Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PENGEMBANAGAN KEPRIBADIAN DAN


PROFESIONALISME BIDAN “BIDAN YANG
BERKARAKTER”

Di susun Oleh:

Vivi Angela Lydia Tampanguma


B. 22.03.133

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untk menyelesaikan tugas makalah ini yAtas rahmat
dan hidayat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul”
Bidan yang Berkarakter” tepat pada waktu akan dikumpul.
Makalah Bidan yang Berkarakter disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembanagan Kepribadian Dan Profesionalisme, di kampus
Universitas Mega Buana Palopo selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentag topic makalah yang
penulis ambil.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dewi Hastuty,
S.Tr.Keb.,M.Keb, tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada pihak yang telaj membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis penyadari makalaj ini jauh dari kata cukup. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis
Vivi Angela Lydia Tampanguma
B. 22.03.133

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ........iii


BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
A. Pembentukan Karakter Bidan ...........................................................................4
B. Membangun Karakter Bidan................................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................19
B. Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang
profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,
persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri
serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.
Karakter merupakan tata nilai yang menuju pada sistem yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku manusia (Simon Philips, 2008). Pemahaman lain
dari karakter ialah sebagai ciri, gaya, atau sifat khas dari seorang individu
yang dibentuk oleh lingkungannya.
Terdapat dua pengertian mengenai istilah karakter, yaitu karakter sebagai
tampilan bagaimana seseorang bertingkah laku dan karakter yang erat
kaitannya dengan ‘personality’.
Stephen Covey mengemukakan tiga teori utama yang mendasari
pembentukan karakter, yaitu determinan genetik, determinan psikis dan
determinan lingkungan. Determinan genetik merupakan DNA yang diwariskan
(dari generasi ke generasi), determinan psikis berdasarkan pengasuhan yang
diberikan, sedangkan determinan lingkungan situasi atau keadaan lingkungan.
Karakter seseorang dipengaruhi oleh DNA, dilanjutkan dengan pengasuhan
orang tua di usia dini hingga remaja, proses pembentukan karakter akan terus
berkembang hingga seseorang bersosialisasi di masyarakat sebagai faktor
lingkungan. Tahap akhir dari karakter ini adalah pada masa dewasa, yaitu
proses pemantapan karakter.
Peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya dapat dikaitkan dengan
pembentukan karakter dari DNA. DNA orang tua tentu saja akan
diturunkan/diwariskan pada anaknya, begitu juga sifat atau karakter. Selain itu,

1
pembentukan karakter juga dipengaruhi oleh pola asuh yang orang tua terapkan
pada anak.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran. Hal ini
dikarenakan pikiran memiliki program yang terbentuk dari pengalaman
hidup yang kemudian membuatnya beradaptasi dengan apa yang terjadi padanya
saat ini. Pola pikir yang tercipta tentu harus sesuai dengan prinsip di dalam
lingkungan.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang
profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,
persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri
serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.
Karakter merupakan tata nilai yang menuju pada sistem yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku manusia (Simon Philips, 2008). Pemahaman lain
dari karakter ialah sebagai ciri, gaya, atau sifat khas dari seorang individu
yang dibentuk oleh lingkungannya.
Terdapat dua pengertian mengenai istilah karakter, yaitu karakter sebagai
tampilan bagaimana seseorang bertingkah laku dan karakter yang erat
kaitannya dengan ‘personality’.
Stephen Covey mengemukakan tiga teori utama yang mendasari
pembentukan karakter, yaitu determinan genetik, determinan psikis dan
determinan lingkungan. Determinan genetik merupakan DNA yang diwariskan
(dari generasi ke generasi), determinan psikis berdasarkan pengasuhan yang
diberikan, sedangkan determinan lingkungan situasi atau keadaan lingkungan.
Karakter seseorang dipengaruhi oleh DNA, dilanjutkan dengan pengasuhan
orang tua di usia dini hingga remaja, proses pembentukan karakter akan terus
berkembang hingga seseorang bersosialisasi di masyarakat sebagai faktor
lingkungan. Tahap akhir dari karakter ini adalah pada masa dewasa, yaitu
proses pemantapan karakter

2
Kebidanan adalah profesi yang berbeda dan sangat bermanfaat bagi suatu
bangsa. Melatih bidan menjadi berkualitas adalah untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai dan standar yang telah ditentukan. Bidan yang berkualitas akan
dihormati di seluruh dunia. Pengelolaan pendidikan bidan dengan baik sebagai
upaya untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan dan harapan pengguna.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembentukan Karakter Bidan?
2. Bagaimana Membangun Karakter Bidan?
C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui Pembentukan Karakter Bidan
2. Khusus
Untuk mengetahui mengembangkan karakter bidan
Untuk mengetahui Pendidikan karakter bidan
D. Manfaat
1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi penyusun dan mahasiswa
lainnya.
2. Sebagai bahan diskusi dalam tugas mata kuliah.
3. Sebagai tambahan referensi bagi tugas-tugas yang berkaitan dengan
makalah ini.

