Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.
Karena perbedaan itulah setiap kepribadian manusia terbilang unik. Dalam
kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan
identitas diri, jati diri seseorang, seperti “Saya seorang yang terbuka” atau
“Saya seorang yang pendiam”, kesan umum sesorang tentang diri anda
atau orang lain, seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur” dan fungsi-fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah, seprti “Dia baik” atau “Dia
pendendam” (Syamsu & Juntika, 2011).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi sehat adalah baik
seluruh badan serta bagian-bagiannya. Dahulu, sehat identik dengan
kondisi badan atau tubuh. Tapi sekarang seiring kemajuan zaman, kata
sehat tidak hanya berhubungan dengan badan, tetapi juga segala sesuatu
yang dapat bekerja, jika berlangsung secara normal dan semestinya maka
akan di sebut dengan sehat. Tetapi jika mengalami gangguan maka di
sebut dengan istilah tidak sehat.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki konsekuensi untuk
terus-menerus melakukan interaksi dengan individu atau kelompok sosial
lain di sekitarnya. Interaksi dengan individu lain disebut dengan hubungan
interpersonal (interpersonal relationship). Dalam suatu relationship,
individu tidaklah lepas dari harapan (expectancy) tertentu yang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Salah satu karakteristik
individu dengan mental yang sehat adalah memiliki hubungan
interpersonal yang sehat pula.
Pokok bahasan kali ini akan membahas bagaimana cara kita
memahami berbagai makna dari hubungan antar individu (models of
interpersonal relationship), serta mengajak kita untuk mencermati
berbagai makna dan implementasi dari hubungan antar individu sehari-

1
hari. Harapannya, dengan memahami berbagai model relationship dan
makna yang terkandung di dalamnya, kita mampu membangun
relationship yang sehat dan membantu individu lain menyelesaikan
konflik interpersonalnya.
Konsep kepribadian yang sehat adalah sangat penting bagi
kehidupan manusia. Dimana dari konsep tersebut menggambarkan topik
yang berusaha mencakup kepribadian manusia. Selain itu banyak ahli
mengemukakan suatu tingkat perkembangan kepribadian yang melampaui
normalitas dan dengan demikian tetap berhubungan dengan semangat
psikologi pertumbuhan.
Dari penjelasan di atas, penulis membuat makalah yang berjudul
“Konsep Kepribadian Sehat”.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana kepribadian sehat dalam kehidupan sehari-hari?
b. Bagaimana konsep dan proses hubungan interpersonal dalam
kesehatan mental?
c. Apa saja permasalahan seputar hubungan interpersonal?
d. Bagaimana manajemen konflik interpersonal?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan mental.
b. Untuk mengetahui kehidupan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
c. Untuk mengetahui konsep dan proses hubungan interpersonal dalam
kesehatan mental.
d. Untuk mengetahui permasalahan seputar hubungan interpersonal.
e. Untuk mengetahui manajemen konflik interpersonal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepribadian Sehat dalam Kehidupan Sehari-hari


2.1.1. Definisi Kepribadian
Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang
lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik
penanganan kasus) para ahli. Adapun kepribadian merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa Latin
persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu
permainan atau pertunjukan. Di sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya
yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakan
(Syamsu & Juntika, 2011).
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk
menggambarkan identitas diri, jati diri seseorang, seperti “Saya seorang yang
terbuka” atau “Saya seorang yang pendiam”, kesan umum sesorang tentang diri
anda atau orang lain, seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur” dan fungsi-fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah, seprti “Dia baik” atau “Dia pendendam”
(Syamsu & Juntika, 2011).Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “ Personality “. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa
latin “ persona “ yang berarti topeng.
Secara umum, kepribadian dipahami sebagai pola-pola yang jelas dari
perilaku, pikiran, dan perasaan yang menjadi karakteristik individu dalam
penyesuaiannya untuk memenuhi tuntutan kehidupan (Rathus dan Nevid, 2002).
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan:
a. Identitas diri, jati diri seseorang.
b. Kesan umum seseorang tentang diri sendiri atau orang lain.
c. Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah.

3
2.1.2. Faktor-Faktor Penentu Kepribadian
Adapun faktor-faktor penentu kepribadian, yaitu:
a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi
fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan
sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki
peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama
berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-
anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak
lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke
waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak
memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan.
Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan
agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini
mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari
kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan
dan warna rambut. Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan
kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.
Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku,
ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi
kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi
perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang
kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih
mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang

4
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan
bersama-sama.
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan
pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada
kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat
ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan
yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah,
keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam
budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

2.1.3. Definisi Sehat


Sehat adalah keadaan fisik yang lengkap, mental, dan sosial kesejahteraan
dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Sehat adalah suatu
kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai fungsinya dan
sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan kondisi tidak
sakit. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi sehat adalah baik seluruh
badan serta bagian-bagiannya. Dahulu, sehat identik dengan kondisi badan atau
tubuh. Tapi sekarang seiring kemajuan zaman, kata sehat tidak hanya
berhubungan dengan badan, tetapi juga segala sesuatu yang dapat bekerja, jika
berlangsung secara normal dan semestinya maka akan di sebut dengan sehat.
Tetapi jika mengalami gangguan maka di sebut dengan istilah tidak sehat.

5
Adapun pengertian sehat menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Pengertian Sehat menurut WHO (World Health Organizations)
Pengertian sehat menurut WHO atau organisasi kesehatan dunia adalah
suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Definisi sehat menurut WHO ini adalah sehat
secara keseluruhan, baik jasmani, rohani, lingkungan berikut faktor-faktor
serta komponen-komponen yang berperan di dalamnya.
b. Pengertian sehat menurut UU No.23 / 1992
Pengertian sehat menurut UU No. 23/1992 adalah  keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Artinya seseorang di katakan sehat jika tubuh, jiwa dan
kehidupan sosialnya berjalan dengan normal dan sebagaimana mestinya. Jika
salah satu komponen tersebut terganggu, maka kehidupannya akan menjadi
tidak sehat.
c. Pengertian sehat menurut MUI
MUI dalam MUNAS Ulama 1983 mendefinisikan sehat sebagai
ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai
karunia Allah yang wajib disyukuri, dijaga, di pelihara, di kembangkan serta
diamalkan sesuai dengan tuntunan-Nya.
d. Pengertian sehat menurut Paune 1983
Menurut Paune (1983), sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan perawatan diri
( self care actions). Sumber perawatan diri (Self care Resouces) mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Self care Actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan yang diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

