BAB II
7
8
merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang, yang terdiri dari pola
(bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan dan aspek psikis lainnya.
2. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang
membentuk diri seseorang secara psikologis. Salah satu contoh struktur
kepribadian yang paling tua gagasannya adalah menurut Sigmund Frued tokoh
psikoanalisa. Berdasarkan beberapa penelitian pada klien yang mengalami
masalah kejiwaan ia menyimpulkan bahwa diri manusia dalam membentuk
kepribadianya terdiri atas 3 komponen utama yaitu Das es, das ich, das Uber Ich
(Suryasubrata, 2008 : 124-128).
a. Das Es (The Id)
Yaitu aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam
kepribadian. Das Es berisikan hal-hal yang di Es dibawa sejak lahir,
termasuk instink-instink. Energi di dalam Das Es itu dapat meningkat oleh
karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari
dalam. Apabila energi itu meningkat, maka akan menimbulkan tegangan,
dan ini menimbulkan pengalaman tidak enak atau tidak menyenangkan yang
tidak boleh dibiarkan oleh Das Es. Maka pedoman dalam berfungsinya Das
Es ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan,
pedoman ini disebut “prinsip kenikmatan”. Misalnya orang yang lapar
membayangkan makanan.
b. Das Ich (The Ego)
Yaitu aspek psikologis daripada kpribadian dan timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan. Disini letak perbedaan yang pokok antara Das Es dan Das Ich
yaitu Das Es hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin) maka Das Ich
dapat membedakan sesuatu yang ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di
luar (dunia nyata). Misalnya orang lapar mesti perlu makan, ini berarti
bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang
makanan dan kenyataan tentang makanan.
10
4. Perubahan Kepribadian
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2007 : 11) menyatakan meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan
adanya perubahan kepribadian. Menurut mereka, perubahan itu terjadi
dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut
sebagai berikut :
a. Faktor fisik, seperti : gangguan otak, kurang gizi (mal nutrisi),
mengkonsumsi obat-obatan terlarang (NAPZA), minuman keras, dan
gangguan organik (sakit atau kecelakaan).
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti : krisis politik, ekonomi, dan
keamanaan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi)
dan masalah sosisal (pengangguran, premanisme dan kriminalitas).
c. Faktor diri sendiri, seperti : tekanan emosional (frustasi yang
berkepanjangan.
15
6. Tipe Kepribadian
Dalam kaitannya dengan kepribadian, kepribadian setiap orang berbeda-
beda, tergantung individu itu sendiri bagaimana membawa dirinya untuk
mendapatkan kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik itu hanya akan
terwujud apabila diri orang itu yang merubahnya sendiri. Dalam diri seseorang
mempunyai tipe-tipe sanguinis, koleris, melankolis dan phlegmatis. Hal ini
sejalan dengan dengan pendapat dari Hippocrates, bapak ilmu kedokteran yang
berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat yang didukung
oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu chole, melanchole, phlegma
dan sanguis (Fauzi, 1999 : 124).
Pendapat Hippocrates disempurnakan oleh Galenus (129-200 SM) yang
mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan tersebut
dalam proporsi tertentu. Apabila suatu cairan terdapat di dalam tubuh melebihi
proporsi yang seharusnya (dominan) maka akan menimbulkan adanya sifat-sifat
kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai
akibat dari dominannya salah satu cairan tersebut yang oleh Galenus sehingga
16
2) Kelemahan
Kelemahannya secara umum dari orang dengan tipe sanguinis
ini adalah cenderung kurang well-organized dan kurang disiplin.
Emosinya yang suka berbicara membuat mereka suka mendominasi
percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas.
Mereka suka melebih-lebihkan perkataannya tentang suatu hal /
kejadian. Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras) serta cirinya
yang ekspresif membuat orang sanguinis susah untuk diam.