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pembentukan Karakter Bidan


1. Pembentukan karakter
Karakter sudah berproses sejak di dalam kandungan hingga dewasa.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa perilaku ibu selama hamil memiliki
pengaruh signifikansi terhadap karakter anaknya kelak, yang kemudian
didukung lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan yang akan
membentuk kompleksitas karakter seseorang serta membuat seseorang
menjadi unik dan berbeda.
Periode terpenting dalam proses pembentukan karakter adalah masa
kanak-kanak, karena anak mengolah apa yang ia lihat dengan alam pikirannya.
Untuk itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi
dengan anggota keluarga dan anak, serta tidak memperlihatkan perilaku yang
dapat memancing emosi anak dan membuat anak menangis (bertengkar,
menggunakan kata-kata kurang baik, tidak bijak dalam memberikan hukuman
atau berlebihan dalam memberikan penghargaan). Televisi dan media elektronik
juga berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak, menonton berbagai
siaran televisi dapat memengaruhi watak anak.
Ibu sebagai pendidik utama dalam keluarga mesti memahami karakter apa
saja yang akan ditanamkan kepada anak sesuai dengan tindakan dan pengajaran
serta pembiasaan yang dibangun di rumah.
Mengingat pembangunan karakter merupakan proses tiada henti, tenaga
pendidik serta seluruh civitas akademik yang terlibat harus menyadari bahwa
peserta didik mereka merupakan individu yang unik dan telah mengalami proses
pembentukan karakter. Perlu pertimbangan dalam menentukan metode dan trik
yang tepat untuk untuk melahirkan tenaga bidan yang profesional. Pola
pendidikan karakter dapat berbentuk mata kuliah. Pola pembelajaran
tersebut diberikan dalam konsep renungan, pengkondisian, pembiasaan perilaku
dan lain-lain yang diintegrasikan dalam metode pembelajaran (pembelajaran

4
KBK/interactive learning). Pola pendidikan tersebut dapat pula dalam bentuk
hidden curricul. Cerminan penerapan karakter dapat dilihat dalam proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, laboratorium, lahan praktik, kegiatan
penelitian, maupun pengabdian masyarakat.
Berikut ini merupakan konsep yang dikemukakan oleh Hazecamp dan
Huebner (1989) sebagai bahan kajian dalam menyusun pola pendidikan karakter
bidan.
a. Konsep pengembangan dan keperluan akademik yang merupakan
persoalan terkait dengan kategorisasi, auditory comprehension, kecerdasan
mendasar, dan kajian keterampilan.
b. Kebutuhan komunikasi, hal ini berkaitan dengan membaca, menulis,
berhitung, menggunakan peralatan elektronik dan keterampilan
menggunakan alat-alat khusus.
c. Kebutuhan bersosialisasi dan emosional, berkaitan dengan proses
bersosialisasi, pendidikan sikap dan perilaku, psikologi, rekreasi dan
pendidikan seksual.
d. Sensory motor dan psikomotorik, yaitu gerak keseimbangan yang
berkaitan dengan motorik.
e. Orientasi dan morbiditas, merupakan konsep yang pasti tentang
lingkungan. Konsep spatial, lalulintas dan pengaturannya, pengenalan
pribadi tentang lingkungan, keberanian, dan lain sebagainya.
f. Kebiasaan hidup sehari-hari, meliputi kebiasaan personal hygiene,
pakaian, perawatan pakaian, pelajaran tentang penjagaan dan kebersihan
rumah, money management, penggunaan telepon, pengenalan makanan
dan persiapannya.
g. Karir dan pendidikan kejuruan/vokasi. Ketanggapan dengan karier,
pendidikan kejuruan, interview dan lain-lainnya
2. Membangun Pilar Sikap Pendidikan Bidan

Elfandri (2012) mengemukakan bahwa empat pilar sikap yang harus


ditumbuhkan dalam pembentukan kepribadian seorang anak, yaitu:

a. pilar menyukai kesempurnaan;

5
Komponen yang berkaitan dengan menyukai kesempurnaan
(persistance) adalah sempurna, logis, efektif dan efisien

b. pilar integritas yang tinggi;

Mahasiswa kebidanan yang memiliki integritas tinggi akan merasa telah


melakukan yang terbaik. Adanya kejujuran, kerja keras, amanah, dan
tanggung jawab adalah komponen pembentukan integritas yang tinggi

c. pilar membangun integrasi;

Integritas yang tinggi akan membuat mereka memiliki kemampuan untuk


bekerja dalam situasi diversifikasi dan mencapai tujuan yang lebih besar.
Oleh karena itu, harus dilengkapi dengan kemampuan berintegrasi,
komunikasi, bekerja kelompok dalam timm yang baik agar terbiasa
bekerja dengan alur yang jelas dan terukur di setiap pekerjaan

d. pilar sikap konstruktif.

