Anda di halaman 1dari 34

KONSEP KESEHATAN SEHAT I

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Kesehatan Mental

Dosen Pembimbing : Maftuhah, M.Pd

Salma Meilinda

Arifin

Romadhon Isnaeni

Disusun Oleh:

Arifin
Nurul Aida
Lidya Hasna
Tiara Nur Aulia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(TARBIYAH)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AL-HIKMAH
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunianya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas
tentang “Konsep Kesehatan Mental yang ke-1”.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen kami Maftuhah, M.Pd. yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang turut berkontribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tak luput dari kesalahan, untuk itu kami
mohon maaf atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Dan demi menghasilkan
makalah yang lebih baik, kami mengharapakan kritik dan saran dari para pembaca. Kami
menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami,
melainkan berkah bantuan teman dan orang tua yang selalu memberikan masukan dan juga
waktunya dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan serta dijadikan ladang
amal sholeh bagi kami yang telah turut menyelesaikan makalah ini dengan harapan bisa
menjadi manfaat bagi semuanya. Aammiinn Yaa Robbal’aalamin. Kami sebagai penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya Terima kasih.

Jakarta, 19 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................i
Daftar isi............................................................................................................ii
Bab I pendahuluan.............................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................
C. Tujuan masalah.......................................................................................
Bab II Pembahasan............................................................................................2
A. Faktor-Faktor Penentu Kepribadian ...............................................2
B. Pengertian Kepribadian ....................................................................3
C. Kepribadian Sehat...............................................................................5
D. ..............................................................................................................8
E. ...............................................................................................................9
F. ...............................................................................................................9
G. ...............................................................................................................8
H. .............................................................................................................10

Bab III penutup................................................................................................13


Daftar pustaka..................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan gerakan Kesehatan Mental dan pergeseran cara
pandang mengenai karakteristik individu yang sehat mental, maka munculah pembahasan
mengenai kepribadian sehat, dalam ranah psikologis. Tidak dapat dipungkiri bahwa
individu yang sehat mental tidak dapat terlepas dari perasaan – perasaan sedih, marah,
kecewa, bahkan depresi sekalipun. Akan tetapi, mereka memiliki kemampuan untuk
bangkit, mengendalikan , dan mengelolah emosi negatif tersebut. Pribadi yang sehat juga
memiliki kemampuan mengasah bakat dan keterampilan mereka sehingga dapat bertahan
dari masalah serta berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam psikologis menjelaskan proses terbentuknya kepribadian sehat dan aplikasinya


dalam kehidupan sehari – hari untuk mencapai individu yang tidak sekedar sehat secara
mental , tetapi mampu bertahan dari permasalahan hidup dan mengasah kemampuan –
kemampuan mentalnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penentu kepribadian sehat ?
2. Apa itu pengertian kepribadian ?
3. Apa pengertian kepribadian sehat ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Faktor-Faktor Penentu Kepribadian


A. Adapun faktor-faktor penentu kepribadian, yaitu:
a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk
wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama
biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau
secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu
komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam
menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis
dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak
kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja
dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak
memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti
menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat
dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa
beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut. Para peneliti
telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir
dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara
anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi
kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan
kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang
dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya
dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara
kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

2
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam
keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang
manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk
kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai
yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di
suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri
mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang
tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang
dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama,
serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier1.

B. Pengertian Kepribadian

Istilah – istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah :

a. Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau
intelektual. Pengertian secara difinitif yang dikemukakan dalam Oxford Dictionary
adalah Intelectual Power Integrated activity of the organism.
b. Personality, menurut Wibters Dictionary :
a. The totality of personality characteristic.
b. An integrated group of consriturion of trends behavior tendenciesact.
c. Individuality, adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai
sifat yang berbeda dari orang lainnya.
d. Identity, yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dan sifat-sifat mempertahankan
dirinya terhadap sesuatu dari luar (Unity and Persistance of personality).2

1 http://indonesiaindonesia.com/f/76872-faktor-faktor-kepribadian-sehat-sehat/ Diakses pada tanggal 15


Oktober 2020 Pukul 08.06
2 Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm.121.

3
Kepribadian (personality) berasal dari bahasa Yunani “per” dan “sonare”, yang berarti
topeng , dan kata “personare” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai
topeng tersebut. Secara umum kepribadian ( personality ) merupakan suatu pola watak yang
relative permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus
individualitas bagi perilaku seseorang. Watak ( traits ) memberikan konstribusi bagi
perbedaan-perbedaan individu dalam perilakunya, konsistensi perilakunya sepanjang waktu,
dan stabilitas perilaku tersebut disetiap situasi. Sedangkan karakter ( characteristic ) adalah
kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-atribut, seperti temperamen, fisik, dan
intelegensia.3

Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
yang terdiri atas berbagai sistem psikofisik yang bekerja sebagai penentu tunggal dalam
menyesuaikan diri pada lingkungannya.

Ross Stanger, mengartikan kepribadian dalam dua macam. Pertama, kepribadian


sebagai topeng yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat , semu atau
mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati adalah kepribadian yang sesungguhnya.

Kemudian, Wethrington, menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri – ciri


sebagai berikut :

a. Manusia karena ketentuannya mula – mula hanya merupakan individu, dan malah
menjadi suatu pribadi setelah mendapat pengaruh dari lingkungan sosialnya dengan
cara belajar.
b. Kepribadian adalah istilah untuk menamakan tingkah laku seseorang yang secara
terintegrasi merupakan satu kesatuan.
c. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran orang lain,
dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang.
d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk badan, ras,
akan tetapi merupakan gabungan dari keluruhan dan kesatuan tingkah laku seseorang.
e. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi menggunakan
kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungannya.4

3 Arie Arumwardani, Psikologi Kesehatan, (Yogyakatra: Galangpres, 2011), hlm. 59.


4 Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm.122-123.

4
C. Kepribadian Sehat

Kepribadian sehat adalah suatu konsep yang sampai sekarang masih menjadi
perdebatan hangat. Sehingga definisinya pun juga hanya menurut para ahli yang menganut
suatu aliran tertentu atau madzhab tertentu. Secara universal orang yang dikatakan memiliki
kepribadian sehat adalah orang yang dinilai sehat dari berbagai macam aspek , baik itu aspek
psikologis, sosial, fisik, maupun religiusnya.5

a) Kepribadian sehat menurut Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun – tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Pokok – pokok teori menurut
Rogers antara lain yaitu :

a. Organisme, yaitu keseluruhan individu, organisme memiliki sifat – sifat verikut :


o Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan
maksud memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.
o Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu, mengaktualisasikan,
mempertahankan dan mengembangkan diri.
o Organisme mungkin melambangkan pengalamanya sehingga hal itu disadari atau
mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman – pengalaman itu tak
disadari atau mungkin juga organism itu tak memperdulikan pengalaman –
pengalamannya.
b. Medan Phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman. Medan Phenomenal punya sifat
disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan
phenomenal itu dilambangkan atau tidak.

Jadi, kepribadian yang sehat menurut Carl Rogers berdasarkan teori selfnya adalah
manusia yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya secara baik demi memenuhi
kebutuhannya serta mampu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.6
5 Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), hlm 20
6 Ibid,. Hlm 51-52

5
2. Berbagai pandangan tentang kepribadian yang sehat.

a. Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud.

Sigmund Freud adalah seorang psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Freud
dilahirkan dari kandungan seorang ibu yang bernama Amalia yaitu seorang yang
cantik, tegas, masih muda, dau puluh tahun lebih muda dari suaminya dan merupakan
istri ketiga dari ayahnya Jacob Freud.1 Freud lahir tepatnya pada tanggal 6 Mei 1856
di Freigery sebuah kota kecil yang didominasi penduduk asli Muravia2 , yang
sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Pribar, Cekoslowakia, Austria. Ia
meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun
Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketiaka Nazi menaklukkan
Austria.

Sigmund Freud terlahir dari keluarga berkebangsaan dan beragama Yahudi. Akan
tetapi sosok Freud bukanlah sebagai seorang yang taat pada agama, ini terbukti karena
Freud jarang sekali bahkan tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkan oleh
agamanya7. Sigmund Freud meninggalkan segala keyakinan agamanya dikarenakan ia
menganggap bahwa agama itu hanyalah merupakan suatu khayalan belaka. Namun
disisi lain Freud menyadari akan dirinya sebagai seorang yang beragama Yahudi
dimana Freud selalu menghadiri pertemuan-pertemuan B’nai B’rith yaitu pertemuan
masyarakat Yahudi setempat, Freud juga menolak royalti atas buku-bukunya yang
akan diterjemahkan ke dalam bahasa Yiddish dan Ibrani. Bahkan Sigmund Freud
beranggapan bahwa kebebasan intelektualnya selama ini disebabkan karena
keyahudiannya. Pernyataan ini ditulis sendiri ketika pertama kali ia mengalami
“antisemifisme” di Universitas Wina.

-Kepribadian / Psikoanalisa menurut Sigmund Freud

Menurut Freud , kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara id, ego,
dan superego.

o Das Es / id
Lapisan jiwa yang tidak sadar yang dalam bahasa Inggris disebut the id, dalam bahasa
jerman disebut das Es. Dalam buku ini ketiga macam istilah tadi, das es, the id, dan
7 Sigmund Freud, Peradaban dan Kekecewaan, op. cit., hlm. viii-ix 5 Anthony Storr, Freud Peletak Dasar
Psikoanalisa (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grfiti, 1991), hlm. 1-2

6
lapisan tidak sadar, dipakai silih berganti dengan arti yang sama. Das Es sebagai suatu
sistem dari sistem total kepribadian mempunyai :
- Fungsi
- Sifat
- Komponen
- Prinsip kerja
- Dinamisme
- Mekanisme
o Ego
Ego merupakan subsistem kedua dari kepribadian. Ego dibentuk oleh das es. Ego itu
terbentuk karena individu sebagai organisme mempunyai kebutuhan – kebutuhan
yang memerlukan transaksi – transaksi (hubungan-hubungan kerja) yang sesuai
dengan dunia kenyataan yang objektif. Karena das Es mempunyai keinginan –
keinginan, tetapi tidak cukup dipenuhi dengan proses primer, maka perlu dipenuhi
secara nyata sesuai dengan tuntutan hidup manusia budaya dimasyrakat. Karena das
Es tidak dapat melaksanakan sendiri, maka tugas itu diserahkan atau didelegasikan
kepada Ego8. Jadi ego menjadi badan eksekutif dari das Es dengan hak untuk
mengatur atau memenej (mengelolah) segalanya. Artinya , ego dapat menyeleksi,
menerima, menunda, atau jika perlu menolak, terhadap keinginan – keinginan dari das
Es. Kemudian ego meneliti kepada dunia nyata, apakah keinginan tadi ada objeknya
atau tidak, lalu Ego mengorganisir tindakan untuk melaksanakan tugas yang telah
diputuskannya. Di sini dorongan – dorongan atau nafsu – nafsu dari das Es yang telah
diseleksi tadi lalu dioper menjadi keinginan dan kemauan Ego.

o Super Ego
Super Ego sebagai suatu sistem yang ketiga dari sistem kepribadian secara totalitas.
Super Ego adalah sistem kepribadian yang ketiga dan yang terakhir yang
dikonsepsikan oleh Freud. Super ego adalah perwujudan internal dari nilai – nilai dan
cita – cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan oleh orang tua kepada
anak – anak. Nilai – nilai dan cita – cita ini dilaksanakan dengan cara memberi hadiah
– hadiah , jika sesuai dengan norma, atau hukuman – hukuman , jika menyimpang
dari norma.

8 Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 134-142.

7
Karena super Ego bekerja atas prinsip moralitas tinggi, maka perannya ialah:
a. Super Ego memegang wewenang moral dalam kepribadian.
b. Super Ego mencerminkan yang ideal dan bukan yang riiil.
c. Super Ego memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
d. Super Ego terutama memerhatikan untuk memutuskan apakah sesuatu itu
benar atau salah agar dapat bertindak sesuai dengan norma – norma moral
yang diakui oleh wakil – wakil masyarakat.

Super Ego sebagai wakil tingkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan
memberikan respons terhadap hadiah – hadiah atau hukuman – hukuman yang diberikan oleh
orang tua.

b. .        Teori Kepribadian Psikologi Analitik : Carl Gustav Jung

Teori kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl


Gustav Jung. Beliau diakui sebagai salah satu ahli psikologi yang terkemuka abad
XX. Selama 60 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan penuh kesungguhan untuk
menganalisis proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam. Carl Gustav
Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, suatu kota di kawasan Lake
Constance di Canton Thurgau, Swiss. Ayahnya adalah seirang pendeta pada Gereja
Reformasi Swiss. Jung belajar di Universitas Basel dalam ilmu kedokteran. Setelah
mendapat gelar dokter, ia menjadi assiten di Rumah Sakit Jiwa di Burgholze, Zurich,
dan Klinik Psikiatri Zurich.

Dia terus memperdalam ilmu psikologi dan bekerja sama dengan Eugen Bleuler,
psikiater terkenal yang mengembangkan konsep skizofrenia. Pada tahunh 1909, dia
melepaskan pekerjaannya di Rumah Sakit Jiwa Burgholze, Zurich.
Carl Gustav Jung sangat terkesan ole hide-ide Freud yang dibacanya dari buku yang
berjudul Interpretation of dream. Pada tahun 1909 mereka mengadakan perjalanan
bersama ke Universitas Clark di Worchester, Massachusetts. Mereka diundang untuk
menympaikan serangkaian ceramah pada perayaan 20 tahun berdirirnya universitas
tersebut. Pada tahun 1910 dengan dukungan dari Freud, Carl Gustav Jung menjadi
ketua Asosiasi Psikoanalitik Internasional.
Hubungan Carl Gustav Jung dengan Freud tiga tahun kemudian mulai dingin. Pada
tahun 1913 mereka mengakhiri hubungan kerja sama dalam pekerjaan. Dalam tahun
yang sama, Jung juga melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada Universitas
Zurich. Keeretakan hubungan mereka di picu oleh perbedaan yang sangat prinsip
dalam hal kepribadian dan pandangan intelektualnya. Jung menolak panseksualisme
dan metode psikoterapinya sendiri yang menjadi terkenal sebagai psikologi analitik.
Dalam memandang manusia, Jung menggabungkan pandangan teleology dan
kasualitas. Dia memandang bahwa tingkah laku manusia itu ditentukan tidak hanya
oleh sejarah individu rasi (kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu
(teleologi). Menurut Jung, masa lampau individu sebagai akualitas maupun masa
depan individu sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu
(orang).

8
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif
dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis
perkembangan sang pribadi di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia
memperhatikan masa lampau sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan
maupun sebab. Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia.
Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini
hanya pada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal
menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering
kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir
kembali. 

Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi
kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat,
kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic,
halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan
kepribadian manusia.9

A. Struktur Kepribadian
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan pikiran,perasaan dan tingkah
laku,kesadaran,dan ketidak sadaran.kepribadian membimbing orang untuk untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan social dan lingkungan fisik.sejak awal
kehidupan,kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan.ketika
mengembangkan kepribadian,orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni
antar semua elemen kepribadian.
Kepribadian di susun 0leh sejumlah sistem yang beroprasi dalam tiga tingkat kesadaran;
ego beroperasi pada tingkat sadar,kompleks beroperasi pada tingkat sadar pribadi,dan arsetip
beroperasi pada tingkat taksadar kolektif.di samping sistem-sistem yang terkait dengan
daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap (introvers-ektravers) dan fungsi (fikiran-
perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran.jjuga ada self yang
menjadi pusat dari seluruh kepribadian.
 Kesadaran (consciousness) dan Ego
Kesadaran (consciousness) muncul pada awal kehidupan,bahkan mungkin sebelum di
lahirkan.secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar,menjadi semakin spesifik ketika
bayi itu mulai mengenal manusia dan obyek sekitarnya.menurut jung,hasil pertama dari
proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego.sebagai organisasi kesadaran,ego berperan
penting dalam menentukan persepsifikiran,perasaan dan ingatan yang bisa masuk
kesadaran.tanpa seleksi ego,jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh
pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring pengalaman,ego
berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas
dan identitas.

9 Syamsu Yusuf LN, Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian:Sekolah Pascasarjana Universitas


Pendidikan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset), hal.71-73

9
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia.
Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang
pribadi ego dipandang berada pada dimansi kesadaran.10

Dimensi kesadaran manusia memunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan
sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dlam orientasi manusia dalam
dunianya. Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaaan yang secara teori tidak berubah
dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa yang pokok yaitu
pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Pikiran dan perasaan adalah fungsi jiwa yang
rasional. Dalam fungsinya, pikirandan perasaan bekerja dengan dengan penilain. Pikiran
menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan
tidak menyenangkan. Kedua fungsi jiwa yang irrasional yaitu pendirian dan intuisi tidak
memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata pengamatan. Pendriaaan mendapatkan
pengamatan dengan sadar melalui indra. Adapun intuisi mendapat pengamatan secara tidak
sadar melalui naluri.11

Ø   Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian,yakni sikap
ekstraversi dan sikap introversi. Sikap ektraversi mengarah sang pribadi ke dunia luar, dunia
objetif; sikap introversi mengarahkan orang ke dunia dalam,dunia subjektif (1921). Kedua
sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian tetapi biasanya salah satu diantaranya
dominan dan sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstavert dalam relasinya dengan dunia, maka
ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.
Ø   Fungsi
Ada empat fungsi psikologis fundamental:
a. Pikiran.Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia berusaha
memahami hakikat manusia dan dirinya sendiri.
b. Perasaan. Perasaan adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda,entah bersifat
positif maupun negatif,bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada manusia
pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan,
kesedihan, kegembiraan dan cinta.
c. Pendriaan. Pendirian adalah fungsi perceptual atau fungsi kenyataan.Ia menghasilkan
fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia.
d. Intuisi. Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang
kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan dan ide-ide dalam
mencari hakikat kenyataan.

10 Alwisol,psikologi kepribadian,ummpress 2009


11 Syamsu Yusuf LN, Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian:Sekolah Pascasarjana
Universitas         Pendidikan Indonesia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset), hal. 74-75

10
Pikiran dan perasaan disebut fungsi rasio karena mereka memakai
akal,penilaian,abstraksi dan generalisasi. Mereka memungkinkan manusia menemukan
hukum-hukum dalam alam semesta. Pendirian dan intuisi dipandang sebagai fungsi irrasional
karena mereka didasarkan pada persepsi tentang hal-hal yang konkret, khusus dan aksidental.
Biasanya salah satu diantara keempat fungsi itu berkembang jauh melampaui ketiga
lainnya,dan memainkan peranan yang lebih menonjol dalam kesadaran.Ini disebut fungsi
superior. Salah satu dari ketiga fungsi lainnya biasanya bertindak sebagai pelengkap terhadap
fungsi superior. Apabila fungsi kerja superior terhambat maka secara otomatis fungsi
pelengkap menggantikan fungsi superior. Fungsi yang paling kurang berkembang dari
keempat fungsi itu disebut fungsi inferior.Fungsi itu direpresikan dan menjadi tidak sadar.
Fungsi inferior mengungkapkan diri dalam mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi. Fungsi inferior
itu juga memilki fungsi pelengkap.12
B. Tipologi Jung

Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok daripada kesadaran itu, sampailah
Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers.
Dalam membuat penyandraan mengenai tipe-tipe tersebut selalu di kupasnya juga kehidupan
alam tak sadar, yang baginya merupakan realita yang sama pentingnya dengan kehidupan
alam sadar. Kehidupan alam tak sadar itu berlawanan dengan kehidupan alam sadar, jadi
orang yang kesadarannya ber-tipe pemikir, maka ketidaksadarannya adalah perasa, orang
yang kesadarannya ekstravers ketidaksadarannya bersifat introvers, begitu selanjutnya.

Dengan pembicara ini, teranglah kiranya tipologi Jung itu, yang dapat diikhtisarkan
sebagai label berikut :

Sikap Jiwa Fungsi Jiwa Tipe Kepribadian Ketidaksadarannya


Pikiran Pikiran-ekstravers
Perasa Perasa-ekstravers Perasa introvers
Pendriaan Pendriaan-kstravers Pemikir introvers
Intuisi Intuisi-ekstravers Intuitif introvers
Pendria introvers
Ekstravers
Pikiran-introvers
Pikiran Perasa-introvers
Perasa Pendriaan-introvers Perasa ekstravers
Pendriaan Intuisi-introvers Pemikir ekstravers
Intuisi Intuitif ekstravers
Introvers Pendria ekstravers

Tentu saja perlu diingat bahwa tipe-tipe yang murni seperti digambarkan diatas itu
jarang sekali terdapat dalam kenyataan. Variasi tipe-tipe tersebut dalam kenyataannya lebih
banyak daripada yang digambarkan itu; disamping tipe-tipe pokok tersebut dapat kita
ketemukan tipe-tipe campuran.13

12 Calvin s.hall & gardner lindzey, Teori-teori psikodinamik,kanisius 1993


13 Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hal. 69-
71

11
C. Interaksi di Antara Sistem-Sistem Kepribadian
Berbagai sistem dan sikap serta fungsi yang hendak membangun seluruh
kepribadian14 saling berinteraksi dengan tiga cara yang berbeda.

    Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem lain,


Kompensasi bisa dijelaskan dengan interaksi antara sikap dan ektraversi dan
introversi yang berlawanan. Apabila ektraversi merupakan sikap ego sadar yang dominan
atau superior maka ketidaksadaran akan melakukan kompensasi dengan mengembangkan
sikap intoversi yang direpresikan. Kompensasi juga terjadi antarfungsi. Seseorang yang
menekankan pikiran dan persaan dalam kesadarannya akan menjadi intuitif, dan bertipe
pendirian secara tak sadar. Demikian juga, ego dan anima pada seorang pria serta animus
pada seorang wanita melahirkan hubungan kompensatorik satu sama lain. Ego pria normal
adalah maskulin sedangkan anima adalah feminine dan ego wanita yang normal adalah
feminin sedangkan animus maskulin.Pada umumnya, semua isi kesadaran dikompensasikan
oleh isi-isi ketidaksadaran. Prinsip kompensasi memberikan semacam ekuilibrium atau
keseimbangan antara unsur-unsur yang saling bertentangan sehingga mencegah psikhe
menjadi tidak seimbang secara neurotis.

 Salah satu sistem bisa menentang sistem lain,


Pertentangan terdapat dimana-mana dalam kepribadian; antara ego dan bayang-
bayang,antara ego dan ketidaksadaran pribadi,antara persona dan anima atau animus, antara
persona dan ketidaksadaran pribadi,antara kolektif dan ego,serta antara ketidaksadaran
kolektif dan persona. Introversi bertentangan dan ekstraversi, pikiran bertentangan dengan
perasaan,dan pendirian bertentangan dengan intuisi. Ego adalah seperti bola bulu tangkis
yang dipukul bolak-balik antara tuntutan-tuntutan luar dari masyarakat dan tuntutan-tuntutan
batin dari ketidaksadaran kolektif. Sebagai akibat dari pertarungan ini berkembanglah
persona atau topeng. Persona kemudian diserang oleh arkhetipe-arkhetipe lain dalam
ketidaksadaran kolektif.

   Dua sistem atau lebih bisa bersatu membentuk sintesis.


Kesatuan dari yang berlawanan tercapai lewat apa yang oleh Jung disebut fungsi
transenden. Bekerjanya fungsi ini menghasilkan sintesis antara sistem-sistem yang
bertentangan dan membentuk kepribadian yang seimbang dan terintegrasi. Pusat dari
kepribadian yang terintegrasi ini adalah diri (self).
D. Dinamika Kepribadian
          1.      Energi Psikis
Energi yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis(Jung,1948b).
Energi psikis merupakan menifestasi energi kehidupan, yakni energi organisme sebagai
sistem biologis. Energi psikis lahir seperti semua energi vital lain,yakni dari proses-proses
metabolik tubuh. Energi psikis terungkap sacara konkret dalam bentuk daya-daya actual atau
potensial. Keinginan, kemauan, perasaan, perhatian, dan perjuangan adalah contoh-contoh
daya aktual dalam kepribadian; disposisi, bakat, kecenderungan, kehendak hati, dan sikap
adalah contoh-contoh daya potensial.

14 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 165-167

12
    Nilai-Nilai Psikis.
Jumlah energi psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian disebut nilai
dari unsur itu. Ide atau perasaan tersebut memainkan peranan pentingdalam mencetuskan dan
mengarahkan tingkah laku.

   Daya Konstelasi Suatu Kompleks.


Nilai-nilai tak sadar harus ditentukan dengan menilai “daya konstelasi unsur inti
suatu kompleks“ yang terdiri dari jumlah kelompok-kelompok item yang dihubungkan oleh
unsur inti kompleks. Jung membicarakan tiga metode yang dapat dipakai untuk menaksir
daya konstelasi unsur inti :
1) Observasi langsung plus deduksi-deduksi analitik. Melalui observasi dan inferensi kita
dapat mengestimasikan jumlah asosiasi yang terikat pada suatu unsur inti.
2) Indikator-indikator kompleks. Indikator kompleks adalah suatu gangguan tingkah laku
yang menunjukkan adanya kompleks.
3) Intensitas ungkapan emosi. Intensitas reaksi emosi seseorang terhadap suatu situasi
merupakan ukuran lain tentang kekuatan suatu kompleks.
         2.     Prinsip Ekuivalensi
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang dikeluarkan itu akan muncul di satu tempat lain
dlam sistem. Prinsip ini menyatakan bahwa jika suatu nilai tetentu melemah atau menghilang,
maka jumlah energi yang diwakili oleh nilai itu tidak akan hilang dari psikhe tetapi akan
muncul kembali dalam suatu nilai baru. Surutnya suatu nilai sudah pasti berarti munculnya
suatu nilai lain. Misalnya ego, maka energi itu akan muncul pada suatu sistem lain, mungkin
persona. Atau jika makin banyak nilai direpresikan ke dalam sisi bayang-bayang kepribadian,
maka nilai itu akan tumbuh kuat dengan mengorbankan struktur-struktur lain dalam
kepribadian.

  Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan bahwa distribusi energi dalam psikhe mencari
ekuilibrium atau keseimbangan. Jung menyatakan bahwa realisasi diri adalah tujuan dari
perkembangan psikis maksudnya antara lain adalah bahwa dinamika kepribadian bergerak ke
arah suatu keseimbangan daya-daya yang sempurna.

 Penggunaan Energy
Seluruh energi psikis yang tersedia untuk kepribadian digunakan untuk dua tujuan
umum. Sebagian diantaranya dipakai untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk
memelihara kehidupan dan untuk pembiakan spesies
E. Perkembangan Kepribadian
1. Kausalitas versus Teleologi
Ide tentang tujuan yang membimbing dan mengarahkan nasib manusia pada
haikikatnya merupakan penjelasan teleologis dan penjelasan finalistis. Pandang kausalitas
menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa sekarang ini adalah akibat atau hasil pengaruh dari
keadaan atau sebab sebelumnya. Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau
(kausalitas) tetapi juga ditentukan oleh masa depan (teleologi).

13
2. Sinkronisitas
Gejala-gejala sinkronistik bisa dijelaskan berdasarkan hakikat arkhetipe-arkhetipe.
Arkhetipe dikatakan bersifat psychoid yakni bersifat psikologis dan fisik sekaligus.
Akibatnya, arkhetipe dapat membawa ke dalam kesadaran suatu gambaran jiwa tentang
peristiwa fisik meskipun tidak ada persespi langsung terhadap peristiwa fisik tersebut.
Arkhetipe tidak menyebabkan dua peristiwa, tetapi ia memiliki suatu kualitas yang
memungkinkan sinkronisitas itu terjadi. Prinsip sinkronisitas kiranya akan memperbaiki
pandangan bahwa pikiran menyebabkan materialisasi atau terjadinya hal-hal yang dipikirkan.
3. Hereditas
Hereditas berkenaan dengan insting-insting biologis yang menjalankan fungsi
pemeliharaan diri dan reproduksi. Insting merupakan dorongan batiniah untuk bertindak
dengan cara tertentu, bila timbul suatu keadaan jaringan tertentu. Pandangan Jung tentang
insting-insting tidak berbeda dengan pandangan yang dikemukakaan oleh biologi modern
( Jung. 1929, 1948c ). Disamping warisan insting-insting biologis terdapat juga “pengalaman
pengalaman“ leluhur. Pengalaman-pengalaman ini, diwariskan dalam bentuk arkhetipe-
arkhetipe.
4. Tahap-tahap perkembangan
Dalam tahun-tahun yang paling awal, libido di salurkan dalam kegiatan-kegiatan
yang diperlukan supaya tetap hidup. Sebelum usia lima tahun, nilai-nilai seksual mulai
tampak dan mencapai puncaknya selama masa adolesen. Dalam masa muda seseorang dan
awal tahun-tahun dewasa, insting-insting kehidupan dasar dan proses-proses vital meningkat.
Ketika individu mencapai usia 30-an atau awal 40-an terjadi perubahan nilai yang
radikal. Orang yang berusia setengah baya menjadi lebih introvet dan kurang implusif.
Kebijaksanaan dan kecerdasan menggantikan gairah fisik dan kejiwaan. Orang menjadi lebih
spiritual. Peralihan ini merupakan peristiwa yang sangat menentukan dalam kehidupan
seseorang. Ia merupakan saat yang paling berbahaya, karena kalau terjadi ketidakberesan
selama perpindahan energi ini, kepribadian bisa menjadi lumpuh selamanya.
5. Progresi dan Regresi
Perkembangan dapat mengikuti gerak maju, progesif, atau gerak mundur, regresif.
Progresi oleh Jung dimaksudkan bahwa ego sadar menyesuaikan diri sendiri secara
memuaskan baik terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan luar maupun terhadap kebutuhan-
kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progesi yang normal, daya-daya yang berlawanan
dipersatukan dalam suatu arus proses psikis yang terkoordinasi dan harmonis.
6. Proses individuasi
Perkembangan adalah mekarnya kebulatan asli yang tidak berdiferensiasi yang
dimiliki manusia pada saat dilahirkan. Tujuan terakhir pemekaran ini adalah realisasi diri.
Untuk memiliki kepribadian yang sehat dan terintegrasi, setiap sistem harus dibiarkan
mencapai tingkat diferensiasi, perkembangan, dan pengungkapan yang paling penuh. Proses
untuk mencapai ini disebut proses individuasi ( Jung, 1939, 1950 ).
7. Fungsi transenden
Apabila keanekaragaman telah dicapai lewat proses indiiduasi, maka sistem-sistem
yang berdiferensiasi itu kemudian diintegrasikan oleh fungsi transenden ( Jung, 1916b ).

14
8. Sublimasi dan represi
Sublimasi bersifat progesif, represi bersifat regresif. Sublimasi menyebabkab psikhe
bergerak maju, sedangakan represi menyebabkan psikhe bergerak mundur. Sublimasi
menghasilkan rasionalitas, sedangkan represi menghasilkan irasionalitas. Sublimasi bersifat
integratif sedangkan represi bersifat disintegratif.
9. Perlambangan
Lambang dalam psikologi Jungian mempunyai dua fungsi utama. Lambang
merupakan usaha untuk memuaskan impuls instingtif yang terhambat, di lain pihak lambang
merupakan perwujudan bahan arkhetipe. Lambang-lambang adalah bentuk representasi
psikhe. Lambang-lambang tidak hanya mengungkapkan khazanah kebijaksanan umat
manusia yang diperoleh secara rasial dan individual, tetapi lambang-lambang itu juga
menggambarkan tingkat-tingkat perkembangan yang jauh mendahului perkembangan
manusia sekarang.
c. Teori personologi dari murray

Henry Alexander Murray (13 Mei 1893 – 23 Juni 1988) adalah seorang psikolog
Amerika yang mengajar selama lebih dari 30 tahun di Harvard University. Dia adalah
pendiri Boston psikoanalitik Masyarakat dan mengembangkan teori kepribadian
berdasarkan “kebutuhan” dan “tekan”. Ia juga merupakan pengembang dari Tes
Apersepsi Tematik (TAT) yang secara luas digunakan oleh para psikolog.
Henry Murray dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di New York pada 1893. Dia
memiliki kakak perempuan dan adik laki-laki. Carver dan Scheier, dalam “Perspektif
Personality”, perhatikan bahwa “dia akur dengan ayahnya namun memiliki hubungan
yang buruk dengan ibunya” mengakibatkan perasaan mendalam depresi.

Mereka berhipotesis bahwa gangguan hubungan ini menyebabkan Murray menjadi


sangat menyadari kebutuhan masyarakat dan kepentingan mereka sebagai dasar
penentu perilaku. Di Harvard, ia mengambil jurusan sejarah dengan kinerja yang
buruk, tapi dikompensasi dengan sepakbola, dayung dan tinju. Di Columbia College
dia lebih baik dalam pengobatan dan diselesaikan MD dan juga menerima sebuah MA
dalam biologi 1919. Selama dua tahun berikutnya ia adalah seorang instruktur dalam
fisiologi di Harvard dan 1927 ia menerima gelar doktor dalam biokimia di
Cambridge.

Defenisi Kepribadian

Kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan teoritikus (ahli teori) dan bukan gambaran
tingkah laku individu.

Kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup rentang hidup
sang individu. Sejarah kepribadian yaitu : kepribadian itu sendiri.

Definisi kepribadian harus mencerminkan unsur unsur tingkah laku yang tepat dan berulang,
maupun unsur unsur yang baru dan unik

15
Kepribadian adalah fungsi yang menata dan mengarahkan dalam diri individu yang punya
tujuan mengintegrasikan konflik konflik dan rintangan rintangan yang dihadapi, memuaskan
kebutuhan kebutuhan individu dan menyusun rencana rencana untuk mencapai tujuan dimasa
datang.

Kepribadian terletak di otak, tanpa otak tidak ada kepribadian (no brain, no personality).

Jadi, cara Murray merumuskan kepribadian menunjukkan bahwa ia sangat berorientasi pada
pandangan yang memberi bobot memadai pada sejarah organisme, fungsi kepribadian yang
bersifat mengatur, ciri-ciri berulang dan baru pada tingkah laku individu, hakikat kepribadian
yang abstrak atau konseptual, dan proses-proses fisiologis yang mendasari proses-proses
psikologis.

Proses Kepribadian

Dalam kepribadian, Murray menggunakan konsep dari kebutuhan untuk menjelaskan


motivasi dan arah dari perilaku. Kebutuhan meliputi tenaga psikokimia dalam otak yang
mengorganisasi dan mengarahkan intelektual dan kemampuan persepsi. Dalam daftar
kebutuhan Murray ada 20 kebutuhan yang tidak semua orang memilikinya, yaitu:

Abasement

Untuk tunduk secara pasif kepada kekuatan eksternal. Untuk menerima luka, memikul
kesalahan, kritikan, dan hukuman. Untuk menyerah dan mengakui kelemahan, kesalahan,
pelanggaran, atau kekalahan. Untuk mencari dan menikmati kesedihan, hukuman, kesakitan,
dan ketidakberuntungan.

Achievement

Untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangan, dan mencapai standar yang
tinggi. Untuk bersaing dan mengungguli orang lain dan untuk menguasai, menggerakkan,
atau mengatur objek-objek fisik, manusia, atau ide-ide.

Perkembangan Kepribadian

Pendekatannya terhadap perkembangan kepribadian tergambar seperti pada pandangan Freud


yang kemudian ditambahkan dan diperluas olehnya. Perkembangan bersifat longitudinal,
bermula sejak lahir kematian. Masa kanak-kanak dibagi menjadi 5 tahapan yang setiap
tahapan memiliki kesan berbeda-beda dan secara tak sadar akan mengarahkan pada
perkembangan berikutnya.

kondisi kepuasan atau tahapan pada masa anak-anak dan keterhubungannya dengan kompleks
tersebut adalah:

Stage Complex

16
Kompleks
Rasa aman selama berada di dalam kandungan klaustral

Kenikmatan dari menghisap nutrisi makanan


selama itu berlangsung Kompleks oral

Kepuasan yang dihasilkan dari proses defakasi Kompleks anal

Kepuasan yang muncul bersamaan dengan


buang air kecil Kompleks uretral

Kompleks
Kepuasan kelamin kastrasi

Gambaran Murray Tentang Sifat Alami Manusia

Meski  teori kepribadian Murray dan Freud memiliki beberapa persamaan, namun
pendapatnya tentang sifat alami manusia sedikit berbeda. Freud menganggap tujuan tertinggi
dan yang dibutuhkan dalam hidup manusia adalah penurunan ketegangan. Tapi, berdasarkan
pendapat Murray, tujuan kita bukanlah sebuah keadaan dimana kita bebas dari ketegangan,
melainkan kepuasan yang didapat dalam tindakan (proses) untuk mengurangi ketegangan
tersebut. Menurut pendapat Murray, manusia membutuhkan ketegangan, karena dalam proses
menurunkan ketegangan itulah manusia mendapat kepuasan.

Murray juga membantah kalau kepribadian itu ditetapkan oleh kebutuhan (needs) dan
lingkungan (envirovment). Menurut Murray, kita memiliki keinginan yang bebas untuk
berubah dan tumbuh menjadi apa yang kita inginkan. Murray juga percaya bahwa kita
dibentuk oleh sifat bawaan dan lingkungan kita, keduanya sama-sama memiliki pengaruh
yang besar.

Pandangan Murray tentang sifat alami manusia sangat optimis dan dia mengkritik psikologi
yang diproyek negatif dan merendahkan kesan manusia. Dia membantah dan beralasan
dengan kekuatan manusia yang cukup banyak baik dalam bidang kreatifitas, imaginasi, dan
kemampuan berpikir, kita bisa mengatasi setiap masalah yang kita hadapi.

Murray memang lebih fokus pada masa depan, optimistik, dimana kita memiliki kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang, karena tumbuh merupakan salah satu sifat alami makhluk
hidup. Murray juga mengatakan bahwa setiap orang itu unik meskipun terdapat beberapa
kesamaan dalam kepribadian kita.

Taksiran dalam Teori Murray

17
Murray memiliki teknik tersendiri didalam menaksir kepribadian yang berbeda dengan Freud
dan neopsychoanalytic yang lain. Dalam evaluasi intensive yang dia lakukan, Murray
menggunakan satu macam dari banyak teknik untuk mengumpulkan data dari 51 mahasiswa
laki-laki di Universitas Harvard. Mereka kemudian diinterview dan diberikan tes projektif,
tes objektif, dan daftar pertanyaan mencakup ingatan masa kanak-kanak mereka, hubungan
keluarga, perkembangan seksual, pembelajaran sensorimotor, standar etis, cita-cita, interaksi
sosial, mekanik dan kemampuan artistik. Program taksiran ini meliputi banyak hal yang
membuat 28 staf investigator Murray menghabiskan waktu 6 bulan untuk melengkapinya. 
Data ini akan didiskusikan kembali pada bagian “Penelitian Teori Murray”.

d. Teori Kurt Lewin Psikologi Medan


Kurt lewin dilahirkan di prusia pada tahun 1890. Dia belajar di Universitas
Freiberg, Munich, Berlin, dan mendapat gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun
1914. Setelah ikut perang dunia I, dia kembali ke berlin dan bekerja sebagai instruktur
dan asisten research pada “lembaga psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan
Kohler. Pada tahun 1926 diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan
psikologi. Pada waktu kekuasaan Hitler meningkat dia pindah ke A.S., dan menetap
disana sampai akhir hidupnya (1947). Dia menjadi guru besar psikologi kanak-kanak
di Universitas Cornell dan selanjutnya di Lowa, kemudian memimpin pusat research,
yang menyelidiki dinamika kelompok.
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang Lewin ialah bahwa pribadi itu
selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari
lingkungannya
a. Pribadi
Pribadi itu secara struktual ialah dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai
keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lainnya yang didunia ini.
b. Lingkungan psikologis
c. Ruang hidup
Ruang hidup atau yang disebut juga “medan psikologis” atau “keseluruhan
situasi”, adalah totalitas realitas psikologi yang berisikan semua fakta yang dapat
mempengaruhi tingkah laku individu pada sesuatu saat. Dengan kata lain, tingkah
laku adalah fungsi daripada ruang hidup: T1= f (Rh). Dan ruang hidup itu adalah
hasil interaksi antara pribadi (P) dan lingkungan psikhologis (Lp), karena itu
pernyataan diatas dapat digambarkan T1= f(RH) = F (P,Lp).
d. Diferensiasi Ruang Hidup

18
Penggambaran ruang hidup (pribadi dalam lingkungan psikologisnya) seperti
yang telah diberikan dimuka itu tidak cukup menggambarkan kenyataan yang
sebenarnya, sebab dalam kenyataannya baik pribadi maupun lingkungan
psikologisnya, itu tidak pernah melupakan unitas yang mutlak, tetapi mempunyai
diferesiansi. Struktur ruang hidup tidak homogen, tetapi heterogen, terdiri atas
bagian-bagian yang satu sama lainnya saling berhubungan dan saling
bergantungan.

e. Banyaknya daerah
Banyaknya daerah itu ditentukan oleh banyaknya factor-faktor psikologis yang
ada pada sesuatu saat. Apabila hanya ada dua fakta dalam ruang hidup, pribadi
dan ruang psikologisnya, maka hanya ada dua daerah didalam ruang hidup.
f. Dimensi-dimensi ruang hidup
Ruang hidup itu mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-irrealitas
1. Kurt Lewin berpegang pada prinsip kekinian. Walaupun menurut prinsip
kekinian masa lampau dana tau masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku
kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran, dan sebagainya mengenai masa lampau
atau masa depan (yang ada atau terjadi kini) mempengaruhi tigkah laku kini.
Karena itu,masa kini harus juga memuat sangkut-pautnya dengan masa
lampau dan masa depan. Lewin menunjukkan bahwa ruang hidup neonates
dapat digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relative sedikit dan
kurang jelas bedanya satu sama lain.
2. Dimensi realitas-irrealitas
Dimensi dalam ruang hidup itu membawa diferensiasi pula dalam dimensi
realitas-realitas. Irrealitas berisikan fakta khayal. Diantara kedua bentuk
ekstrem itu terdapat berbagai taraf. Seperti perbuatan itu lebih mempunyai
realitas daripada berbicara tentang perbuatan itu. Tujuan yang ideal kurang
sifat realitasnya daripada tujuan yang langsung.

Membahas dinamika kepribadian, Lewin mengemukakan konsepsi yang istilah-


istilahnya diambil dari ilmu pengetahuan alam. Pengertian-pengertian pokok yang
dipergunakan oleh Lewin disini ialah:

19
a. Energy (energy), Lewin berpendapat bahwa tiap gerak atau kerja itu pasti
menggunakan energy. Pribadi pandangnya sebagai system energy.energi yang
menyebabkan kerja psikologis disebutnya energy psiknis,
b. Tension (tegangan), adalah keadaan yang pribadi, keadaan relative daerah dalam
pribadi yang satu terhadap daerah yang lain (dalam hal ini Lewin menyebutkan daerah
itu sebagai system).
c. Need (kebutuhan), adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan
meningkatnya tension.
d. Valance (valensi), adalah pengertian yang dipakai oleh Lewin untuk menggambarkan
sifat daripada lingkungan psikologis, yaitu nilai lingkungan psikologis itu bagi
pribadi.

e. Teori Psikologi Individual Dari Allport

Gordon Willard Allport lahir di Montezuma, Indiana pada tanggal 11 Novermber


1897, meninggal di Cambridge, Massachusetts, 9 Oktober 1967 pada umur 69 tahun, anak
bungsu dari 4 bersaudara (lelaki semua). Semasa kanak-kanak merasa beda dari orang lain
(permainan & minat). Setelah SMA mengikuti jalur pendidikan kakaknya Floyd (S1 & S2
Psikologi di Harvard).  Sang kakak terkenal di bidang psikologi sosial, Gordon tertarik
bidang psikologi kepribadian. Pernah berjumpa Freud setelah lulus kuliah S2  Setelah
menyelesaikan PhD mulai belajar kepribadian secara serius → profesor pertama yang
mengajar teori kepribadian di college  Allport dianggap “a trait theorist” karena dia percaya
bahwa tiap individu memiliki sejumlah trait yang mendominasi kepribadiannya (central
trait).
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori
Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik
dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu” gambaran kodrat manusia
adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif
dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan
dari teori Allport.

1. Definisi kepribadian
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari
system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau
khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian Allport juga

20
berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan
hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah
tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan
siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita. Dalam teori
Allport  juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak
melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh
Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.

2. Struktur Kepribadian
Traits adalah kunci dalam mendefinisikan strukur kepribadian menurut
Allport. Allport berpendapat bahwa pengertian-pengertian kebiasaan, traits, sikap, diri
(self) dan kepribadian itu masing-masing bermanfaat dan berbeda satu sama lain.
Allport menekankan pada trait, di mana ia menyatakan bahwa intensi itu berbeda dari
attitude, yang kemudian teori-teori Allport ini kemudian dinamakan “trait
psychology”. Disisi lain, tanggapan Allport mengenai temperamen juga berbeda dan
mendetail. Bagi Allport temperamen adalah konstitusi kejiwaan atau bagian dari jiwa
yang melalui darah dan memiliki hubungan dengan jasmaniah / biologis dan bersifat
hereditas, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta
kecepatan bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi
dan intensitat suasana hati; gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional.
Pada akhirnya, kontribusi terbesar Allport adalah teorinya mengenai Trait. Ia
mengklasifikasikan beberapa trait, dan merevisinya menurut perkembangan teorinya
sendiri. Dia berhasil membedakan antara trait sebagai hal yang dimiliki setiap
induvidu sebagai identitas dan attitude yang dimiliki setiap individu. Sumbangsih
terbesar Allport adalah pengembangan dan penarikan perhatian psikolog pada
kepribadian terutama dari perspektif bagaimana individu memandang dirinya sendiri.
a. Traits (Personality Traits)
Traits adalah kecenderungan (predisposisi) untuk merespon sesuatu dengan
cara yang sama pada berbagai stimulus yang berbeda. Trait bersifat konsisten.
Dengan kata lain traits merupakan proses mental/neuropsikis yang berkapasitas
dan mampu mengarahakan stimulus yang akan menghasilkan perilaku yang
adaptif atau ekspresif. Kepribadian terdiri dari tarait dan tipe (type). Trait sendiri
dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari
kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang

21
berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait.
Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality
yang lebih besar daripada trait.
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang
tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan
teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu: Trait merupakan pola
konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari
yang lain, sehingga: Trait relatif stabil dari waktu ke waktu Trait konsisten dari
situasi ke situasi Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama
kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: ada proses
adaptif adanya perbedaan kekuatan, dan kombinasi dari trait yang ada.
1. Kategori traits
a. Individual/personal traits/personal dispositions
Sifat yang konkret, mudah dikenali dan konsisten pada diri seseorang
yang dapat menggambarkan karakter asli mereka. Pada kenyataannya tidak
ada dua individu yang persis sama sifatnya.
b. Common traits
Sifat-sifat yang merupakan bagian dari budaya (dapat dipahami dan
dimiliki oleh hampir semua orang yang hidup dalam budaya
tersebut). Common traits  merupakan hasil dari dorongan sosial untuk
berperilaku dengan cara tertentu. Contoh:“introvert vs extrovert; liberal vs
konservatif.”
2. tipe-tipe traits
a. Central trait
Merupakan kecenderungan individu yang sangat khas/sering
berfungsi/mudah ditandai.  Ketika menggambarkan seseorang, cenderung
digunakan kata sifat yang mencerminkan central trait ini. Contoh:“pandai,
bodoh, liar, pemalu, culas, lamban.”
b. Secondary trait
Sifat yang tidak terlalu jelas, tidak terlalu umum/tidak terlalu konsisten
seperti  pilihan, sikap, sifat yang situational. Contoh:“Si C mudah marah
jika ada orang yang mencoba menggelitiknya.”
c. Cardinal trait

22
Ini adalah sifat  (sangat dominan) yang menggambarkan hidup mereka
karena perilaku individu biasanya terdorong/diatur oleh sifat ini.

3. Trait (sifat) Vs Habit (kebiasaan)


Trait lebih umum, baik dari stimulus maupun responnya. Sejumlah
habit dapat bergabung menjadi satu trait. Contoh:“A  sejak kecil dibiasakan
gosok gigi 2x sehari, cuci tangan sebelum makan dan sesudah ke toilet
dll  Sifat: cleanliness.”
4. Trait (sifat) Vs Attitude (Sikap)
 Attitude berhubungan dengan suatu objek khusus, sementara trait tidak.
 Attitude biasanya melibatkan penilaian (menerima/ menolak) terhadap
objek yang dihadapi, sebaliknya trait tidak.
Contoh:
Attitude: pro terhadap dosen a/ Guru a, kontra terhadap dosen b/ Guru
b
Trait : pemalu baik terhadap dosen a/ guru a maupun dosen b/Guru b.
5. Trait Vs Type
 Tipe menunjukkan perbedaan (buatan) yang tidak selalu cocok dengan
kenyataan, trait merupakan refleksi kenyataan yang ada pada individu.
 Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi
trait-habit-attitude yang secara teoritik dapat ditemui pada diri
seseorang
Contoh:“Siswa yang memiliki tipe introvert, mempunyai trait: pasif-
menolak mengikatkan diri dengan lingkungan eksternal
(kecenderungan umum), salah satu habitnya adalah duduk di tempat
terpisah/ menyendiri (kebiasaan khusus di kelas), dan attitude tidak
ramah, kurang bisa bergaul (mengandung penilaian).”

f. Teori stimulus-respons dari throndike


Edward lee thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis, namun ia telah
membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (1874-
1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun
1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. ketika disana, dia mengikuti

23
kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab.dia menerima bea
siswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. kemudian dia
tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940.Dan dia
menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study
of associationprocess in Animal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian
Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan
burung.yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh
Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar (learning) tidak lain sebenarnya adalah
asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon tertentu.Dalamusianya yang
menempuh 70 tahun, beliaumasihmembacahingga 20 jurnaldalamsehari.
Teori ini disebut dengan teori S-R. dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam
proses belajar, pertama kali organisme (Hewan, Orang) belajar dengan cara coba
salah (Trial end error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung
masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serentakan tingkah laku dari
kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu.
Berdasarkan pengalaman itulah, maka pada saat menghadapi masalah yang
serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus di keluarkannya untuk
memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu
tingkah laku tertentu. Seekor kucing misalnya, yang dimasukkan dalam kandang yang
terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainya sampai suatu
saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang
itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan
dalam kandang yang sama.

-Teori Belajar yang di Kemukakan Edward Leer Thorndike


Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh
pengaruh dari Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism”
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon.
Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat
bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya
terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan
orang dewasa.

24
Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edwar L.
Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ini
menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan
sangkar tadi. Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu
merupakan situasi stimulus yang merangsang kecil untuk bereaksi melepaskan diri dan
memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong,
mencakardan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang
ada di depannya. Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan
pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian
terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari
berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang
dikehendaki.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah


hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut “S-R
Bond Theory” dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan
“Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya
jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama
dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya
fenomena belajar.

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu
tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja dalam puzzle
box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan menampakkan gejala
belajar untuk keluar. Sehubung dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi
(seperti rasa lapar) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek positif atau


memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar

25
yang disebutlaw of effect. Artinya, jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan,
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus
dan respon tersebut.

Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa perubahan yaitu :

1. Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.


2. Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang dan malah
akhirnya kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi, begitu dimasukkan ke
dalam kotak, kucing langsung menyentuh engsel.

            Teori belajar yang dekemukakan Edward Lee Thorndike disebut


denganteori Connectionism atau dapat juga di sebut Trial andError Learning.

Ciri-ciri Belajar dengan Trial and error adalah :

1. Ada motif pendorong aktivitas


2. Ada berbagai respon terhadap situasi
3. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah
4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan

Hukum-hukum yang digunakan Edward L. THORNDIKE adalah hukum latihan dan hukum
efek. Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari searah ilmiah. Praktek
pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya mengajar yang baik
adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi apa yang akan diberikan, respon
apa yang akan diharapkan dan kapan harus memberi hadiah/ reward.

Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan pengajaran, yaitu:


1. perhatikan situasi murid
2. perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut
3. ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan
terjadi dengan sendirinya

26
4. situasi–situasi lain yang sama jangan diindahkan sekiranya dapat memutuskan
hubungan tersebut.
5. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan–hubungan
lain yang sejenis.
-Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike
Ada pun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3 hukum pokok, yaitu :
1. HukumLatihan(Law oF Exercise)
Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :
a. The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara
stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa
hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena
adanya latihan.
b. The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau
koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang pertama dalam belajar.
Makin sering suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah bahan pelajaran tersebut dalam
diri siswa. Pada prakteknya tentu diperlukan berbagai variasi, bukan ulangan sembarang
ulangan. Dan pengaturan waktu distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

2. Hukum Akibat (Law of Effect)


Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu :
a. suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas (menyenangkan) akan
cenderung diulang, sebaliknya suatu tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak
puas (tidak menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini menunjukkan
bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi perbuatan itu sendiri.
b. Dalam pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman.
Hadiah menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi perbuatan yang
menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan seseorang
menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.

c. Hukum Kesiapan (The law of readiness)

27
Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan sesuatu. Yang
dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk bertindak. Agar proses
belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan
organisme yang bersangkutan untuk melakukan belajar tersebut. Ada 3 keadaan yang
menunjukkan berlakunya hukum ini. Yaitu :
1. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila
organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kepuasan.
2. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan
organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut , maka organisme
akan mengalami kekecewaan.
3. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa
untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak
memuaskan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep


penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan Transfer of
Training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang
harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks
pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab
seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan dipelajarai tidak akan bermakna.

Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus berguna dan dapat
dipergunakan di luar sekolah. Misalnya, anak belajar membaca, maka keterampilan
membaca dapat digunakan untuk membaca apapun di luar sekolah, walaupun di sekolah
tidak diajarkan bagaimana membaca koran, tapi karena huruf-huruf yang diajarkan di
sekolah sama dengan huruf yang ada dalam koran, maka keterampilan membaca di
sekolah dapat ditransfer untuk membaca koran, untuk membaca majalah, atau membaca
apapun.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

29
Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga  mengharapkan kritik dan
saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.

30
DAFTAR PUSAKA

http://indonesiaindonesia.com/f/76872-faktor-faktor-kepribadian-sehat-sehat/

(Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020 Pukul 08.06)

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Arumwardani, Arie , Psikologi Kesehatan, Yogyakarta: Galangpress, 2011.

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2009.

Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Friedman, Howard. S. 2008. Kepribadian: Teori klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga

Pervin, Lawrence.A. 1984. Personality . New York: John Willy and Sons, INC

Samuel, William. 1981. Personality: Searching for the Human Behaviour. California:

31

Anda mungkin juga menyukai