PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Tentang
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaikbaiknya. Makalah yang berjudul
“Pribadi dan Kepribadian” yang di ampu oleh ibu Dr. Nursyamsi M.Pd.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian. Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi
sarana membantu masyarakat dalam memahami.
Demikianlah apa yang bisa penulis tulis dalam makalah ini semoga pembaca dapat ilmu
dan bermanfaat bagi pembaca atau pendengar.
Pemakalah
1
A. Struktur Kepribadian
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen.
Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama
untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
1. Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek
kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut
Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian.
Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua
keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya
adalah kecemasan negara atau ketegangan.
Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera
untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan
bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis
sampai tuntutan id terpenuhi.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin.
Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri
kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan
kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima.
Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh
prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari
objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
2. Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan
realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id
dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di
pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar.
2
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan
id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya
dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau
meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses
menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam
waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi
melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata
yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s.
3. Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego
adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-
cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah.
Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini
termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi
aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua
dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau
hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan
dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat
diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar
idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar
dan tidak sadar.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah
3
untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel.
Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini,
sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi
terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
1. Tubuh
Tubuh merupakan manifestasi langsung dari siapa kita sebenarnya. Perls
berpendapat dengan memperhatikan perilaku fisik yang paling nyata seperti postur
tubuh, pernapasan, dan gerakan, maka dapat mempelajari banyak hal tentang diri kita.
2. Hubungan Sosial
Menurut Perls, individu menyadari bahwa kontak dengan orang lain dan
lingkungan akan senantiasa terjadi perubahan yang tidak dapat dihindari, dan individu
senantiasa menjaga kontak secara efektif agar tidak kehilangan kepribadian aslinya.
3. Keinginan (will)
Perls menekankan pentingnya menyadari preferensi dan perilaku seseorang.
Keinginan sebagai salah satu kegiatan mental, yang melakukan pembatasan kesadaran
untuk mengarahkan rangkaian tindakan dalam mencapai pemuasan kebutuhan spesifik.
4. Emosi
Emosi adalah kekuatan dari segala tindakan yang kita lakukan. Emosi bahagia
dikerahkan untuk sistem otot kita. Jika ekpresi otot pada emosi dicegah, akan
menyebabkan kecemasan, karena adanya pembendungan kebahagiaan. Sekali merasa
cemas, kita sulit terpengaruh dan kurang bersemangat, yang disebut Perls sebagai “
B. Dinamika Kepribadian
Gestalt memandang manusia secara positif memiliki kemampuan untuk memikul tanggung
jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Penekanan kepribadian
manusia adalah perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, dan kesatuan
pribadi. Perilaku bermasalah terjadi karena ketidakmampuan individu untuk mengatasi
masalah sehingga cenderung melakukan penghindaran dan pertumbuhan pribadi menjadi
terhambat. Perilaku bermasalah disebabkan karena hal-hal berikut :
1. Kurang kontak dengan lingkungan, yaitu individu menjadi kaku dan memutus
hubungan antara dirinya dengan orang lain dan lingkungan.
2. Confluence, yaitu individu terlalu banyak memasukkan nilai-nilai lingkungan pada
dirinya, sehingga kehilangan identitas diri dan mudah dikontrol lingkungan.
4
3. Unfinished business, yaitu individu memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi, perasaan
yang tidak terekspresikan, dan situasi yang belum selesai sehingga mengganggu
perhatiannya (mungkin dimanifestasikan dalam mimpi).
4. Fragmentasi, yaitu individu mencoba untuk menemukan atau menolak kebutuhan.
5. Topdog / underdog, individu mengalami perpecahan dalam kepribadiannya tentang apa
yang mereka pikir “harus” dilakukan (topdog) dan apa yang mereka “inginkan”
(underdog).
6. Polaritas/dikotomi, yaitu individu cenderung bingung dan tidak dapat berkata-kata
(speecheless) saat terjadi dikotomi pada dirinya seperti antara tubuh dan pikiran (body
and mind), diri dan lingkungan (self-external world), emosi dan kenyataan (emotion
reality), dan sebagainya.
C. Penyesuaian Diri
5
6. Penyesuaian diri adalah bentuk proses yang melingkupi reaksi mental dan tingkah laku,
dimana individu sedang berupaya untuk mengambil keberhasilan dalam mengatasi
kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan
frustrasi yang dialaminya, sehingga tingkat keselarasan antara tuntutan dalam diri
dengan apa yang diinginkan oleh lingkungan dimana dia tinggal dapat terwujud dengan
baik. (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
1. Adaptive
Bentuk penyesuaian diri yang adaptive biasa kita kenal sebagai adaptasi. Sifat
bentuk penyesuaian diri ini adalah badani, yang artinya segala macam perubahan yang
terjadi dalam proses badani adalah semata-mata untuk menyesuaikan diri pada
keadaan lingkungan. Contohnya, ketika kita sedang berkeringat adalah bentuk respon
tubuh untuk menurunkan suhu tubuh dari panas yang berlebihan agar kita dapat
merasakan kedinginan.
2. Adjustive
6
1. Faktor Fisiologis adalah struktut yang meliputi jasmani dimana struktur ini adalah
suatu kondisi yang primer berkaitan dengan tingkah laku yang sangat penting di dalam
proses penyesuaian diri.
2. Faktor Psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri sangat beragam misalnya
pengalaman seseorang, bentuk aktualisasi diri, masalah frustasi, gangguan depresi,
dan lain-lain.
1. Penyesuaian Pribadi
Kelebihan seorang individu dalam menerima dirinya sendiri agar hubungan yang
selaras antara dirinya dengan lingkungan sekitar dapat tercapai.
7
2. Penyesuaian Sosial
Menurut Fromm dan Gilmore dalam (Desmita, 2009:195) aspek kepribadian dalam
penyesuaian diri adalah sebagai berikut ini:
8
Konsep Penyesuaian Diri Yang Baik
B. Orang yang tidak berhasil menyesuaikan diri memiliki ciri berikut ini:
• Tidak efisien,
• Sering gelisah
• Kurang matang secara emosional
• Tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas dengan baik
• Berusaha paling benar
• Berkuasa dalam setiap situasi
• Senang mengganggu orang lain,
• Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
• Menunjukkan sikap menyerang dan merusak.
Kita semua tahu bahwa penyesuaian diri seorang individu dimulai sejak kecil dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dilakukan secara bertahap.
• Lingkungan kultur adalah suatu budaya atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang-
orang sekitar dimana dia tinggal. Contohnya tata cara perilaku kehidupan disekolah,
dimesjid atau di gereja akan mempengaruhi cara adaptasi seseorang untuk hidup dan
berinteraksi dengan masyarakat sekitar
9
• Agama sebagai sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang senantiasa
memberikan tuntunan bagi keberlangsungan hidup manusia dalam proses penyesuaian
diri. Jauh dari agama adalah salah satu Penyebab Kenakalan Anak yang harus
diwaspadai.
10
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 2005. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh E.
Koeswara. Jakarta: ERESCO.
Feist, J. & Feist, G. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika.
https://ruangguruku.com/struktur-kepribadian-id- ego-dan-superego-sigmund-freud/
11