Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN DALAM PELAKSANAAN

KOLABORASI PERAWAT DENGAN DOKTER

OLEH

TRIE YUNIAR ARIEF 19.20.3028

DOSEN PENGAMPU : NOORMAILIDA ASTUTI.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA

BANJARMASIN

2020
TUGAS MANDIRI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA
PRODI ILMU KEPERAWATAN

Mata Kuliah : Komunikasi Dalam keperawatan 1


Semester : II / Dua
Dosen : Noormailida Astuti.,Ns.,M.Kep
Jenis Tugas : Tugas kelompok
Metode : Review dan Analisis
Tujuan : Mengembangkan cara belajar dan pemahaman mahasiswa pada Trend
dan issue komunikasi dalam pelayanan keperawatan pelaksanaan kolaborasi perawat dan
dokter. Guna mengukur kemampuan dan ketajaman analisis mahasiswa terhadap objek
kajian di dalam Komunikasi keperawatan.
Rincian Tugas:
1. Buatlah paper tentang :
- Trend dan issue komunikasi dalam pelayanan keperawatan pelaksanaan
kolaborasi perawat dan dokter yang terjadi di indonesia dalam bidang
keperawatan,
- Pemahaman kolaborasi dan anggota tim interdisiplin. dalam ilmu keperawatan.
2. Buatlah paper pada kertas A4 dengan aturan penulisan: Huruf Times New Roman,
Ukuran Huruf 12, Spasi 1,5
3. Gunakan 4 buah Buku sebagai bahan refrensi, minimalisir penggunaan artikel di
dalam Website, dan sertakan di dalam Daftar Pustaka pada halaman terakhir.
4. Buatlah paper sebanyak 11 lembar, yang masing-masing terdiri dari : 1 lembar
Halaman depan, 1 lembar Halaman Daftar Tugas Mandiri , 7 lembar Halaman ISI
(terdiri atas, 1 lembar Pendahuluan, 2 lembar Pembahasan tentang trend dan issue
yang terjadi di indonesia dalam bidang keperawatan, 2 lembar Pembahasan tentang
pemahaman kolaborasi, 2 lembar tentang pemahaman anggota tim interdisiplin) 1
lembar Halaman Kesimpulan, 1 lembar Halaman Daftar Pustaka.
5. Tugas di serahkan 3 hari setelah tugas di berikan. Paling telat pada pukul 13:00 WIB
dikirim melalui email noormailida.astuti@gmail.com.
6. SELAMAT MENGERJAKAN!!!!!

DOSEN PENGAMPU
NOORMAILIDA ASTUTI.,Ns.,M.Kep
A. PENDAHULUAN

1.   Definisi Trend dan Issu Keperawatan

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut
menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

2. Definisi Kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
1. TREN DAN ISSUE
A.  Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia
akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam
pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-
1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
1.    62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
2.    59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
3.    53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4.    Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

 Permasalahan Pada Lansia


1.    Permasalahan Umum
a)    Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b)   Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
c)    Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d)   Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e)    Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.    Permasalahan Khusus
a)    Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
b)   Berkurangnya integrasi sosial usila.
c)    Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d)   Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e)    Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f)      Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.

C.  Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia


1.    Penurunan fisik
2.    Perubahan mental
3.    Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:
1.    Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2.    Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3.    Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4.    Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5.    Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6.    Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan
Makassar) sbb:
1.    Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat
(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
2.    Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih
(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
3.    Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung
(6,45%).

D.  Masalah  Kesehatan Gerontik


1.    Masalah kehidupan seksual
2.    Perubahan prilaku
3.    Pembatasan fisik
4.    Palliative care
5.    Pengunaan obat
2. KOLABORASI

Sistem pelayanan kesehatan dimasa depan ter-gantung pada bagaimana tenaga profesional
kesehatan merumuskan kembali cara untuk bekerjasama. Model multidisiplin tidak lagi
dapat mendukung kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan yang semakin kompleks,
karena tidak satupun profesi kesehatan yang mempunyai semua pengetahuan yang
dibutuhkan oleh pasien secara utuh. Praktik interdisiplin atau kolaborasi interprofesional
merupakan kerjasama kemitraan dalam tim kesehatan yang melibatkan profesi kesehatan dan
pasien, melalui koordinasi dan kolaborasi untuk pengambilan keputusan sosialisasi. Model
praktik kolaborasi interprofesional pelayanan kesehatan di rumah sakit bersama seputar
masalah-masalah kesehatan. Tujuan dari dilakukannya kerja sama tim akan memudahkan
para petugas dalam menjalankan tugas untuk mewujudkan keselamatan pasien dengan
tindakan profesional sebagaimana prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.

Hal ini dapat mendukung PPA dalam bermitra atau partnership agar terciptanya tim yang
berkolaborasi yang efektif. ketika mahasiswa antar profesi belajar bersama mereka akan
mentransfer pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh dalam memecahkan
berbagai macam kasus penyakit sehingga akan menjadi bahan referensi bagi mahasiswa
profesi lain. Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa pendidikan
kesehatan dalam pelaksanaan IPE agar mahasiswa mampu membekali dirinya dalam
mengembangkan kemampuan berkolaborasi, yaitu: pengetahuan, ketrampilan komunikasi,
sikap & kemampuan tim. Manfaat atau kompetensi yang didapat ketika seseorang mengikuti
program IPE adalah 1) Mengetahui peran/kompetensi masing-masing profesi,

2) Mengetahui tugas dan wewenang tiap profesi,

3)Memiliki keahlian masing-masing,

4) Meningkatkan keterampilan komunikasi yang efektif,

5) Mengetahui dinamika kelompok antar profesi,

6) Meningkatkan skills organisasi/leadership,

7) Mampu bersosialisasi,

8) Meningkatkan sikap menghargai dan menjunjung tinggi etika,


9) Menghilangkan sifat atau perasaan superior terhadap profesi tertentu,

10) Percaya diri akan profesinya masing-masing,

11) Meningkatkan kemampuan teamwork,

12) Kolaborasi antar profesi,

13) Rasa saling membutuhkan,

14) Mendapatkan kemampuan negosiasi,

15) Mendapatkan kemampuan kepemimpinan,

16) Dapat bertukar pengetahuan dan informasi,

17) Dapat berbagi cara mengambil keputusan,

18) Dapat mengatur/ menyelesaikan konflik,

19) Dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan pasien sebagai pusatnya,

20) Meningkatkan kualitas pelayanan,

21) Membuat tim tenaga kesehatan kohesif/ berbaur karena menghilangnya stereotipe,

22) Kolaboratif dalam praktik.


3. INTERDISPLIN

Interdisiplin merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada sejumlah dimensi kunci
termasuk didalamnya adalah : tujuan yang jelas, identitas bersama, komitmen bersama,
peran yang jelas dari masing masing profesi, saling ketergantungan, dan integrasi satu
sama lain. Interdisplin adalah unsur penting untuk mengurangi duplikasi usaha,
meningkatkan koordinasi, meningkatkan keselamatan dan, oleh karena itu, memberikan
perawatan berkualitas tinggi . Organisasi kesehatan menyadari  tentang pentingnya 
memiliki informasi dan keterampilan banyak disiplin dalam rangka mengembangkan
solusi yang dapat dipertangung jawabkan dalam memberikan perawatan yang
komprehensif kepada individu dan keluarga.

Diungkapkan oleh Firth-Cozens (1998) berpendapat bahwa: Kerja tim dipandang


sebagai cara untuk mengatasi potensi fragmentasi perawatan, sebuah sarana untuk
memperluas keterampilan; merupakan bagian penting yang perlu dipertimbangkan
menghadapi kompleksitas perawatan modern; dan cara untuk meningkatkan kualitas bagi
pasien. Pelayanan Kesehatan Nasional Manajemen Eksekutif (1993) di Inggris
menyatakan : Hasil terbaik dan biaya paling efektif untuk pasien dan klien dicapai ketika
profesional bekerja sama, belajar bersama, terlibat dalam audit klinis hasil bersama-
sama,dan menghasilkan inovasi untuk memastikan kemajuan dalam praktek dan
pelayanan.

Tim pelayanan interdisiplin diperlukan untuk menyelesaikan masalah pasien yang


kompleks, meningkatkan efi-siensi dan kontinuitas asuhan pasien. Proses kerja sama
interdisiplin dapat mengurangi duplikasi dan meningkatkan kualitas asuhan pasien,
melalui tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan secara komplementer. Tujuan dari
dilakukannya kerja sama tim akan memudahkan para petugas dalam menjalankan tugas
untuk mewujudkan keselamatan pasien dengan tindakan profesional sebagaimana
prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
Pendekatan interdisiplin sangat bermanfaat untuk menjembatani tumpang tindihnya
peran para praktisi kesehatan dalam menyelesaikan masalah pasien.
melalui tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan secara komplementer. Literature
mengidentifikasi 70 –80% kesalahan (error) dalam pelayanan kesehatan disebabkan oleh
buruknya komunikasi dan pemahaman didalam tim, kerjasama tim yang baik dapat
membantu mengurangi masalah patient safety.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerjasama team multidisipliner dapat digunakan


untuk mencapai tujuan kolaborasi team :

- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan


keahlian unik profesional
- Produktifitas maksimal serta efisien dan efisiensi sumber daya
- Meningkatkan kohensifitas antar profesional
- Kejelasan dalam peran berinteraksi antar profesional
- Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai, dan memahami orang lain
KESIMPULAN

sebagai media kolaborasi antar profesional kesehatan dengan menanamkan


pengetahuan dan keterampilan dasar antar profesional dalammasa pendidikan. Ketika
bekerja dalam tim, kepribadian seseorang akan terekspresikan dalam kecenderungan untuk
mengambil atau menghindari peran tertentu. Salah satu aspek kepribadian yang
mempengaruhi peran tersebut adalah efikasi diri. Hal tersebut juga berhubungan dengan
“Pengaruh efikasi diri terhadap peran dan cara pengambilan keputusan dalam teamwork”,
dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang memilikiefikasi diri yang
baik akan menetapkan tujuan yang tinggi dan berpegang teguh pada tujuannya. Sebaliknya,
seseorang yang memiliki efikasi diri yang lemah akan berkomitmen lemah pada tujuannya,
sehingga terjadi ketidak patuhan terhadap pemenuhan kualitas pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka individu dengan efikasi diri yang baik memiliki ciri-
ciri yang dapat mendukung untuk pelaksanaan teamwork yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Setiabudhi, Tony. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga


Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas,
fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
Rumanti, E. (2009). Analisis Pengaruh Pengetahuan Perawat Tentang Indikator Kolaborasi
terhadap Praktek Kolaborasi Perawat Dokter di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
DIPONEGORO)

Anda mungkin juga menyukai