2.1.4. Aspek Sehat


Menurut Undang-Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4
aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan
tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Sehat

6
menurut WHO terdiri dari suatu kesatuan penting dari 4 komponen dasar yang
membentuk ‘positif health’, yaitu:
1. Sehat Jasmani
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh
sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Sehat Mental
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa mencakup 3 komponen, yakni
pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau
jalan pikiran. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan
sebagainya.
3. Sehat Spiritual
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam
fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
4. Kesejahteraan sosial

Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan


dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,
suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,
serta saling toleran dan menghargai. Penelitian tentang Kepribadian sebagai
Risiko dan Ketahanan di Kesehatan Fisik oleh Timothy W. Smith (2006), telah
memaparkan bahwa kronis kemarahan / permusuhan dan neurotisisme /
efektifitas negatif merupakan faktor resiko kepribadian yang buruk.
2.1.5. Definisi Kepribadian Sehat
Kepribadian Sehat adalah keadaan individu yang mengarah pada
perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki kesesuaian

7
fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik. Sedangkan menurut Hahn dan Payne (2003),
Kepribadian Sehat (psychological wellness) merupakan keadaan individu yang
mengarah pada perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang
memiliki kesesuaian fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan
kemampuan-kemampuan mentalnya secara lebih baik.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Dewi sadiah (2010),
Seseorang dengan kepribadian sehat dapat memberikan kebahagiaan sebagaimana
yang diharapkannya melalui kebiasaan (pembiasaan) dengan norma lingkungan
dan hati nuraninya, bertujuan membangun karakter siswaatau seseorang menjadi
mandiri, harmonis, bahagia, sholeh, jujur, beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT.

2.1.6. Karakteristik Kepribadian Sehat


Individu yang memiliki kepribadian sehat seringkali dikenali sebagai
mereka yang:
a. Dapat terbebas dari gangguan psikologis dan gangguan mental berat.
b. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehilangan identitas.
c. Mampu mengembangkan potensi dan bakat.
d. Memiliki keimanan pada Tuhan dan berupaya untuk hidup sesuai ajaran-
ajaran agama yang dianutnya.
Erich Fromm menjelaskan bahwa manusia yang berkepribadian sehat
adalah manusia yang produktif (berkarakter produktif), yaitu mereka yang mampu
mengembangkan potensi, memiliki cinta kasih, imaginasi, serta kesadaran diri
yang baik. Sedangkan menurut Allport, individu berkepribadian sehat diistilahkan
dengan mature personality, yang memiliki kemampuan mengembangkan dirinya,
memiliki hubungan interpersonal yang baik, realistis, memiliki filosofi hidup,
serta bersikap berani dan objektif terhadap diri sendiri. Istilah lain dari
kepribadian sehat adalah self-actualize person (Maslow), serta oleh Victor Frankl
disebut sebagai The meaning of people.

8
2.1.7. Teori-Teori dalam Kepribadian Sehat
Kepribadian sehat merupakan proses yang berlangsung terus-mene-rus
dalam kehidupan manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal
inilah yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu tersebut.
Berbagai pendekatan dalam Psikologi juga membahas konsep-konsep kepribadian
sehat, antara lain:
1. Teori Psikodinamik
Teori Psikodinamik menjelaskan individu yang memiliki kepribadian
sehat sebagai individu yang:
a. Mampu untuk mencintai & bekerja (lieben und arbeiten)
(Freud): individu mampu peduli pada orang lain secara mendalam, terikat
dalam suatu hubungan yang intim dan mengarahkannya dalam kehidupan
kerja yang produktif. Selain itu, impuls seksual dapat diekspresikan dalam
relasi dengan orang dewasa yang berlainan gender, sedangkan impuls yang
lain tersalurkan dalam kegiatan sosial produktif.
b. Memiliki ego strength
Ego dari individu yang berkepribadian sehat memiliki kekuatan
mengendalikan dan mengatur id dan superego-nya, sehingga ekspresi
primitif id berkurang dan ekspresi yang sesuai dengan situasi yang muncul
tanpa adanya represi dari ego secara berlebihan.
c. Merupakan creative self
(Jung & Adler): mengungkapkan bahwa individu yang berkepribadian
sehat merupakan self yang memiliki kekuatan untuk mengarahkan
perilakumengembangkan potensi yang dimilikinya.
d. Mampu melakukan kompensasi bagi perasaan inferiornya
(Adler): juga menambahkan bahwa individu haruslah menyadari
ketidaksempurnaan dirinya dan mampu mengembangkan potensi yang ada
untuk mengimbangi kekurangannya tersebut.
e. Memiliki hasil yang positif dalam setiap tahap interaksinya dengan
lingkungan sosial (Erikson): Setiap keberhasilan dalam tiap tahap
psikososial yang diungkap Erikson memberikan kontribusi pada individu

9
yang sehat kepribadiannya. Misal: bayi akan sangat baik apabila memiliki
kepercayaan dasar, sehingga akan dapat berkegiatan aktif ketika masa
sekolah, dan mampu memahami dirinya ketika remaja, yang akan
membantu mereka menjalin relasi yang intim dengan pasangan setelah
dewasa.
2. Teori Pensifatan (Trait)
Teori Pensifatan memiliki asumsi bahwa faktor herediter
mempengaruhi kepribadian seseorang. Hal tersebut membuat teori trait
menjelaskan kepribadian sehat sebagai bentuk kompilasi antara sifat-sifat
yang diturunkan ke individu dengan kemampuan individu menyesuaikan diri
dengan sifat tersebut dan lingkungannya. Pribadi yang sehat adalah individu
yang mampu menemukan potensi positif dalam sifat-sifat yang dimilikinya
serta mengarahkan sifat-sifat yang ada untuk menjadi apa yang
diinginkannya. Adapun bentuk-bentuk penyesuaian dalam perspektif teori
trait, dicontohkan sebagai mereka yang mampu mencari jenis pekerjaan dan
aktivitas sosial yang sesuai dengan sifat-sifat yang dimilikinya.
3. Teori Belajar
Teori belajar mengungkapkan bahwa kepribadian tak dapat diamati
dan diukur, yang dapat diamati dan diukur adalah bagian yang menyusunnya
yaitu tingkah laku. Kepribadian sehat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk berperilaku adaptif, yaitu perilaku individu yang tepat menurut
lingkungan dalam proses belajarnya dan menghasilkan reinforcement.
4. Teori Sosial-Kognitif
Teori ini mengungkapkan inidvidu dengan kepribadian sehat adalah
mereka yang memiliki variabel-variabel:
a. banyak melakukan proses belajar-pengamatan
b. mempelajari kompetensi (keterampilan tertentu)
c. akurat dalam melakukan pengkodean situasi tertentu
d. akurat dalam memiliki ekspetansi dan efikasi diri yang positif
e. dapat mengekspresikan emosi dengan baik
f. memiliki sistem regulasi diri yang efisien.