Orang sanguinis cenderung impulsif, berpikir pendek, bertindak
sesuai dengan emosinya atau keinnginannya daripada pemikirannya
saat mereka mengambil keputusan. Orang bertipe ini tidak tetap
pendirian karena sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya,
kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah, cenderung
mudah jatuh ke dalam percobaan karena godaan dari luar dapat
dengan mudah memikatnya dan dia bisa masuk terperosok
kedalamnya (Sjarkawi, 2008 : 11) .
Orang tipe Sanguinis ini mudah tertekan atau stress apabila
terjebak pada pekerjaan yang monoton karena orang ini sangat
membutuhkan variasi atau dinamika tinggi dalam hidup dan
pekerjaannya. Hal lain yang dapat membuatnya tertekan adalah
kurangnya perhatian orang lain padanya, atau apabila dia sudah tidak
menjadi fokus utama lagi dalam lingkungannya. Untuk melampiaskan
rasa stres atau tertekannya adalah dengan shopping alias pergi
berbelanja. Sehingga lebih konsentrasi ke “How to spend money”
daripada “How to earn/save money” (http://edukasi.kompasiana.com/
16/02/2014).
19
b. Melankolis
Cairan yang dominan adalah empedu hitam (melanchole). Seorang
melankolis pada dasarnya intovert, pemikir dan pesimis. Secara penampilan,
orang dengan tipe melankolis ini biasanya memakai baju dengan model
yang konservatif misalnya kemeja dan dasi dengan pola yang teratur,
misalnya kotak-kotak atau garis-garis teratur, dan sebagainya
(http://edukasi. kompasiana.com/16/02/2014).
1) Kekuatan
Seseorang dengan tipe Melankolis adalah seseorang yang
berorientasi pada kesempurnaan dan keteraturan. Orang dengan tipe
kepribadian Melankolis ini terobsesi dengan karyanya yang paling
bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup,
perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif (Sjarkawi, 2008 : 12).
Orang melankolis memiliki sikap yang serius dan tekun. Orang
melankolis adalah orang-orang yang menetapkan tujuan jangka panjang
dan hanya ingin melakukan apa yang mempunyai tujuan abadi
(Littauer, 1996 : 63). Mereka adalah orang yang introvert, tapi apabila
mereka sedang berada dalam puncak sukacitanya, mereka bisa saja
menjadi ekstrovert.
Dari segi sosialisasi, seorang melankolis mempunya sifat hati-hati
dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan
dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain,
menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan,
bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain
dan mencari teman hidup ideal.
Dari segi pekerjaan, sifat melankolis yaitu berorientasi jadwal,
perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib
dan terorganisir, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat
pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai dan suka
20
diagram, grafik, bagan serta daftar. Prinsip kerja dan hidupnya adalah
Let’s Do It the Right Way (Mari kerjakan dengan cara yang benar).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan utama
dari orang tipe ini adalah standar kesempurnaan yang tinggi, teliti dan
disertai dengan kemampuan analisisnya yang mendalam. Orang ini
sangat well-organized dan konsisten. Selain itu melankolis juga kuat
dalam analitis, mendalam, dan penuh pikiran.
Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal; artistik, musikal
dan kreatif (filsafat & puitis); sensitif; mau mengorbankan diri dan
idealis; standar tinggi dan perfeksionis; senang perincian/memerinci,
tekun, serba tertib dan teratur (rapi); ekonomis; melihat masalah dan
mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif); kalau sudah
mulai, dituntaskan.; berteman dengan hati-hati; puas di belakang layar,
menghindari perhatian; mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi;
sangat memperhatikan orang lain. Ini adalah kekuatan dari orang
dengan tipe melankolis.
2) Kelemahan
Pribadinya yang sangat perfeksionis cenderung membuatnya
sering menyalahkan diri sendiri dan menjadi rendah diri. Mereka sangat
mudah dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan mereka yang peka dan
sensitif juga dapat membuat mereka jadi pendendam dan sering terlihat
murung karena cenderung melihat masalah dari sisi negatif (Sjarkawi,
2008 : 12).