Sikap konstruktif sangat diperlukan dalam pembentukan bidan


berkarakter, sikap konstruktif ini terdiri dari solusi, positif, maju dan
solutif.

Empat pilar tersebut dapat digunakan sebagai pemetaan untuk membagi


peta kekuatan dan kelemahan kondisi peserta didik. Hal ini dipengaruhi
oleh agama, ilmu, dan budaya. Pengaplikasian empat pilar sikap dalam
pendidikan bidan dapat diuraikan sebagai berikut.
Periode terpenting dalam proses pembentukan karakter adalah masa
kanak-kanak, karena anak mengolah apa yang ia lihat dengan alam pikirannya.
Untuk itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi
dengan anggota keluarga dan anak, serta tidak memperlihatkan perilaku yang
dapat memancing emosi anak dan membuat anak menangis (bertengkar,
menggunakan kata-kata kurang baik, tidak bijak dalam memberikan hukuman
atau berlebihan dalam memberikan penghargaan). Televisi dan media elektronik
juga berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak, menonton berbagai
siaran televisi dapat memengaruhi watak anak.

6
Ibu sebagai pendidik utama dalam keluarga mesti memahami karakter apa
saja yang akan ditanamkan kepada anak sesuai dengan tindakan dan pengajaran
serta pembiasaan yang dibangun di rumah.

Mengingat pembangunan karakter merupakan proses tiada henti, tenaga


pendidik serta seluruh civitas akademik yang terlibat harus menyadari bahwa
peserta didik mereka merupakan individu yang unik dan telah mengalami
proses pembentukan karakter. Perlu pertimbangan dalam menentukan metode
dan trik yang tepat untuk untuk melahirkan tenaga bidan yang profesional.
Pola pendidikan karakter dapat berbentuk mata kuliah. Pola pembelajaran
tersebut diberikan dalam konsep renungan, pengkondisian, pembiasaan
perilaku dan lain-lain yang diintegrasikan dalam metode pembelajaran
(pembelajaran KBK/interactive learning). Pola pendidikan tersebut dapat
pula dalam bentuk hidden curricul. Cerminan penerapan karakter dapat dilihat
dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, laboratorium, lahan praktik,
kegiatan penelitian, maupun pengabdian masyarakat
B. Membangun Karakter Bidan
1. Konsep Dasar

Kebidanan adalah profesi yang berbeda dan sangat bermanfaat bagi suatu
bangsa. Melatih bidan menjadi berkualitas adalah untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai dan standar yang telah ditentukan. Bidan yang berkualitas akan
dihormati di seluruh dunia. Pengelolaan pendidikan bidan dengan baik
sebagai upaya untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan dan harapan pengguna. Merujuk kepada pengelolaan
pendidikan bidan yang ditetapkan oleh Nursing Ang Midwifery Council dalam
Guideline On Profesional Conduct For Nursing And Midwifery Student,
dinyatakan 4 (empat) pedoman utama perilaku profesional untuk mahasiswa
bidan yaitu:

a. Merawat pasien sebagai perhatian utama, memperlakukan pasien


sebagai individu menghormati martabatnya.

1) Bersikap sopan, baik, peduli dan penuh kasih.

7
2) Tidak diskriminasi dalam bentuk apapun untuk setiap pasien yang
menjadi tanggung jawab perawatannya.

3) Mengakui keragaman dan menghormati perbedaan budaya, nilai nilai


dan keyakinan orang lain.
4) Menghormati hak-hak pasien, dan menjamin kerahasiaannya.
5) Tidak mengungkapkan informasi kepada siapapun yang tidak
berhak.

6) Selalu meminta saran dari pelatih, mentor, tutor sebelum


mengungkapkan informasi, jika sedang menghadapi pasien yang
mempunyai risiko bahaya.
7) Mengikuti pedoman dan kebijakan kerahasisaan seperti yang
ditetapkan institusi pendidikan dan lahan praktik.

8) Menyadari dan mengikuti pedoman NMC berkaitan dengan


karahasiaan.
9) Membuat anonim dan informasi dalam setiap pelatihan yang diikuti
atau penilaian secara langsung atau tidak langsung, mengidentifikasi
pasien, staf, kerabat, penjaga/ penyedia penempatan klinis.

