Anda di halaman 1dari 8

ETIKA

PENGEMBANGAN DIRI

Nama: Oscar Adlin


NIM: 201850558
Dosen: Surahman Pujianto

Jl. Kyai Tapa No.20, RT.1/RW.9, Tomang, Kec. Grogol Petamburan, Kota Jakarta
Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440
KEPRIBADIAN
 Pengertian (Menurut Para Ahli)
1. Cuber : Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
2. M.A.W Bouwer : Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang
meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap
seseorang.
3. John Milton Yinger : Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari
seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian instruksi.
Kesimpulan :
Sifat-Sifat dan tingkah laku yang melekat dalam diri seseorang untuk bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.

A. Teori Kepribadian
Teori kepribadian dapat dibagi menjadi enam bagian, diantaranya :
1. Teori Big Five
Teori Sifat Kepribadian Model Lima Besar atau Big Five Personality
Traits Model tersebut terdiri dari 5 dimensi, diantaranya:
o Openness to Experience (Terbuka terhadap Hal-hal baru)
Dimensi ini mengelompokan individu berdasarkan
ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk
mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru.
o Conscientiousness (Sifat Berhati-hati)
Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian
Conscientiousness ini cenderung lebih berhati-hati dalam
melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki disiplin diri
yang tinggi dan dapat dipercaya.
o Extraversion (Ekstraversi)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain.
o Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Bersepakat)
Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih
patuh dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang
ingin menghindari konflik.
o Neuroticism (Neurotisme)
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai
kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress.

2. Teori Gordon Allport


Allport meyakini bahwa manusia adalah makhluk rasional yang
digerakkan kesadaran, yang berdasar pada masa kini, masa depan, dan
bukan masa lalu. Ia juga meyakini bahwa tingkah laku seseorang adalah
sesuatu yang terus menerus bergerak, sehingga konsep utama teorinya
adalah motivasi yang membuat orang terus bergerak. Ia memandang
kepribadian sebagai organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu
yang menentukan penyesuaian unik dengan lingkungannya.
3. Teori Raymond Cattel
Dari konsep Cattell, maka sifat dimaknai sebagai struktur mental atau
dinyatakan sebagai penyimpulan berdasarkan tingkah laku yang terukur
serta teramati, guna menerangkan perihal keteraturan, atau regularitas dan
konsistensi tingkah laku.
Hal ini dikenal sebagai specification equation, yakni proyeksi atas
prediksi tingkah laku individu dengan mengatahui variabel terukur secara
relevan. Dimana, dalam kecenderungan umum, tingkah laku merupakan
kombinasi hasil faktor internal (dorongan, kebutuhan, dsb) dan eksternal
(lingkungan, situasi, dsb), dan temuan tersebut sesuai dengan evaluasi
Cattell.

4. Teori Carl Gustav Jung


Teori kepribadian Carl Gustav Jung yang terbagi menjadi tiga bagian
yaitu ego sadar, ketidaksadaran persona dan ketidaksadaran kolektif.
o Ego sadar merupakan kesadran dari akal pikiran yang disadari
yang menggunakan fungsi rasio.
o Ketidaksadaran persona ialah pengalaman subjektif yang direpresi
atau pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan yang tidak
penting pada masa ini.
o Ketidaksadaran kolektif dibentuk oleh simbol emosional yang
sangat kuat yang disebut sebagai arketipe (archetype) atau
kesadaaran kebudayaan, nilai-nilai yang menetap dalam kepala
kita. Arketipe dibentuk dari bayangan atau shadow yang
merupakan sisi gelap seseorang yang tidak dapat diterima oleh
lingkungan sosial, bayangan juga dibagi menjadi dua yaitu anima
dan animu.
5. Teori Relasi Objek
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori dari Freud mengenai
teori insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal.
o Teori relasi objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-
dorongan biologis dan lebih menekankan pada pentingnya pola
yang konsisten dalam hubungan interpersonal.
o Kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan
menekankan pada kekuatan dan control sang ayah, teori relasi
objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman
dan pengasuhan ibu.
o Teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan
hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan
kesenangan seksual.

6. Teori Sigmund Freud


Freud mengatakan kepribadian manusia terdiri atas 3 elemen yang
bekerja untuk menciptakan perilaku manusia. Berikut 3 elemen
kepribadian tersebut:
o Id : Komponen yang hadir sejak lahir, aspek kepribadian
sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naruliah dan
primitive.
o Ego : Komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Ego terkembang dari id dan
memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara
yang dapat diterima didunia nyata.
o Superego : Aspek kepribadian yang menampung semua standar
internalisasi moral.

