Anda di halaman 1dari 10

TABIAT

Disusun Oleh
BERIHATI ZEGA
TRI GIDEON VOREVER ZEGA
MEI ANDANI TELAUMBANUA
Dosen Pengasuh
YASOKHI GEA, M.Pd

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI NIAS


TAHUN PENGAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gunungsitoli, 12 November
2022

Kelompok
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar belakang......................................................................................................................4
a) Rumusan Masalah............................................................................................................4
b) Tujuan Masalah................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
A. Pengertian Tabiat.................................................................................................................5
B. Faktor yang menyebabkan Tabiat seseorang terbentuk.......................................................6
1. Teori psikoseksual Sigmund Freud....................................................................................6
2. Teori struktur kepribadian Sigmund Freud.......................................................................6
3. Teori psikososial Erik Erikson............................................................................................7
4. Teori kognitif Jean Piaget..................................................................................................7
5. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg...............................................................7
C. Tabiat orang Kristen dalam hidup bermasyrakat..................................................................8
1) Pendidikan dan Pengajaran dalam Perjanjian Lama.........................................................8
2) Pendidikan dan Pengajaran di Perjanjian Baru.................................................................9
BAB III.................................................................................................................................................10
PENUTUP........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Daftar Pustaka....................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang


terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikr, bersikap, dan bertindak. Karaktrer
merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Karakter
merupakan cara berpikir, berperilaku dan bertindak yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara (Wibowo, 2013:14).

a) Rumusan Masalah

A. Apa itu Tabiat?


B. Apa Faktor yang menyebabkan Tabiat seseorang terbentuk?
C. Apa Tabiat orang Kristen dalam hidup bermasyrakat?

b) Tujuan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Tabiat.


2. Mengenal penyebab terbentuknya Tabiat seseorang.
3. Menjalaskan Tabiat orang Kristen.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabiat
karakter menurut Gulo W. Gulo mengatakan, karakter dapat dilihat dari
kepribadian seseorang baik dari segi titik moral maupun tolak etisnya. Contoh,
kejujuran. Karakter kejujuran diperoleh dari nilai-nilai moral yang ditanamankan
oleh masing-masing keluarga, begitu pula dengan nilai sopan santun lainnya. Oleh
sebab itu, keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk karakter seseorang,
karena karakter bukan gen atau bawaan melainkan pengajaran dari orang tua.
Biasanya karakter berkaitan erat dengan sifat-sifat yang menetap pada seseorang.
Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungn dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkugan dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Gunawan, 2014: 3-4).
Menurut Nasir (2013:13) karakter adalah nilai-nilai keutamaan yang melekat pada
setiap individu warga negara dan kemudian mengejewantah sebagai personalitas
dan identitas kolektif bangsa. Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli,
dapat dikatakan bahwa karakter merupakan standar atau norma dan sistem nilai
yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi
nilai-nilai luhur yang pada akhirnya terwujud di dalam perilaku.
Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungn dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkugan dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Gunawan, 2014: 3-4).
Menurut Nasir (2013:13) karakter adalah nilai-nilai keutamaan yang melekat pada
setiap individu warga negara dan kemudian mengejewantah sebagai personalitas
dan identitas kolektif bangsa. Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli,
dapat dikatakan bahwa karakter merupakan standar atau norma dan sistem nilai
yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi
nilai-nilai luhur yang pada akhirnya terwujud di dalam perilaku.