10)Mengikuti pedoman kebijakan tentang etika, ketika terlibat dalam


penelitian dari institusi pendidikan dan lahan praktik.
11)Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan dan
menjaga kesehatannya.

12)Mendengarkan dan menanggapi pendapat para ahli.


13)Memberikan informasi dan saran yang mudah dipahami sehingga
mereka dapat membuat pilihan dengan keputusan yang tepat tentang
perawatannya.

14)Bekerja dalam kemitraan dengan keluarga pasien dan tim kesehatan


lain.
15)Memastikan bahwa sudah mendapatkan persetujuan pasien sebelum
memulai perawatan.

8
16)Memastikan bahwa semua orang tahu bahwa anda adalah seorang
mahasiswa.

17)Menghormati hak pasien untuk meminta perawatan dari seorang


profesional terdaftar.
18)Menjaga batas-batas profesional dalam hubungan dengan orang lain
terutama dengan orang dewasa yang rentan dan anak-anak.

19)Menolak hadiah apapun, pemberian atau keramahan sebagai upaya


untuk mendapatkan perlakuan istimewa.
20)Tidak meminta atau menerima pinjaman dari siapa pun, pasien
dan keluarganya.

21)Selalu menjaga batas seksual yang jelas dengan pasien keluarga


dan kolega.
22)Menyadari dan mengikuti pedoman NMC dalam pemeliharaan batas
seksual yang jelas.
b. Bekerja sama dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
melalui perawatan kesehatan.
1) Sadar akan peran dan tanggung jawab orang lain yang terlibat dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
2) Bekerja sama dalam tim dan menghormati keterampilan, keahlian dan
kontribusi dari semua orang yang terlibat dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan sosial.
3) Memperlakukan semua rekan, anggota tim dan mereka yang bekerja
sama dan belajar seadil-adilnya tanpa ada diskriminasi.
4) Menginformasikan kepada dosen dan mentor apabila pasien yang
dirawat, kolega dan orang lain memiliki risiko bahaya.
5) Memberikan standar yang tinggi dalam praktik dan
perawatan rutin.
6) Mengakui dan tetap pada batas-batas kompetensi.

c. Bekerja hanya di bawah pengawasan dan dukungan dari profesional, dan


meminta bantuan dari pelatih dan guru jika membutuhkan.

9
d. Bekerja dengan pembimbing klinik dan dosen untuk memantau kualitas
pekerjaan dan menjaga keselamatan pasien.
1) Mencari bantuan dari tenaga ahli kesehatan sesegera mungkin jika
kinerja atau keputusan memberikan dampak terhadap kesehatan
mahasiswa.
2) Mengambil tanggung jawab untuk belajar sendiri.
3) Mengikuti kebijakan pada pertemuan yang diatur universitas dan
lahan praktik.
4) Mengikuti kebijakan pada pengajuan kursus dan penyelesaian
penilaian klinis sebagaimana yang diatur universitas dan lahan
praktik.
5) Merefleksikan dan tanggap terhadap tindakan yang diberikan.
6) Berusaha untuk memberikan perawatan yang terbaik.
7) Memastikan bahwa sudah familiar dengan catatan dan SOP.
8) Memastikan bahwa telah mengikuti kebijakan lokal yang terkait
dengan pencatatan
e. Bersikap terbuka dan jujur, bertindak dengan integritas dan menjunjung
tinggi reputasi profesi kebidanan
1) Jujur dalam melakukan tugas.
2) Tidak melakukan plagiat dan memalsukan segala yang
berkaitan dengan praktik dan penilaian klinis.
3) Memastikan telah menyelesaikan CV dan formulir aplikasi secara
jujur dan akurat.
4) Memastikan tidak terpengaruh oleh insentif komersial.

5) Bertindak dengan integritas.

6) Menunjukkan komitmen pribadi dan profesional untuk


kesetaraan dan keragaman
7) Mematuhi hukum negara, dan melaporkan pada institusi apabila
melanggar hukum atau berurusan dengan polisi.
8) Melaporkan institusi apabila menjalani hukuman yang terkait