10
5. Teori Eksistensi-Humanistik.
Fokus dalam pembahasan kepriba-dian sehat adalah fungsi dari
individu yang sehat secara psikologis. Adapun karakteristiknya adalah:
a. Mengalami hidup saat ini dan masa datang
b. Terbuka terhadap pengalaman baru
c. Mengekspresikan ide dan perasaannya
d. Terlibat dalam aktivitas yang bermakna, memiliki perasaan bermakna
serta mengalami pengalaman puncak
e. Mampu membuat perubahan besar dalam hidupnya, sehingga memiliki
cara dalam menginterpretasikan pengalaman, berjuang menuju tujuan
baru, dan bertindak dengan bebas.
f. Saya adalah saya, yaitu memiliki nilai dan cara sendiri untuk membangun
peristiwa, dan memahami konsekuensi atau Resiko. Sehingga dapat
mengantisipasi dan mengendalikan situasi tersebut.

2.1.8. Ciri-ciri Kepribadian Sehat dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa
adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau
kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu
yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.

11
4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak).
7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas
dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional),
tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan
cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan
keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang
lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan
menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap
orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi
korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup
yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung
oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan
affection (kasih sayang)

12
2.2. Konsep dan Proses Hubungan Interpersonal dalam Kesehatan Mental
2.2.1. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan. Tetapi, juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan
content melainkan juga menentukan relationship. Ketika akan menjalin hubungan
interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan
“Ketertarikan interpersonal (Interpersonal Attraction)”.
Menurut Baron dan Byrne (2006), ”Interpersonal Attraction” adalah
penilaian seseorang terhadap sikap orang lain. Dimana penilaian ini dapat
diekspresikan melalui suatu dimensi dari strong liking sampai dengan strong
dislike atau dari yang biasa menjadi luar biasa. Dari segi psikologi komunikasi
kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya. Makin cermat persepsinya tentang orang
lain dan persepsi dirinya. Sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung
diantara komunikan.

2.2.2. Komunikasi dalam Hubungan Interpersonal (Relasi)


Ada beberapa model komunikasi dalam hubungan interpersonal yaitu :
1. Social model (fair-exchange model).
Model Sosial disebut juga sebagai bentuk relationship dengan
pertukaran yang adil. Tujuannya adalah mencapai kepuasaan kebutuhan di
antara individu-individu yang terlibat (mutual satisfaction of needs).
Beberapa istilah mengenai Model Sosial antara lain Exchange Theory
(Thibaut dan Kelley, 1959), Reciprocity Theory (Altman dan Taylor, 1973),
Equity Theory (Walster dan Berscheid, 1973) atau Economic Theory. Tiga
prinsip dasar komunikasi dalam Model Sosial, yaitu:
a. Reward
Penghargaan merupakan semua bentuk keuntungan dari suatu
hubungan yang memiliki nilai positif. Macam penghargaan ada yang nyata
(makanan, seks, uang) dan kompleks (pengakuan, restu). Kondisi yang

13
ditemui terkait dengan penghargaan adalah bahwa seringkali penghargaan
diartikan berbeda antar individu. Selain itu, nilai terhadap penghargaan
dapat berubah setiap waktu dari respon yang diperoleh.
b. Cost
Cost adalah semua bentuk kehilangan yang didapat dari suatu
hubungan dan memiliki nilai negatif. Sering diistilahkan dengan kerugian.
Cost memiliki macam emosional, waktu, dan biaya. Kesemuanya muncul
sebagai bentuk kekecewaan terhadap respon yang diberikan individu lain.
Beberapa faktor yang mempengaruhi cost, antara lain faktor individual,
waktu, dan berbagai aspek dalam hubungan itu sendiri. Seringkali terjadi
dalam suatu hubungan, akan menjadi buruk apabila harapan atau tuntutan
di antara mereka membebani atau terlalu besar.
c. Fair-exchange
Adanya perbedaan antara reward dan cost akan membentuk dinamika
suatu hubungan. Apabila reward lebih besar dari costnya maka hubungan
tersebut akan dirasakan menguntungkan. Sedangkan apabila cost lebih
besar dari reward yang di dapat, maka hubungan tersebut menjadi tidak
adil. Biasanya hal ini terjadi ketika salah satu dari individu yang terlibat
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari pasangannya atau terlalu
banyak menuntut.
Untuk membentuk suatu hubungan yang adil, kedua individu yang
terlibat harus saling mengakomodasikan keuntungan maksimal dan
kerugian minimal bagi pasangannya. Hal tersebut dapat dicapai apabila
keduanya saling mencari dan mengkomunikasikan hal-hal yang saling
memuaskan keduanya.
2. Transactional analysis model.
Seringkali disebut dengan Teori Permainan yang mengkombinasikan
antara ego states dan transaksi eksternal (Berne, 1964 dan Harris, 1967).
Konsep dasar model ini adalah:
a. Ego states

14
Merupakan konsep yang menjelaskan sistem yang berhubungan
antara perasaan dalam diri individu dengan persepsinya yang
dimanifestasikan dalam pola-pola perilaku, seperti kata-kata yang
diucapkan, perubahan suara, ekspresi wajah, gerak tubuh,dan posisi
tubuh.
b. Transaction
Transaksi adalah pertukaran antara individu yang terlibat
memberi stimulus dan individu yang merespon di antara masing-
masing ego state mereka. perkembangan kita terutama dari orangtua.
c. Stroke
Merupakan tanda perhatian atau sentuhan pada individu lain.
Stroke positif bersifat menyenangkan bagi orang lain, misal:
senyuman, pelukan, tepukan bahu, acungan ibu jari. Stroke negatif
menunjukkan perasaan tidak menyenangkan ke orang lain, misal:
omelan, wajah cemberut.
d. Life position
Menunjukkan empat tipe individu dalam posisi Ok atau tidak Ok
dalam suatu hubungan dengan orang lain.
1. Depresif
karakteristiknya: pecundang, cemas, merendahkan diri, tidak suka
pada diri sendiri, menyakiti diri, dan menjaga jarak.
2. Sia-sia (abuse victim)
karakteristiknya: “saya memang jelek tapi orang lain lebih jelek”,
memusuhi orang lain, merendahkan orang lain, ingin menyakiti
orang, waspada.
3. Sehat
karakteristiknya: “kita semua akan berhasil”, nyaman dengan diri
sendiri, nyaman bersama orang lain, merasa tidak perlu
merendahkan orang lain, tidak ingin menyakiti, tidak memasang
benteng.

15
4. Paranoid
karakteristiknya: cenderung selalu usaha membuktikan siapa
pemenang, suka kekuasaan, selalu ingin unggul, mengenyahkan
orang lain yang ingin dekat, curiga akan disakiti.
3. Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya. Kemampuan memerankan peranan tertentu, serta mampu
menghindari konflik peranan bila individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai peranan yang kontradiktif.
4. Model Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek
kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai sebagai analisis
transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-
individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam
permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang
tua atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa
(bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir,
kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan).

2.2.3. Memulai Suatu Hubungan.


Dalam memulai suatu relasi, individu satu dengan yang lain biasanya
melalui proses berikut:
1. Ketertarikan interpersonal.
Individu mulai tertarik pada individu lain karena beberapa faktor berikut:

16
a. Kedekatan fisik (physical proximity), misal: satu fakultas, tetangga
dekat.
b. Kesamaan diri, contoh: punya kesamaan prinsip, sikap, atau latar
sosial budaya.
c. Saling menyukai (mutual liking). Penelitian Aronson (1980) yang
terkait:
1) kita akan menyukai orang yang menyukai kita
2) orang akan menyukai kita apabila kita menyukainya
3) kita lebih menyukai seseorang yang rasa sukanya mulai
muncul atau bertambah kepada kita, daripada dengan orang
yang telah dari dulu menyukai kita.
4) Ketertarikan fisik, biasanya tergantung pada standar individu,
jenis kelamin, dan budaya.
5) laki-laki menyukai perempuan karena daya tarik seksualnya.
6) perempuan menyukai laki-laki karena kepribadiannya atau
kecakapannya.
2. Pembentukan kesan.
Kesan muncul dalam waktu singkat, biasanya hanya merupakan
hasil pengamatan indera semata (misal: kontak mata), merupakan
penilaian singkat yang disesuaikan dengan harapan subjektif, serta hanya
menyimpan sedikit informasi tentang objek pengamatan tersebut. Objek
kesan antara lain: jenis kelamin, usia, ras, daya tarik fisik, cara
berpakaian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesan:
a. Terbatasnya informasi
b. Kesamaan (asumsi kesamaan), membandingkan objek dengan diri
kita.
c. Isyarat yang keliru, seperti: perempuan yang ramah pasti mau
diajak kencan.
d. Stereotipe, merupakan keyakinan umum, seperti: rambut gondrong
pasti anak berandal; profesor biasanya berkepala botak.

17
e. Kesalahan logis, seperti: orang yang mudah menarik perhatian
biasanya cerdas dan intelek atau orang sukses dan sebaliknya.
Hallo effect dan devil effect, rasa suka atau tidak suka akan
mempengaruhi penilaian kita terhadap perilaku orang lain.
3. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu
berubah.Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan.
4. Pemutusan hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi , dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan
dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi , dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak
lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan , dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi , dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai , dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai
yang mereka anut.

2.2.4. Peran dalam Suatu Hubungan


Hubungan antar individu dapat berkembang karena dipengaruhi oleh
peran sosial dan perilaku yang diharapkan, tujuannya mencari kesesuaian
antara satu dengan yang lain.
1. Model peran

18
Peran adalah perilaku yang diharapkan, biasanya dihubungkan dengan
posisi yang diberikan atau status sosial yang dimiliki seseorang. Peran
memudahkan individu dalam bersosialisasi, bahkan sebelum dirinya
mampu memahami dan mengendalikan perilaku secara rasional. Peran
seseorang dapat berubah seiring berjalannya waktu.
2. Kesesuaian dan konflik peran.
Kesesuaian dan konflik peran muncul sebagai akibat adanya beberapa
peran yang dimiliki individu sekaligus. Fleksibilitas peran adalah
kemampuan individu menyelaraskan satu sama lain peran yang
dimilikinya atau memindahkan satu peran ke dalam peran yang lain.
Seharusnya apabila antar peran berkonflik, maka salah satu ada yang
harusnya dikalahkan dari yang lain.
3. Peran yang autentik.
Peran yang dimiliki seseorang dapat bersifat natural dan palsu. Yang perlu
menjadi perhatian adalah adanya overidentifying dimana satu peran
dominan dari peran yang lain, terkadang kita hanya sedikit mengenali diri
dalam peran kita sendiri, dan kesadaran bahwa berperan adalah lain
dengan harapan sosial.

2.2.5. Keintiman dalam Hubungan Interpersonal


1. Konsep keintiman.
Membicarakan suatu relasi yang intim, akan mengarahkan kita
pada aspek emosional manusia yang biasanya dikaitkan dengan ikatan
cinta. Termasuk di dalam relasi yang intim adalah kedekatan antara
individu, saling berbagi, adanya komunikasi, dan usaha untuk saling
mendukung. Keintiman memiliki arti kelekatan personal kepada individu
lain, dimana pasangan tersebut saling berbagi pemikiran dan perasaan
terdalamnya. Sedangkan hubungan personal (intim) merupakan hubungan
yang memiliki kedekatan emosional antara dua orang atau lebih, seperti
dengan teman, kekasih, sahabat, yang mungkin Atau tidak melibatkan

19
keintiman baik secara fisik atau seksual. Berdasarkan pendekatan dalam
Teori Hubungan Interpersonal, keintiman dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fair-exchange model.
Keintiman merupakan hubungan satu sama lain tidak menghitung
untung-rugi, antar pasangan saling memberi dan menerima secara
spontan di mana satu sama lain merasa terpuaskan.
2. Transactional analysis model.
Keintiman melibatkan kasih sayang, game-free transaction antar
pasangan, dengan sedikit manipulasi di antara keduanya.
3. Role model.
Keintiman diharapkan sebagai hubungan personal yang kaya,
memiliki komunikasi yang terbuka antara pasangan, dan keterlibatan
mendalam secara emosional melebihi peranperan lain yang
diharapkan.
2. Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan keintiman.
Keintiman bukanlah suatu relasi yang begitu saja terjadi. Suatu
hubungan interpersonal dapat berkembang lebih mendalam menjadi intim,
apabila kondisi-kondisi berikut ini berkembang ke arah positif. Adapun,
kondisi tersebut adalah:
1. Saling mengungkapkan diri
Mutual self-disclosure dapat diartikan sebagai kesadaran antara dua
orang atau lebih untuk berbagi pemikiran dan perasaan terdalamnya.
Pengungkapan diri berhubungan erat dengan kepercayaan (trust).
2. Kesesuaian pribadi (compatibility)
Kesesuaian pribadi merupakan faktor yang menghubungkan antara
pengungkapan diri dengan keintiman pada individu. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kesesuaian adalah kesamaan: budaya,
sosial, latar pendidikan, minat, temperamen, pemikiran, serta
keinginan saling melengkapi.
3. Saling membantu

20
Kondisi saling membantu dalam suatu relasi terdiri atas keinginan
membantu pasangan serta keinginan mendapatkan bantuan dari
pasangan (mutual). Tahapan dalam kondisi tersebut adalah memahami
pasangan dengan arah berempati, unconditional giving, dan
menyesuaikan diri dengan gaya
keintiman pasangan.
3. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial
antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang
tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-
orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain.
Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan
percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut
daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1. Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim
interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam
keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung
proximitas dan keakraban.
2. Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada
banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam
persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara
mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai
kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan
interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas
membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung
diantara mereka.
3. Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua
individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam

21
suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh
cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara
persahabatan dan cinta.
4. Intimasi & Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk
tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan
kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993)
berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing- masing yang terkadang
lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang
sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik
berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha
mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri
orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap
percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Amat
besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang
efektif. Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar
komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory,
teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat
perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.

2.3. Permasalahan Seputar Hubungan Interpersonal


2.3.1. Contoh-Contoh Masalah Hubungan Interpersonal dan Cara
Penyelesaiannya
1. Kasus Pertama dan Penyelesaiannya:
Contoh salah satu hubungan interpersonal antara teman SMA saya dengan
temannya yang lain. Anggap saja teman SMA saya ini bernama Bani, dan
temannya yang lain ini bernama Nana.Teman saya, Bani, sangat menyukai Nana.
Walaupun sebenarnya Bani tahu bahwa Nana sudah mempunyai pacar.Tetapi

22
Bani tetap mendekatiNana. Bani adalah anak yang cukup pintar di sekolah.
Khususnya dalam pelajaran fisika. Kepintaran Bani dalam pelajaran ini
dimanfaatkan Nana. Kebetulan mereka berada di satu kelas yang sama. Selain itu,
Bani duduk di belakang Nana. Sehingga setiap kali ulangan, Nana selalu
mencontek ulangan Bani. Hal ini tidak terjadi pada saat ulangan saja, tetapi juga
ketika ada PR. Bani selalu mengerjakan di rumah, sedangkan paginya sebelum bel
masuk, Nana mencontek PR Bani. Bani senang – senang saja karena dengan hal
itu, dia bisa tetap dekat Nana, perempuanyang disukainya. Dan dalam hubungan
interpersonal ini,tentu saja Nana menjadi orang yang paling diuntungkan. Karena
dengan mencontek pekerjaan Bani, nilai – nilainya menjadi bagus.Dalam contoh
hubungan interpersonal yang saya jelaskan diatas, merupakan contoh kasus nyata
bagi teori hubungan interpersonal, yaituMetodePertukaran Sosial. Teori ini
menganggap bahwa suatu hubungan interpersonal adalah sebuah transaksi dagang.
Atau lebih mudahnya, seseorang berhubungan dengan orang lainnya karena
mengharapkansuatu keuntungan. Dalam kasus diatas, motivasi utama Nana untuk
tetap dekat dengan Bani adalah agar tetap dapat mencontek pekerjaan Bani, baik
dalam bentuk PR maupun ulangan.
2. Kasus Kedua dan Penyelesaiannya

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan


hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang
bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu,
pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang

23
dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian
dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan
kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.

Solusinya adalah perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang
terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya,
tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri, atur dan
rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik, memantau
sudut pandang dari semua individu yang terlibat

3. Kasus Ketiga dan Penyelesaiannya

Mad dan Ela memiliki hubungan persahabatan. Ela merupakan sahabat


dari Mira, dan Mira merupakan pacar mad. Hamper semua yang di sukai Mira
juga di sukai oleh Ela, dan hamper semua perilaku Mira di tiru oleh Ela, misal
cara berbicara, suka musik, masak, dll, dan Ela berusaha agar selalu lebih baik
dari pada Mira.. Persahabatan mereka bisa di katakana sangat erat. Itu terbukti
ketika mereka saling mengorbankan sesuatu ketika sahabat mereka membutuhkan
sesuatu. Salah satu contohnya ialah ketika Ela yang ketika itu perokok dan ia di
vonis dokter bahwa kedua ginjalnya telah rusak, jika tidak segera mendapatkan
donor ginjal maka nyawanya tidak terselamatkan. Di saat itu Mira menemaninya
di rumah sakit dan ia bersedia mendonorkan satu ginjalnya untuk sahabatnya Ela.
Persahabatn yang telah lama terjalin itu memiliki sedikit kerancuan, dimana Ela
memiliki perasaan iri hati karena banyak teman-teman laki-laki yang menyukai
Mira, akan tetapi Ela terus berusaha untuk menutupi perasaan itu dan mencoba
intropeksi diri. Suatu ketika Mira mengenalkan pacarnya yang bernama Mad
kepada Ela, dan dengan cepat mereka menjadi akrab. Mad dan Ela saling memberi
semangat ketika salah satu dari merreka ada masalah, dan setelah berjalan
beberapa tahun Ela pun memiliki perasaan kepada Mad yang lebih dari sekedar
sahabat. Suatu hari ayah Ela di tugaskan ke Malaysia, sehingga ia juga di ajak

24
ayahnya untuk ikut bersamanya dan kuliah di sana, sehingga ia harus berpisah
jauh dengan sahabatnya Mira dan Mad. Meskipun di tempat yang jauh dan sibuk
dengan aktifitas masing-masing, mereka masih menyyempatkan untuk
berkomunmikasi lewat telfon dan sms satu hari dalam seminggu. Pada beberapa
bulan kemudian Ela mengungkapkan perasaannya kepada Mad. Mad pada
keadaan ini sangat bingung, ia juga memiliki perasaan itu kepadanya, akan tertapi
ia juga sudah berkomitmen untuk tetap setia bersama Mira. Sehingga Ela dan Mad
pun memutuskan untuk tetap menjalin persahabatan. Setelah beberapa bulan Ela
pun mengungkapkan perasaannya lagi kepada Mad, dan Mad pun bertambah
bingung dan masih memberikan jawaban yang sama, sehingga Ela bertambah
perasaan iri dan pada saat itu pun ia berubah menjadi sangat benci terhadap Mira.
Ia berpendapat bahwa Mira telah merebut apapun yang ia inginkan, sehingga pada
saat itu pula hubungan persahabatan Ela dengan Mira dan Mad berahir. Di tempat
yang baru Ela bertemu teman-teman baru sehingga Ela sudah tidak lagi seperti Ela
ketika bersama Mira dan Mad, ia kini berubah menjadi seseorang yang tidak
mementingkan agama, sehingga mereka semakin terpisah jauh.

Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat


mengalami pemutusan hubungan. Ingat, setiap orang pasti meninggal. Jadi,
hubungan dapat berakhir jika salah satu individu mengalami kematian. Konflik
dapat menyebabkan hubungan interpersonal berakhir. Namun sebaliknya, konflik
dapat membuat kualitas sebuah hubungan interpersonal.

Menurut R.D Nye, ada lima sumber konflik, yaitu sebagai berikut :

a. Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan


mengorbankan orang lain.

b. Dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang
itu merasa hak-haknya dilanggar.

c. Kegagalan, masing-masing pihak menyalahkan yang lain jika tujuan bersama


tidak tercapai.

25
d. Provokasi, salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui dapat
menyinggung perasaan orang lain.

e. Perbedaan nilai, kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Dari sini maka terlihat dimana terdapat kemungkinan bahwa Ela mungin memiliki
perasaan untuk berkompetisi dengan Mira, itu terlihat dari perasaan iri hatinya
terhadap Mira dan hampir semua yang di sukai Mira juga di inginkannya.
Pengorbanan membuat persahabatan mereka erat, akan tetapi karena konflik yang
di sebabkan perbedaan nilai, kegagalan dan kompetisi membuat mereka berpisah.
Bahkan ketika Ela jauh dengan Mira dan Mad kemungkinan ada teman yang
memprovokasinya, karena saat bersama Mira ia masih bisa menerima situasi
seperti itu, akan tetapi ketika ia jauh dari Mira ia tidak bisa menerima situasi
penolakan atau kegagalan tersebut.

2.4. Manajemen Konflik Interpersonal


2.4.1. Definisi Konflik
Menurut Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa konflik
merupakan sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Littlefield (1995) dalam Nursalam (2003), mengutarakan bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Konflik dikatakan sebagai suatu
kejadian, dimana konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam
kepentingannya. Jadi, konflik dikatakan sebagai sebagai proses, merupakan suatu
rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok berusaha
menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang.

2.4.2. Kategori Konflik


Menurut Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa konflik dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: konflik intrapersonal, konflik interpersonal,
dan konflik interkelompok.
1. Konflik intrapersonal terjadi didalam diri orang tersebut.

26
Konflik intrapersonal meliputi upaya internal untuk mengklarifikasi nilai
atau keinginan yang berlawanan. Bagi manajer, konflik intrapersonal dapat
disebabkan oleh berbagai area tanggung jawab yang terkait dengan peran
manajemen. Tanggung jawab manajer terhadap organisasi, pegawai, konsumen,
profesi, serta diri sendiri kadang kala menimblkan konflik dan konflik tersebut
diinternalisasi. Timbulnya kesadaran diri dan secara sadar bekerja untuk
menyelesaikan konflik segera setelah pertama kali dirasakan adalah hal yang
sangat penting bagi kesehatan mental dan fisik pemimpin tersebut.
2. Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dengan nilai,
tujuan, dan keyakinan yang berbeda. Orang yang mengalami konflik ini dapat
mengalami pertentangan dalam komunikasi ke atas, ke bawah, horizontal, dan
diagonal.
3. Konflik interkelompok terjadi antara dua orang atau lebih kelompok orang,
departemen, atau organisasi.
Contoh konflik interkelompok adalah penggabungan dua partisipan
dengan perbedaan keyakinan yang sangat besar.

2.4.3. Penyebab Konflik


Banyak faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya konflik,
terutama dalam suatu organisasi. Arwani & Supriyatno (2005) mengemukakan
bahwa ada beberapa faktor-faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya konflik,
yaitu:
1. Perilaku Menentang
Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog
yang rasional, dapat menimbulkan gangguan penerimaan dan interaksi dengan
orang lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan non verbal. Terdapat tiga
macam perilaku menentang, yaitu a) competitive bomber yang bercirikan
dengan perilaku yang mudah menolak, menggerutu dan menggumam, mudah
untuk tidak masuk kerja, dan merusak secara agresif yang disengaja. b)
Martyred accommodation merupakan suatu kepatuhan terhadap kerja sama

27
dengan orang lain, tapi kepatuhannya itu palsu atau semu, sambil menghina
dan mengejek. c) Avoider merupakan suatu penginderaan kesepakatan yang
telah dibuat dan menolak untuk berpartisipasi.
2. Stress
Stres juga dapat mengakibatkan terjadinya konflik dalam suatu
organisasi. Stres juga dapat disebabkan oleh banyaknya stressor yang muncul
dalam lingkungan kerja seseorang. Contohnya, terlalu banyak atau terlalu
sedikit beban yang menjadi tanggung jawab seseorang jika dibandingkan
dengan orang lain yang ada dalam organisasi, misalnya di ruangan bangsal
keperawatan.
3. Kondisi Ruangan
Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk
melakukan kegiatan-kegiatan rutin dapat memicu terjadinya konflik. Hal yang
dapat memperburuk keadaan dalam ruangan tersebut dapat berupa adanya
hubungan yang monoton atau konstan dalam di antara satu individu dengan
individu yang lainnya, dan dapat juga terjadi jika terlalu banyaknya
pengunjung pasien dalam satu ruangan atau bangsal, dan dapat juga berupa
aktivitas dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang banyak didalam satu
ruangan. Hal ini dapat memperparah kondisi ruangan yang mengakibatkan
terjadinya konflik.
4. Nilai atau Keyakinan
Nilai atau keyakinan, adanya perbedaan nilai dan keyakinan antara satu
orang dengan orang lain dapat menimbulkan terjadinya konflik. Misalnya,
perawat begitu percaya dengan persepsinya sendiri tentang pendapat
pasiennya, dan tidak yakin dengan pendapat yang diusulkan oleh profesi atau
tim kesehatan lain. Jika hal ini terjadi, secara tidak sederhana konflik muncul
karena telah mengikutsertakan banyak variabel di dalamnya.
5. Eksklusifisme
Eksklusifisme merupakan adanya suatu pemikiran bahwa kelompok
tertentu memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kelompok lain.
Hal ini tidak jarang mengakibatkan terjadinya konflik antarkelompok dalam

28
suatu tatanan organisasi. Misalnya, pada sebuah kelompok didalam tatanan
organisasi seperti bangsal keperawatan bahwa kelompok diberikan tanggung
jawab oleh manajer untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu,
lantas kelompok tersebut memisahkan diri dari system atau kelompok lain yang
ada di bangsal tersebut, karena merasa bahwa kelompoknyalebih mampu
dibandingkan dengan kelompok lainnya.
6. Kekurangan Sumber Daya Manusia
Kekurangan sumber daya manusia merupakan suatu tatanan dalam
organisasi yang dapat dianggap sebagai sumber absolute terjadinya konflik.
Sedikit tidaknya sumber daya insani atau manusia sering memicu terjadinya
persaingan yang tidak sehat dalam suatu tatanan organisasi. Contohnya,
persaingan untuk memperoleh uang melalui pemikiran bahwa segala
sesuatunya pasti dihubungkan dengan uang, persaingan untuk memperebutkan
menangani pasien, dan sangat tidak jarang juga terjadi persaingan dalam
memperebutkan jabatan atau kedudukan.
7. Proses Perubahan
Perubahan dianggap sebagai proses yang alamiah. Tetapi terkadang
perubahan justru akan mengakibatkan munculnya berbagai macam konflik.
Perubahan yang sering dilkukan tergesa-gesa atau cepat, atau perubahan yang
dilkukan terlalu lambat, dapat menimbulkan konflik. Individu yang tidak siap
mnerima perubahan yang cepat, memandang bahwa perubahan tersebut
merupakan suatu ancaman. Sedangkan individu yang selalu menginginkan
perubahan akan menjadi tidak nyaman bila terjadi perubahan, atau perubahan
dilkukan terlalu lambat dalam tatanan organisasinya
8. Imbalan
Imbalan ini terkadang tidak cukup berpengaruh dengan motivasi
seseorang. Namun, jika imbalan dikaitkan dengan pembagian yang tidak
merata antara satu orang dan orang lain sering menyebabkan munculnya
konflik. Pemberian imbalan yang tidak didasarkan atas pertimbangan
professional, maka ini akan dapat menimbulkan konflik juga.
9. Masalah Komunikasi

29
Masalah komunikasi juga dapat menimbulkan konflik. Contohnya,
penyampaian informasi yang tidak seimbang, hanya orang-orang tertentu yang
diajak berbicara oleh atasan, penggunaan bahasa yang tidak efektif, dan juga
penggunaan media yang sering tidak tepat.

2.4.4. Proses Konflik


Menurut Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa ada lima
tahapan pada proses konflik, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama, dimana pada tahap ini terdapat kondisi-kondisi yang bersifat
laten, yang menjadi pencetus terjadinya konflik, misalnya kurangnya tenaga
perawat dan perubahan yang cepat. Dalam tahap ini, kondisi tersebut siap
berkembang menjadi konflik, walaupun belum ada konflik yang benar-benar
telah terjadi dan mungkin tidak akan pernah terjadi. Misalnya, perubahan
Pemotongan anggaran selalu menciptakan konflik. Oleh karena itu, kejadian
seperti itu harus benar-benar dipikirkan. Sehingga intervensi dapat dilakukan
sebelum konflik yang disebabkan kondisi tersebut menjadi lebih serius.
2. Tahap kedua adalah konflik yang dipersepsikan. Konflik yang dipersepsikan
atau substantive adalah konflik intelektual dan sering melibatkan isu serta
peran. Konflik ini dikenali secara logis dan tidak melibatkan perasaan orang
yang terlibat konflik. Kadang konflik pada tahap ini dapat diatasi sebelum
diinternalisasi atau dirasakan.
3. Tahap ketiga adalah konflik yang dirasakan, dimana konflik yang dirasakan
pada individu atau kelompok dan dengan cepat memberikan tanggapan yang
emosional pada pihak lain. Jika konflik sudah dirasakan akan dapat
menghambat kegiatan. Bila konflik tidak diselesaikan akan dapat berkembang
lebih besar.
4. Tahap keempat adalah konflik yang dimanifestasikan, juga disebut konflik
yang jelas, dan diperlukan adanya tindakan. Tindakannya dapat berupa
persaingan, debat, saling mengalahkan, atau penyelesaian konflik. Jika konflik
mencapai tahap ini, akan sulit mencari penyelesaian konflik tanpa
menggunakan sumber lain.

30
5. Tahap kelima adalah akibat konflik. Akibat yang ditimbulkan konflik mungkin
lebih terlihat daripada konflik ittu sendiri jika konflik itu tidak ditangani secara
konstruktif. Konflik akan selalu menimbulkan dampak positif dan dampak
negatif. Jika konflik dapat diatasi secara baik, maka hasil konflik akan
meningkatkan hubungan kerja secara adil. Tetapi bila tidak diatasi secara
baik,akan memperburuk hubungan kerja dan dapat menyebabkan lebih banyak
konflik lagi.

2.4.5. Proses Penyelesaian Konflik


Menurut Vestal (1994) dalam Nursalam (2002), mengemukakan bahwa
langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi:

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi: analisa situasi, dimana identifikasi dari jenis
konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan
memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian
siapa yang terlibat dan peran masing-masing. Dan tentukan jika situasinya
dapat dirubah. Analisa dan mematikan isu yang berkembang, dimana disini
dijelaskan tentang masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Menetukan
masalah yang memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari masalah tersebut.
Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu. Menyusun tujuan,
dimana dalam menyusun tujuan harus dijelaskan tujuan yang spesifik yang
akan dicapai.
2. Identifikasi
Identifikasi meliputi mengelola perasaan, dimana dalam mengelola
perasaan harus menghindari suatu respon yang berbeda terhadap kata-kata,
ekspresi, dan tindakan.
3. Intervensi
Intervensi meliputi, masuknya konflik yang diyakini dapat diselesaikan
dengan baik. Dalam proses identifikasi ini, hasil yang positif akan terjadi. Pada
waktu menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik, penyelesaian

31
strateginya berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.

2.4.6. Strategi Manajemen Konflik Interpersonal


Ada beberapa strategi dalam menghadapi konflik interpersonal.
DeVito mengemukakan lima strategi untuk mengatasi konflik (2007, p.296-305):
1. Win-Lose and Win-Win Strategies
Di dalam menghadapi sebuah konflik, cara penyelesaian konflik yang
banyak dipilih adalah win-win solution dibandingkan dengan win-lose
solution. Alasan utama pemilihan win-win solution adalah adanya kepuasan
bersama dan tidak menimbulkan kebencian yang sering ditimbulkan oleh win-
lose solution. Dengan win-win solution dua pihak yang berkonflik dapat
menyelamatkan masing-masing image tentang dirinya.
2. Avoidance Active Fighting Strategies.
Avoidance atau penghindaran dapat dilakukan secara fisik, misalnya
seperti menghindari konflik dengan cara pergi dari area berkonflik, pergi untuk
tidur atau membunyikan suara keras agar tidak mendengar apapun. Di sini
orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi
argumen atau masalah yang dikemukakan. Cara menghindar belum tentu
menjadi cara yang baik untuk menyelesaikan konflik. Terkadang semakin
banyak menghindar, kualitas hubungan semakin menurun.
3. Force and talk strategies
Ada beberapa orang berpendapat bahwa kekerasan merusak hubungan
mereka, namun ada pula yang mengatakan kekerasan fisik bahkan
memperbaiki hubungan mereka. Satu-satunya alternatif nyata adalah
bicara.Sebagai contoh, keterbukaan, sikap positif, dan empati adalah titik awal
yang cocok untuk menyelesaikan konflik. Selain itu cara yang baik adalah
mendengarkan secara aktif dan terbuka.
4. Face Detracting and Face Enhancing strategies
Pendekatan untuk face-detracting dan face-enhancing untuk konflik
interpersonal meliputi memperlakukan orang lain sebagai orang yang tidak

32
kompeten dan tidak dapat dipercaya, tidak memiliki kemampuan atau buruk
(Donahue & Kolt, 1992). Face-detracting ditemukan dalam bentuk konflik
karena adanya ketidakpercayaan, merendahkan pasangan, dan lain-lain. Hal
tersebut dapat berupa mempermalukan orang lain hingga merusak reputasinya.
5. Verbal aggressiveness and argumentativeness strategies
Verbal aggressiveness merupakan strategi konflik yang tidak produktif,
di mana salah satu pasangan berusaha memenangkan pendapatnya dengan
menyakiti perasaan pasangan. Menyerang karakter, mungkin karena itu sangat
efektif dalam menimbulkan sakit secara psikologis, taktik yang paling populer
dari agresivitas verbal. Sedangkan argumentativeness merupakan strategi di
mana kita menyuarakan opini menurut sudut pandang kita, sehingga kita bisa
mendiskusikan konflik yang terjadi.

33
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kepribadian Sehat adalah keadaan individu yang mengarah pada


perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki kesesuaian
fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan. Tetapi, juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Ketika
akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya
dimulai dengan “Ketertarikan interpersonal (Interpersonal Attraction)”.
Terdapat beberapa model komunikasi dalam hubungan interpersonal,
diantaranya social – model, transactional analysis model, model peranan, dan
model permainan. Dalam memulai suatu relasi individu satu dengan individu
lainnya, melalui beberapa proses seperti ketertarikan interpersonal, pembentukan
kesan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan. Hubungan antar individu
dapat berkembang karena dipengaruhi oleh peran sosial dan perilaku yang
diharapkan, tujuannya mencari kesesuaian antara satu dengan yang lain. Banyak
faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya konflik, terutama dalam suatu
organisasi. Namun, penyusun telah mengkaji beberapa strategi dalam
menghadapi konflik interpersonal.
3.2. SARAN
Kepribadian sehat dengan hubungan interpersonal sangat berkaitan erat
dengan interaksi individu dengan lingkungan sosialnya. Semoga dengan mengkaji
makalah ini, pembaca dapat menambah ilmu serta wawasan mengenai kesehatan
mental. Serta pada akhirnya penyusun maupun para pembaca bisa menerapkan
pengetahuan tersebut dalam interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.

34
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Kartika Sari.2012. Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press


Semarang.

Bonnefoy, X.2007. Inadequate housing and health: an overview. Journal


Environment and Pollution, Vol. 30, Nos. 3/4
Jalaluddin, Rakhmat.1996. psikologi komunikasi. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya

Sadiah, Dewi.2010. Pengembangan Model Pendidikan Nilai-Nilai Keberagamaan


Dalam Membina Kepribadian Sehat. Jurnal Pendidikan, Vol. 11, No. 2

Smith, Timothy W.2006. Personality as Risk and Resilience in Phicycal Health,


Association for Psychological Science, Vol. 15, No. 5

Wibawa, Nyoman Adi Krisna dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri . Hubungan antara
Gaya Hidup Sehat dengan Tingkat Stres Siswa Kelas XII SMA Negeri di
Denpasar Menjelang Ujian Nasional Berdasarkan Strategi Coping Stres.
Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 1, No. 1, 138-150 ISSN: 2354-5607

Widyarini, Nilam.2009. Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta : Elex


Media

Winata, Santi Yulia.2013. Strategi Manajemen Konflik Interpersonal Pasangan


Suami Istri (Pasutri) Yang Hamil Di Luar Nikah. Jurnal E-Komunikasi.
vol 1. no.2

http://arsip.uii.ac.id/files/2012/08/05.2-bab-2137.pdf (Diakses pada tanggal 17


Oktober 2015 Pukul 14.00)

http://indonesiaindonesia.com/f/76872-ciri-ciri-kepribadian-sehat-sehat/ (Diakses
pada tanggal 18 Oktober 2015 Pukul 08.06)

http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf (Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2015 Pukul 11.00)

35
http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/hubungan-interpersonal. htm
(Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Pukul 13.00)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40667/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 Pukul 12.23)

http://www.kamusq.com/2013/08/sehat-adalah-pengertian-dan-
definisi.html#sthash.hjD1sIs2.dpuf (Diakses pada tanggal 18 Oktober
2015 Pukul 06.03)

http://www.psychologymania.com/2013/04/teori-hubungan-interpersonal.html
(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2015 Pukul15.00)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian (Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015


Pukul 07.54)

36

Anda mungkin juga menyukai