B. Faktor yang menyebabkan Tabiat seseorang terbentuk


Teori faktor pembentuk kepribadian
Banyak teori yang menjelaskan tentang bagaimana terbentuknya karakter
seseorang. Terlebih, tidak ada orang yang memiliki karakter benar-benar serupa.
Semuanya unik.Untuk menjelaskan keunikan ini, berikut beberapa teori yang
pernah ada:
1. Teori psikoseksual Sigmund Freud
Sigmund Freud pernah menggagas konsep yang cukup kontroversial seputar
perkembangan psikoseksual manusia. Menurutnya, karakter berkembang dalam
tahapan yang berkaitan erat dengan zona erogenik. Ini adalah zona yang sensitif
terhadap rangsangan.Ketika seseorang gagal memenuhi tahapan ini, sangat
mungkin terjadi masalah kepribadian saat tumbuh dewasa. Hingga kini, teori Freud
yang satu ini termasuk salah satu yang menuai kontroversi.
2. Teori struktur kepribadian Sigmund Freud
Masih dari Sigmund Freud, pakar asal Austria ini membuat konsep
bagaimana struktur kepribadian seseorang. Menurutnya, pendorong utama dari
perilaku seseorang adalah libido. Energi ini menjadi penggerak komponen
pembentuk kepribadian yaitu id, ego, dan superego.Konsep id, ego, dan superego
begitu populer meski menuai banyak kritik dari peneliti lain. Menurut Freud, adanya
tiga aspek ini membentuk karakter manusia.Secara singkat, id adalah bagian dari
karakter yang ada sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Ego berfungsi
mengendalikan id sehingga bisa berperilaku secara realistis. Sementara superego
melibatkan lebih banyak aspek seperti moral, nilai-nilai, dan juga konsep ideal
menurut budaya dan orangtua.
3. Teori psikososial Erik Erikson
Hingga kini, 8 tahapan perkembangan manusia milik Erik Erikson adalah
salah satu yang paling terkenal di dunia psikologi. Erikson fokus pada bagaimana
hubungan sosial menjadi faktor pembentuk kepribadian yang utama. Tak hanya itu,
apa yang terjadi di masa kecil seseorang turut membentuk sosoknya hingga seumur
hidup. Pada tiap tahapan teori psikososial Erikson, manusia yang bisa melewati tiap
tahapan dengan sukses akan menguasai kepribadian tertentu. Sebaliknya jika gagal
melewatinya, bisa terjadi krisis yang berpengaruh terhadap kehidupannya seumur
hidup.
4. Teori kognitif Jean Piaget
Jean Piaget pernah menggagas teori perkembangan kognitif yang tak kalah
populer. Ide utamanya adalah bahwa anak-anak berpikir dengan cara berbeda dari
orang dewasa.Menurutnya, anak-anak melewati 4 tahapan yang sangat
berpengaruh pada perubahan pola pikirnya. Mulai dari bagaimana anak-anak
berpikir tentang dirinya sendiri, orang lain, dan juga dunia di sekitarnya. Ini adalah
aspek yang berpengaruh sebagai faktor pembentuk kepribadian.

5. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg


Teori lain datang dari Lawrence Kohlberg yang fokus pada bagaimana pola
pikir manusia berkaitan dengan moral. Mengacu pada proses yang digagas Piaget,
namun Kohlberg mengembangkan teorinya menjadi enam tahapan berbeda.Ada
banyak alasan yang membuat teori Kohlberg dikritik. Salah satu sorotan utama
adalah karena teori ini tidak mengakomodasi perbedaan gender dan budaya secara
seimbang. Meski demikian, teori ini termasuk salah satu yang diperhitungkan dalam
dunia psikologi.
Kepribadian seseorang melibatkan tak hanya karakter yang terbawa sejak lahir,
namun juga perkembangan kognitif. Tak hanya itu, pola perilaku ini juga turut
membentuk bagaimana seseorang berpikir dan bertindak.

C. Tabiat orang Kristen dalam hidup bermasyrakat

a. Pendidikan dan Pengajaran Menurut Alkitab

Pendidikan Agama Kristen (PAK), tentu nanti mulai dilaksanakan sejak gereja
berdiri. Namun ketika berbicara pendidikan dan pengajaran menurut Alkitab, yang
dimaksud adalah bagaimana alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
menyajikan kepada kita tentang tradisi pengajaran serta makna-makna teologisnya.

1) Pendidikan dan Pengajaran dalam Perjanjian Lama

Di dalam Alkitab Perjanjian Lama (PL), Allah menjadi pusat pengetahuan.


Sejak semula dalam dunia cerita Israel, yang dapat ditemukan di kitab Kejadian
misalnya, pengetahuan itu adalah 7 pemberian Allah bagi manusia. Namun manusia
diminta untuk menanggapinya secara aktif (Kej 2:9, 27). Allah menciptakan manusia
dengan kemampuan akali dan intuisinya untuk secara aktif berpengatahuan.
Pengetahuan diperoleh dari sebuah proses aktif mencari tahu, belajar dan refleksi.
Dengan pengetahuan yang bersumber dari Allah manusia dapat mengetahui mana
yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang harus dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Pendidikan dan pengajaran, menurut PL adalah untuk
membuat umat memiliki pengetahuan yang benar sehingga memperoleh hikmat
dan kebijaksanaan. Pengetahuan dan hikmat diperoleh dari pendidikan dan
pengajaran yang berpusat kepada Allah. Pengamasal sangat jelas merumuskan
hakekat pendidikan dan pengajaran itu. “TUHANlah yang memberikan hikmat; dari
Dialah manusia mendapat pengetahuan dan pengertian. Kepada orang yang tulus
dan tak bercela, diberikan-Nya pertolongan dan perlindungan. TUHAN menjaga
orang- 8 orang yang berlaku adil, dan melindungi mereka yang mencintai Dia.(Ams.
2:6-8). Pengetahuan dalam pendidikan dan pengajaran dalam PL adalah kebenaran
akan pengenalan Allah dan juga panggilan untuk kemanusiaan. Pengenalan Allah
yang benar mendatangkan solidaritas dan tanggung jawab untuk kehidupan
bersama. Pendidikan agama Israel yang menggunakan ‘buku teks’ Taurat dan
pengalaman kehidupan sebagai bangsa, mengajarkan tentang pengetahuan yang
benar tentang Allah. Homrighausen menuliskan, seluruh pendidikan dalam
keluarga-keluarga dan komunitas Israel bersifat agama. Hal ini karena kehidupan
bangsa Israel keseluruhannya dikuasai oleh agama. Agama begitu penting dalam
kehidupan sosial, politik hingga penataan rumah tangga. Pendidikan dan pengajaran
dimulai dari keluarga, kemudian pada kebaktian-kebaktian umum.