10
dengan kriminalitas.
9) Memastikan sudah memahami aturan, prosedur universitas dan lahan
praktik.
10) Mematuhi segala peraturan setempat.
11) Memahami tata cara penggunaan status jejaring sosial
12) Mencari bantuan dan nasehat dari mentor dan dosen.
13) Menjunjung tinggi reputasi profesi kebidanan
14) Menggunakan seragam sesuai ketentuan institusi.
15) Meminta bantuan apabila mengalami kesulitan dalam hal
akademis
Kebidanan adalah profesi yang berbeda dan sangat bermanfaat bagi suatu
bangsa. Melatih bidan menjadi berkualitas adalah untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai dan standar yang telah ditentukan. Bidan yang berkualitas akan
dihormati di seluruh dunia. Pengelolaan pendidikan bidan dengan baik sebagai
upaya untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan dan harapan pengguna. Merujuk kepada pengelolaan pendidikan
bidan yang ditetapkan oleh Nursing Ang Midwifery Council dalam Guideline On
Profesional Conduct For Nursing And Midwifery Student,
Pendidikan karakter harus mampu diterapkan di kehidupan sehari-hari,
baik di lingkungan keluarga, pekerjaan, ataupun masyarakat. Hal itu merupakan
cerminan dari karakter bidan yang baik dan profesional. Terdapat tiga tahap
dalam proses mengembangkan karakter bidan, yaitu:
a. Tahap awal, kesadaran terhadap adanya perubahan status (dari mahasiswa
ke profesi bidan) yang diikuti dengan kesadaran atas konsekuensi dan
proses pendewasaan diri.
b. Tahap madya, proses belajar secara mandiri untuk bersosialisasi dan
mengembangkan kepekaan.
c. Tahap akhir, terfokus pada profil diri sebagai lulusan yang berkualitas.

Ketiga tahapan pengembangan karakter ini senantiasa mengacu pada


prinsip-prinsp karakter;
a. Trustworthiness, bidan memiliki karakter yang berintegritas, jujur,

11
dan loyal.
b. Fairness, bidan memiliki karakter dengan pemikiran terbuka dan
tidak memanfaatkan orang lain.
c. Caring, seorang bidan mempunyai sifat peduli dan perhatian kepada
orang lain, pasien, dan keadaan sosial di sekitarnya.
d. Respect, bidan selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e. Citizenship, karakter bidan yang selalu taat hukum dan aturan, serta
selalu peduli terhadap lingkungan.
f. Responsibility, bidan selalu bertanggung jawab, disiplin, dan
melakukan hal dengan baik.
Perlu perencanaan yang tepat untuk menyusun pendidikan karakter bagi
mahasiswa. Hal utama yang harus ditanamkan adalah pemahaman mengenai
dunia kebidanan, termasuk dengan teori dan praktik yang bersangkutan dengan
tanggung jawab serta peran dari profesi bidan.
2. Melatih Komunikasi
Seorang bidan harus memiliki kemampuan komunikasi, sebab
Kemampuan berkomunikasi merupakan hal penting dan faktor pendukung
pelayanan kebidanan. Kemampuan komunikasi yang dimiliki bidan dapat
membantu pasien dalam memecahkan masalah yang dihadapi, serta pemberian
bantuan kepada klien berupa medik maupun konseling.
Salah satu contoh komunikasi bidan adalah nasihat yang diberikan kepada
ibu hamil besar agar segera pergi ke fasilitas kesehatan saat merasakan tanda-
tanda bahaya atau merasa khawatir akan kehamilannya. Rasa percaya antara ibu
dan bidan akan terjalin. Ibu hamil akan terbuka kepada bidan jika kepercayaan
itu sudah terjalin, kode etiknya bidan akan menjaga kerahasiaan pasien sebagai
bentuk profesionalitas.
Seorang bidan tetap harus berupaya memberikan perhatian dan
pelayanan yang maksimal sesuai dengan standar pelaksanaan. Pada saat
berkomunikasi dengan pasien harus diperkirakan standar yang dapat
menimbulkan kepuasan yang paling optimal bagi pasien. Untuk mencapai
pelayanan maksimal, bidan dan ibu hamil perlu melakukan komunikasi yang

12
efektif.
Seorang bidan harus memiliki rasa tanggung jawab serta moral dan
perasaan peduli untuk membantu pasien berkembang baik secara mandiri dalam
mengambil keputusan. Teknik komunikasi yang berbeda sangat diperlukan
untuk menghadapi pasien yang berbeda-beda. Teknik-teknik berikut dapat
dijadikan sebagai acuan dalam berkomunikasi secara baik dan efektif terhadap
pasien:
a. Mendengarkan dengan seksama

b. Menunjukkan penerimaan, menghindari ekspresi dan gerakan


ketidaksetujuan seperti mengerutkan kening atau menggelengkan
kepala.
c. Memberikan pertanyaan yang berkaitan, bidan bertujuan untuk
mendapatkan informasi spesifik dari pasien
d. Merespons dengan mengulang kata-kata pasien, mengulang kata- kata
pasien menunjukkan bahwa bidan mengerti dan berharap komunikasi
berlanjut.
e. Klarifikasi, bidan perlu melakukan klarifikasi apabila kesalahpahaman
terjadi agar informasi yang disampaikan valid.
f. Memfokuskan, topik pembicaraan dibatasi agar lebih spesifik dan
mendetail.
g. Menginformasikan hasil observasi, hasil pengamatan perlu
diinformasikan bidan kepada pasien, sehingga pasien mengetahui
apakah pesan tersampaikan dengan benar.
h. Menawarkan informasi, informasi tambahan yang diberikan dapat
memberikan pemahaman lebih bagi klien terhadap kondisinya.
i. Diam, memungkinkan kita berkomunikasi terhadap diri kita,
merapikan pikiran, dan memproses berbagai informasi. Diam berguna
ketika pasien sedang mengambil keputusan.
j. Meringkas, memberikan kesimpulan singkat dari topik pembicaraan.
k. Menghargai pasien, memanggil pasien dengan namanya, sadar akan
perubahan pada pasien, menghargai klien sebagai manusia seutuhnya.

13
l. Menawarkan diri, menawarkan kehadiran dan rasa tertarik agar
pasien mengungkapkan perasaannya.
m. Memberikan klien kesempatan untuk memulai pembicaraan,
membiarkan pasien berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, menganjurkan pasien
untuk lebih mengikuti pembicaraan dan topik selanjutnya. Bidan
menafsirkan pembicaraan dibandingkan mengarahkan untuk diskusi.
o. Menempatkan kejadian dengan teratur agar pasien dapat melihat dari
berbagai perspektif, membiarkan pasien melihat satu kejadian setelah
kejadian lainnya.
p. Menganjurkan pasien untuk mengutarakan pendapatnya.
q. Refleksi, membantu klien untuk berani mengungkapkan perasaan.
Latihan kepekaan serta ketajaman perasaan diperlukan untuk menerapkan
teknik komunikasi terapeutik, karena kejujuran merupakan kata kunci dari etika
dan moralitas. Jujur tanpa menutupi suatu apapun dengan alasan apapun,
termasuk alasan takut dan malu karena kejujuran. Salah satu risiko kejujuran
adalah kenyataan pahit yang harus diterima.
Kemampuan komunikasi turut memberikan dampak terapeutik bagi klien
dan memberikan kepuasan pada bidan. Komunikasi dapat memberikan dampak
terapeutik dengan memperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik. Hal
yang perlu diperhatikan adalah hubungan bidan dank klien.
Komunikasi dalam kebidanan mencakup konsep-konsep dasar komunikasi
kebidanan serta unsur-unsur komunikasi kebidanan yang berakitan langsung
dengan proses tindakan kebidanan dimana jika keterampilan komunikasi
sudah baik dan efektif maka bisa menciptakan rasa nyaman bagi klien kita.
3. Mengasah Kejujuran
Mengasah karakter jujur dalam proses pendidikan sangatlah penting. Hal
ini merupakan dasar untuk menanamkan perilaku jujur bagi seorang calon
bidan. Kejujuran dalam bidang akademik ini merupakan perilaku benar dan
sesuai dengan kegiatan akademik. Dengan demikian kejujuran akademik

14
berkaitan dengan moral yang tentunya sanksi terhadap pelanggaran adalah
hukum moral.
Akan tetapi, pelanggaran hukum pidana seperti plagiarisme atau
pelanggaran HAKI dapat juga tersentuh akibat dari pelanggaran kejujuran
akademik. Mengingat menanamkan kejujuran akademik adalah mutlak, maka
konsekuensinya tidak cukup dengan pemberian nasihat saja, karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu: kesempitan pikiran, budaya hedonis (cinta
dunia yang berlebihan), kebiasaan buruk, stres menghadapi beban studi
overload (terlalu banyak) dan kegagalan menentukan tauladan yang baik.
Beberapa strategi dapat dilakukan oleh institusi pendidikan bidan dalam
membangun kejujuran akademik adalah:
a. Pemahaman makna kejujuran Terdapat tiga aspek dalam memberikan
pembelajaran kejujuran, yaitu menyampaikan indikator, memaknai dan
memikirkan kejujuran, dan mengevaluasi diri.
b. Menciptakan suasana untuk menumbuhkan sikap jujur Penyediaan
fasilitas yang mendukung terciptanya sikap jujur dari mahasiswa.
4. Keteladanan
Sifat jujur dapat ditumbuhkan melalui meniru, dalam hal ini sebagai bidan
perlu mencontohkan (menjadi role model) kejujuran sehingga terbentuk sistem
yang jujur di lingkungan kerja. Sistem yang jujur tersebut akan menjadi teladan
bagi bidan lain, kemudian tumbuhlah sikap jujur di dalam diri mereka.
5. Melatih kerjasama

Bidan diharuskan bekerja bersama dengan tenaga kesehatan lain dalam


pelayanannya pada masyarakat. Fakta tersebut mengharuskan seorang bidan
memiliki kemampuan bekerja sama dengan tim yang baik. Berbagai metode
dalam membangun kerja sama dapat dilakukan selama proses pendidikan.
Mahasiswa dapat melakukan berbagai hal dalam melatih kerja sama seperti
saling membantu menyediakan bahan dan media untuk praktik, mengerjakan
tugas kelompok dengan sistem pembagian kerja, dan melakukan diskusi untuk
memecahkan suatu masalah.