Orang tipe Melankolis ini akan mudah merasa tertekan apabila
dia diminta untuk mengkompromikan standar atau kesempurnaan-nya.
Kehidupan yang tidak teratur atau tidak semestinya juga cenderung
mudah membuatnya tertekan. Kalau sudah demikian, biasanya mereka
akan cenderung menarik diri, mengingat-ingat masalahnya, atau bahkan
menyalahkan diri sendiri
21
c. Koleris
Empedu kuning (chole) adalah cairang yang berpengaruh pada tipe
ini. Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu ekstrovert, pelaku dan
optimis. Ciri-ciri fisik dan penampilan dari orang tipe koleris biasanya suka
memakai baju yang praktis saja, misalnya lengan pendek dan simple untuk
pria, dan pada wanita mereka biasanya suka berambut pendek dan praktis
(http://edukasi.kompasiana.com/16/02/2014).
1) Kekuatan
Tipe koleris adalah seseorang yang sangat berorientasi untuk
memimpin dalam hal apa saja, mereka memiliki jiwa kepemimpinan
yang kuat. Orang koleris memiliki ambisi, gairah dan energi untuk
menjadi lebih dominan di antara orang-orang lain di sekitarnya.
Seorang koleris memiliki kemauan keras dalam mencapai
sesuatu. Mereka seorang yang berapi-api, aktif, praktis, cekatan,
mandiri dan sangat independen. Mereka cenderung bersikap tegas dan
berpendirian keras dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri
dan orang lain. Pada saat orang-orang lainnya tidak dapat menetapkan
pikiran, orang koleris akan memutuskan dengan seketika. Mereka
memecahkan masalah dengan menghemat waktu, walaupun tidak
semua orang menghargai keputusan mereka (Littauer, 1996 : 100).
22
2) Kelemahan
Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain dengan
sifatnya yang kaku dan keras mengakibatkan mereka kurang mampu
23
d. Phlegmatis
Cairan yang dominan pada tipe kepribadian ini adalah lendis (flegma).
Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan
pesimis.
1) Kekuatan
Seorang phlegmatis merupakan seseorang yang memiliki sifat
alamiah pendamai, tidak suka kekerasan. Orang dengan tipe ini
adalah orang-orang yang punya pembawaan tenang dan santai secara
alami, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih
24
atau senang, sehingga naik turun emosinya tidak terlihat secara jelas.
Merupakan pribadi yang konsisten, tenang dan jarang sekali
terpengaruh dengan lingkungannya, tidak pernah terlihat gelisah.
Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup
baik dan lebih instropektif, memikirkan ke dalam dan mampu melihat,
menatap, dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.
Mereka seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan
pengkritik yang berbobot (Sjarkawi, 2008 : 12).
Orang phlegmatis yang damai punya banyak teman karena
mereka merupakan orang yang yang mudah diajak bergaul, rileks,
tenang, punya keseimbangan yang baik, sabar, konsisten, tidak
ofensif, ramah dan menyenangkan (Littauer, 1996 : 136). Mereka
adalah tipe orang yang bisa membuat sekelompok orang tertawa
terbahak-bahak oleh humor-humor keringnya meski mereka sendiri
tidak tertawa. Orang phlegmatis adalah orang yang sopan dan
mempunyai aturan yang baik dalam pergaulan.
Berbeda dengan orang sanguin yang terbuka dan suka berbicara,
orang phlegmatis tertutup walaupun mereka senang bersosialisasi dan
menyukai keramaian, sejauh keramaian itu tidak berpusat pada diri
mereka. Mereka mempunyai sikap pemalu dan tidak suka
menonjolkan diri. Di balik pribadinya yang dingin dan malu-malu,
sesungguhnya mereka memiliki kemampuan untuk dapat lebih
merasakan emosi yang terkandung pada sesuatu.
Dalam pekerjaan, orang phlegmatis cakap dan mantap, punya
kemampuan administratif, tidak suka dengan konflik dan
pertentangan. Mereka lebih senang memberikan dukungan dan
melayani serta setuju dengan atau akan menerima pendapat orang lain
apapun itu, meski belum tentu dia mengerjakannya. Dalam setiap
pertengkaran atau perbedaan pendapat, orang phlegmatis adalah
penengah yang baik, karena mereka tidak mudah tersinggung. Selain
25
itu, mereka juga baik di bawah tekanan dan menemukan cara yang
mudah dalam bekerja.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari
orang phlegmatis adalah mudah bergaul, santai, tenang dan teguh.
Kepribadian yang baik, sabar, seimbang, dan pendengar yang baik.
Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana. Simpatik dan baik
hati (sering menyembunyikan emosi). Kuat di bidang administrasi,
dan cenderung ingin segalanya terorganisasi. Penengah masalah yg
baik. Cenderung berusaha menemukan cara termudah. Baik di bawah
tekanan. Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan. Rasa
humor yang menggigit. Senang melihat dan mengawasi. Punya
belaskasihan dan perhatian. Mudah diajak rukun dan damai.
2) Kelemahan
Karena sifatnya yang menyukai perdamaian dan tidak
menyukai pertikaian, orang phlegmatis cenderung menarik diri dari
segala macam keterlibatan. Hal inilah yang sering kali
menghambatnya untuk menunjukan kemampuannya secara total dan
cenderung pasif dan pemalas. Mereka juga mempunyai
kecenderungan mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Sehingga,
jika melakukan pekerjaan maka orang phlegmatis akan melakukannya
dengan cara yang paling mudah (easy way). Kadang-kadang dengan
menempuh jalan pintas. Dengan kelemahan ini, mereka kurang mau
berkorban demi orang lain dan cenderung egois (Sjarkawi, 2008 : 12).
Orang phlegmatis adalah tipe penonton, kurang aktif dan
kurang berinisiatif. Mereka lebih suka diam dan menunggu perintah
untuk mengerjakan sesuatu. Mereka lebih suka tidak mengerjakan
apapun daripada mengerjakan sesuatu. Mereka lebih suka berada di
belakang layar dan tidak senang menjadi pusat perhatian. Selain itu
mereka kurang berani mengambil keputusan, sulit untuk bilang
26
fungsi diantaranya sebagai alat untuk menyesuaikan diri, pengatur tingkah laku
dan pengatur pengalaman.
Menurut Brigham dalam Panjaitan (2008 : 28) terdapat beberapa ciri atau
karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku
b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal
ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu
mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan
c. Sikap dipelajari
d. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah
pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada
objek itu dengan suatu cara tertentu.
Menurut Ahmadi (2007: 165) fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat
golongan, yaitu sebagai alat menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku,
pengatur pengalaman dan pernyataan kepribadian. Untuk lebih jelasnya, penulis
uraikan sebagai berikut :
1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah
sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar,
sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu
golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama dan pengalamn
bersama. Biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama
28
3) Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan
bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu
akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang
bersangkutan
4) Fungsi pengetahuan. Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti
dengan pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai
sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan
orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
fungsi sikap adalah fungsi penyesuaian, fungsi pertahanan ego, fungsi ekspresi
nilai dan fungsi pengetahuan, alat menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku,
pengatur pengalaman dan pernyataan kepribadian.
mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang
diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi
determinan tunggal yang menentukan sikap.
f. Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan
segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
1.
1. Rachmawati Pratiwi, 2013. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan
Turnover Intention Pada Karyawan Bagian Sales Consumer Loan Di PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Bandung. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Tingkat turnover yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif bagi
organisasi. Untuk memprediksi turnover maka dapat dilihat dari turnover
34
3.
3. Yasinta, Nova Ika. 2009. Hubungan antara Kepribadian dengan
Hipertensi. Skripsi, Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan Konseling dan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Hipertensi menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Jumlah kasus
hipertensi meningkat dengan sangat signifikan dari tahun ke tahun. Diperkirakan
pada tahun 2025 di negara berkembang terjadi peningkatan kasus hipertensi
sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15. Prediksi ini
berdasarkan angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini
(Armilawaty dkk., 2007).
Hasil penelitian Oktora (dalam Anggraini, 2009:6) terhadap penderita
hipertensi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2005 menunjukkan
bahwa jumlah penderita hipertensi meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun,
yaitu sebesar 24,07%. Peningkatan jumlah penderita hipertensi mencapai
puncaknya pada kelompok umur sama dengan atau lebih dari 65 tahun, yaitu
sebesar 31,48%. Berdasar hal-hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti
berusaha mengungkap dan mengkaji hubungan antara kepribadian dengan
hipertensi pada penderita hipertensi yang berusia 45 tahun sampai dengan 60
tahun.
Kepribadian adalah suatu pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah
laku yang menetap dalam diri individu sebagai bagian dari penyesuaian dengan
lingkungan. Kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki
tingkat kesabaran rendah, tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu,
memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan
yang tinggi untuk bersaing, agresif, dan mudah marah. Kepribadian tipe B
memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, santai
dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang rendah untuk mencapai
kesuksesan, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan
tidak mudah marah. Hipertensi adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan
tekanan darah melebihi batas normal dalam jangka waktu yang lama, yaitu
37
tekanan sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
sama dengan atau lebih dari 90 mmHg.
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien penderita
hipertensi usia 45-60 tahun di UPTD Puskesmas Mulyorejo, Malang pada bulan
Juni 2009. Kepribadian diukur dengan menggunakan skala kepribadian. Data
mengenai hipertensi dikumpulkan dengan menggunakan alat untuk mengukur
tekanan darah, yaitu sphygmomanometer atau yang biasa disebut dengan istilah
tensimeter.
Analisis korelasi menggunakan formula korelasi Product Moment
Correlation dengan taraf signifikansi 5%. Analisis menggunakan program SPSS
12.00 for Windows. Data yang digunakan dalam analisis adalah skor kasar
subyek pada skala kepribadian dan data tekanan sistolik rata-rata subyek yang
diteliti. Hasil analisis menunjukkan rxy = 0,728 dengan p = 0,000, p < 0,05.
Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi "Ada Hubungan Positif
antara Kepribadian dengan Hipertensi" diterima. Artinya, semakin kepribadian
cenderung ke tipe A maka semakin tinggi tingkat hipertensi. Atau sebaliknya,
semakin kepribadian cenderung ke tipe B maka semakin rendah tingkat
hipertensi.
4.
4. Angga Permana Putra, 2013. Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan
Problem Solving Appraisal dan Cognitive Apprasisal pada Narapidana Korupsi
(Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung). Skripsi, Jurusan Psikologi FIP
UPI Bandung.
Setiap individu yang masuk Lapas dan berubah status menjadi napi pasti
akan mengalami berbagai permasalahan dan kehilangan kebebasan, kehilangan
kontrol atas hidup, kehilangan keluarga, kehilangan barang dan jasa, kehilangan
keamanan, kehilangan hubungan heteroseksual, dan gangguan psikologis, tidak
terkecuali pada narapidana korupsi. Permasalahan ini akan sulit untuk dihadapi
terutama saat mereka berada di dalam Lapas. Untuk menghadapi permasalahan
tersebut, sangat bergantung pada tipe kepribadian, cognitive appraisal, dan
problem solving appraisal napi.
38
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tipe
kepribadian dengan problem solving appraisal dan pengaruh mediasi cognitive
appraisal dalam hubungan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe
kepribadian denngan problem solving appraisal (0,082), dan tidak terjadi
pengaruh mediasi cognitive appraisal sebagai variabel mediasi (1,68) pada
narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa napi dengan tipe
kepribadian ekstrovert belum tentu menilai dirinya sebagai effective problem
solver. Sama halnya dengan napi tipe kepribadian introvert juga belum tentu
menilai dirinya sebagai ineffective problem solver. Dari hasil penelitian ini
diharapkan pihak Lapas dapat mengembangkan pelatihan-pelatihan, pembinaan
atau pemberian jasa konseling bagi napi.
