Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Riris Eka Setiani M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Afan Dana Saputra 224110405002

2. Nadia Amelia 224110405029

3. Novita Zul Anggraeni 224110405033

4. Pipit Rasmala Dewi 224110405034

Kelas : 2 PGMI A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Psikologi, yang membahas mengenai pasar, uang, dan lembaga
keuangan. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menamba h
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusuna n
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 15 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Faktor Nature Dan Faktor Nurture .............................................. 3


B. Pengaruh Faktor Nature Terhadap Perkembangan ........................................ 6
C. Pengaruh Faktor Nurture Terhadap Perkembangan ...................................... 8
D. Determinasi Faktor Nature dan Nurture Dalam Perkembangan Aspek-Aspek
Psikofisik Individu Serta Implikasinya Dalam Pendidikan.............................. 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 15

A. Kesimpulan .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa hereditas


(nature) tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh
melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersbut
menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut)
dan psikis dan sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).
Hereditas (nature) merupakan aspek individu yang bersifat
bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh
perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas
perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas (nature) dan
lingkungan (nurture) yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan
faktor penting disamping hereditas (nature) yang menentuka n
perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan
religius. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai makna hereditas (nature) dan lingkungan (nurture).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian faktor nature dan faktor nurture


2. Bagaimana pengaruh faktor nature terhadap perkembangan?
3. Bagaimana pengaruh faktor nurture terhadap perkembangan?
4. Bagaimana determinasi faktor nature dan nurture dalam
perkembangan aspek-aspek psikofisik individu serta implikas inya
dalam pendidikan?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian faktor nature dan faktor nurture


2. Mengetahui pengaruh faktor nature terhadap perkembangn
3. Mengetahui pengaruh faktor nurture terhadap perkembangan
4. Mengetahui determinasi faktor nature dan nurture dalam
perkembangan aspek-aspek psikofisik individu serta implikas inya
dalam pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Faktor Nature Dan Faktor Nurture

1. Nature
Secara etimologi nature diartikan sebagai karakteristik yang
melekat atau keadaan bawaan pada seseorang atau sesuatu, diarti- kan
juga sebagai kondisi alami atau sifat dasar manusia 1 . Dalam kajian
gender, term nature diartikan sebagai teori atau argumen yang
menyatakan bahwa perbedaan sifat antar gender tidak lepas dan bahkan
ditentukan oleh perbedaan biologis (seks). Disebut sebagai teori nature
karena menyatakan bahwa perbedaan lelaki dan wanita adalah natural
dan dari perbedaan alami tersebut timbul perbedaan bawaan berupa
atribut maskulin dan feminim yang melekat padanya secara alami. Jadi,
seharusnya dalam menyikapi perbedaan yang ada bukan dengan
menghilangkannya, melainkan dengan menghapus diskriminasi dan
mencipatakan hubungan yang serasi. 2

Teori nature akrab dengan ilmuwan klasik dan religius.


Terkadang teori ini juga dikaitkan dengan Rousseau, Kant, dan Hegel,
namun yang dianggap sebagai peletak dasar teori ini secara ilmiah adalah
Charles Darwin 3 dan didukung oleh Teori Hereditas Gregor Mendel.
Dalam kajian gender, teori ini dipopulerkan oleh Carol Gilligan dan Alice
Rossi yang pada akhirnya membelokkan diskursus feminisme ke arah
biological essentialism pasca tahun 1980-an yang ditandai dengan

1 Lihat “nature” dalam Merriam-Webster, berasal dari Bahasa latin “natura” yang
berarti “dilahirkan.” Dipergunakan seja
2 Ibid., 101., caranya adalah dengan menyadarkan masing-masing jenis kelamin

agar menganggap sifat yang melekat padanya sebagai anugerah dan keagungan, tanpa
3 Ibid., 101., caranya adalah dengan menyadarkan masing-masing jenis kelamin

agar menganggap sifat yang melekat padanya sebagai anugerah dan keagungan, tanpa

3
penerimaan kembali konsep per- bedaan peran gender. Dibarengi dengan
konsep ekofeminisme, 4 argumentasi ini mampu membawa konsep nature
menjadi lebih dominan. Para penggagas teori ini bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan sosial, kesetaraan yang adil dalam
keragaman.

2. Nurture
Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan atau
pemeliharaan, pelatihan, serta akumulasi dari faktor-faktor lingkung an
yang mempengaruhi kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak. Termino lo gi
kajian gender memaknainya sebagai teori atau argumen yang
menyatakan bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminim bukan
ditentukan oleh perbedaan biologis, melainkan konstruk sosial dan
pengaruh faktor budaya. Dinamakan nurture karena faktor-faktor sosial
dan budaya menciptakan atribut gender serta membentuk stereotip dari
jenis kelamin tertentu, hal tersebut terjadi selama masa pengasuhan orang
tua atau masyarakat dan terulang secara turun-temurun. Karena adanya
faktor budaya di dalamnya, argumen ini seringkali juga disebut sebagai
konsep culture. Tradisi yang terus berulang kemudian membentuk kesan
di masyarakat bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang alami.
Perbedaan konstruk sosial dalam masyarakat mengakibatka n
relatifitas tolok ukur atribut maskulin dan feminim antar budaya. Sifat
tertentu yang dilekatkan pada suatu gender di suatu komunitas belum
tentu sama dengan yang lainnya5 . Dari sini feminis dan pegiat gender
mulai membedakan gender dengan seks dan menyimpulkan bahwa
gender dengan definisi barunya adalah sesuatu yang bisa berubah dan

4 Ibid., 181-183 dan 191-192. Konsep ini berkembang sebagai respon atas
“penghianatan” feminisme liberal dan sosialis serta menyeruhkan perempuan agar bangkit
melestarikan kualitas feminim. Salah satu tokohnya adalah Vandana Shiva (1991) dengan
konsep equality in diversity.
5 Ibid., dalam penelitiannya, Mead menemukan 3 suku di New Guinea yang

memiliki perbedaan sangat kontras dalam kebiasaan serta pembagian peran berdasar gender.
Itulah yang menjadi landasan teorinya.

4
dipertukarkan antar jenis kelamin. Perubahan dan pertukaran tersebut
menjadi mungkin karena perbedaan tempat, waktu, tingkat pendidikan,
kondisi fisik, orientasi seksual, dan lain sebagainya.
Definisi baru tersebut juga menjurus pada dekonstruksi norma
dan tatanan yang ada. Peraturan, kebiasaan, penilaian, dan perlakuan
yang di dalamnya terdapat perbedaan dan pembedaan antara lelaki dan
perempuan mulai dikaji ulang dengan sudut pandang feminisme dan
kesetaraan gender, dari sinilah muncul istilah-istilah semacam
ketimpangan gender, bias gender, hegemoni patriarki, sexisme, dan
misogini. Jadi, menurut mereka kesetaran secara kuantitatif dan
menyeluruh tanpa memandang jenis kelamin adalah satu-satunya solusi
dari perbedaan yang terjadi.
Perkembangan konsep ini tidak lepas dari peran tokoh-tokoh
pengusungnya. Di antaranya adalah Margaret Mead, Virginia Woolf,
Simone de Beauvoir, Sigmund Freud, Hilary M. Lips, Ann Oakley,
Nancy Chodorow, Judith Butler, dan lain-lain. Berbeda dengan teori
nature yang kebanyakan tokohnya adalah ilmuwan yang agamis, teori
nurture diusung oleh pakar ilmu- ilmu humaniora yang cenderung
humanis dan dekonstruktifis. 6 Perbedaan metodologi yang digunaka n
dan juga cara pandang antar tokoh dalam kedua konsep ini menyebabkan
perdebatan antara nature dan nurture belum menemukan titik temu dan
belum dapat diketahui yang mana pemenangnya.
Perdebatan antara dua konsep ini memiliki pengaruh dominan
dalam mewarnai pergerakan feminisme, begitu pula perbedaan dalam
memaknai term gender. Keduanya sudah berlangsung kurang lebih
selama 50 tahun. Penganut konsep nurture yang didominasi feminis
liberal dan sosialis mengklaim bahwa perkembangan teknologi kelak
justru akan mampu mem- buktikan bahwa faktor biologis tidak memilik i

6Lihat Bernice Lott dan Diane Maluso “Gender Development: Social Learning”
dalam Judith Worell (ed.), Encyclopedia of Women..., 537-550, terutama dalam point IV,Th e
Reconstruction of Gender.

5
peran dalam pem- bentukan karakteristik manusia serta menghilangka n
batas-batas gender dan jenis kelamin. Klaim berbeda diungkapka n
penganut konsep nature, menurut mereka feminis penganut nurture justru
merendahkan, merugikan, serta melenceng dari tujuan awal feminis me
dan kelak akan ditinggalkan oleh perempuan7 . Namun ada poin yang
menarik dari tiga belas agenda manifesto [feminis] gelombang ketiga,
salah satunya mengakui bahwa meskipun ada kemungkinan feminis
berseberangan pendapat, namun kesemuanya berbagi tujuan yang sama
yakni kesetaraan, dan saling mendukung sesama dalam usaha
memperoleh kekuatan untuk menciptakan pilihan 8 . Jadi, seharusnya
kedua konsep ini tetap harus dikaji lebih mendalam, bukan secara
sertamerta diterima.

