Anda di halaman 1dari 36

ANESTESI UMU

DENGAN
INTUBASI PADA
PASIEN SNNT

dr.Adi Chandra, Sp.An, M.Biomed

‘Izzaty.A.H

71 2015 045
LATAR BELAKANG

– Struma : pembesaran kelenjar tiroid karena penambahan jaringan


kel.tiroid.
– Tindakan pembedahan yang dilakukan : tiroidektomi
– Anestesi umum : usaha untuk engrangi nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran.
– Mengikuti trias anestesi : hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.
STRUMA NODUSA NON
TOKSIK
– Klasifikasi Burrow : thiocyanate, p-aminosalicylic acid
– Nontoxic diffuse goiter – Iodine deficiency
– Endemic – Compensatory following
– Iodine deficiency thyroidectomy

– Dietary goitrogenic – Nontoxic nodular goiter due to causes


listed above
– Sporadic
– Uninodular or multinodular
– Congenital defect in thyroid hormone
– Functional, nonfunctional, or both. 5
biosyntesis
– Chemichal agents, e.g lithium,
ETIOLOGI

– WHO ARIA : kelainan pada hidung dengan gejala bersin-


bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
DIAGNOSIS

Tidak ada hipo dan hipertiroid

Keluhan berat di leher, struma yang besar tidak dapat teraba


bagian bawah tiroid masuk ke retrosternal

Sangat mencurigakan keganasan nodul tiroid : riwayat keluarga


karsinoma, nodul padat atau keras, sukar digerakkan, paralisis pita
suara, metastasis jauh.
ANESTESI UMUM

– Tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya


kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
– Bayi dan anak paling baik anestesi umum
– Gang. Fungsi kardiorespirasi dihindari penggunaan anestesi umum
– Pasien gelisah, tidak kooperatif : anestesi umum
– Posisi miring, tengkurap, lithotomi : anestesi umum dengan endotrakea
KLASIFIKASI ASA

– ASA I : Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan


faali, biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2%.
– ASA II : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan
sedang sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka
mortalitas 16%.
– ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga
aktivitas harian terbatas. Angka mortalitas 38%.
– ASA IV : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang
mengancam jiwa, tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi
organ, angina menetap. Angka mortalitas 68%.
– ASA V : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan
operasi hampir tak ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa
operasi / dengan operasi. Angka mortalitas 98%.
– ASA VI : Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil
(didonorkan)
JALAN NAFAS

– Dengan penilaian mallampati :


– Mallampati I

– Palatum molle, uvula, dinding posterior oropharynk, tonsilla palatina dan


tonsilla pharingeal.
– Mallampati II

– Palatum molle, sebagian uvula, dinding posterior uvula.


– Mallampati III

– Palatum molle, dasar uvula.


– Mallampati IV

– Palatum durum saja.


PREMDIKASI ANESTESI

– Fentanyl: golongan analgetik opioid


– Dosis 100-150mcg/kgBB
INDUKSI ANESTESI

– Induksi : tindakan membuat pasien sadar menjadi tidak sadar.


– Persiapan induksi diperlukan :
– Scope
– Tube
– Airway
– Tape
– Introduce
– Connector.
INDUKSI INTRAVENA

Tiopental Propofol

Ketamin Opioid
INDUKSI INHALASI

N20 Halotan Enfluran

Isofluran Desfluran Sevofluran


OBAT PELUMPUH OTOT

– Atracurium besylate : obat pelumpuh otot non depolarisasi


– Dosis intubasi : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
– Dosis relaksasi otot : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
– Dosis pemeliharaan : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/ iv.
PEMULIHAN
No. Kriteria Skor

1 Aktivitas motorik  Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas perintah atau secara 2
sadar.
 Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah atau secara sadar. 1
 Tidak mampu menggerakkan ekstremitas atas perintah atau secara
sadar. 0
2 Respirasi  Nafas adekuat dan dapat batuk 2
 Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi 1
 Apneu/tidak bernafas 0

3 Sirkulasi  Tekanan darah berbeda ± 20% dari semula 2


 Tekanan darah berbeda ± 20-50% dari semula 1
 Tekanan darah berbeda >50% dari semula
0
4 Kesadaran  Sadar penuh 2
 Bangun jika dipanggil 1
 Tidak ada respon atau belum sadar 0
5 Warna kulit  Kemerahan atau seperti semula 2
 Pucat 1
 Sianosis 0
INTUBASI

– Memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut atau hidung.


– Untuk mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi lambung.
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA
PASIEN DENGAN KELAINAN TIROID

– Merupakan organ target terhadap efek obat-obatan anestesi.


– Implikasi : penanganan jalan nafas yang sulit terutama jika mengalami perluasan ke
retrosternal.
– Potensi perdarahan yang tidak terkontrol karena letak di dekat vaskular utama
– Memastikan pasien dalam keadaan eutiroid
– Perluasan ke retrosternal : sindrom vena cava superior, efusi pleura.
– Badai tiroid : jaringan tiroid yang tersisa hiperaktif setelah tiroidektomi total.
– Gambaran klasik badai tiroid : sakit perut, diare, gugup dan gelisah.
– Pengobatan : manajeman takikardia darurat dengan  bloker, pendinginan
tubuh dengan mengurangi suhu lingkungan sekitar, infus menggunakan cairan
dingin serta pemberian steroid. Propiltiourasil dan metimazole digunakan dalam
dosis yang cukup tinggi untuk mengurangi sintesis hormon tiroid.
LAPORAN KASUS

– Nama : Ny. R
– TTL / Usia : 30 September 1961 / 56 tahun
– Jenis Kelamin : Perempuan
– Alamat : Jl.KH Azhari Lr B.Aur 7 Ulu
– Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
– No. MR : 53.19.82
– MRS : 2 Oktober 2017, pukul 12.00 WIB
– Visite Pre-op : 3 Oktober 2017, pukul 06.00 WIB
– Tindakan Operatif : 3 Oktober 2017, pukul 09.30 WIB
LAPORAN KASUS

Benjolan di leher kanan sejak 4 tahun yang


lalu

Kesulitan menelan sejak 1 bulan yang lalu

Tidak ada keluhan gangguan pernafasan

Sering berkeringat (-), demam (-), cepat


haus(-), gangguan BAB (-).
RPD : disangkal

RPK : keluahan yang sama pada ibu pasien

Riwayat pembedahan disangkal


PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Denyut Nadi : 83x/menit

Frekuensi napas : 19x/menit

Temperatur : 36,7oC

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 69 kg
STATUS LOKALIS

– Status Lokalis :
– Terdapat benjolan ukuran 7x7 cm di R. colii dextra, warna kulit
sama dengan kulit sekitar, keras, permukaan rata, berbatas tegas,
bergerak saat menelan.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11,6 g/dl L 14-16 g/dl


P 12-14 g/dl

Leukosit 7.300/L 5.000-10.000/L

Trombosit 407.000/L 150.000-400.000/L

Hematokrit 33% L 40-48 %


P 37-43 %
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

T3 1,24 0,8-2,0 ng/ml

T4 6,9 4,5-12,0 ug/dl

TSH 0,46 0,47-5,01 ul/ml


– Diagnosis Klinis : Struma Nodusa Non-Toksik
– Diagnosis Anestesi : ASA I, mallampati II
– Rencana Operasi : Tiroidektomi
– RencanaAnestesi : lGeneral anestesi dengan pemasangan intubasi
endotrakea.
TATALAKSANA POST
OPERASI
IVFD RL gtt XX/menit
– Ceftriaxone 2 x 1 gram (i.v) → skin test
– Ketorolac 3 x 1 ampul (i.v)
– Asam Traneksamat 3x 500 mg (i.v)
Status fisik : ASA I
Teknik : GA
Penyulit tidak ada
dengan intubasi

Premedikasi : Jalan napas : LMA


Posisi : supinasi
Ondansetron 4mg IV uk 7
INDUKSI ANESTESI

Induksi IV Induksi inhalasi Obat tambahan


• Fentanyl • Sevoflurane, O2, N20 Dexamethason dosis
• Propofol 0.5-25 mg IV
Ketorolac dosis 30 mg
IV
Atracurium dosis 0,5 –
0,6 mg/kgBB IV
Skor ALDRETTE : 9
Lama pembiusan :
1 jam 30 menit ( di ruang
pemulihan)

Follow up : tidak
terdapat tanda =-
tanda
hipokalsemia
PEMBAHASAN

– Pada kasus ini, seorang wanita usia 56 tahun dengan diagnosis Struma Nodusa
Non Toksik, status ASA I dan mallampati I , dilakukan tindakan Tiroidektomi
melalui general anestesi dengan pemasangan intubasi.
– Ondansentron, sebagai anti emetic, suatu antagonis selektif 5-HT3,
menghambat serotonin dan bekerja berdasarkan mekanisme sentral dan
perifer.
– Fentanyl : 1-3 mcg/ kgBB, onset 30 detik – 1 menit, durasi 30-60 menit.
– Ketorolac : analgesik non narkotik, OAINS, hambat sintesis prostaglandin.
– Dosis awal yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 10–30 mg tiap 4 sampai
6 jam bila diperlukan.
– Dexametason : glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-
inflamasi
– Dosis dexamethason injeksi antara 0.5 – 0.9 mg/kgBB.
– Injeksi IV Propofol 100 mg. Propofol dipilih karena obat ini memiliki onset yang
cepat, serta duration of action yang singkat.
– Dosis : 2-2,5 mg/kgBB. Onset dari propofol sangat cepat yaitu 30 – 45 detik
dengan durasi 20 – 75 menit.
– Pemberian RL ini merupakan salah satu tindakan terapi cairan, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh terhadap cairan yang banyak keluar saat operasi
berlangsung.
– Gelofusin yang berdasar 4% cairan gelatin merupakan gelatin yang mengalami
suksinasi.
– Indikasi diberikan gelatin yaitu pasien yang membutuhkan penggantian volume
primer pada hipovolemia, stabilisasi sirkulasi perioperatif, dan pasien yan
menjalani hemodialisa. Sedangkan kontraindikais adalah infark miokard, gagal
jantung kongestif dan syok normovolemik.
– Atracurium Besylate 10 mg (i.v) ditujukan sebagai terapi penunjang anestesi
untuk memudahkan intubasi endotrakeal dan untuk menghasilkan relaksasi
otot rangka selama pembedahan.
– Follow up pasien post operasi : tidak terdapat keluhan dan tanda hipokalsemia,
Chvostek sign (-), Trosseau sign (-).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai