Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

PENGUKURAN DAN PENILAIAN DALAM BK

TENTANG

“TES KEPRIBADIAN”

Dosen Pembina Mata Kuliah:

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd


Prof. Dr.Daharnis, M.Pd., Kons

OLEH

HUMAIRA MUSTIKA

NIM : 22151014

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan sesuatu yang menggambarkan ciri khas (keunikan)
seseorang yang membedakan orang tersebut dengan orang lain. Dengan mengetahui
kepribadian seseorang maka akan dapat meramalkan perilaku yang akan ditampilkan
orang tersebut dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Menurut Gordon W.W.Allport
dalam bukunya Singgih, D. Gunarso yang berjudul Pengantar Psikologi (2013).
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Sedangkan menurut Krech dan Richard S. Crutcthfield dalam bukunya Ujam


Jaenuddin dan Adang Hambali yang berjudul Dinamika Kepribadian (2015)
mendefinisikan Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu kedalam
suatu kesatuan yang unik yang menentukan dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus menerus.

Berdasarkan pengertian kepribadian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian


adalah perilaku unik yang ditunjukkan oleh individu, dimana perilaku itulah yang
membedakan individu dengan individu yang lainnya serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang berubah secara terus menerus.

B. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian Ada empat teori kepribadian yang utama, yaitu Teori
Kepribadian Freud, Teori Kepribadian Neo-Freud, Ciri (Trait Theory), Teori Konsep Diri.
Keempat teori tersebut dianggap banyak dipakai sebagai landasan teori dalam studi
hubungan antara perilaku konsumen dan kepribadian.

