Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIVITAS E-BOOKLET SEBAGAI MEDIA EDUKASI TERHADAP

PERILAKU REMAJA TENTANG PENCEGAHAN KANKER SERVIKS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Institut Catala d’Oncologia / ICO (2017) insiden kanker serviks
menyerang pada Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 15-44 tahun.Angka
kejadian pada wanita yang berusia diatas 15 tahun merupakan populasi yang
beresiko tinggi terkena kanker serviks yang berjumlah 89,07 juta jiwa.
Berdasarkan estimasi oleh Globocan, International Agency for Research an
Cancer (IARC) tahun 2012 insiden kanker serviks (leher rahim) sebesar 17 per
100.000 pada wanita (Kemenkes RI, 2014).
Di seluruh dunia, setiap tahunnya terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru
kanker serviks, 80% di antaranya terjadi pada wanita yang hidup di negara
berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah
kasus kanker serviks masih cukup tinggi (Ariani, 2015). Untuk Asia terdapat
lecenderungan tingginya kejadian kanker serviks. Menurut Ekowati, dkk (2017)
menyatakan pada tahun 2013 kejadian kanker serviks di Asia tenggara sebanyak
50.566 kasus dengan kejadian sebesar 16,6%..
Untuk tingkat kejadian kanker serviks diindonesia masih tinggi dan terjadi
peningkatan setiap tahunnya. Untuk jumlah kasus tetinggi terjadi di provinsi jawa
Timur dengan 21.313 kasus, jawa tengah 19.734 kasus, selanjutnya jawa barat
15.635 kasus, DKI Jakarta 5.919 kasus. Seerta sumatera utara 4.694 kasus (Pusat
Data dan informasi Kesehatan RI, 2015).
Di Sulawesi Utara juga terdapat penderita kanker serviks karena rendahnya
wanita yang melakukan deteksi dini. Prevalensi jumlah penderita kanker serviks
di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013 sebesar 1,4 % atau berjumlah 1.651
yang menderita kanker serviks (Kemenkes RI, 2015). Provinsi Sulawesi Utara
menempati urutan ke 13 dari 33 provinsi yang menderita kanker serviks
(Watulingas. dkk, 2016).
Resiko terkena kanker serviks semakin tinggi, hal ini terjadi karena
kebiasaan dan perilaku masyarakat melakukan pernikahan pada usia dini dan
melakukan hubungan seksual secara dini sedangkan alat kelamin wanita belum
matang sehingga dapat mengakibatkan iritasi dan infeksi akibat ketidaksiapan
fisik dan mental. Oleh karena itu, sangat diperlukan tentang pengetahuan
mengenai kanker serviks pada remaja.
Demi terbentuknya partisipasi masyarakat teruatama remaja dalam
pelayanan Kesehatan diperlukan upaya promotive yang berkelanjutan melalui
integrasi media dan metode yang mampu dilaksanakan dalam berbagai program
Pendidikan Kesehatan serta kondisi masyarakat. Media yang dimaksud adalah
booklet. Booklet dapat diberikan pada semua kalangan. Booklet sebagai media
informasi dapat meningkatkan pengetahuan secara adekuat bahakan berkorelasi
pada peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifikan (Prince, 2012)
Booklet merupakan salah satu media edukasi yang memuat poin-poin
penting berbentuk tulisan yang dikombinasikan dengan gambar yang menarik,
sehingga dapat merangsang pembaca dalam meningkatkan pengetahuan
(Mintarsih, 2007) . Beberapa kelebihan media buklet seperti dapat digunakan
untuk belajar mandiri, membuat pembaca dapat mempelajari isinya dengan santai,
informasi di dalamnya dapat dibagikan dengan keluarga dan teman, mampu
mengurangi kebutuhan mencatat pembaca, mudah diperbanyak dan diperbaiki
(Hapsari, 2013),
Penelitian yang di lakukan oleh Al Muhdar, dkk (2018) menyatakan bahwa
E-booklet efektif dalam meningkatkan penegtahuan dokter umum terkait
permasalahan menyusui, selain itu juga Khusnuddin, dkk (2020) menyatakan
bahwa e-booklet memiliki pengaruh dalam perilaku pencegahan skabies.
Pada saat ini, hampir setiap orang memiliki smartphone dengan segala
kelebihan yang dimiliki. Hal ini mendorong peneliti untuk menerapkan booklet
pada media berbasis elektronik berupa e-booklet. Sehingga diharapkan dapat
memiliki daya tarik pada masyarakat. Berdsasarkan permasalahan tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas E-Booklet Sebagai
Media Edukasi Terhadap Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Kanker Serviks”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Efektivitas E-Booklet Sebagai Media Edukasi Terhadap
Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Kanker Serviks?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas E-Booklet Sebagai
Media Edukasi Terhadap Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Kanker Serviks