2) Pendidikan dan Pengajaran di Perjanjian Baru

Apabila kita memperhatikan dan merunut secara cermat, maka PAK dalam
Perjanjian Baru tidak terlepas dari pendidikan dan pengajaran di dalam Perjanjian
Lama. Sebab tema-tema yang terkandung, baik di dalam PL maupun PB, berkisah
mengenai karya keselamatan Allah kepada manusia yang berdosa. PL menyatakan
karya keselamatan Allah melalui pengajaran hukum-hukum Allah dan kurban
(sebagai cerminan dari penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus). Kemudian PB
menyatakan, pengajaran berpusat pada pribadi Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan
Juruselamat manusia yang berdosa. Oleh karena itu, pendidikan agama Kristen
memiliki pusat pengajaran, yaitu Yesus Kristus. Perjanjian Baru menampilkan dua
tokoh yang yang oleh gereja kemudian menjadikannya sebagai dasar pendidikan
agama Kristen. Dua tokoh tersebut adalah Yesus dan Paulus yang disebut sebagai
rabi bagi bangsanya. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Guru Agung. Sebagai
guru, Yesus memusatkan semua pengajarannya kepada Bapa di surga. Pengajaran
adalah untuk mengetahui arti Kerajaan Allah. Yesus disebut sebagai "rabbi". Gelar
ini mau memberikan informasi kepada kita bahwa Yesus didengar dan disegani oleh
banyak orang dalam hal pengajaran. Yesus lahir dan bertumbuh di keluarga Yahudi
yang memelihara secara kuat tradisi pengajaran Taurat. Dalam hal metode
mengajar, Yesus menerapkan refleksi dan aksi. Mengajar melalui teladan, karya dan
aksi-aksi. Ia memiliki sejumlah murid yang tidak diajar di ruang kelas, tetapi dalam
kehidupan praksis. Mengajar bagi Yesus adalah agar orangorang dapat memahami
dan mengerti melakukannya. Ia mengajar di mana saja, alam dan pengalaman
kehidupan menjadi ruang belajarnya. Homrighausen mengatakan, “tujuan
pengajaran Yesus itu bukanlah untuk membahas berbagai pokok agama dan susila
secara ilmiah atau secara teori saja, melainkan untuk melayani tiap manusia yang
datang kepada-Nya. Setiap orang itu dikenal-Nya, dan dipahami-Nya masalah yang
dipergumulkan orang itu.”4 Totalitas kehidupan Yesus adalah pengajaran itu sendiri.
Dalam kelahiran, karya, ucapan, sampai sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya
adalah pengajaran. Pengajaran Yesus agar manusia memiliki pemahaman,
pengertian dan pengetahuan untuk mengerjakan karya selamat dalam terang
Kerajaan Allah. Ketika memanggil murid-murid-Nya (Mat 11:28- 30), Yesus berkata:
"Marilah kepadaKu,…belajarlah kepadaKu....." Dia juga berkata: "Mari, ikutlah Aku.
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mat 4:19). Yesus adalah teladan para
pendidik, pengajar Kristen. Teladan Yesus itu diperoleh ketika kita membaca dengan
teliti dan mempelajari secara cermat, baik secara individual maupun secara bersama
(learning in community) keterangan dan informasi yang terdapat di dalam kitab-
kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Dalam keempat Injil ini diceritakan
tentang pelayanan dan pengajaran-Nya kepada para murid dan orang-orang banyak
di sekitar-Nya. Menurut kitab-kitab Injil itu, Yesus telah melatih dan membina para
murid untuk meneruskan tugasNya di dunia ini. Dia mengajar dan mendidik manusia
untuk tujuan yang jelas. Dia pembuat murid, pencetak pembelajar yang hebat .

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat majemuk membutuhkan sebuah model berkomunikasi dan
berelasi yang mana masing-masing individu atau kelompok yang berbeda-beda
dapat melakukannya secara terbuka, tanpa prasangka dan tanpa diskriminasi. Hal ini
terkait dengan cara, bentuk dan kesadaran dalam memahami dan memperlakukan
‘yang lain’. PAK dengan fungsinya mendidik dan mengajar, bertujuan untuk
memampukan naradidik dan warga jemaat pada umumnya mengetahui dan
memahami hakekat kehadirannya di tengah masyarakat. Identitas, sangatlah
penting dalam pergaulan dan relasi dengan orang-orang yang beragam identitas.
Sehari-hari orang-orang yang berbeda-beda tersebut 146 berinteraksi dengan
membawa identitasnya masingmasing. Dialog merupakan solusi dalam perjumpaan
dan pergaulan antara yang berbede-beda itu. Dialog, tidaklah terutama hanya
sekadar percakapan biasa yang berujung pada debat kusir. Namun dialog harus
berangkat dari keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan keberanian untuk hadir dalam
perjumpaan. Secara praksis, dapat dipahami bahwa dialog adalah hubungan antar
umat beragama yang positif dan konstruktif. Tujuannya untuk saling memahami dan
saling memperkaya.

B. Daftar Pustaka

http://repository.uki.ac.id/1320/1/PAK%20dalam%20Kehidupan
%20Majemuk-digabungkan.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=qPElxKUeYSkC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_atb#v=o
nepage&q&f=false
https://cherishacademy.sch.id/id/pengertian-karakter-menurut-para-ahli
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2015-2-2-88201-311411155-bab1-
04042016011239.pdf
https://www.merdeka.com/jatim/macam-macam-norma-dalam-
kehidupan-bermasyarakat-yang-patut-anda-ketahui-kln.html
https://www.sehatq.com/artikel/tiap-orang-unik-apa-saja-faktor-
pembentuk-kepribadian-seseorang

Anda mungkin juga menyukai