Anda di halaman 1dari 58

Komunikasi hubungan dokter pasien, dokter

sejawat, dokter dg masyarakat dan dokter profesi


kesehatan lainnya.

H.Syahrul Muhammad, dr.MARS


Undang Undang No .29 Tahun 2004
Praktek Kedokteran

KOMPETENSI DOKTER
Standar Kompetensi
SK Mendiknas 045/U/2002

KOMPETENSI
Seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggungjawab yg dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat pelaksanaan tugas di bidang
pekerjaan tertentu.
UU No .29 Tahun 2004
Praktek Kedokteran

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia


No.21A/KKI/Kep/X/2006
Pengesahan
Standar Kompetensi Dokter

Standar Kompetensi Dengan di kuasainya standar kompetensi,


SK Mendiknas No.045/U/2002 maka profesi dokter akan mampu :

( 1- 5 )
Elemen Kompetensi
( 1- 5 )
Elemen elemen Kompetensi
1. Landasan kepribadian
2. Penguasaan Ilmu dan ketrampilan
3. Kemampuan berkarya
4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut
tingkat keahlian berdasarkan Ilmu dan
ketrampilan yg dikuasai.
5. Pemahaman kaidah berkehidupan
masyarakat sesuai dengan keahlian dalam
berkarya.
Dengan di kuasai Standar Kompetensi oleh Profesi
dokter, maka ybs akan mampu

1. Menjalankan tugas/pekerjaan profesinya.


2. Mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan.
3. Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan
bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan
rencana semula.
4. Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk
memecahkan masalah di bidang profesinya.
5. Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

A. AREA KOMPETENSI

1. Komunikasi efektif
2. Ketrampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan masalah kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawasdiri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, medikolegal dan
profesionalisme, serta keselamatan pasien
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

B. KOMPONEN KOMPETENSI

1. AREA KOMUNIKASI EFEKTIF


1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarga
2. Berkomunikasi dengan sejawat
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Berkomunikasi dengan profesi lain.

2. AREA KETRAMPILAN KLINIS

5. Memperoleh dan mencatat informasi yg akurat serta penting


tentang pasien dan keluarganya
6. Melakukan prosedur klinis dan laboratorium
7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

3. AREA LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN

8. Menerapkan konsep konsep dan prinsip prinsip ilmu


biomedik, klinik, perilaku, dan Ilmu Kesehatan
masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan
tingkat primer.
9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan
fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai.
10.Menentukan efektivitas suatu tindakan
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

4. AREA PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN

11.Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien


sebagai individu utuh, bagian dari keluarga dan
masyarakat.

12.Melakukan pencegahan penyakit dan keadaan sakit

13.Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka


promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

14.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk


meningkatkan derajat kesehatan.

15.Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan


prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan
kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

5. AREA PENGELOLAAN INFORMASI


16. Menggunakan tehnology informasi dan komunikasi untuk
membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan
pencegahan, dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan
pemantauan status kesehatan pasien.
17. Memahami manfaat dan keterbatasan tehnology informasi
18. Memanfaatkan informasi kesehatan

6. AREA MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI


19. Menerapkan mawas diri
20. Mempraktekkan belajar sepanjang hayat
21. Mengembangkan pengetahuan baru
STANDAR KOMPETENSI DOKTER

7. AREA ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL, DAN PROFESIONALISME


SERTA KESELAMATAN PASIEN

22. Memiliki sikap profesional


23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
24. Sebagai anggotaTim Pelayanan Kesehatan yang profesional
25. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural
di Indonesia
26. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktek kedokteran
27. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.
Area Kompetensi I
Komunikasi efektif
• Kompetensi inti
– Menggunakan ketrampilan komunikasi yg baik
(Verbal: tertulis dan oral, non verbal, mendengar
dgn konsentrasi)
– yg dikembangkan berdasarkan paradigma
komunikasi ilmiah untuk membantu pengelolaan
pasien serta kerja sama yg produktif dengan
pasien, keluarga, masyarakat, sejawat dan profesi
terkait
Komponen kompetensi

Menerapkan prinsip prinsip komunikasi


(berdasarkan paradigma yg berlaku)
untuk
menetapkan dan mempertahankan pengobatan
lengkap dan hubungan dokter pasien yg etikal
Sasaran penunjang

• Menerapkan prinsip kerahasiaan, otonomi pasien,


reaksi positif dan aspek pengobatan dalam hubungan
dokter pasien dalam hal :
– Anamnesis
– Konseling
– Penjelasan berbagai prosedur
– Negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga
– Pendidikan pasien.
Persepsi dan komunikasi
• SEORANG dokter Manchester di rumah sakit,
mengambil sampel urin diabetes dan mencelupkan
jarinya ke dalamnya untuk mencicipnya. Ia meminta
semua mahasiswanya untuk mengulangi tindakannya.
• Mereka enggan melakukannya dan dengan wajah
meringis sepakat bahwa rasanya manis. "Saya
melakukan hal ini," kata dokter itu, "untuk mengajari
kalian pentingnya mengamati rincian.
• Jika kalian mengamati saya secara hati-hati, kalian akan
memerhatikan bahwa saya meletakkan jari pertama
saya dalam urin, tetapi saya menjilat jari kedua" (Jones,
1996).
Persepsi dan komunikasi
• Cerita di atas menunjukkan bahwa persepsi manusia terbatas.
Persepsi adalah inti komunikasi. Tanpa persepsi yang cermat, kita
tak mungkin berkomunikasi efektif.
• Karena diagnosis yang tidak cermat, dokter dapat memberikan obat
yang keliru kepada pasien, membuat penyakitnya lebih parah, cacat
seumur hidup, atau meninggal dunia.
• Babrow dan Dinn (2005), mengatakan, seorang dokter yang cakap
harus juga seorang komunikator cakap, yang memahami
ketidakpastian dialami pasien dan keluarganya.
• Profesional medis yang mengandalkan keahlian medis dengan
mengabaikan pentingnya komunikasi dengan pasien dianggap
arogan namun juga membahayakan kehidupan pasien dan karier
mereka sendiri.
PENGERTIAN KOMUNIKASI

• Komunikasi (Communication) berasal dari perkataan


”communicare”  berpartisipasi atau memberi tahu
atau bahasa latin “Communis”  milik bersama atau
berlaku dimana mana.
• Komunikasi  kegiatan manusia untuk
menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi
pikiran, harapan ataupun pengalamannya, sehingga
apa yang disampaikan menjadi milik bersama.
• Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-
lambang
PENGERTIAN KOMUNIKASI

• Latin --> com + unus = union


• A dynamic process of giving and sharing,
meaning both
– Verbally, and
– Non verbally
Unsur – unsur Komunikasi
Pendapat 3 unsur Pendapat 4 unsur Pendapat 5 unsur Pendapat 6 unsur

1. Sumber 1. Sumber 1. Sumber 1. Sumber


2. Pesan 2. Pesan 2. Pesan 2. Pesan
3. Sasaran 3. Media 3. Media 3. Media
4. Sasaran 4. Sasaran 4. Sasaran
5. Sistem simbol 5. Umpan balik
6. Akibat.
Proses komunikasi
• Model linier
• model sistem
Model linier
1. Tersedianya pesan dan orang yang akan menyampaikan
pesan
2. Adanya upaya menterjemahkan pesan ke dalam bentuk yang
dapat disampaikan (encoded)
3. adanya alat penyampai pesan
4. Adanya media yang akan dipergunakan untuk menyampaikan
pesan
5. adanya alat penerima pesan
6. Adanya upaya untuk menterjemahkan pesan yang diterima
ke dalam bentuk yang mudah di mengerti (decoded)
7. Saran serta timbulnya pengertian terhadap pesan yang
disampaikan.
Model sistem
• Menempatkan kedudukan dan peran
sumber sama dengan kedudukan dan peran
sasaran.
• Fungsi setiap unsur komunikasi terutama
unsur dan sasaran tidak hanya tunggal,
tetapi bersifat ganda.
• survei dari National Association of College and
Employee (NACE), USA (2002), kepada 457
pemimpin, tentang 20 kualitas penting
seorang juara.
20 kualitas penting seorang juara
1. komunikasi, 11. berorientasi pada detail,
2. kejujuran/integritas, 12. kepemimpinan,
3. kemampuan bekerja sama, 13. kepercayaan diri,
4. kemampuan interpersonal, 14. ramah,
5. beretika, 15. sopan,
6. motivasi/inisiatif, 16. bijaksana,
7. kemampuan beradaptasi, 17. indeks prestasi (IP >= 3,00),
8. daya analitik, 18. kreatif,
9. kemampuan komputer, 19. humoris,
10. kemampuan berorganisasi, 20. kemampuan berwirausaha.
Dokter
• Berfikir
– Anamnese
– Pemeriksaan jasmani
– Pengkajian masalah
– Penentuan diagnosa
• diagnosa kerja
• diagnosa banding,
• diagnosa pasti (defenitif)
– Rencana asuhan medis (rencana terapi dan rencana
penyuluhan)Bekerja
• Bekerja
– Menuliskan semuanya dlm rekam medik
– Menulis terapi/resep
– Berkomunikasi
Dokter Pasien

Aspek etika Transaksi teraputik Aspek medikolegal

Berinteraksi
(Doctor patient relationship)

Berkomunikasi
(doctor patient communication)
Profesionalisme
Bekerja
Kedokteran

Kualitas tinggi Memuaskan pasien

Faktor yg berpengaruh Faktor yg berpengaruh

1. Ilmu pengetahuan & ketrampilan 1.Komunikasi

2. Proses berfikir yg benar 2. Sikap dasar


(penerapan pengetahuan) (Attitude)
Mengapa Komunikasi dokter pasien itu penting ??????

1. Kepuasan pasien ; kemampuan komunikasi adalah faktor yg penting dlm


kepuasan pasien yg dirawat dan kepuasan pasien yg dirawat adalah faktor
utama dalam pasien menentukan dokter mana, rumah sakit mana, unit
perawatan mana yg di pilihnya.

2. Mempunyai efek positive pada hasil keseluruhan perawatan pasien, jika


komunikasi buruk mempunyai efek negative bagi proses penyembuhan pasien
keseluruhan.
Komunikasi dokter pasien

Sudah mulai sejak awal transaksi terapeutik, dan berlangsung terus


menerus sampai transaksi terapeutik selesai.

Kronologi
1. Awali dengan salam
2. Komunikasi mengumpulkan data klinik saat anamnesis dan
pemeriksaan jasmani
3. Komunikasi dalam menjelaskan rencana asuhan medis
4. Komunikasi dalam pelaksanaan rencana
5. Komunikasi selama pemantauan, (a.l.menjelaskan hasil
pemeriksaan)
6. Komunikasi pada hasil akhir atau hasil evaluasi keseluruhannya.

Diperlukan keterampilan komunikasi interpersonal dalam transaksi


teraputik Dokter pasien.
Anamnesis Tanya jawab yg dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan etc) kepada pasien untuk menggali data subjektif yang
berkaitan dengan keadaan pasien.

Prinsip Anamnese

1. Mendengakan keluhan dan ungkapan perasaan pasien dengan


seksama, jangan memotong pembicaraan sebelum pasien
selesai bicara
2. Beri kesan bahwa dokter sedang mendengarkan dan mencoba
memahami apa yg diungkapkan oleh pasien
3. Menjawab setiap pertanyaan dengan sabar dan penuh
perhatian
4. Memberi penjelasan secara singkat, lengkap, dan mudah
dimengerti. Mengulangi informasi penting yg harus diketahui
oleh dokter
5. Menggunakan istilah umum dan sederhana bukan
menggunakan bahasa medis yg belum dimengerti pasien
6. Menunjukkan isyarat atau komunikasi non verbal, misalnya
dengan mengangguk atau tersenyum.
(Silverman, 1998)
• Di dalam proses komunikasi dokter-pasien,
sikap profesional ini penting untuk
membangun rasa nyaman, aman, dan percaya
pada dokter, yang merupakan landasan bagi
berlangsungnya komunikasi secara efektif
• Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-
menerus sejak awal konsultasi, selama proses
konsultasi berlangsung, dan di akhir
konsultasi.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
2. Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
3. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah).
4. Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter
umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan
tumbuh kembang, dan lain).
5. Menilai suasana hati lawan bicara
6. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa
tubuh) pasien
7. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan
makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu.
9. Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka
dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
10. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis
selanjutnya atau pengambilan keputusan.
11. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua
belah pihak.
12. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan
kepentingan kedua belah pihak.
13. Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak
pulang.
SAJI, Langkah-langkah Komunikasi