15
Kerja sama yang baik akan menciptakan ikatan yang kuat di dalam
sebuah kelompok kerja, oleh karena itu kemampuan bekerja sama dalam tim
sangat dibutuhkan. Selama proses pendidikan melatih kerja sama bertujuan
untuk mempersiapkan mahasiswa bidan mampu bekerja sama dengan semua
tim yang ada dalam lingkup profesi bidan, di antaranya adalah:

a. Kerja sama dengan teman sejawat

b. Kerja sama dengan pasien

c. Kerja sama dengan keluarga pasien

d. Kerja sama dengan masyarakat

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain

f. Kerja sama secara multisektoral


Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter sudah lama dirasakan
oleh pemikir/pemangku kebijakan bidang pendidikan, pendidik, orangtua dan
masyarakat. Berbagai studi yang dilakukan membuktikan bahwa pentingnya
menanamkan kejujuran, ketelitian, kedisiplinan, saling menghormati dan
menghargai, dan sopan santun. Hasil penelitian US Departement of Health
and Human Service menunjukkan, faktor yang memengaruhi gagalnya sistem
belajar di sekolah bukan kemampuan kognitif psikososial (kecerdasan emosi
dan sosial), rasa percaya diri (self confidence), ingin tahu (curiosity) motivasi,
kontrol diri (self-control), bekerja sama (coorperation), mudah bergaul,
konsentrasi, empati dan kemampuan berkomunikasi.
Akibat dari krisis karakter di Indonesia berdampak pada tidak optimalnya
kemampuan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Sikap idealis
masyarakat di era globalisasi ini juga sedikit banyak berpengaruh pada moral
bangsa.
Seperti yang kita tahu, karakter di atas sudah terbentuk di sebagian
generasi bangsa Indonesia. Visi pendidikan nasional menurut Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa guna masyarakat yang berkembang,

16
berkualitas, dan mampu menjawab tantangan perubahan zaman. Sejalan
dengan visi tersebut, Depdiknas merencanakan tahun 2025 dapat menghasilkan
insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Selanjutnya, dalam rencana strategis Depdiknas dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif itu adalah
manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial,
intelektual dan kinestetis. Makna kecerdasan spiritual bagi bangsa Indonesia
ini adalah yang memiliki ciri beraktualisasi diri melalui hati/qalbu untuk
menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia,
termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul yang diyakini bahwa
semua itu bersumber pada karakter dan jati diri.
Dilihat secara spesifik di bidang pendidikan bidan saat ini, tersebar isu
bahwa lulusan bidan belum tentu kompeten. Harapan terhadap tenaga bidan
mampu berkontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan anak serta
peningkatan kualitas hidup perempuan seharusnya dapat direalisasikan.
Masalahnya adalah tidak sedikit institusi pendidikan kebidanan tidak memiliki
pendidik yang sesuai dengan kualifikasi, jumlah pendidik terbatas, sarana dan
prasarana pendidikan tidak menunjang proses belajar mengajar, serta tidak
seimbangnya lahan praktik dengan jumlah mahasiswa. Hal-hal tersebut
disinyalir menjadi faktor rendahnya kualitas lulusan.
Di sisi lain, kurikulum pendidikan yang belum menjawab kompetensi
sehingga berbagai sistem regulasi dilakukan, salah satunya melalui peninjauan
kurikulum dan uji kompetensi. Uji kompetensi bidan masih dalam tahap
mencari wajah, belum membuktikan adanya manfaat terhadap peningkatan
kualitas bidan. Hal tersebut menjadi tantangan setiap institusi pendidikan untuk
meningkatkan kualitas lulusan.
Pertanyaannya saat ini adalah bagaimana upaya institusi pendidikan
mampu melahirkan tenaga bidan yang kompeten sesuai dengan tujuan
pendidikan memiliki kualitas dasar keimanan, ketaqwaan, kepribadian,
kecerdasan dan kedisiplinan. Institusi pendidikan diharap memberikan

17
pendidikan secara holistik yang dapat membentuk karakter peserta didik secara
utuh dengan mengembangkan aspek spiritual, emosional, intelektual (IQ),
kreativitas, sosial, dan jasmani secara optimal.
Pendidikan karakter bidan merupakan pendidikan untuk membentuk
kebiasaan baik di kehidupan sehari-hari. Kebiasaan baik disadari dengan
kesadaran, keyakinan, dan kepekaan dalam diri bidan. Hal ini merupakan
upaya yang berkelanjutan harus dilakukan di bidang pendidikan

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan karakter bidan merupakan pendidikan untuk membentuk
kebiasaan baik di kehidupan sehari-hari. Kebiasaan baik disadari dengan
kesadaran, keyakinan, dan kepekaan dalam diri bidan. Hal ini merupakan
upaya yang berkelanjutan harus dilakukan di bidang pendidikan.
Pendidikan karakter ini akan berhasil melalui peningkatan pengembangan
Human Capacity Development (HCD) dalam cakupan kulturnya, suatu
multikultur yang tetap memperhatikan kebutuhan dalam berperilaku,
berinteraksi dengan lingkungan, dan belajar bersama peserta didik dan
sejawat. Konsep pendidikan karakter ini tidak lepas dari norma, etika dan
akhlak. Hal ini terakumulasi dari keterkaitan antara moral, etika, akhlak dan
karakter. Moral di sini berkaitan dengan suatu aturan atau tata cara hidup yang
bersifat normatif, perlu ditanamkan dan dilestarikan melalui kegiatan
pendidikan di dalam kampus maupun kegiatan praktik di lahan hingga tridarma
perguruan tinggi tercapai saat terjun ke masyarakat. Etika dipakai bersamaan
dengan moral, tidak lepas dari kajian-kajian yang berbicara mengenai baik atau
buruk, dan benar atau salah.
Pendidikan karakter pada bidan diarahkan pada pemantapan kebiasaan baik
dalam kehidupan sehari-hari melalui pemberian kepercayaan dan tanggung
jawab. Pendidikan karakter ini ditujukan untuk mempersiapkan mahasiswa
kebidanan sebelum terjun ke dunia kerja. Mengasah dan mengembangkan
karakter yang baik melalui pembiasaan di lingkungan pendidikan dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar, pergaulan di lingkungan akademik
dan kegiatan ekstrakurikuler. Aspek tersebut akan terus berkembang begitu
mahasiswa masuk ke lingkungan belajar di luar kampus seperti praktik di
lapangan dan kegiatan kemahasiswaan lain.

19
B.     Saran
Sebagai Bidan harus bersikap jujur memungkinkan bekerja tanpa
pengawasan penuh, membuat laporan secara jujur, tanggung jawab, disiplin,
dapat berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja sama dalam tim, dan
memiliki etos kerja tinggi. Kreativitas yang tinggi akan tergambar dalam
kegiatan pengabdian masyarakat maupun penelitian bersama.
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang harus diasah dan
dikembangkan, karena pendidikan kebidanan merupakan pendidikan vokasi
yang secara totalitas berhubungan langsung dengan masyarakat. Tingginya
harapan akan lulusan kebidanan yang berkualitas menuntut institusi pendidikan
mampu menghasilkan lulusan bidan yang berkualitas yang memiliki
keterampilan dalam memberikan pelayanan serta didukung dengan kompetensi
kepribadian baik agar selaras.

20
DAFTAR  PUSTAKA

Fatmanadia. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan.


2012.  http://fatmanadia.wordpress.com
Notoatmojo,soekijo. 2014. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Elfindri, dkk (2012). Pendidikan karakter : Kerangka, Metode dan Ap- likasi
untuk Pendidik dan Profesional. Bouduse Media Jakarta. Jakarta.
Linkona T (2013). Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Nusa Media. Bandung
Naim N (2012). Character Building (2012). Arruz Media. Jogjakarta. Copp,
Nucci, Larry P and Narvez, Darcia (2014). Handbook of Moral and Char- acter
Education. Newyork: Routledge. Cet. I.
Zuchadi, Darmiyati. (2008). Humanisasi Pendidikan : Menemukan kem- bali
Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Cet.I. Alberta
Education. (2005). The Heart of Matter : Character and Citizen- ship Education
in Alberta Schools. Alberta, Canada: Minister of Educations
The Royal College of Midwives. (2019). Seven steps to strengthen mid- wifery
leadership. Strengthening Midwifery Leadership : A Mani- festo for Better
Maternity Care.
Standards, G. (1987). International Confederation of Midwives, 21:st Congress.
Jordemodern, 100(11), 348–374.
ICM. (2013). Companion Guidelines for ICM Global Standards for Mid- wifery
Education 2010; amended June 2013. International Con- federation of
Midwives, June, 31. http://www.nurse.or.jp/nurs-
ing/international/icm/definition/kihon.html

21

Anda mungkin juga menyukai