Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau


nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai
teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi
diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.1

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: Sosialisasi Primer


(dalam keluarga) dan Sosialisasi Sekunder (dalam masyarakat). Kedua
proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan
tempat bekerja2. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu
dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu
kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur
secara formal.

Pengertian Sosialisasi Primer menurut Peter L. Berger dan Luckmann


didefinisikan sebagai berikut :

"Sosialisasi Primer adalah sebagai sosialisasi pertama yang dijalani


individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun
atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya".

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi
sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
2
Goffman

1
dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna
kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.

"Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah


sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan
desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas
diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang
mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama".

Melalui proses sosialisasi yang dipaparkan di atas, kedirian dan


kepribadian seseorang akan terbentuk, kepriadian itu sangat penting artinya,
karena ia merupakan salah satu komponen penyebab atau pemberi warna dari
wujud tingkah laku sosial manusia. Karena sosialisasilah yang membuat
manusia menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan sekitar dan membawa manusia kepada cara
berfikir yang baik.

1.2 Tujuan Penulisan

Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai baik tujuan
secara umum maupun tujuan secara khusus, sebab dengan memahami tujuan
penulisan kita akan memiliki gambaran yang pas mengenai apa yang akan
kita tulis. Sebagaimana pemaparan latar belakang di atas, maka tujuan
penulisan ini dapat kami tuliskan sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui apa itu kepribadian.

2.Untuk mengetahui apa itu kedirian.

1.3 Rumusan Masalah

2
Bertolak dari latar belakang dan tujuan penulisan di atas tersebut, maka
rumusan masalah dapat kami tuliskan sebagai berikut :
1.Apa yang dimaksud dengan kepribadian ?

2.Apa yang dimaksud dengan kedirian ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian

Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada
faktor temperamen, karakter, dan bakat fitalitas jasmani seseorang
bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor
hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan
merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.

Pengertian kepribadian menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Menurut Horton (1982)


"Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan
temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan
terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola
dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya".

b. Menurut Schever Dan Lamm (1998)


"Mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap,
kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang
sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap,

3
maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapai situasi yang di hadapi".3

2.1.1 Kepribadian Faktor Penyebab Tingkah Laku

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun


dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri
terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun
dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian
tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya.4

Sehubungan dengan itu, perlu diketahui bahwa para sosiolog


memusatkan penyelidikan pola-pola tingkah laku sosial, para sosiolog
membuatkan model dari sistem sosial, hal itu tidak terlepas dari maksud
untuk memberikan pengertian atau gambaran umum terhadap pola tingkah
laku sosial. Untuk memahaminya secara lebih khusus, haruslah diperhatikan
faktor-faktor penyebab terbentuknya tingkah laku. Di dalam kebanyakan
model atau teori, disebutkan tiga perangkat faktor dasar yang menjadi sebab-
musabab daripada tingkah laku.
Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Struktur sosio-kultural, yaitu pada pola tingkah laku ideal yang


diharapkan.
b. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial di tempat berbeda
dan diterapkannya sesuatu sistem sosial.
c. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang
mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan.

3
http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/pengertian-kepribadian-secara-umum.html
4
http://syakira-blog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

4
Dengan demikian faktor kepribadian dapat dipandang sebagai suatu
bagian integral dari organisasi sosial. Tanpa dikaitkan faktor-faktor tersebut,
maka penyimpangan tingkah laku dalam sistim sosial dari tingkah laku ideal
yang diharapkan tentunya tak dapat dipahami secara lengkap. Disamping itu,
proses sosialisasi juga tak dipahami sepenuhnya. Dengan kata lain
penyimpangan atau ketidak sesuaian antara faktor struktural sosial, faktor
situasi, dan faktor kepribadian akan memberikan kerangka konsep untuk
menganalisis dan menerangkan tekanan struktural yang terjadi didalam setiap
sistem sosial. Setiap kelompok variabel penting fungsinya untuk menjelaskan
perubahan dan kepecahan sosial, dan juga menerangkan terjadinya organisasi
sosial itu sendiri.

2.1.2 Kepribadian Prodak Sosialisasi

Istilah kepribadian yan dikemukakan diatas tentu saja mengandung


pengertian yang berbeda dengan penggunaan populernya. Dalam penggunaan
populernya, seakan-akan terdapat orang atau tokoh "berpribadi" dan ada yang
tidak. Sebetulnya setiap orang memiliki suatu kepribadian, hanya saja
kepribadian orang yang satu berbeda dengan orang yang lainya. Tidak ada
satupun kepribadian yang dapat dikatakan baik atau buruk, kecuali dengan
menggunakan standar moral tertentu. Hal terakhir ini bukanlah wewenang
para sosiolog, meskipun mereka dapat menggambarkan kepribadian dengan
berpatokan kepada suatu kebudayaan tertentu.

Kepribadian itu terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya


proses sosialisasi. Dan terdapat empat faktor yang menentukan kepribadian,
yaitu :

1. Kebudayaan

5
2. Warisan Biologis

Sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan, seperti perbedaan


laki-laki dan perempuan memberikan andil besar pada tahap pertama
perkembangan kepribadian seseorang. Hal itu menentukan batas-batas
yang tidak mungkin dilampaui oleh setiap individu. Batas-batas tersebut
berpengaruh pada perkembangan sosialnya. Ada dua macam keragaman
yang terdapat pada manusia, yaitu perbedaan yang nyata, misalnya pria
dan wanita, serta perbedaan yang kontinu, misalnya tinggi dan berat
badan. Hubungan yang terjadi antara keragaman dan pembentukan
kepribadian dapat dilihat sebagai berikut.

a. Kecantikan atau ketampanan seseorang akan menempatkan seorang


individu lebih beruntung daripada mereka yang kurang memperoleh
kecantikan atau ketampanan.

b. Pada kebudayaan tertentu, terlihat bahwa cirri biologis tertentu yang


lebih diinginkan dibandingkan cirri-ciri yang lainny. Misalnya pria
dianggap lebih diutamakan daripada wanita serta mereka yang berkulit
putih lebih diutamakan daripada yang berkulit hitam.

3. Pengalaman Kelompok Pribadi (Lingkungan Sosial)

Sebagian besar perkembangan kepribadian manusia merupakan


produk pengalaman pribadi yang diperoleh dalam suatu kelompok. Nilai,
norma dan kepercayaan yang ada dalam suatu kelompok juga membantu
terbentuknya suatu kepribadian. Tanpa adanya pengalaman kelompok ini,
kepribadian tidak akan berkembang. Meskipun para individu menjadi
anggota kelompok yang sama namun pengalaman mereka dalam
kelompok tersebut tidaklah sama. Perbedaan pengalaman inilah yang
selanjutnya mempengaruhi dalam batas-batas tertentu variasi

6
kepribadian.

4. Lingkungan

Lingkungan fisik mempengaruhi terhadap kepribadian seseorang


karena dalam banyak hal lingkungan mempengaruhi tingkat kebutuhan
yang harus dicapai seseorang jika ia ingin memiliki kebutuhan pokok
untuk mempertahankan hidup.
Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman yang berbeda bagi
setiap individu dalam menyesuaikan diri dan membentuk kepribadian.
Mereka yang tinggal dan berkembang di dalam perkotaan akan
cenderung lebih berani menonjolkan dirinya dibandingkan mereka yang
tinggal dan berkembang di daerah pedesaan. Individu yang berkembang
dan hidup di lingkungan perkotaan dengan sifat individualistisnya akan
berbeda perkembangannya dengan individu yang hidup danberkembang
di daerah pedesaan yang mengutamakan kebersamaan dan gotong-
royong.5

2.2 Kedirian

Sedangkan pengertian kedirian secara khusus adalah merupakan


penilaian seseorang secara menyeluruh tentang dirinya yang diperoleh dari
pemahaman yang benar bagaimana Allah Melihat dan menilai dirinya.