• Ada empat langkah yang terangkum dalam


satu kata untuk melakukan komunikasi,
• Poernomo, Ieda SS, Program Family Health
Nutrition, Depkes RI, 1999.
– S = Salam
– A = Ajak Bicara
– J = Jelaskan
– I = Ingatkan
Salam:
• Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda
bersedia meluangkan waktu untuk berbicara
dengannya.
Ajak Bicara:
• Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan
bicara sendiri.
• Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan
pikiran dan perasaannya.
• Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya,
dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya.
• Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka
maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
• Beri penjelasan mengenai hal-hal yang
menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan
dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak
oleh pikirannya sendiri.
• Luruskan persepsi yang keliru. Berikan
penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau
apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
• Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien
mungkin memasukkan berbagai materi secara luas,
yang tidak mudah diingatnya kembali.
• Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-
hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang
keliru.
• Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah
mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal
yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan
yang penting.
Konsep Ekposisi (Robin C. Fraser)
• Menjelaskan pada pasien/keluarganya apa yg
didapat dari anamnesis, pemeriksaan jasmani,
pemeriksaan penunjang (bila ada), serta
masalah apa yg dirumuskan oleh dokter.
Konsep Ekposisi (Robin C. Fraser)
• Ekposisi pada pertemuan pertama sebaiknya
jangan dulu bicara sampai diagnosa, cukup
memberitahu masalah (problem) apa yg ada
pada pasien untuk menghindari
kesalahpahaman yg mungkin timbul
Konsep Ekposisi (Robin C. Fraser)
Contoh
• Seorang gadis berumur 16 tahun datang
kedokter diantar ibunya dengan keluhan
panas tiga hari, muntah, dan mual yang timbul
mendadak (akut).
• Pada pemeriksaan didapati bahwa suhu
tubuhnya 39 derajat C, konyungtiva hiperemis,
lainnya normal.
Komunikasi dalam fase ini :
• “Bu, putri ibu dari riwayat penyakit dan pemeriksaan,
masalah yg didapat adalah panas tinggi sekali yang
timbul mendadak disertai tanda kelopak mata
merah.
• Keadaan ini menandakan adanya infeksi virus. Saat
ini sedang musim demam berdarah, maka sebaiknya
anak ibu saya rujuk ke rumah sakit untuk perawatan
dan pemeriksaan selanjutnya. Lagi pula ada mual dan
muntah jadi bisa kehabisan cairan tubuh, hal ini yang
mendorong saya menganjurkan untuk di rawat.
Komunikasi dalam fase ini
• Biasanya pasien/ibunya akan kaget, tidak
percaya
• Disini tahap kedua proses komunikasi dimulai :
Memperhatikan reaksi pasien/keluarganya.
Reaksi pasien
Elizabeth Kubler Ross

• Reaksi DABDA
– Denial (menyangkal)
– Anger (kaget/rasa marah tanya jawab minta
pembuktian.
– Bargaining (tawar menawar)
– Depression.
– Aceptance (menerima)
Fase ini penting …
Kepribadian, kesabaran, serta bujuk rayu dokter kepada pasien sangat
teruji.!!!!!!!!!

Pada kebanyakan kasus, reaksi DABDA diatas tidak terlihat hanya timbul bila
informasi tidak menyenangkan pasien.