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan tentang Efektivitas E-Booklet Sebagai Media Edukasi Terhadap
Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Kanker Serviks
b. Manfaat Praktis
1. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat serta menambah pengetahuan tentang pemanfaatan E-booklet
dan kanker seviks.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
referensi bagi penelitian selanjutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Booklet
Booklet termasuk salah satu jenis media grafis yaitu media gambar/foto.
Istilah booklet berasal dari buku dan leaflet artinya media booklet merupakan
perpaduan antara leaflet dan buku dengan format (ukuran) yang kecil seperti
leaflet (Simamora, 2009)
Booklet merupakan media komunikasi yang termasuk dalam kategori media
lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang melekat pada media lini
bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut berpedoman pada beberapa kriteria
yaitu : menggunakan kalimat pendek, sederhana, singkat, ringkas, menggunakan
huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt,
dikemas menarik dan kata yang digunakan ekonomis (Suleman, 1998) dalam
Hapsari (2013).
Menurut Ewles (1994) dalam Hapsari (2013) media booklet memiliki
keunggulan, yaitu :
1) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri
2) Penggunaan dapat melihat isinya pada saat santai
3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman
4) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan
5) Mengurangi kebutuhan mencatat
6) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah
7) Awet
8) Daya tampung lebih luas
9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Hardjana dalam Hapsari (2013) mengatakan terdapat enam syarat yang
dapat menggolongkan efektivitas komunikasi, yaitu:

1) Penerima atau pemakai (receiver or user)


2) Isi pesan (content)
3) Ketepatan waktu (timing)
4) Media komunikasi (media)
5) Format (format)
6) Sumber pesan (source)

a. Karakteristik Booklet
Buku berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak lebih dari 30
halaman bolak balik, yang berisi tulisan dan gambar-gambar. Struktur ini
menyerupai buku (pendahuluan, isi, penutup), hanya saja penyajian isinya jauh
lebih singkat daripada buku (Simamora, 2009).
b. Keuntungan dan kelemahan

Menurut Susilana (2009) keuntungan dan kelemahan dari booklet sebagai


berikut :

1) Keuntungan booklet yaitu dapat menyajikan pesan atau informasi dalam


jumlah yang banyak, pesan atau informasi dapat dipelajari sesuai dengan
kebutuhan minat dan kecepatan masing-masing, dapat dipelajari kapan dan
dimana saja, karena mudah dibawa, akan lebih menarik apabila dilengkapi
dengan gambar berwarna dan perbaikan atau revisi mudah dilakukan.
2) Booklet merupakan alat bantu berbentuk buku, dilengkapi dengan tulisan
maupun gambar yang disesuaikan dengan sasaran pembacanya. Informasi
yang ada dalam booklet disusun dengan jelas dan rinci sehingga dapat
ditangkap dengan baik oleh sasaran pendidikan dan tidak menimbulkan
kesalahan persepsi (Notoatmodjo, 2009). Gambar yang menarik dalam
booklet akan semakin menarik minat sasaran pendidikan untuk membaca dan
fokus pada informasi yang disampaikan karena tidak cepat bosan. Menurut
Notoatmodjo, keunggulan dalam menggunakan media cetak seperti booklet
antara lain dapat mencakup banyak orang, praktis dalam penggunaannya
karena dapat dipakai di mana saja dan kapan saja, tidak memerlukan listrik,
dan karena booklet tidak hanya berisi teks tetapi terdapat gambar sehingga
dapat menimbulkan rasa keindahan serta meningkatkan pemahaman dan
gairah dalam belaja
3) Kelemahan booklet yaitu proses pembuatannya membutuhkan waktu yang
cukup lama, bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan
mematikan minat untuk membaca, dan apabila jilid dan kertasnya jelek,
bahan cetak akan mudah rusak dan sobek.

B. Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo,
2012).Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi.
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2012) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”.
Respon dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif Adalah respon yang dihasilkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat
relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap
misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih
jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus
2. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan
berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan.
Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi
memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan
baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

a. Jenis-Jenis Perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):

1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor

b. Bentuk-bentuk perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat orang lain.

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo,
2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007). Untuk lebih jelasnya, bahasan
tentang pengetahuan akan dibahas pada bab berikutnya.
b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior (dalam
Linggasari, 2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan
faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinankeyakinan
evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau
buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan
cara tertentu (Winardi, 2004).

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:


menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.Merespon (responding), memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab
atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap
yang memiliki tingkatan paling tinggi manurut Notoatmodjo (2011).

2. Mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap


tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab atas segala
suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang
memiliki tingkatan paling tinggi manurut Notoatmodjo (2011).
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut
Notoatmodjo (2007).

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo


(2004) dalam Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu

1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen


Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik
berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling
berbeda dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit
putih (Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning
(Mongoloid).
b. Jenis Kelamin Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku
berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku
berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya
d. Sifat Kepribadian Perilaku individu merupakan manifestasi dari
kepribadian yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya
perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari
William B. Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
f. Intelegensi Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu,
oleh karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu
individu yang dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat, cepat
dan mudah. Sedangkan individu yang memiliki intelegensi rendah dalam
pengambilan keputusan akan bertindak lambat
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu Faktor yang berasal dari luar
individu antara lain:
Faktor Lingkungan Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada
disekitar individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. Menurut
Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam interkasi
manusia dengan lingkungan.
1) Faktor Lingkungan Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada
disekitar individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu
karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses
dalam interkasi manusia dengan lingkungan.
2) Pendidikan Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak
dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan
mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga mengatakan bahwa apabila
penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tepat dalam
menentukan perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan
sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri
menurut Azwar (2003). Sedangkan menurut Nursalam (2001) pekerjaan
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu dan kadang cenderung
menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan kesehatan dir
4) Agama Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir,
bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial.
Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah posisi dan
kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan dengan pendidikan,
jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang dimiliki. Menurut
Sukirno (2006) pendapatan merupakan hasil yang diperoleh penduduk atas
kerjanya dalam satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau
tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap
individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya
pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki
pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak maksimal dalam
berproduksi. Sedangkan masyarakat yang memiliki gaji tinggi memiliki
motivasi khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja mereka lebih baik
dan maksimal
6) Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi
perilaku manusia itu sendiri.

c. Kriteria Perilaku

Menurut Azwar (2008), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-


pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat
digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Kriteria
pengukuran perilaku yaitu:

1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner> T
mean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T
mean
3. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan, yaitu:
selalu, sering, jarang, tidak pernah

Dengan skor jawaban :

1. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif


a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan
melalui jawaban kuesioner skor 3
c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2. Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negative
a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan
melalui jawaban kuesioner skor 2
c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4

Penilaian perilaku yang didapatkan jika :