Sedangkan nilai diri (self-esteen) dalam pengertian umum adalah


bagaimana seorang merasa tentang dirinya atau seberapa banyak seseorang
menyukai dirinya sendiri.

5
http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/kepribadian.html

7
2.2.1 Kedirian Proses Sosialisasi

Perbedaan paling jelas antara manusia dengan makhluk yang lain adalah
terletak dari unsur kedirian yang ada pada manusia itu sendiri. Secara
obyektif, kedirian (self) dapat dikatakan sebagai kesadaran terhadap diri
sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Pada
hakikatnya, kesadaran itulah yang membuat timbulnya sebutan "aku" Atau
"saya". Kedirian yang subyektif tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh si
orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorang pun dapat
meninjau dirinya sendiri secara obyektif seratus persen.
Menurut Charles Horton Cooly, George Herbert Mead, dan Sigmund
Freud bersepakat mengenai kedirian, yaitu bahwa :
1. Kedirian itu bersifat sosial

2. Kedirian itu membutuhkan masyarakat untuk bisa menjelaskannya secara


sempurna, dan
3. Kesadaran individu terhadap dirinya itu timbul akibat pergaulannya
dengan orang lain.
Nilai diri tinggi dan nilai diri rendah , jangan dikacaukan dan
dihubungkan dengan tinggi hati dan rendah hati. Malah seringkali justru
orang yang memiliki nilai diri tinggi yang merasa aman dan damai dengan
dirinya, dapat lebih menghargai orang lain. Sebaliknya orang yang menilai
dirinya rendah, bukan bersikap rendah hati, tetapi akan merasah rendah diri,
merasa tidak memiliki keunggulan dan bakat apa-apa. Yang disadarinya
hanyalah kelemahan dan untuk menutupi kelemahannya ia merasa perlu
untuk menonjolkan dirinya dengan mengecilkan orang lain. Ia bersikap
sombong dan tinggi hati serta cenderung iri pada orang lain yang dinilainya
lebih dari dirinya. Maka ia kurang bisa menghargai orang lain dan menutupi
atau mengucilkan keunggulan orang lain.

Penilaian seseorang terhadap dirinya sangat mempengaruhi dan

8
menentukan dalam banyak hal, misalnya :

- Bagaimana ia berhubungan dengan orang lain.

- Siapa yang ia pilih sebagai temannya

- Seberapa jauh produktifitas

- Bagaimana kepribadiannya untuk bersikap kreatif

- Seberapa jauh ia mau berusaha untuk berhasil

- Apakah ia akan menjadi pemimpin dan pengikut

Perasaan tentang nilai diri adalah inti dari kepribadian seseorang,


perasaan ini menentukan apakah ia akan menggunakan bakat dan
kesanggupan yang ada pada dirinya, atau membiarkannya berlalu.
Sesungguhnya penilaian diri adalah sumber utama apakah seseorang akan
berhasil atau gagal dalam hidupnya. Karena itu, penilaian seseorang terhadap
dirinya sangat penting.
Penilaian diri sebagai tinggi atau rendah terjadi berdasarkan 2 faktor
pertimbangan yaitu :

1.Apakah saya dicintai

2.Apakah saya berharga

Karena setiap orang mempunyai kebutuhan untuk dicintai dan merasa


berharga dan kebutuhan itu terus berlangsung selama orang itu hidup.
Demikian juga mengenai perasaan diri berharga, orang tua ingin anak
memiliki perasaan atau rasa diri berharga tetapi memarahinya didepan
temannya atau orang tua tidak berani beertindak dengan memberi tanggung
jawab, karena merasa si anak belum bisa. Maka konsep tentang dirinya ia
anak yang tidak sanggup, ia merasa dirinya kurang berharga atau kurang

9
berarti dan kurang berguna.

2.2.2 Asal Mula Kedirian

Beberapa eksperimen dengan bayi menyimpulkan bahwa banyaknya


respon hangat yang diterima seorang hayi, menjadi dasar untuk kelak
terbentuknya pandangan positif mengenai dirinya. Respon ini dapat
berupa perhatian, senyuman, pelukan, nyanyian, serta bentuk-bentuk
permainan dan percakapan dengan bayi. Meskipun belum mengerti kata-
kata, namun seorang bayi sudah dapat menyimpulkan kesan tentang
dirinya dari bagaimana ia diperlakukan. Sentuhan, gerakan tubuh,
ketegangan otot, nada suara dan ekspresi wajah dari orang-orang
disekitarnya mengirimkan pesan kepadanya, siapa dirinya. Orang-orang
yang penting dalam hidup anak berperan sebagai "psychological mirrors
" Baik melalu bahasa kata-kata, maupun melalui bahasa tubuh.

Pembentukan seorang bayi yang tidak seratus persen pasif itu


menjadi manusia sudah dimulai sejak saat ia dilahirkan. Interaksi dengan
orang lsin berlangsung seketika itu juga. Karena seorang bayi serta tak
berdaya berbuat sesuatu dan berhubung organisme manusia itu
mempunyai kemampuan untuk belajar, maka tidak berapa lama bayi itu
lahir ia bisa menghubungkan kehadiran orang-orang lain disekitarnya
sebagai semacam pengalaman dirinya sendiri. Ibunya akan dikelani
sebagai orang yang selalu memberi ia makan, pakaian, membelai-
belainya dan tak lama kemudia ibunya itu akan dipandang sebagai orang
yang kadang-kadang menjengkelkan hatinya.

Ketika anak sudah lebih besar dan mengerti kata-kata, juga kata-kata
dan sikap orang-orang di sekitarnya menjadi cerminan yang membentuk
konsep dirinya dan nilai dirinya. Maka anak akan menilai diri sendiri

10
setinggi ia dinilai orang-orang tersebut.

Di samping orang tua, orang-orang lain pun menjadi cermin untuk


anak, misalnya kerabat, tetangga, baby sitter, pembantu turut membentuk
pandangannya terhadap dirinya. Dari penilaian orang lain, tumbuhlah
penilaian terhadap diri sendiri. Semakin ia menyukai konsep dirinya,
semakin tinggi self esteem/penilaian dirinya.

Broom dan Selznick memandang tiga cara proses penting pada


sosialisasi dalam membentuk suatu tingkah laku yaitu :
Pertama, dalam proses sosialisasi itu seseorang mendapatkan
bayangan dirinya (self image).
Kedua, dalam sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Si
orang yang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia
lakukan agar mendapat pujian dan rasa cinta dari orang lain.

Ketiga, dalam sosialisasi juga pada akhirnya membentuk kedirian


manusia itu dengan jalan membangun suatu ego.

2.2.3 Dampak Nilai Diri Terhadap Kepribadian Anak

Anak yang seringkali menerima cerminan positif, akan merasa


bahwa "saya disayang, saya dianggap berharga bagi mereka. Orang tua
saya mengatakan bahwa saya sudah dapat melakukan beberapa hal
dengan baik, namun masih banyak hal yang perlu saya pelajari. Kalau
belum berhasil, saya akan berusaha lagi, nanti saya pasti bisa, lalu saya
ingin mencoba melakukan banyak hal baru. Saya senang pada diri saya".

Kemungkinan besar anak seperti ini akan tumbuh dengan


kepribadian yang mantap, yakin diri, tidak takut gagal, tidak mudah putus

11
asa, kreatif, bersedia bekerja keras untuk mencapai yang diharapkan dan
dapat diandalkan.

Sebaliknya, anak yang sering mendapat cerminan yang negatif dan


jarang mendapat cerminan yang positif dari sekelilingnya, akan menilai
dirinya sebagai orang yang tidak dicintai dan tidak berharga. la merasa
rendah diri dan tidak yakin akan kemampuannya. la kurang mau mencoba
karena merasa pasti akan gagal. Meskipun ia mempunyai banyak segi
kekuatan, namun yang dilihatnya adalah kelemahannya. la akan bersikap
ragu-ragu, takut mengambil inisiatif, takut menghadapi risiko.
Kemungkinan besar anak ini akan tumbuh dengan kepribadian yang
lemah, kurang yakin diri, merasa diri kurang sanggup, dan mempunyai
hari depan yang kurang cerah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hal yang penting dalam penanaman nilai diri adalah ditekankannya sikap
mengandalkan Tuhan dalam segala perkara, menghargai diri sendiri dan orang
lain, melakukan pekerjaan dengan penuh sukacita. Dengan nilai diri maka

12
seseorang akan merasa dirinya berharga dan kemudian ia akan
memperlakukan orang lain dengan baik juga.

Sebaliknya orang yang memiliki sikap cepat berputus asa, mudah


menyerah hidupnya akan kacau dan merusak merasa dirinya tidak berharga,
direndahkan cenderung akan melihat orang lain dengan penilaian yang juga
negatif. Akibatnya ia kurang dapat bersosialisasi dengan baik.

Hubungan dengan orang lain menjadi kurang harmonis dan dapat


menjadi batu sandungan. Karena itu sangat penting memahami bahwa tanpa
nilai diri, tidak dapat seseorang mencapai keberhasilan yang membanggakan
dan membahagiakan dirinya dan juga orang lain.

Pemahaman yang benar dan jelas dari semua komunitas Sabda Space
tentang nilai diri yang berakar pada firman Tuhan, dapat memampukan dalam
mengatasi cobaan yang muncul dari keinginan untuk melihat hanya dari segi
kesenangan dan keuntungan diri sendiri ataupun kesepakatan bersama.

3.2 Penutup

Kami selaku penulis masih merasa belum sempurna apa yang kami uraikan
dan kami paparkan ini. Mungkin dari segi penulisan atau kebakuan bahasanya,
maka dari itu kami memohon saran dan masukan para pembaca untuk
kesempurnaan makalah yang akan kami susun berikutnya, dan muda-mudahan
apa yang kami uraikan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi
saya selaku penulis khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

13
Yasik, Faisal. Sosiologi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional Surabaya

Murdiyatmoko Janu. Sosiologi : Mengkaji dan Memahami Masyarakat,

(http://books.google.co.id/books?id=9i-

zwozl4loC&pg=PA17&dq=buku+sosiologi&client=firefox-

a#v=onepage&q=buku%20sosiologi&f=false)

http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/kepribadian.html

http://syakira-blog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi.html

http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/pengertian-kepribadian-secara-

umum.html

14
MAKALAH

SOSIOLOGI (PERKEMBANGAN KEDIRIAN DAN KEPRIBADIAN)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi

Dosen Pembimbing :

Drs. Nafan Abu Manshur

Disusun Oleh :

 Abdulah Safri

 Afnan Anshori

SEKOLAH TINGIH ILMU TARBIYAH PONDOK PESANTREN

MASKUMAMBANG

15
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas Nikmat dan Rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Perkembangan Kedirian
dan Kepribadian" Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sosiologi, untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen.
Dan tak lupa Shalawat serta salam, muda-mudahan tetap tercurahkan kepada
Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW karena beliaulah yang telah membimbing
kita dari masa jahiliyah menuju masa islamiyah sebagaimana yang kita rasakan
sekarang ini. Dan juga kami tak lupa berterimah kasi pada teman-teman yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

16
Muda-mudahan apa yang kami paparkan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan bagi kami selaku penulis khususnya. Amin........

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

17
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................

2.1 Kepribadian............................................................................................. 3

2.1.1 Kepribadian Faktor Penyebab Tingkah Laku.......................... 3

2.1.2 Kepribadian Prodak Sosialisasi.................................................. 5

2.2 Kedirian................................................................................................... 7

2.2.1 Kedirian Proses Sosialisasi.......................................................... 7

2.2.2 Asal Mula Kedirian...................................................................... 9

2.2.3 Dampak Nilai Diri Terhadap Kepribadian Anak.................... 10

BAB III PENUTUP........................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12

3.2 Saran....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

18

iii

Anda mungkin juga menyukai