B. Pengaruh Faktor Nature Terhadap Perkembangan

Faktor nature adalah faktor bawaan yang diwariskan orang tua


kepada anaknya. Faktor ini merefleksikan sebuah aliaran yang disebut
dengan aliran ‘Nativisme’. Nativisme berasal dari kata Nativus yang
berarti kelahiran. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir)
sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu
pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran
Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang
hidup tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkunga n
sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan

7 Sebagaimana dikutip Megawangi dari Kaminer (1993: 59), kepercayaan pada


stereotip gender yang bukan karena faktor kodrati (alam), is at least ten years out of date.
Lihat Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda..., 102.
8 Lihat Jennifer Baumgardner dan Amy Richards “Manifesta: Young Women,

Feminism, and the Future (United Status. 2000)” dalam Estelle B. Freedm

6
pendidikan anak. Pada hakekatnya aliran Nativisme memiliki pandangan
bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. jika anak
memiliki bakat jahat dari lahir, ia kan menjadi jahat, dan sebaliknya jika
anak memiliki bakat baik, maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak
yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi
perkembangan anak itu sendiri.
Faktor nature atau genetika (hereditas) merupakan totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala
9 potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) seluruh
bawaan heredinitas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx)
dari ibu dan 23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom
tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan
psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan sebagai periode yang kritis dalam perkembangan
kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan
polapola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemampuankemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individ u
terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap
kepribadian sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi
gen secara langsung adalah:
1. Kualitas sistem syaraf
2. Keseimbangan biokimia tubuh
3. Struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam
kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah:
1. Sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik,
intelegensi dan tempramen,

9 Makmun, Abu Syamsudin. 2007,psikologi Kependidikan. Bandung: PT Rosdakarya

7
2. Membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi
lingkungan sangat kondusif), dan
3. Mempengaruhi keunikan kepribadian

D. Pengaruh Faktor Nurture Pada Perkembangan

Faktor nurture adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan


individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau
pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘Empirisme’ yang
menjadikan faktor lingkungan atau pendidikan maha kuasa dalam
menentukan perkembangan seorang individu. Tokoh alran ini adalah
John Locke.
Nurture mengacu pada kondisi lingkungan dan yang mendukung
pengembangan. tanaman membutuhkan sinar matahari, air, dan suhu
yang tepat untuk tumbuh-dan dibantu bantu seseorang untuk menarik
rumput liar di sekitarnya dan menambahkan pupuk. Anak-anak juga perlu
dipupuk: mereka membutuhkan cinta dan dukungan dari orang tua,
saudara, keluarga, guru, teman sebaya, dan orang lain, hal tersebut
penting dalam hidup mereka. Anak-anak bisa sangat dipengaruhi oleh
bagaimana orang-orang membina mereka. Lingkungan adalah
keseluruhan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau
kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu.
Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut adalah
lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan media
massa.

1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan
kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan sosial

8
yang lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah
lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran
lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkunga n
pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang
tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkunga n
keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia.
Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu utama
terhadap perkembangan anak. Alasan tentang pentingnya peranan
keluarga bagi perkembangan anak adalah: (a) keluarga merupakan
kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (b)
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenal nilai-nila i
kehidupan kepada anak, (c) orang tua dan anggota keluarga lainnya
"Significant People" bagi perkembangan kepribadian anak, (d) keluarga
sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi),
baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis, dan (e) anak
banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Menurut Hammer dan Turner (Adiasri T.A., 2008:8) peranan
orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah:
1. Pada masa bayi berperan sebagi perawat (caregiver)
2. Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung (protector)
3. Pada usia pra-sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
4. Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
5. Pada masa pra-remaja dan remaja berperan sebagai konselor
(counselor)

2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatiha n
dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangka n
potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritua l,
intelektual, emosional, sosial maupun fisik-motoriknya. Hurlock

9
(1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam secara berpikir,
bersikap, maupun berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitus i
keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua.

3. Kelompok Teman Sebaya ( Peer Group )


Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak
mempunyai peran yang cukup penting bagi perkembangan dirinya.
Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk
belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerjasama), belajar
menyatakan pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang
normanorma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaa n
sosial. Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan
lebih luas untuk mengadakan hubungan- hubungan dengan teman-tema n
sebayanya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur
yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungk ina n
melakukan hubungan- hubungan dalam suasana bermain.
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai
pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-
sikap menguasai anak-anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-
pola sikap atau pola-pola kepribadian. Konflik-konflik terjadi pada anak
bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan normanor ma
yang ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin
mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di rumah,
sedangkan di pihak lain lingkungan menuntut si anak untuk
memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang
sudah ada, atau sebaliknya.
Makin kecil kelompoknya, di mana hubungan-hubungan erat
terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu terhadap anak, bila
dibandingkan dengan kelompok yang besar yang anggota-anggo ta
kelompoknya tidak tetap

10
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa positif atau
negatif. Berpengaruh positif apabila para anggota kelompok itu memilik i
sikap dan perilaku positif atau berakhlak mulia. Sementara yang negatif
apabila para anggota kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang
memiliki tata krama, atau berakhlak buruk.
Terkait dengan pengaruh negatif dari kelompok sebaya terhadap
anak, Healy dan Browner menemukan bahwa 67 persen dari 3.000 anak
nakal di Chicago ternyata karena mendapat pengaruh dari teman
sebayanya.

4. Masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat berperan membentuk karakter
anak. Misalnya lingkungan tempat tinggal di asrama polisi atau tentara,
anak-anak yang tinggal disana cenderung lebih berani karena mereka
merasakan adanya label dari orangtuanya. Mereka juga besikap lebih
semena-mena kepada teman-temannya yang lain. Lingkungan yang
seperti ini akan membentuk karakter anak menjadi keras, pribadi yang
galak, apa yang dia inginkan harus segera terlaksana. Ataupun dengan
memilih tinggal di tengah-tengah kota besar, yang mana sesama tetangga
tak saling mengenal satu sama lain, lingkungan yang seperti ini dapat
membentuk karakter yang tidak baik juga pada anak, anak jadi terbiasa
untuk tidak peka terhadap orang lain, merasa tidak memerlukan orang
lain dalam hidupnya, sikap individualismenya juga akan sangat terlihat.
Lingkungan masyarakat juga dapat berpengaruh sebaliknya yaitu
berpengaruh baik bagi anak. Misalnya dengan memilih tinggal disebuah
perkampungan di pinggiran kota. Yang di lingkungan tersebut terdapat
masjid, para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegia ta n
syiar agama untuk masyarakat sekitar, baik orangtua, remaja bahkan
anak- anak kecil. Suasana lingkungan menjadi hidup, dinamis, agamis,
harmonis serta menyenangkan hati masyarakat yang tinggal di
lingkungan tersebut. Anak-anakpun terbentuk karakter yang sopan

11
santun, beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang berjiwa
sosial. Kondisi masyarakat yang kumuh dan serba kekurangan akan
sangat mempengaruhi aktifitas dan semangat belajar siswa.

5. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau
mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa
juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan
adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuha n
dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku
seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat
berpengaruh adalah media massamassa saat ini berkembang semakin
canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa
dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televis i
sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang
dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya. Media.Salah satu
media massa yang dewasa ini sangat menarik perhatian warga
masyarakat khususnya anak-anak adalah televisi. Televisi sebagai media
massa elektronik mempunyai misi untuk memberikan informas i,
pendidikan dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi ini,
televisi bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat
(termasuk anak-anak) karena melalui tayangan yang disajikan mereka
memperoleh:
1. Berbagai informasi yang dapat memperluas wawasan
pengetahuan tentang berbagai aspek kehidupan.
2. Hiburan, baik yang berupa film maupun musik.
3. Pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama.

12
D. Determinasi Faktor Nature dan Nurture Dalam Perkembangan
Aspek-aspek Psikofisik Individu Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan

Dalam perkembangan individu, faktor nature dan nurture adalah


penentu perkembangan aspek-aspek psikofisik individu. Aspek-aspek
perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa,
moral, dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum
lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya
pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan
situasi baru atau lingkungan pada umumnya. jadi anak lahir di dunia ini
telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi,faktor pembawaan
dan lingkungan sama-sama berperan penting. Ini sesuai dengan aliran
‘Konvergensi’ yang di bawakan oleh William Stem (1871-1939).
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan
bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilka n
perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik
yang dibawa anak. Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap
bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat
dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa
besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang
pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan
hidupnya dipengaruhi oleh bakat atau pembawaan dan lingkungan atau
dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih- benih tertentu dan
bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh
W. Stern.

13
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar
benihbenih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih
yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang. 10

10 Makmun, Abi syamsudin, 2007, Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Rosdakarya

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik
maupun psikis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia, misalnya warisan yang dibawa sejak lahir, lingkunga n
kematangan fungsi organis dan psikis yang didorong oleh suatu kekuatan
dari dalam, serta aktivitas manusia sebagai subjek yang berkemauan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan terutama pada lingk ungan keluarga karena
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenal nilainila i
kehidupan kepada anak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lippa, Richard A. 2005. Gender, Nature, and Nurture. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates Inc, Ed. II.
Plomin, Robert & Gerald E. McClearn, (ed.). 1993. Nature, Nurture, & Psychology.
Washington DC: American Psychological Association.
Baharudin H. 2009. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis
terhadap Fenomena.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.
Makmum, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan.
Bandung: PT Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai