Performing (melaksanakan)
Setiap anggota mengetahui kewajiban, hak, dan peran masing-masing dalam pelaksanaan tugas
kelompok.
Anjourning (pengakhiran)
Fase ini terjadi pada kelompok yang bersifat temporer dimana hal ini ditandai dengan
berakhirnya rangkaian kegiatan. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk
pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok.
Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari
anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang
dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja
tersebut.
Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan mereka bersikap loyal
terhadap anggota-anggotanya dan termasuk didalamnya pihak pimpinan kelompok.
Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan dan keyakinan tinggi
pada diri mereka masing-masing.
Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da ekspresi dari nilai-nilai
relevan dan kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
Kelompok yang bersangkutan amat bergairah untuk mengembangkan potensi penuh para
anggotanya.
Kelompok tersebut memahami nilai konformitas yang bersifat konstruktif dan diketahui kapan
hal itu akan digunakan untuk maksud tertentu.
Terdapat motivasi kuat diantara masing-masing anggota kelompok untuk berkomunikasi penuh
dan jujur, sehubungan dengan informasi yang bersifat relevan dan bernilai bagi aktivitas-
aktivitas kelompok tersebut.
Para anggota memiliki perasaan pasti dalam pengambilan keputusan yang oleh mereka
dianggap tepat.