5. Muzdalifah, 2007. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Loyalitas Konsumen
Pada Mahasiswa UIN Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang.
Banyaknya produk baru yang muncul dipasaran membuat para produsen
bersaing untuk mendapatkan pembeli. Produsen berharap agar konsumen tidak
pindah ke merek lain dan tetap loyal pada pilihannya. Loyalitas ini sangat
diperukan oleh produsen karena konsumen yang loyal merupakan salah satu
keuntungan produsen, sebab biaya untuk mempertahankan pelanggan lebih
murah empat sampai enam kali biaya untuk mencari pelanggan baru. Loyalitas
konsumen bagi produsen tentu bukan hal yang mudah untuk menciptakan
loyalitas dari pelanggannya, banyak aspek yang perlu diperhatikan agar produk
rexona dapat diterima dan melekat di benak konsumen, salah satunya adalah tipe
kepribadian yang terbagi menjadi dua yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan tipe
kepribadian introvert. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
kepribadian konsumen, bagaimana tingkat loyalitas konsumen pada mahasiswa
39
Matematika sebagai ratunya ilmu masih dianggap sebagian besar siswa sebagai
pelajaran yang menyulitkan dan menakutkan. Adalah hal biasa jika seseorang yang
mahir dalam hal yang menyulitkan akan dianggap hebat dan mempunyai keistimewaan
sendiri di mata orang-orang. Orang yang mempunyai hasil belajar matematika yang
baik akan menjadi pusat perhatian dan menerima banyak pujian dari orang-orang.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sikap adalah suatu kecenderungan
seseorang dalam menilai dan bereaksi terhadap suatu objek yang diikuti dengan
perasaan positif atau negatif, dimana perasaan positif adalah perasaan yang bisa
menerima objek tersebut dan perasaan negatif ini adalah perasaan yang menolak objek
tersebut. Persepsi mempengaruhi sikap, persepsi yang baik terhadap suatu objek
menurut seseorang akan membuat sikapnya pun mengarah ke arah yang positif.
Secara teori orang sanguinis suka dengan pujian dan menjadi pusat perhatian,
persepsi diatas mengenai orang yang mempunyai hasil belajar matematika yang baik
akan menjadi pusat perhatian dan menerima banyak pujian dari orang-orang, membuat
orang sanguinis terpacu untuk lebih memahami dan mendalami pelajaran matematika.
Berbanding terbalik dengan orang sanguinis, orang tipe phlegmatis yang
mempunyai sifat pemalu dan tidak suka menonjolkan diri, sehingga sikap mereka
terhadap matematikapun akan cenderung ke arah negatif. Mereka lebih senang hidup
damai tanpa mengambil resiko.
Hampir sama dengan orang sanguinis, orang tipe koleris memiliki ambisi, gairah
dan energi untuk menjadi lebih dominan di antara orang-orang lain di sekitarnya.
Seorang koleris memiliki kemauan keras dalam mencapai sesuatu. Inilah yang
memacu orang koleris dalam belajar matematika.
Tipe melankolis terkenal karena perfeksionisnya, mereka terobsesi dengan hasil
yang sempurna dan tidak mengecewakan mereka. Inilah yang memacu mereka dalam
melakukan suatu pekerjaan atau kegiataan termasuk dalam belajar matematika. Jika
mereka sudah menetapkan suatu tujuan maka mereka akan mengambil sikap serius
dan tekun dalam mencapai tujuan tersebut.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa sikap terkadang didasari oleh emosi
dan dorongan dari dalam diri, dengan dorongan yang baik maka akan menghasikan
sikap yang baik pula dan begitu pula sebaliknya. Siswa dengan dorongan yang positif
41
maka sikap belajarnya pun akan positif. Siswa yang sikap belajarnya positif akan
belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang sikap belajarnya negatif.