Bila pasien tidak menerima argumentasi dokter, maka dokter tidak boleh lepas
tangan bahkan marah, dianjurkan dokter bersikap :

1. Menerima keputusan pasien/keluarga dg pesan bila ada tanda bahaya


(makin lemas, tidak dapat minum/makan), segera menghubungi dokter atau
saran melaksanakan rujukan ke rumah sakit  Dalam hal ini keselamatan
dan kepentingan pasien adalah yg utama.
2. Menganjurkan pasien berbicara dengan keluarga yang lain kemudian
menghubungi dokter kembali
3. Menganjurkan pasien untuk mencari dokter lain untuk konfirmasi (konsep
second opinion).
KARAKTERISTIK HUBUNGAN DOKTER PASIEN
Koh et al 1988 ; Mc Whinney, 1981

• Tanggung jawab profesi dokter kpd pasien


• Meluas ke semua aspek kehidupan pasien
• Ekpektasi pasien yg beragam
• Berlangsung lama dan mencakup berbagai hal
sehingga dapat membantu mempertajam
diagnosis/penanggulangan masalah kesehatan
pasien/keluarganya.
Manfaat hubungan dokter pasien
• Lebih memusatkan perhatian kpd pasien
seutuhnya (patient centered medical care)
• Pelayanan terus menerus berkesinambungan
• Hubungan kerja sama yg baik
• Dapat diatur pemakaian pelbagai resources of
medicine
• Dapat memperkecil silang sengketa (liability)
Faktor faktor yg mempengaruhi
(Somers and Somers, 1970)

• Perkembangan spesialis dan sub spesialis


• Penggunaan berbagai alat kedokteran canggih
• Campurtangan pihak ketiga
• Sikap dan prilaku dokter
• Sikap & perilaku pasien
• Ketrampilan dan reputasi dokter.
Sikap & perilaku dokter yg positif
(Koh, 1988)

• Mau dan bersedia memahami


dan mengenal diri sendiri
• Mau dan bersedia memahami
kepribadian pasien
• Mau dan bersedia memahami
maksud kedatangan pasien
• Mau dan bersedia memahami
kebutuhan pasien
Pemahaman Pasien
1. Kepribadian pasien
2. Maksud kedatangan pasien ke tempat
praktek
3. Kebutuhan kesehatan pasien
4. Sikap dan perilaku pasien di ruang praktek
Kepribadian pasien
1. Suka menuntut 7. Royal (money to burn
(demanding) syndrome)
2. Tertutup (onderly 8. Menggerutu (grumbel)
controled) 9. Merasa pintar (smarty-
3. Emosional (emotional) pants)
10. Menjauhi diri
4. Sakit berat (long (detached)
suffering) 11. Labil (mood swing)
5. Sinis (cynical) 12. Bingung (confused)
6. Merasa orang penting
(self importance)
Maksud kedatangan pasien ke praktek
(McWhinney, 1981)

• Sakit yg melampaui batas toleransi


• Khawatir yg tidak dapat ditahan lagi
• Masalah yg di interprestasikan sebagai
gangguan kesehatan
• Keperluan administratif
• Memerlukan pencegahan
Kebutuhan kesehatan pasien
(Koh, 1988)

• Untuk dimengerti (to be understood)


• Menyalurkan perasaan (to ventilate feeling)
• Mengubah situasi (to change situation)
• Kembali bekerja (to return to work)
• Menghilangkan gejala (symptomatic relief)
• Memperoleh pengobatan khusus (spesific
treatment)
Sikap & perilaku pasien di ruang praktek
Koh, 1988

• Ekpektasi berlebihan
• Manipulatif
• Tidak memerlukan pertolongan kesehatan
• Beringas dan tempramen
• Ketergantungan berlebihan
Masalah dalam hubungan dokter pasien

• Ketergantungan berlebihan
• Kunjungan yg berlebihan
Langkah langkah hubungan dokter pasien
yg baik
• Memahami diri sendiri.
• Meningkatkan kemampuan komu
nikasi antar personal (be sensitive,
be accepting, be patient).
• Memahami pasien selengkapnya
• Melakukan komunikasi antar
personal yg baik
• Membina komunikasi yg terus
menerus dan berkesinambungan
SEKIAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai