MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas : 2 PGMI A
2022/2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nature
Secara etimologi nature diartikan sebagai karakteristik yang
melekat atau keadaan bawaan pada seseorang atau sesuatu, diarti- kan
juga sebagai kondisi alami atau sifat dasar manusia 1 . Dalam kajian
gender, term nature diartikan sebagai teori atau argumen yang
menyatakan bahwa perbedaan sifat antar gender tidak lepas dan bahkan
ditentukan oleh perbedaan biologis (seks). Disebut sebagai teori nature
karena menyatakan bahwa perbedaan lelaki dan wanita adalah natural
dan dari perbedaan alami tersebut timbul perbedaan bawaan berupa
atribut maskulin dan feminim yang melekat padanya secara alami. Jadi,
seharusnya dalam menyikapi perbedaan yang ada bukan dengan
menghilangkannya, melainkan dengan menghapus diskriminasi dan
mencipatakan hubungan yang serasi. 2
1 Lihat “nature” dalam Merriam-Webster, berasal dari Bahasa latin “natura” yang
berarti “dilahirkan.” Dipergunakan seja
2 Ibid., 101., caranya adalah dengan menyadarkan masing-masing jenis kelamin
agar menganggap sifat yang melekat padanya sebagai anugerah dan keagungan, tanpa
3 Ibid., 101., caranya adalah dengan menyadarkan masing-masing jenis kelamin
agar menganggap sifat yang melekat padanya sebagai anugerah dan keagungan, tanpa
3
penerimaan kembali konsep per- bedaan peran gender. Dibarengi dengan
konsep ekofeminisme, 4 argumentasi ini mampu membawa konsep nature
menjadi lebih dominan. Para penggagas teori ini bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan sosial, kesetaraan yang adil dalam
keragaman.
2. Nurture
Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan atau
pemeliharaan, pelatihan, serta akumulasi dari faktor-faktor lingkung an
yang mempengaruhi kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak. Termino lo gi
kajian gender memaknainya sebagai teori atau argumen yang
menyatakan bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminim bukan
ditentukan oleh perbedaan biologis, melainkan konstruk sosial dan
pengaruh faktor budaya. Dinamakan nurture karena faktor-faktor sosial
dan budaya menciptakan atribut gender serta membentuk stereotip dari
jenis kelamin tertentu, hal tersebut terjadi selama masa pengasuhan orang
tua atau masyarakat dan terulang secara turun-temurun. Karena adanya
faktor budaya di dalamnya, argumen ini seringkali juga disebut sebagai
konsep culture. Tradisi yang terus berulang kemudian membentuk kesan
di masyarakat bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang alami.
Perbedaan konstruk sosial dalam masyarakat mengakibatka n
relatifitas tolok ukur atribut maskulin dan feminim antar budaya. Sifat
tertentu yang dilekatkan pada suatu gender di suatu komunitas belum
tentu sama dengan yang lainnya5 . Dari sini feminis dan pegiat gender
mulai membedakan gender dengan seks dan menyimpulkan bahwa
gender dengan definisi barunya adalah sesuatu yang bisa berubah dan
4 Ibid., 181-183 dan 191-192. Konsep ini berkembang sebagai respon atas
“penghianatan” feminisme liberal dan sosialis serta menyeruhkan perempuan agar bangkit
melestarikan kualitas feminim. Salah satu tokohnya adalah Vandana Shiva (1991) dengan
konsep equality in diversity.
5 Ibid., dalam penelitiannya, Mead menemukan 3 suku di New Guinea yang
memiliki perbedaan sangat kontras dalam kebiasaan serta pembagian peran berdasar gender.
Itulah yang menjadi landasan teorinya.
4
dipertukarkan antar jenis kelamin. Perubahan dan pertukaran tersebut
menjadi mungkin karena perbedaan tempat, waktu, tingkat pendidikan,
kondisi fisik, orientasi seksual, dan lain sebagainya.
Definisi baru tersebut juga menjurus pada dekonstruksi norma
dan tatanan yang ada. Peraturan, kebiasaan, penilaian, dan perlakuan
yang di dalamnya terdapat perbedaan dan pembedaan antara lelaki dan
perempuan mulai dikaji ulang dengan sudut pandang feminisme dan
kesetaraan gender, dari sinilah muncul istilah-istilah semacam
ketimpangan gender, bias gender, hegemoni patriarki, sexisme, dan
misogini. Jadi, menurut mereka kesetaran secara kuantitatif dan
menyeluruh tanpa memandang jenis kelamin adalah satu-satunya solusi
dari perbedaan yang terjadi.
Perkembangan konsep ini tidak lepas dari peran tokoh-tokoh
pengusungnya. Di antaranya adalah Margaret Mead, Virginia Woolf,
Simone de Beauvoir, Sigmund Freud, Hilary M. Lips, Ann Oakley,
Nancy Chodorow, Judith Butler, dan lain-lain. Berbeda dengan teori
nature yang kebanyakan tokohnya adalah ilmuwan yang agamis, teori
nurture diusung oleh pakar ilmu- ilmu humaniora yang cenderung
humanis dan dekonstruktifis. 6 Perbedaan metodologi yang digunaka n
dan juga cara pandang antar tokoh dalam kedua konsep ini menyebabkan
perdebatan antara nature dan nurture belum menemukan titik temu dan
belum dapat diketahui yang mana pemenangnya.
Perdebatan antara dua konsep ini memiliki pengaruh dominan
dalam mewarnai pergerakan feminisme, begitu pula perbedaan dalam
memaknai term gender. Keduanya sudah berlangsung kurang lebih
selama 50 tahun. Penganut konsep nurture yang didominasi feminis
liberal dan sosialis mengklaim bahwa perkembangan teknologi kelak
justru akan mampu mem- buktikan bahwa faktor biologis tidak memilik i
6Lihat Bernice Lott dan Diane Maluso “Gender Development: Social Learning”
dalam Judith Worell (ed.), Encyclopedia of Women..., 537-550, terutama dalam point IV,Th e
Reconstruction of Gender.
5
peran dalam pem- bentukan karakteristik manusia serta menghilangka n
batas-batas gender dan jenis kelamin. Klaim berbeda diungkapka n
penganut konsep nature, menurut mereka feminis penganut nurture justru
merendahkan, merugikan, serta melenceng dari tujuan awal feminis me
dan kelak akan ditinggalkan oleh perempuan7 . Namun ada poin yang
menarik dari tiga belas agenda manifesto [feminis] gelombang ketiga,
salah satunya mengakui bahwa meskipun ada kemungkinan feminis
berseberangan pendapat, namun kesemuanya berbagi tujuan yang sama
yakni kesetaraan, dan saling mendukung sesama dalam usaha
memperoleh kekuatan untuk menciptakan pilihan 8 . Jadi, seharusnya
kedua konsep ini tetap harus dikaji lebih mendalam, bukan secara
sertamerta diterima.
Feminism, and the Future (United Status. 2000)” dalam Estelle B. Freedm
6
pendidikan anak. Pada hakekatnya aliran Nativisme memiliki pandangan
bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. jika anak
memiliki bakat jahat dari lahir, ia kan menjadi jahat, dan sebaliknya jika
anak memiliki bakat baik, maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak
yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi
perkembangan anak itu sendiri.
Faktor nature atau genetika (hereditas) merupakan totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala
9 potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) seluruh
bawaan heredinitas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx)
dari ibu dan 23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom
tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan
psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan sebagai periode yang kritis dalam perkembangan
kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan
polapola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemampuankemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individ u
terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap
kepribadian sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi
gen secara langsung adalah:
1. Kualitas sistem syaraf
2. Keseimbangan biokimia tubuh
3. Struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam
kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah:
1. Sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik,
intelegensi dan tempramen,
7
2. Membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi
lingkungan sangat kondusif), dan
3. Mempengaruhi keunikan kepribadian
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan
kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan sosial
8
yang lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah
lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran
lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkunga n
pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang
tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkunga n
keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia.
Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu utama
terhadap perkembangan anak. Alasan tentang pentingnya peranan
keluarga bagi perkembangan anak adalah: (a) keluarga merupakan
kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (b)
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenal nilai-nila i
kehidupan kepada anak, (c) orang tua dan anggota keluarga lainnya
"Significant People" bagi perkembangan kepribadian anak, (d) keluarga
sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi),
baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis, dan (e) anak
banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Menurut Hammer dan Turner (Adiasri T.A., 2008:8) peranan
orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah:
1. Pada masa bayi berperan sebagi perawat (caregiver)
2. Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung (protector)
3. Pada usia pra-sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
4. Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
5. Pada masa pra-remaja dan remaja berperan sebagai konselor
(counselor)
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatiha n
dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangka n
potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritua l,
intelektual, emosional, sosial maupun fisik-motoriknya. Hurlock
9
(1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam secara berpikir,
bersikap, maupun berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitus i
keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua.
10
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa positif atau
negatif. Berpengaruh positif apabila para anggota kelompok itu memilik i
sikap dan perilaku positif atau berakhlak mulia. Sementara yang negatif
apabila para anggota kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang
memiliki tata krama, atau berakhlak buruk.
Terkait dengan pengaruh negatif dari kelompok sebaya terhadap
anak, Healy dan Browner menemukan bahwa 67 persen dari 3.000 anak
nakal di Chicago ternyata karena mendapat pengaruh dari teman
sebayanya.
4. Masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat berperan membentuk karakter
anak. Misalnya lingkungan tempat tinggal di asrama polisi atau tentara,
anak-anak yang tinggal disana cenderung lebih berani karena mereka
merasakan adanya label dari orangtuanya. Mereka juga besikap lebih
semena-mena kepada teman-temannya yang lain. Lingkungan yang
seperti ini akan membentuk karakter anak menjadi keras, pribadi yang
galak, apa yang dia inginkan harus segera terlaksana. Ataupun dengan
memilih tinggal di tengah-tengah kota besar, yang mana sesama tetangga
tak saling mengenal satu sama lain, lingkungan yang seperti ini dapat
membentuk karakter yang tidak baik juga pada anak, anak jadi terbiasa
untuk tidak peka terhadap orang lain, merasa tidak memerlukan orang
lain dalam hidupnya, sikap individualismenya juga akan sangat terlihat.
Lingkungan masyarakat juga dapat berpengaruh sebaliknya yaitu
berpengaruh baik bagi anak. Misalnya dengan memilih tinggal disebuah
perkampungan di pinggiran kota. Yang di lingkungan tersebut terdapat
masjid, para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegia ta n
syiar agama untuk masyarakat sekitar, baik orangtua, remaja bahkan
anak- anak kecil. Suasana lingkungan menjadi hidup, dinamis, agamis,
harmonis serta menyenangkan hati masyarakat yang tinggal di
lingkungan tersebut. Anak-anakpun terbentuk karakter yang sopan
11
santun, beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang berjiwa
sosial. Kondisi masyarakat yang kumuh dan serba kekurangan akan
sangat mempengaruhi aktifitas dan semangat belajar siswa.
5. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau
mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa
juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan
adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuha n
dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku
seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat
berpengaruh adalah media massamassa saat ini berkembang semakin
canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa
dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televis i
sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang
dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya. Media.Salah satu
media massa yang dewasa ini sangat menarik perhatian warga
masyarakat khususnya anak-anak adalah televisi. Televisi sebagai media
massa elektronik mempunyai misi untuk memberikan informas i,
pendidikan dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi ini,
televisi bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat
(termasuk anak-anak) karena melalui tayangan yang disajikan mereka
memperoleh:
1. Berbagai informasi yang dapat memperluas wawasan
pengetahuan tentang berbagai aspek kehidupan.
2. Hiburan, baik yang berupa film maupun musik.
3. Pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama.
12
D. Determinasi Faktor Nature dan Nurture Dalam Perkembangan
Aspek-aspek Psikofisik Individu Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan
13
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar
benihbenih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih
yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang. 10
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik
maupun psikis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia, misalnya warisan yang dibawa sejak lahir, lingkunga n
kematangan fungsi organis dan psikis yang didorong oleh suatu kekuatan
dari dalam, serta aktivitas manusia sebagai subjek yang berkemauan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan terutama pada lingk ungan keluarga karena
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenal nilainila i
kehidupan kepada anak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lippa, Richard A. 2005. Gender, Nature, and Nurture. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates Inc, Ed. II.
Plomin, Robert & Gerald E. McClearn, (ed.). 1993. Nature, Nurture, & Psychology.
Washington DC: American Psychological Association.
Baharudin H. 2009. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis
terhadap Fenomena.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.
Makmum, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan.
Bandung: PT Rosdakarya.
16