B. Faktor Penghambat dan Pembentuk Kepribadian


 Faktor Penghambat
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kepribadian seseorang
terhambat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
o Faktor Internal
Alasan mengapa faktor internal dapat menghambat kerpibadian
yaitu, karena seseorang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, kurang
termotivasi dalam menjalani hidup, tidak ingin mengenali diri sendiri,
dan faktor usia. Faktor usia menjadi salah satu penghambat
terbentuknya kepribadian karena seseorang yang telah berumur merasa
bahwa mereka sudah lebih banyak mengetahui arti kehidupan
sehingga ada perasaan jenuh untuk berubah lagi setelah perubahan
yang telah dilakukan sepanjang usianya, dan juga adanya perubahan
kemampuan fisik secara motorik, memori dan metabolisme tubuh.
o Faktor Eksternal
Faktor eksternal terjadi disebabkan karena dua hal, yaitu,
faktor tradisi budaya dan faktor masyarakat atau sosial. Faktor pertama
yaitu tradisi budaya, hal ini timbul karena pada setiap budaya,
seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan kepribadian
yang sesuai dengan standar yang dibentuk oleh budayanya dan
berperilaku sesuai dengan norma – norma budaya yang berlaku.
Karena tekanan tersebut, akhirnya seseorang perlu menyesuaikan diri
mengkuti pola perilaku yang telah ditetapkan budaya, dan pada
akhirnya perilaku tersebut menjadi kepribadian.
Faktor kedua yaitu penerimaan masyarakat atau sosial, hal ini
sangat berpengaruh karena berkaitan dengan dimana seseorang tinggal
atau hidup. Penerimaan masyarakat atau lingkungan sosial
mempengaruhi keinginan seseorang untuk mengembangkan
kepribadiannya, penerimaan social yang tinggi menimbulkan rasa
percaya diri yang tinggi yang akan berpengaruh pada peningkatan
konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan masyarakat atau sosial
yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, dan
cenderung menarik diri dan menutup diri yang akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri negatif.

 Faktor Pembentuk
Ada 6 faktor pembentuk kepribadian seseorang, diantaranya:
o Faktor Biologis
Faktor pembentuk yang diperoleh dari gen orang tua atau
keturunan. Faktor ini memberikan pengaruh yang besar terhadap
dasar pembentuk kepribadian seseorang.
o Faktor Kelompok
Kelompok sosial biasa disebut dengan kelompok masyarakat,
kelompok kerja, dan kelompok belajar. Ketika kita bergaul dalam
suatu kelompok, maka secara sadar atau tidak, akan saling
mempengaruhi dengan anggota yang lain.
o Faktor Prenatal
Faktor ini berkaitan dengan pemberian rangsangan atau
stimulus ketika anak masih di dalam kandungan. Oleh sebab itu,
kondisi dan kepribadian ibu juga akan berpengaruh terhadap
kepribadian anak yang akan dilahirkanya.
o Faktor Geografis
Faktor pembentuk ini dipengaruhi oleh lingkungan alam, di
mana perbedaan iklim, topografi, hingga sumber daya alam yang
tersedia akan menyebabkan manusia beradaptasi dengan
lingkungannya, maka kepribadian seseorang akan terbentuk dengan
sendirinya.
o Faktor Kebudayaan
Perbedaan yang dimiliki setiap kebudayaan memberikan ciri
khas pada anggotanya. Karena manusia, alam, lingkungan sosial
termasuk kebudayaan di dalamnya, maka hal tersebut akan saling
mempengaruhi.
o Faktor Pengalaman
Setiap jalan hidup manusia pasti berbeda-beda, dari
pengalaman suka maupun duka yang dialami akan menjadi
pembelajaran hidup dan mempengaruhi terbentuknya suatu
kepribadian.

C. Tipe – Tipe Kepribadian menurut Hippocrates


Ada 4 tipe – tipe kepribadian menurut Hippocrates, diantaranya :
o Plegmatis
Orang yang penyabar, suka mencari solusi tercepat, teratur
dalam melakukan suatu hal, mudah bergaul, tidak suka melakukan hal
– hal baru, dan lebih suka menjadi penonton.
o Kholeralis
Orang yang sifatnya keras kepala, optimis, suka memimpin dan
bersemangat dalam melakukan suatu hal, selain itu juga penuh
emosional.
o Sanguinis
Orang yang sifatnya seperti orang ekstrovert. Pribadi yang
ramah, selalu bersemangat, suka berbicara dan mencolok di suatu
kelompok walaupun bukan tipe pemimpin, tetapi pikirannya sering
berubah-ubah.
o Melankolis
Orang yang memiliki sifat lebih sensitif,tetapi juga analis,
pendendam dan lebih mudah melihat sisi negatif, suka bergaul tetapi
tidak suka menjadi pusat perhatian.

D. Kepribadian Tipe A dan Tipe B


Fieldman menyebutkan individu yang mempunyai kepribadian Tipe A dan
Tipe B mempunyai ciri-ciri seperti berikut:

Tipe A
o Gaya bicara tajam dan sangat agresif.
o Selalu makan, berbicara dan berjalan cepat.
o Tidak sabar terhadap orang yang lamban, suka memotong
pembicaraam orang lain
o Sering mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan
(polyphasic)..
o Egois, hanya tertarik pada pembicaraan yang berhubungan dengan
dirinya dan mencoba mengarahkan pembicaraan sesuai dengan
kehendaknya.
o Merasa bersalah bila santai dan sulit tenang setelah selesai bekerja.
o Mengarah pada hal-hal yang sepatutnya dihargai.
o Tidak ada perhatian dan tidak bisa mengingat rincian suatu ruang.
o Bila disaingi tipe A lainnya akan terjadi keributan.
o Percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan mengerjakan segala
sesuatu lebih cepat, sehingga ia terus bekerja dengan cepat.

Tipe B
o Gaya bicara lamban dan santai.
o Bebicara dan berjalan dengan santai.
o Sabar.
o Mengerjakan sesuatu pekerjaan satu persatu.
o Lebih bisa memahami orang lain.
o Bisa santai setelah selesai bekerja.
o Mengarah pada hal-hal yang memang patut dihargai.
o Selalu mengerjakan sesuatu tanpa memaksakan diri.
o Melakukan permainan untuk kesenangan, bukan kemenangan.
o Sulit untuk terus terang kerena takut menyakiti hati orang lain.

Anda mungkin juga menyukai