1. Teori Kepribadian Freud


Sigmund Freud mengemukakan suatu teori psikoanalitis kepribadian
(Psychoanalitic Theory of Personality). Teori tersebut dianggap sebagai landasan
dari psikologi modern. Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs) atau dorongan dari dalam diri manusia (drive), seperti
dorongan seks dan kebutuhan biologis adalah inti dari motivasi dan kepribadian
manusia. Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga unsur yang saling
berinteraksi, yaitu Id, Superego, dan Ego.
a) Id
Id adalah aspek biologis dalam diri manusia yang ada sejak lahir, yang
mendorong munculnya kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, haus, dan nafsu
seks. Id menggambarkan naluri manusia yang secara biologis membutuhkan
makanan, minuman, dan seks. Manusia akan secara alami memenuhi kebutuhan
tersebut untuk menghindari tensi dan mencari kepuasan sesegera mungkin. Inilah
yang disebut bahwa unsur Id akan melakukan prinsip kepuasan (pleasure principle
atau immediate satisfaction)
b) Superego
Superego adalah aspek psikologis pada diri manusia yang menggambarkan
sifat manusia untuk tunduk dan patuh kepada norma-norma sosial, etika dan nilai-
nilai masyarakat. Superego menyebabkan manusia memperhatikan apa yang baik
dan apa yang buruk bagi suatu masyarakat dan perilakunya disesuaikan dengan
apa yang baik menurut lingkungan sosialnya. Superego adalah kecenderungan
sifat manusia yang selalu ingin berbuat baik sesuai dengan norma dan etika, serta
aturan-aturan yang ada di masyarakat. Superego bisa dianggap sebagai unsur yang
berfungsi untuk mengurangi atau menekan nafsu biologis (Id) yang ada dalam diri
manusia. Ketika kita berbuat kesalahan, sering kali secara tidak sadar muncul
dalam diri manusia rasa bersalah dan malu. Inilah contoh bagaimana unsur
superego bekerja menekan unsur Id, sehingga kita tidak mengulangi perbuatan
salah kembali. Id dan superego dianggap sebagai dorongan yang tidak disadari
oleh manusia.
c) Ego
Unsur ketiga dari kepribadian adalah ego, yang merupakan unsur yang
bisa disadari dan dikontrol oleh manusia. Ego berfungsi menjadi penengah antara
id dan superego. Ego berusaha menyeimbangkan apa yang ingin dipenuhi oleh id
dan apa yang dituntut oleh superego agar sesuai dengan norma sosial. Ego bekerja
dengan prinsip realitas (reality principle), yaitu ia berusaha agar manusia dapat
memenuhi kebutuhan fisiologisnya tetapi sesuai dengan aturan baik dan buruk
menurut masyarakat.
2. Teori Kepribadian Neo-Freud (Teori Sosial Psikologi)
Beberapa pakar yang juga rekan Freud mengembangkan suatu teori
kepribadian yang disebut sebagai Teori Sosial Psikologi atau Teori Neo-Freud. Teori
tersebut berbeda dengan Freud dalam dua hal berikut:
a) Lingkungan sosial yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian manusia
bukan insting manusia.
b) Motivasi berperilaku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Teori ini
merupakan kombinasi dari sosial dan psikologi.
Teori ini menekankan bahwa manusia berusaha untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan masyarakat dan masyarakat membantu individu dalam memenuhi
kebutuhan dan tujuannya. Teori Neo-Freud menyatakan bahwa hubungan sosial
adalah faktor dominan dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia.
3. Teori Ciri (Trait Theory)
Teori Ciri mengklasifikasikan manusia ke dalam karakteristik atau sifat atau
cirinya yang paling menonjol. Ciri atau trait adalah karakteristik psikologi yang
khusus, yang didefinisikan sebagai “Setiap cara yang membedakan dan relatif abadi
dimana setiap individu berbeda dari yang lain”. (Schiffman dan Kanuk, 2010).
Definisi lain adalah “Sebuah sifat (ciri) adalah karakteristik dimana satu orang
berbeda dari yang lain dengan cara yang relatif permanen dan konsisten”. (Mowen
dan Minor, 1998). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa trait
adalah sifat atau karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang
lain, yang bersifat permanen dan konsisten.
4. Teori Konsep Diri (Self-Concept)
Menurut teori ini manusia mempunyai pandangan atau konsepsi atas dirinya
sendiri, berupa penilaian terhadap dirinya sendiri. Dengan ini setiap individu
berfungsi sebagai subjek dan objek persepsi. Menurut Mowen, konsep diri merupakan
totalitas pikiran dan perasaan individu yang mereferensikan dirinya sebagai objek.
Konsep diri, disebut pula sebagai citra diri atau persepsi tentang diri sangat
berkaitan dengan kepribadian. Teori konsep diri memandang bahwa tiap individu
memiliki suatu konsep tentang dirinya yang didasari oleh siapa dirinya (dirinya yang
sebenarnya atau actual self) dan suatu konsep tentang memandang dirinya ingin
seperti siapa (dirinya yang ideal atau ideal self). Teori konsep diri berkaitan erat
dengan dua konsep kunci teori kepribadian psikoanalitik, yaitu ego dan superego.
Karena ego merupakan refleksi dari realita obyektif seseorang, maka ia mirip dengan
actual self. Sementara itu, superego ditentukan oleh sesuatu yang seharusnya, dan
karena itu merupakan suatu refleksi dari ideal self.
C. Proses Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan
satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak
mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian
seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut
dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah
berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian
(basic personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini
merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan
biologis dari orangtuanya.
b. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau
anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau
dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
2. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan
mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari
usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku
yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe
pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur
budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa
kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku
yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut:
a. Dorongan-dorongan (drives). Unsur ini merupakan pusat dari kehendak
manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan
membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu
keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan naftsu-naftsu.
Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya
sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang.
Sedang naftsu-naftsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan
biologis, misalnya naftsu makan, secksual, amarah, dan yang lainnya.’
b. Naluri (instinct). Naluri adalah suatu dorongan yang bersifat kodrati yang
melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai
naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan
hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup
tanpa harus belajar terlebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan
hakikat makhluk hidup.
c. Getaran hati (emosi). Emosi atau getaran hati adalah sesuatu yang abstrak
yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur
segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah,
serasi, dan yang lainnya.
d. Perangai. Perangai adalah perwujudan dari perpaduan antara hati dan
pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik
seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang
mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
e. Intelegensi (IQ). Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah
IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang
telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
f. Bakat (talent). Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak
yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh
leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya.
Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam pengembangkan
keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang
memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu
yang sama.
3. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase
terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari
orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan
terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang
bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu sebagai berikut:
a. Kepribadian normatif (normative man).
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang
mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral
yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya.
Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi
antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai
dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan
kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung
banyak aspirasi dari orang lain.
b. Kepribadian otoriter (otoriter man).
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih
mementingkan kepentingan diri sendiri daripada orang lain. Situasi ini sering
terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan
perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak
yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
c. Kepribadian perbatasan (marginal man).
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri
khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya sering kali mengalami perubahan-
perubahan, sehingga seolah-olah seseorang mempunyai lebih dari satu corak
kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila
orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau
karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur
budaya masyarakat yang berbeda.
D. Tipe-Tipe Kepribadian
Secara umum tipe kepribadian itu ada empat yaitu:
1. Sanguinis (Popular, Periang)
Sanguinis adalah sifat kejiwaan yang cenderung 'Happy Always' dalam
bersikap, optimis dan penuh semangat dengan sifat yang ramah, dia selalu
menghidupkan suasana dalam lingkungannya, berbagi cerita, selalu periang dan
antusias dalam bertindak, penampilannya yang menarik dan humoris inilah biasanya
orang yang memiliki kepribadian ini disukai banyak orang, terkadang kelemahan sifat
sanguinis dalam berbicara, selalu banyak berbicara, terkadang orang sanguinis itu
pelupa.
a. Ciri-ciri tipe kepribadian Sanguinis adalah sebagi berikut:
1) Periang
2) Optimis
3) Menghidupkan Suasana
4) Humoris
5) Banyak Berbicara
6) Antusias
7) Penuh Semangat
8) Penampilan Menarik
9) Penuh Rasa Ingin Tahu
10) Tidak Pendendam
b. Ciri-ciri emosional tipe kepribadian sanguinis adalah sebagai berikut:
1) Dalam bentuk Fisik :
 Matanya selalu berkaca-kaca seraya ingin tersenyum
 Mata yang selalu melihat pada respon positif dan humor
 Pandangan mata yang ceria, segar dipandang setiap orang
 Wajahnya tergambarkan kesenangan tanpa beban
 Espresif dan energik dalam pergerakkan bahasa tubuh
 Daya tangkap, cekatan dan daya pendengaran yang cukup baik
2) Dalam bentuk Tindakan:
 Responsif, idealis, solideritas
 Senang berkumpul-kumpul
 Susah untuk bisa menutup rahasia
 Senang dalam bersenda gurau, bercanda, dan melawak
 Partisipatif dan aktif
 Aktif berbicara
 Menghidupkan suasana
 Selalu ingin dipuji orang
 Mudah bergaul/ mudah berteman
 Mudah untuk menyesuaikan kondisi dan situasi

c. Kelemahan dalam tipe kepribadian sunguinis adalah sebagai beriktu:


 Terlalu banyak bicara (bicaralah seperlunya, to the point komentarnya)
 Egois (tidak merasa bersalah terhadap perasaan orang lain, belajarlah
mendengarkan)
 Mudah lupa (belajar catat sesuatu agar tidak lupa)
 Kurang disiplin
 Kurang dewasa
2. Koleris (Tegas, Berperinsip, Pemimpin)
Koleris adalah sifat alamiah rasa pemimpinan dan begitu tegas, biasanya sifat
Koleris ini jenis sifat kejiwaan yang benar-benar diuntungkan untuk menjadi seorang
pemimpin yang bijak, seorang kolerik memiliki kemampuan keras dalam mencapai
sesuatu. Ia seorang yang berapi api, begitu aktif, praktis, cekatan dan mandiri, dan sangat
independen. Ia cenderung bersikap tegas dan pendirian keras dalam mengambil keputusan
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Ia tipe orang yang suka dengan aktivitas. ia tidak perlu
dirangsang oleh lingkungannya, tetapi ia yang merangsang lingkungannya tersebut dengan
ide-idenya yang tidak pernah berakhir, rancangan, sasaran dan ambisinya. ia bukan tipe
yang gampang menyerah terhadap tekanan dari orang lain. Bahkan tekanan tersebut justru
semakin membuat dia yakin maju

a. Kepribadian pada tipe kepribadian Koleris adalah sebagai berikut:


1) Berbakat pemimpin
2) Dinamis, aktif
3) Sangat memerlukan perubahan
4) Harus memperbaiki kesalahan
5) Berkemauan kuat dan tegas
6) Tidak emosional dalam bertindak
7) Tidak mudah patah semangat
8) Bebas dan mandiri
9) Penuh keyakinan
b. Kelemahan pada tipe kepribadian Koleris adalah Terkadang suka menyepelein
orang lain, harus terkendali, tidak begitu membutuhkan seorang teman
3. Melankolis (Sensitif, Pencari Kesalahan)
Melankolis merupakan temperamen yang paling kaya. Ia memiliki rasa seni yang
tinggi. Kemampuan analitis yang kuat, perfeksionis, sensitif, berbakat dan rela berkorban.
Perasaan sangat berpengaruh pada dirinya pada pribadi Melankolis, ia adalah orang yang
introvert tapi apabila ia sedang berada dalam puncak suka cita ia bisa saja menjadi lebih
ekstrovert. Pribadinya yang sangat perfeksionis cendrung membuatnya sering
menyalahkan diri sendiri dan menjadi rendah diri. Padahal ia adalah seseorang yang
memiliki daya analitik yang hebat yang mampu memperhitungkan bahaya, halangan
dalam setiap proyek secara akurat. Perasaan mereka yang peka dan sensitif juga dapat
membuat mereka jadi pedendam dan sering terlihat murung. Orang melankolis cenderung
memilih pekerjaan yang membutuhkan pengorbanan dan ketekunan, sekali ia memilih
sesuatu maka ia akan tetap setia mengerjakannya.

a. Kepribadian tipe Melankolis adalah sebagai berikut:


1) Perfeksionis
2) Perasa
3)  Sensitif
4) Analitis
5) Serius dan tekun
6) Suka berkorban
7) Idealis
8) Berbakat dan kreatif
Kelemahan pada kepribadian Melankolis: Tertekan karena
ketidaksempurnaan, merendahkan diri sendiri, sulit disenangkan, bisa mudah cepat
pesimis

4. Phlegmatis (cinta, damai, konsisten)


Phlegmatis merupakan seseorang memiliki sifat alamiah pendamai, tidak suka
kekerasan, merupakan orang yang mudah diajak bergaul, ramah, dan menyenangkan. Ia
adalah tipe orang yang bisa membuat sekelompok orang tertawa terbahak-bahak oleh
humor keringnya meski ia sendiri tidak tertawa. merupakan pribadi yang konsisten,
tenang, dan jarang sekali terpengaruh dengan lingkungannya, tidak pernah terlihat gelisah.
dibalik pribadinya yang dingin dan malu malu, sesungguhnya ia memiliki kemampuan
untuk dapat lebih merasakan emosi yang terkandung oleh sesuatu. Karena sifatnya yang
menyukai kedamaian dan tidak suka pertikaian, ia cenderung menarik diri dari segala
keterlibatan. Hal ini sering kali menghambatnya untuk menunjukkan kemampuannya
secara total dan menjadi cendrung pasif dan pemalas.

a. Kepribadian tipe Phlegmatis adalah sebagai berikut:


1) Cinta Damai
2) Introvert
3) Pasif
4) Konsisten
5) Penjaga rahasia yg baik
6) Cool (bersikap dingin)
7) Pemalu
8) Dibalik layar (penonton)
Kelamahan dalam tipe kepribadian phlegmatis adalah kepribadian yang
sangat membutuhkan kenyamanan suasana hati, jika bila ada zona tertentu yang
membuatnya dia tidak bisa mengeluarkan sosok kemampuan yang ada pada dirinya.
Orang Phlegmatis cendrung pencari selamat, mereka sangat tidak ingin mendapatkan
malu.

E. Pengertian Tes Kepribadian


Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau
menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk
membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor
psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.

Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes


kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu
sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian
yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu
yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga
kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang unik,
berbeda dari yang lain. Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandardisasi yang
ditujukan untuk memancing dan menganalisa perbedaan reaksi individu.

F. Jenis-Jenis Tes Kepribadian


Ada beberapa jenis-jenis tes kepribadian yaitu:

1. EPPS ( Edward’s Preference Personal Schedule). 


Tes EPPS ini merupakan test kepribadian yang mencermati berbagai
kebutuhan dari individu. Test EPPS ini terdiri dari 220 pernyataan, individu
diminta untuk memilih A atau B sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu
yang bersangkutan.
2. Tes Warteg.
Tes Warteg merupakan test yang sering ditemui saat kegiatan rekrutmen &
seleksi di perusahaan. Test Warteg ini terdiri dari satu lembar kertas dengan
gambar 8 buah kotak yang didalmnya terdapat beberapa macam tanda–tanda kecil.
Tugas individu peserta tes adalah melanjutkan pola tersebut menjadi sebuah
bentuk atau gambar tertentu. Test Wartegg ini banyak melihat proses adaptasi
individu dan juga kemampuan problem solving.
3. SSCT / Sack’s Sentence Completion Test.
Tes SSCT ini merupakan test melengkapi kalimat. Dalam alat test ini terdapat
60 kalimat atau pernyataan yang belum lengkap. Individu peserta tes diminta
untuk melengkapi kalimat-kalimat tersebut, sesuai dengan apa yang dipikirkan/
dirasakan pertama kali. Test SSCT ini banyak mengungkapkan kasus masalah
masa lalu, masa depan, rasa bersalah, masalah terhadap orangtua dan juga tentang
relasi sosial.
4. Tes Rorschach.
Tes Rorschach ini merupakan test dengan menggunakan sarana bercak tinta.
Tes ini menggunakan 10 buah kartu. Dalam kartu-kartu tersebut terdapat pola –
pola abstrak yang dibuat menggunakan bercak-bercak tinta. Tugas peserta adalah
menyebutkan pandangan mereka bentuk-bentuk apa saja yang muncul pada
masing-masing kartu. Test individual ini merupakan tes yang cukup lengkap. Tes
ini mampu melihat pengalaman masa lalu, pengalaman traumatis, emosi,
kecemasan, dll
5. RMIB.
Tes RMIB (Rothwell Miller Interest Blank) ini dikembangkan oleh Rothwell
pada tahun 1947. Pada tahun 1950, tes ini kemudian diperbaharui oleh Miller. Tes
Rothwell Miller Interest Blank adalah test minat bakat yang sudah terstandarisasi.
6. Tes Pauli dan Kraeplin. Tes Pauli dan Kraeplin merupakan jenis tes kepribadian.
Tes ini termasuk kategori battery test yakni test yang menggunakan waktu. Dalam
tes ini, individu harus bisa menyelesaikan test dalam waktu tertentu. Tes ini
mampu mengukur semangat kerja, kinerja, resistensi terhadap stres dan bakat-
bakat lainnya
7. DISC.
DISC merupakan alat test psikologi yang terdiri dari 24 nomor, dengan
masing-masing nomor memiliki 4 pilihan jawaban. Individu diminta untuk
memilih 2 kecendrungan, yaitu yang paling mendekati dirinya (most), dan yang
paling tidak mendekati dirinya (least). DISC mengukur 3 macam kondisi atau
keadaan, yaitu true self, kepribadian yang ditunjukkan saat berada dalam masalah,
dan kepribadian yang ditunjukkan kepada orang lain.
8. Tes Papikostik. 
Tes ini merupakan tes kepribadian yang cukup populer digunakan dalam
kegiatan seleksi pekerjaan. Tes kepribadian Papikostik ini dapat mengungkapkan
sifat atau kepribadian seseorang. Aplikasi tes kepribadian ini cukup mudah,
peserta hanya perlu mengisi pernyataan-pernyataan yang ada sesuai dengan apa
yang dirasakan individu yang bersangkutan.
9. Dragon test.
Tes ini disusun oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith (psikolog Swiss). Tes
yang ditujukan untuk anak-anak ini termasuk tes proyeksi, digunakan untuk 
mengetahui permasalahan emosional, trauma masa lalu yang dialami oleh anak.
10. Draw a Family.
Draw a Family test (DAF) ini dikembangkan oleh Hulse pada tahun 1951.
Tes proyeksi ini digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang dengan
menggambar keluarga. Tes DAF ini untuk mengetahui hubungan seseorang
dengan lingkungan dan sikap mereka terhadap keluarga.
11. Thematic Apperception Test.
Tes TAT ini merupakan test kepribadian yang masuk ke dalam test bercerita.
Tersedia 20 kartu (versi Murray) atau dapat menggunakan 10 kartu (Versi Bellak).
Tugas peserta adalah menceritakan secara lisan kejadian yang muncul pada
gambar tersebut, siapa tokoh utama, apa saja penyebab kejadian, dan juga
bagaimana ending cerita secara utuh. Test individual ini mampu mengungkap
konflik internal, kecemasan, kebutuhan individu & hubungan antar keluarga.
12. Draw A Person.
Tes DAP ini, sesuai dengan namanya, peserta hanya diminta untuk
menggambarkan manusia. Menggambar bebas, tidak mengikat, peserta boleh
menggambar lebih dari satu manusia, jenis kelamin bebas, bentuk tubuh bebas.
Tes DAP ini digunakan untuk melihat konsep diri individu yang bersangkutan.
13. BAUM / The Tree Test.
Test ini merupakan test yang digunakan untuk melihat struktur kepribadian
seseorang. Tes ini untuk melihat kondisi Id, Ego, dan juga Super Ego. Test ini
berhubungan dengan Impuls yang ada di dalam diri individu, serta bagaimana
individu mampu untuk mengendalikan impuls tersebut. Peserta tes mendapat tugas
untuk menggambar pohon yang berkambium. Tes ini untuk melihat seberapa
kokohnya individu dalam mengendalikan impuls dan mengontrol dirinya sendiri.
14. House Tree Person (HTP).
Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambarkan rumah, pohon dan
manusia. Peserta bebas menggambar, seberapa banyak, seberapa besar, atau
bahkan bisa jadi  tidak menggambar sama sekali. Test ini untuk melihat
bagaimana persepsi peserta terhadap sosok ayah, ibu, dan juga dirinya sendiri. Tes
ini juga menggambarkan bagaimana penerimaan sosial dari individu yang
bersangkutan.
G. Kegunaan Tes Kepribadian
Secara garis besar, tes kepribadian dapat membantu untuk lebih mengenal diri
sendiri. Namun, manfaat melakukan tes kepribadian tidak hanya itu saja.
1. Mengetahui Kekuatan dan Kelemahan
Melalui tes kepribadian, Anda dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
Anda. Hal ini akan membantu untuk mengetahui jenis pekerjaan yang dapat
dikerjakan dan jenis pekerjaan apa yang harus diberikan kepada orang lain.
Memahami kekuatan dan kelemahan diri juga akan membantu kerja sama dalam
tim.
2. Mengetahui Apa yang Disukai dan yang Tidak Disukai
Serupa dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, tes kepribadian juga
dapat membantu untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai.
Mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai dapat membantu untuk
memilih profesi ataupun jurusan perkuliahan yang ingin digeluti.
3. Lebih Mengerti Orang Lain
Mengetahui diri sendiri melalui tes kepribadian membuat Anda bisa mengerti
bahwa tiap orang memiliki persepsi dan reaksi yang berbeda terhadap suatu
masalah yang sama. Sebagaimana Anda memiliki reaksi dan persepsi tertentu
akan suatu hal, orang lain juga memiliki reaksi dan persepsi yang
berbeda.Memiliki rasa pengertian terhadap orang lain dapat membantu untuk
membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan orang lain.
4. Mengetahui Situasi yang Tepat untuk Mencapai Potensi
Tes kepribadian tentunya dapat membantu untuk mengenali potensi dan situasi
yang dapat memaksimalkan potensi tersebut.Anda dapat mengetahui lingkungan
kerja apa yang sesuai untuk potensi Anda, cara yang sesuai untuk mengatasi
masalah dan stres yang dirasakan, serta cara mengatur kebiasaan kerja Anda.
5. Memilih Pekerjaan yang Sesuai
Seperti yang tertera di atas, pengenalan diri yang dilakukan dapat membantu
Anda untuk mencari pekerjaan yang sesuai. Namun, tes kepribadian juga dapat
digunakan oleh pihak perusahaan untuk mencari karyawan yang sesuai dengan
kriteria perusahaan.

DAFTAR ISI

https://hedisasrawan.blogspot.com/2013/02/tahap-tahap-perkembangan-
kepribadian.html. Diakses pada tanggal 18 oktober 2021 pukul 21.45 WIB
https://arimbisekar.blogspot.com/2013/12/makalah-kepribadian-manusia.html. Diakses
pada tanggal 18 oktober 2021 pukul 22.34 WIB

https://mutupendidikan.com/jenis-tes-psikologi-psikotes/. Diakses pada tanggal 18


oktober 2021, pukul 23.02 WIB

https://www.sehatq.com/artikel/manfaat-tes-kepribadian.diakses pada tanggal 18


oktober 2021, pukul 23.50 WIB

Ratih Hurriyati. (2010). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen . Bandung:


Alfabeta

Singgih, D. Gunarso. (1998). Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta.

Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran,


Cet. 1, Edisi

Ujam Jaenudin, Adang Hambali. (2015). Dinamika Kepribadian, CV Pustaka Setia,


Bandung

Anda mungkin juga menyukai