1. Nilai T > MT, berarti subjek berperilaku positif

2. Nilai T < MT berarti subjek berperilaku negative

C. Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang
berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks dapat berasal dari sel – sel di
leher rahim, tetapi dapat pula tumbuh dari sel–sel mulut rahim ataupun keduanya.
Kanker serviks adalah kanker ataupun keganasan yang terjadi di leher rahim yang
merupakan organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah
vagina disebabkan oleh sebagian besar Human Papilloma Virus. Kanker serviks
atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel – sel
tidak normal pada rahim. Sel –sel yang tidak normal ini berubah menjadi kanker.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina) (Smart, 2010)
a. Epidemiologi
Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit leher
rahim pada Negara berkembang terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi
setiap tahunnya dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung oleh penyakit ini.
Insiden penyakit kanker serviks terus meningkat dari sekitar 25 per 100.000 pada
1988 menjadi sekitar 32 per 100.000 pada tahun 1992. Insiden kanker serviks
pertahun 100 per 100.000 penduduk per tahun. Data Laboratorium Patologi
Anatomi menemukan bahwa di Indonesia frekuensi terjadinya kanker 92,4%
terakumulasi di Jawa dan Bali (Savitri, 2015). Ketahanan hidup seseorang
pengidap penyakit kanker serviks tergantung pada stadium yang diderita yakni
five year survival rate untuk stadium I, II, III dan IV adalah 85%,60%,33%,7%
(Sungkar, 2007).
b. Etiologi
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus
(HPV). Virus papilloma manusia ini merupakan virus yang menyerang kulit dan
membran mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks disebabkan oleh
Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher rahim. Disebut papilloma
karena virus ini sering menimbulkan warts atau kutil. Penyebab dominan kanker
serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher rahim.
Proses infeksi HPV memerlukan waktu yang cukup lama sehingga menjadi
kanker serviks, yaitu 10-20 tahun. Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor risiko
pada kanker serviks antara lain :
1. Usia saat berhubungan seksual pertama kali
2. Usia dari kehamilan pertama
3. Jumlah pasangan seksual
4. Jumlah kehamilan
5. Faktor pasangan pria (pria berisiko tinggi)
6. Penyakit menular seksual

c. Patofisiologi
Terjadinya infeksi fulminant, HPV harus mencapai sel basal terlebih dahulu.
Jalurnya melalui mikro abrasi atau melalui cairan pada epitel skuamosa atau
mukosa epitel yang dihasilkan pada saat aktivitas seksual. Pada saat mencapai sel
basal akan terjadi pembelahan sel-sel yang tidak terkendali sehingga akan
merusak jaringan hidup lainnya. Dalam hal ini sel tersebut akan memakan
jaringan leher rahim melalui berbagai macam cara antara lain dengan invasi atau
tumbuh langsung ke jaringan sebelahnya. Keganasan sel tersebut dapat
disebabkan oleh adanya kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi pada gen vital
yang mengontrol pembelahan sel, sehingga sel-sel ini dapat berubah dari normal
menjadi prakanker dan kemudian menjadi kanker. Perubahan prakanker menjadi
kanker didahului dengan terjadinya keadaan yang disebut lesi kanker atau
Neoplasia Intraepithelial Serviks (NIS) skuamosa atau mukosa epitel yang
dihasilkan pada saat aktivitas seksual. Pada saat mencapai sel basal akan terjadi
pembelahan sel-sel yang tidak terkendali sehingga akan merusak jaringan hidup
lainnya. Dalam hal ini sel tersebut akan memakan jaringan leher rahim melalui
berbagai macam cara antara lain dengan invasi atau tumbuh langsung ke jaringan
sebelahnya. Keganasan sel tersebut dapat disebabkan oleh adanya kerusakan DNA
yang menyebabkan mutasi pada gen vital yang mengontrol pembelahan sel,
sehingga sel-sel ini dapat berubah dari normal menjadi prakanker dan kemudian
menjadi kanker. Perubahan prakanker menjadi kanker didahului dengan terjadinya
keadaan yang disebut lesi kanker atau Neoplasia Intraepithelial Serviks (NIS)

d. Tanda dan Gejala


Seseorang yang terkena infeksi HPV tidak lantas demam seperti terkena
virus influenza. Masa inkubasi untuk perkembangn gejala klinis infeksi HPV
sangat bervariasi. Kutil akan timbul beberapa bulan setelah terinfeksi HPV, efek
dari virus HPV akan terasa setelah berdiam diri pada serviks selama 10-20 tahun.
Gejala fisik serangan penyakit ini secara umum hanya dapat dirasakan oleh
penderita usia lanjut. Berikut gejala umum yang sering muncul dan dialami oleh
penderita kanker serviks stadium lanjut: a. Keputihan tidak normal atau berlebih.
b. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding) c. Pendarahan diluar siklus menstruasi d. Penurunan berat badan drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita
keluhan nyeri panggul f. Serta dijumpai juga hambatan dalam berkemih dan
pembesaran ginjal
e. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks antara lain:
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap penyakit kanker serviks adalah mereka
yang berusia 35-50 tahun, terutama ada wanita yang telah melakukan hubungan
seksual sebelum usia 20 tahun. Risiko terjadinya kanker serviks lebih besar dua
kali lipat pada wanita yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun
2. Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker serviks. Peningkatan
kanker serviks dua kali lebih banyak adalah ras Afrika-Amerika dibandingkan
dengan ras Asia-Amerika.
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human Papilloma Virus. Jenis
virus yang paling banyak menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18
yang sebagian besar 70% mengakibatkan kanker leher rahim.
4. Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena infeksi HPV.
Seseorang yang melakukan diet ketat dan jarang maupun kurangnya
mengkonsumsi vitamin A, C, dan E setiap harinya akan menurunkan kekebalan
tubuh sehingga akan mudah terinfeksi
5. Wanita Perokok
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak penelitian yang
menyatakan hubungan kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks. Dalam penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia
yang dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada tahun 2001. Zat nikotin
serta racun yang masuk kedalam darah melalui asap rokok dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi Cervical Neoplasia atau tumbuhnya sel yang
abnormal pada leher rahim.
6. Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan risiko
terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ reproduksi Wanita
belum mencapai kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia 20-
35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih
berisiko tinggi terkena infeksi HPV.
7. Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan risiko
terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita
belum mencapai kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia 20-
35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih
berisiko tinggi terkena infeksi HPV.
8. Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena kanker serviks.
Kelahiran yang berulang kali akan mengakibatkan trauma pada serviks.
Terjadinya perubahan hormon pada wanita selama kehamilan ketiga akan
mengakibatkan wanita lebih mudah terkena infeksi HPV. Ketika hamil wanita
memiliki imunitas yang rendah sehingga memudahkan masuknya HPV kedalam
tubuh yang berujung pada pertumbuhan kanker
9. Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
penggunaan pembalut pada saat menstruasi dan tidak sering diganti berisiko 3 kali
lebih besar menderita kanker serviks, serta penggunan sabun dengan pH > 4
berisiko 4 kali lebih besar menderita kanker serviks.
10. Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan mengalami
kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang adekuat termasuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga deteksi dini dan skrining untuk
mendeteksi infeksi HPV menjadi kurang dan terapi pencegahan akan terhambat
apabila terkena kanker serviks.
f. Klasifikasi
1. Stadium I : Kanker banyak terbatas pada daerah mulut dan leher rahim
(serviks). Pada stadium ini dibagi menjadi dua. Pada stadium I-A baru didapati
karsinoma mikro invasif di mulut rahim. Pada stadium I-B kanker sudah
mengenai leher rahim.
2. Stadium II : Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan sepertiga
vagina. Pada stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan–jaringan di
seputar rahim (parametrium).
3. Stadium III : Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding. Stadium III-
B kanker mencapai ginjal.
4. Stadium IV : Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ – organ terdekat
seperti anus, kandung kemih, ginjal, dan lain–lain. Pada stadium IV-B, kanker
sudah menyebar ke organ–organ jauh seperti hati, paru–paru, hingga otak.

g. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Pemeriksaan pada kanker serviks bisa dilakukan dengan mendeteksi sel
kanker secara dini dengan:
1. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Metode pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian, pada serviks diamati apakah terdapat
kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, dapat
dianggap tidak terdapat inspeksi pada serviks. Pemeriksaan ini dilakukan hanya
untuk deteksi dini.
2. Pap smear
Metode tes pap smear yang umum, yaitu dokter menggunakan sikat untuk
mengambil sedikit sampel sel – sel serviks. Kemudian sel – sel tersebut akan
dianalisis di laboratorium. Tes itu dapat menyikapi apakah terdapat infeksi,
radang, atau sel–sel abnormal.
3. Thin Prep
Metode thin prep lebih akurat dibandingkan pap smear. Jika pap smear
hanya mengambil sebagian dari sel–sel serviks, metode thin prep akan memeriksa
seluruh bagian serviks. Hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
4. Kolposkopi
Prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya
untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal
5. Test DNA-HPV
Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari Human Papilloma Virus
(HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat
menyebabkan kanker serviks yang hadir (Rahayu, 2015).

D. Kerangka Konsep

Pemberian Media Edukasi


Perilaku remaja terhadap
E-Booklet mengenai
pencegahan kanker Serviks
kanker serviks

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Definisi operasional adalah uraian tentang bahasan variable yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoadmodjo,
2012)

Nama Definisi Alat Ukur Kategori Skala


Variabel
Edukasi Kegiatan Media E- Penyuluhan
mengenai pendidikan Booklet menggunakan
kanker Serviks kesehatan yang media E-
dilakukan dengan booklet
menyebarkan
informasi kesehatan
tentang kanker
serviks pada remaja
dengan
menggunakan
media

Perilaku Cara-cara yang Kuesioner 1. Kategori Ordinal


pencegahan dilakukan remaja baik: hasil
Kanker serviks putri dalam persentase
mencegah 50%- 100%
terjadinya kanker 2.Kategori
serviks. Penentuan kurang: hasil
perilaku persentase
pencegahan kanker
serviks dibagi
dalam 2 kategori
yaitu baik dan
kurang. Dikatakan
baik apabila dapat
menjawab
pertanyaan dengan
benar 50%-100%
dari seluruh
pertanyaan, kurang
apabila dapat
menjawab
pertanyaan dengan
benar

Kriteria Objektif :

Perilaku baik : jika hasil dari analisis data menunjukkan pengetahuan cukup

Perilaku Kurang : jika hasil dari analisis data menunjukkan pengetahuan kurang,

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti dari data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2006:25). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Media e-booklet dapat meningkatkan perilaku remaja terhadap kanker serviks


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian pretest-posttest control
group desain. Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok
eksperimen dengan pencapaian kelompok kontrol. Desain penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Desain Control Group Pre test-Post test

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test


Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Keterangan :

Y1 : Kelompok eksperimen dan kontrol di beri pre-test

Y2 : Kelompok eksperimen dan control di beri post-test

X1 : Pemberian edukasi menggunakan e-booklet pada remaja

X2 : Pemberian edukasi ceramah pada remaja

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang dan PKM Ondong Siau Barat Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Agustus 2021
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:79). Secara umum dapat diartikan bahwa populasi
adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Eko Budiarto,
2001:7). Dalam penelitian ini populasinya sebanyak……
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non-random (non
probability) sampling dengan teknik quota sampling yaitu teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2008: 85). Sampel dalam penelitian
ini sebanyak…………..
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Kuesioner dalam
penelitian ini berisi tentang Kanker Serviks.
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian apabila telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Untuk itu kuesioner harus dilakukan uji coba di
lapangan. Responden yang digunakan untuk uji coba merupakan responden yang
memiliki karakteristik sama dengan responden dari tempat dimana penelitian
tersebut dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:129).
b. Media e-booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. E-Booklet adalah salah satu
media cetak yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan. E-Booklet bertujuan
untuk memberikan pengetahuan tentang karies gigi. E-Booklet berisi tentang
gambar-gambar dan penjelasan mengenai kanker serviks berupa pengertian
kanker serviks, penyebab, gejala-gejala, tahapan-tahapan kanker serviks, dan cara
mencegah kanker serviks.
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara – cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Suharsimi Arikunto (2002:127)
menjelaskan bahwa alat evaluasi atau pengumpul data dapat dibedakan menjadi
dua, antara lain tes dan non tes. Berdasarkan kegunaannya tes dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu tes diagnosis, tes formatif dan tes sumatif. Sedangkan
non tes terdiri dari skala bertingkat, daftar cek, kuisioner, pengamatan, wawancara
dan riwayat hidup
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat
berbentuk tulisan, gambar atau karya seseorang (Sugiyono, 2008:240). Tujuan
dari dokumentasi ini adalah mencari data – data atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
silabus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
2. Metode eksperimen
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Tabel. Konsep Eskperimen

Kelompok Kondisi Awal Perlakuan Tes


Eksperimen Pretest Media edikasi Post test
menggunakan E-
Booklet
Kontrol Pretest Menggunakan Post test
ceramah

Pada kondisi awal kelompok eksperimen diberikan pretest yang nantinya


akan dijadikan sebagai dasar pembanding nilai posttest. Selanjutnya perlakuan
yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah memberikan E-booklet
sebagai media Edukasi, kemudian mengadakan posttest untuk melihat hasil
edukasi. Pada kondiasi awal kelompok kontrol juga diberikan pretest yang
nantinya akan dijadikan sebagai dasar pembanding nilai posttest. Selanjutnya
tidak diberikan perlakuan apapun atau dengan hanya menggunakan metode
ceramah saja, kemudian juga mengadakan posttest untuk melihat hasil
pembelajarannya. Di mana soal pretest dan posttest yang diberikan kepada
kelompok kontrol tersebut sama dengan sama dengan soal pretest dan posttest
yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan


tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan tahap-tahap berikut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:176-178) :

1. Editing Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus


dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir atau kuisioner tersebut.
2. Coding Semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode sangat berguna
dalam memasukkan data (data entry).
3. Entry Data Data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer untuk dianalisis.
4. Tabulasi Data (tabulating) Tabulasi adalah kegiatan untuk mengelompokkan
data sesuai dengan variabel yang akan diteliti guna memudahkan untuk disusun
dan ditata untuk disajikan.

G. Analisa Data
Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan dengan cara mendeskripsikan karakteristik

variabel penelitian dan selanjutnya disajikan dalam bentuk table ataupun grafik.

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji bivariat pada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian E-booklet

terhadap perilaku remaja terhadap pencegahan kanker serviks

H. Etika Penelitian
1. Peneliti mengajukan ethical clearance
Pengajuan dilakukan di Komite Etik Penelitian Universitas Megabuana palopo
untuk memperoleh surat kelayakan etik penelitian.
2. Hak untuk dihargai privasi
Penelitian meminta responden untuk mengisi kuisioner sehingga dalam
penelitian dilakukan inform consent kepada responden menggunakan lembar
inform consent atau lembar persetujuan.
3. Hak untuk dihargai kerahasiaan informasi
Peneliti tidak menampilkan identitas responden, yaitu dengan cara mengganti
identitas menggunakan inisial/kode angka pada master tabel.
4. Hak untuk memperoleh imbalan atau kompensasi
Responden yang telah bersedia memberikan informasi berhak menerima
imbalan dari peneliti. Oleh karena itu, di akhir penelitian responden menerima
souvenir
DAFTAR PUSTAKA

A.Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika

Ahmad Syauqie Al Muhdar, Dewi Martha Indria,Farida Rusnianah. 2018.


Efektifitas Pemberian E-Booklet Tentang Permasalahan Menyusui Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Dokter Umum Di Puskesmas Kota Malang. Jurnal
Kesehatan Islam Vol. 7, No. 1, Maret 2018

Ariani, Sofi. (2015). Stop Kanker. Yogyakarta: Istana Media

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, I. (2008). Panduan Pelayanan Medik :
Model Interdisiplin Penatalksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC.

Azwar, S. 2003. Sikap Manusia ,Teori dan Pengukuran. Edisi I. Yogyakarta :


Pustaka Medika.

Eko Budiarto, 2001, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,


Jakarta: EGC

Ekowati, D., dkk. 2017. Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Mahasiswi


Dalam Penerimaan Vaksinasi Hpv Sebagai Upaya Pencegahan Kanker
Serviks. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 334–341.

Hapsari, C.M. (2013). Efektivitas komunikasi media buklet anak alami sebagai
media penyampaian pesan gentle birthing service. Jurnal E-Komunikasi 1
(3), 264-275.

Institut Catala D’ Oncologia. (2017). Human Papilomavirus and Related Diseases


Report. Di unduh tanggal 01 Agustus 2021
Kamaruddin M, Hasrawati, Usmia S, Jusni, Misnawaty, Handayani I. Korelasi
antara Status Gizi dan Kadar Hemoglobin pada Kejadian Anemia Ibu Hamil
Trimester III. JMA. 2019;1(2):77-82.

Kamaruddin M. Trik Pencegahan dan Mengatasi TORCH pada Ibu dan Bayi
Melalui Natural Products. Published online March 2019.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Hilangkan Mitos Tentang


Kanker

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker, Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan, doi: 2088270x

Khusnuddin, Sofwan Indarjo. 2020. E-Booklet Personal Hygiene terhadap


Perilaku Pencegahan Skabies Pada Santri Pondok Pesantren. Higeia Journal
Of Public Health Research And Development. HIGEIA 4 (3) (2020)

Linggasari. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. FKMUI

Mintarsih W. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet dan Poster dalam


Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi di Kabupaten Tasikmalaya [Tesis]. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada; 2007.

Nasirotun, Siti. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang
Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada
Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol.1 No.2, Oktober 2013 ISSN 2235-
2543.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka cipta : Jakarta

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.


2011:146-50.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo. Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan


Keempat. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan


Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

Okviana. (2015). Hubungan Antara Konformitas Dengan Kecenderungan Perilaku


Bulliying.Jakarta: Salemba Medika
Pamungkas, Hariyanti, Siti. 2015. Perilaku Pencegahan Sekunder Pasien Penyakit
Jantung Koroner. KTI Tidak Diterbitkan. Ponorogo: Program Study DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammdiyah
Ponorogo

Pradipta, B dan S. Sungkar. 2007. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus


dalam Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 57 (11):391-396.

Prince J. 2012. A Study to develope and Evaluate The Effectiveness of


information Booklet on mergency Contraception in Terms of knowledge of
woman and to Seek its relationship with factors in Slected Residential
apartments in Andhra Pradesh. jurnal of biology, Agriculture and
Healthcare. 2(11):32-41

Rahayu, Dedeh Sri.2015. Asuhan Ibu dengan kanker Serviks. Jakarta:Salemba


Medika.

Roymond S. Simamora. (2009). Buku Ajar Pendidikan dalam


Keperawatan.Jakarta : EGC

Smart, Aqila. (2010). Kanker Organ Reproduksi. Yogyakarta: Darul Hikmah

Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV


Wacana Prima

Syatriani, S.(2011). Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum


Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional.;Vol 5, No 6 Juni 2011

Watulingas, A. M., Loho, M. and Wagey, F. (2016) ‘Karakteristik penderita


kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari
2013 – 31 Desember 2015’, Journal e-Clinic, 4(2), pp. 2–6.

Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Kencana.

Anda mungkin juga menyukai