Anda di halaman 1dari 159

BUKU PRAKTIKUM

BLOK 1 HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN

PENYUSUN: dr. Irawan Fajar Kusuma, M.Sc. dr. Cholis Abrori, M.Kes., M.Pd.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER 2013

PENGANTAR Segala puji kami ucapkan kepada Allah Subhana wa Taala yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga ini buku praktikum Blok Blok ini Humaniora dan Masalah Kesehatan dapat terwujud.

merupakan blok pertama dari keseluruhan blok belajar dalam Kurikulum Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada blok ini peserta didik belajar menyiapkan diri sebagai seorang mahasiswa kedokteran dan calon dokter, bagaimana beradaptasi dengan keanekaragaman masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan

komunikasi, teknologi informasi untuk menunjang karirnya di masa depan, pengenalan kepada masalah kesehatan di Indonesia, konsep sehat sakit dan pengenalan pada sistem pelayanan kesehatan. Dalam buku praktikum ini terdapat 10 sesi praktikum yang

diselenggarakan di dalam kelas laboratorium dan juga diselenggarakan di lapangan baik Puskesmas, Klinik, atau pun komunitas. Materi dari praktikum ini sebagian besar merupakan materi pengenalan bagi mahasiswa baru Fakultas Kedoktera Universitas Jember. Dalam buku ini ada materi mengenai kompetensi dokter di Indonesia yang wajib diketahui dan dipahami serta dipraktikkan oleh setiap mahasiswa kedokteran sehingga dalam belajarnya, mereka mengacu pada standar tersebut. Selain itu, mahasiswa akan berpraktik bagaimana memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang belajarnya. Dalam kegiatan di lapangan, mahasiswa akan terpapar dengan suasana klinik yaitu pengenalan struktur organisasi Puskesmas maupun program kerjanya. Di tingkat komunitas, mahasiswa akan mulai berinteraksi dengan masyarakat melalui topik perilaku hidup bersih dan sehat serta kesehatan masyarakat agroindustri. Terima kasih kami ucapan kepada narasumber, sejawat, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan buku ini.

Jember, 2013

Agustus

Tim Penyusun DAFTAR ISI

Halama Judul Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Metode Belajar Jadwal Kegiatan Praktikum 1: Telaah Kompetensi Dokter Praktikum 2: Pemanfaatan TI dalam kedokteran Praktikum 3: Visitasi Puskesmas Pengenalan Puskesmas Praktikum 4: Telaah artikel ilmiah Praktikum 5: Visitasi Puskesmas Program kerja Puskemas Praktikum 6: Telaah kasus etika Praktikum 7: Visitasi Komunitas PHBS Praktikum 8: Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air Praktikum 9: Visitasi Komunitas: Masalah Kesehatan agroindustri Praktikum 10: Visitasi Komunitas: Masalah Kesehatan Kerja n 1 2 3 13 16 19 23 30 34 43 52 55 80 97 129

PENDAHULUAN 4

1. Gambaran Umum Blok Blok ini berisi tentang strategi belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Jember, humaniora, etika, hukum, komunikasi, teknologi informasi, pengantar epidemiologi dan pelayanan kesehatan di Indonesia yang memberikan keterampilan generik sebagai mahasiswa maupun sebagai dokter. 2. Tujuan Umum Blok Blok ini bertujuan membekali peserta didik untuk dapat belajar dengan efektif dan efisien dengan beradaptasi pada lingkungan belajar, masyarakat, peraturan-peraturan, serta membekali landasan etik, hukum, moral, memiliki kemampuan komunikasi, teknologi informasi untuk menunjang karir sebagai dokter, pengenalan berbagai masalah kesehatan di Indonesia, konsep sehat-sakit dan pengenalan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia 3. Keterkaitan dengan blok lain Blok ini merupakan blok pertama yang menjadi dasar bagi seluruh blok berikutnya. 4. Hasil Belajar Blok 1) Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) 2) Menjaga rasa percaya diri, kebenaran, dan integritas 3) Menegakkan kebenaran dan menunjukkan rasa hormat dalam hubungan dokter-pasien 4) Menunjukkan pendekatan empati dan holistik 5) Memiliki kekuatan personal dan membatasi diri berkaitan dengan prakteknya sebagai dokter 6) Menghormati semua orang apapun statusnya

7) Berperilaku dengan cara yang dapat diterima oleh setiap orang, apapun statusnya, membuat kontribusi yang berharga pada ketentuan pelayanan, dan memiliki tugas yang unik 8) Mengidentifikasi dan berusaha memecahkan konflik yang muncul 9) Mempertimbangkan gagasan dari orang lain sebagai umpan balik 10) Menghargai keragaman sosial dan budaya di masyarakat 11) Menunjukkan sikap menghormati penderitaan seseorang, gaya hidup, serta budaya pasien dan kolega 12) Memahami sumber prasangka dan diskriminasi (cacat), dan status sosial ekonomi 13) Menunjukkan pemahaman dan menerima tanggungjawab hukum, dengan menghormati penyalahgunaan Indonesia fisik (Kodeki), hak azasi manusia, peresepan obat, dan seksual, Kode Etik sakit, Kedokteran atau surat kesehatan, berkenaan dengan usia, gender, orientasi seksual, kebangsaan, kekurangan

persoalan

kematian, dan pengadilan 14) Menunjukkan pemahaman dan tunduk pada Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29/2004 15) Menunjukkan pemahaman peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktek dokter 16) Menunjukkan sikap hormat kepada pasien/klien 17) Membangun empati dan kebenaran 18) Mendapatkan keluhan dan harapan pasien 19) Mendapatkan informasi perorangan atau yang sensitif 20) Mendengarkan penuh perhatian dan menyediakan waktu yang cukup kepada pasien untuk menyampaikan isi hatinya 21) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menggunakan keyakinan, kepentingan, dan harapannya terhadap sumber, alam, dan pegelolaan sakitnya 22) Menggunakan bahasa yang tepat (sesuai usia, bahasa ibu, dan tingkat pendidikan dari pasien) yang nantinya digunakan ketika bertanya, merangkum informasi, menerangkan diagnosis, serta pilihan pegelolaan pasien 23) Menunjukkan pemahaman komunikasi nonverbal dari pasien 6

24) Melindungi dan mengembangkan martabat, kerahasiaan dan rasa percaya diri pasien/klien setiap saat 25) Mengelola komputerisasi 26) Membangun cara sendiri untuk menjaga perkembangan lanjut dalam pengetahuan 27) Berpartisipasi aktif dalam program pendidikan/pelatihan dan pengalaman belajar yang lain 28) Memelihara sikap keraguan yang sehat dan ingin mengetahui bukti secara ilmiah 29) Memanfaatkan pelayanan pencarian literatur menggunakan database elektronik 30) Melakukan telaah kritis literatur kedokteran dan kaitan dengan pasien 31) Mereview kinerja profesionalnya dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya 32) Mengidentifikasi karakteristik masyarakat agroindustri 33) Menunjukkan pemahaman faktor-faktor sosiobudaya berperan dalam masyarakat agroindustri 34) Mampu menetapkan masalah-masalah kesehatan dalam lingkup populasi tertentu. 35) Menentukan urutan prioritas masalah. 36) Menjelaskan konsep sehat dan sakit. 37) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. 38) Menjelaskan interaksi antarfaktor yang menentukan derajat kesehatan. 39) Menjelaskan indikator kesehatan masyarakat. 40) Menetapkan dan mengukur faktor risiko. 41) Menjelaskan sumber-sumber data yang dapat digunakan untuk menentukan masalah kesehatan 42) Menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia (triple burden disease). 43) Menjelaskan perbedaan masalah kesehatan negara berkembang dan negara maju. 7

44) Mengidentifikasi jenis pelayanan kesehatan di Indonesia secara umum. 45) Menjelaskan pengertian pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 46) Menjelaskan tipe-tipe pelayanan Rumah Sakit. 47) Menguraikan bentuk pelayanan kesehatan pribadi. 48) Mengidentifikasi struktur organisasi pelayanan kesehatan masyarakat primer / Puskesmas. 49) Menguraikan fungsi dan kedudukan Puskesmas. 50) Menguraikan tata kerja/bentuk-bentuk kerja sama Puskesmas dengan instansi pelayanan kesehatan lain atau Pemerintah. 51) Menguraikan asas penyelenggaraan Puskesmas. 52) Menjelaskan upaya/program-program kesehatan yang ada di Puskesmas. 53) Menjelaskan peranan Posyandu dalam system pelayanan kesehatan Indonesia. 54) Menguraikan masalah dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. 55) Menjelaskan pengertian dokter keluarga. 56) Menguraikan sejarah perkembangan dokter keluarga. 57) Menjelaskan pengertian keluarga, fungsi keluarga dan komposisi keluarga. 58) Menjelaskan alasan keluaraga sebagai objek pelayanan. 59) Menguraikan tujuan pelayanan dokter keluarga. 60) Menguraikan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga. 61) Menjelaskan praktik pelayanan dokter keluarga. 62) Menjelaskan manfaat pelayanan dokter keluarga. 63) Menjelaskan masalah dalam pelayanan dokter keluarga di Indonesia saat ini. 64) Membandingkan pelayanan dokter keluarga di beberapa negara. 65) Menyadari bahwa pasien merupakan kesatuan bio-psiko-sosiokultural. 66) Mengidentifikasi pertimbangan etika dalam hubungan profesional dengan pasien. 67) Menjelaskan model hubungan dokter pasien. 8

68) Menjelaskan status profesi dokter saat ini. 69) Menguraikan ciri profesionalitas dokter. 70) Menguraikan standar etika kedokteran. 71) Menjelaskan pendekatan-pendekatan masalah etika. 72) Menguraikan kesamaan kedudukan dokter pasien. 73) Menentukan masalah-masalah kesehatan lingkungan agroindustri secara umum. 74) Menjelaskan pengaruh faktor sosial budaya dalam masalah kesehatan masyarakat agroindustri. 75) Menguraikan masalah pestisida pada masyarakat agroindusti dan dampaknya. 76) Menguraikan masalah kesehatan kerja pada masyarakat agroindustri. 77) Menguraikan masalah air pada masyarakat agroindustri dan pengelolaannya. 78) Menguraikan masalah makanan dan pengelolaanya. 79) Menguraikan masalah limbah dan pengelolaannya. 80) Menjelaskan masalah penyebaran vektor terutama nyamuk dan tikus pada masyarakat agroindustri.

5. Dasar Pengetahuan Untuk dapat menguasai kompetensi blok ini, peserta didik memerlukan dasar pengetahuan: 1. Strategi Belajar 2. Filsafat ilmu 3. Etika dan hukum kedokteran 4. Standar Kompetensi Dokter Indonesia 5. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran 6. Pengantar evidence-based medicine 7. Pemanfaatan teknologi informasi 8. Ilmu Komunikasi 9. Bahasa sebagai alat komunikasi 10. Ilmu sosial dan budaya dasar 9

11. 12.

Sosiologi kedokteran Sosiologi masyarakat agroindustri

13. Masalah kesehatan di Indonesia. 14. Masalah dalam etika kedokteran. 15. Pengantar epidemiologi dan biostatistik. 16. Pelayanan kesehatan di Indonesia. 17. Konsep pelayanan kedokteran keluarga. 18. Pelayanan kesehatan primer (Puskesmas). 19. Masalah kesehatan agroindustri. 20. Kesehatan lingkungan di area agroindustri 21. Kesehatan dan keselamatan kerja di daerah agroindustri

6. Praktikum Penunjang a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Telaah Kompetensi Dokter Pemanfaatan TI untuk Kedokteran Visitasi Puskesmas: Pengenalan Puskesmas Telaah artikel ilmiah Visitasi Puskesmas: Program kerja Puskemas Telaah kasus etika Visitasi Komunitas: PHBS Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air Visitasi Komunitas: Masalah kesehatan agroindustri Analisis Masalah Agromedis

7. Keterampilan Medik a. Komunikasi efektif b. Komunikasi dengan masyarakat c. Teknik presentasi d. Teknik wawancara e. Anamnesis identitas 8. Bagian Yang terlibat 10

1. MEU 2. MKU 3. Teknologi informasi 4. Ilmu Kesehatan Masyarakat

11

9. Pohon Topik

HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN

Strategi Belajar Komunikasi Adult learning PBL KBK SKDI Teknologi Informasi

Masalah Kesehatan Komunitas Pengantar Epidemiologi Demografi Morbiditas Mortalitas Faktor risiko Masalah kesehatan prioritas

Sistem Pelayanan Kesehatan Pelayanan primer sekunder dan tersier Struktur organisasi puskesmas Sistem rujukan Sistem pembiayaan kesehatan Kedokteran keluarga Masalah pelayanan kesehatan

Aspek Sosial Budaya Konsep sehat sakit Etika dan hukum UUPK dan sumpah dokter Hubungan dokter pasien Malpraktik

Pengenalaan Agromedik Pengertian agromedik Ruang lingkup agromedik Kesehatan lingkungan Kesehatan kerja PHBS

12

9.

Prasyarat Blok Sebelum mengikuti blok ini peserta didik harus sudah lulus SMA dengan kemampuan IPA dan memiliki kemampuan membaca referensi dalam Bahasa Inggris.

10. Referensi Utama Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Balai Pustaka, Jakarta Setiadi, Elly M., 2005. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Sumarsono, et. al., 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta James A. Marcum. 2008. An Introductory Philosophy of Medicine: Humanizing Modern Medicine. Baylor University. Texas, USA. Fred Gifford. 2011. Philosophy of Medicine. North Holland, Netherland. The Liang Gie, 2004. Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty, Yogyakarta Norcini, 2002. ABC Teaching and Learning in Medicine: ProblemBased Learning. BMJ Dent, J.A., Harden, R. M. (2006). A Practical Guide for Medical Teachers. London: Elsevier. Dunphy, B.C., & Williamson, S.L. (2004). In pursuit of expertise. Advances in Health Science Education, vol. 9, pp.107 -127. Gagne, R. M. (1970). The Condition of Learning. (2nd Ed). New York: Holt, Rinehart, and Winston. Kember, D. (1991). Instructional design for meaningful learning. Instructional Science, 20, 289 310. Ormrod, J.E. (2007) Human Learning, (5th ed). Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education. Yulyanti. (2010). Peran Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan. Jakarta Arif, M. A (2011). Peran Teknologi Informasi bagi Dunia Kesehatan. Yogyakarta: AMIKOM Fuad, A. (2005). Peran teknologi Informasi untuk Mendukung Manajemen Informasi Rumah Sakit. http://anisfuad.blog.ugm.ac.id/2005/09/13/peran-teknologiinformasi-untuk-mendukung-manajemen-informasi-kesehatan-dirumah-sakit/ Abrahamson J.H. 1984. Metode Survei dalam Kedokteran Komunitas.edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2 , Rineka Cipta , Jakarta. Azwar, Azrul. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta Binarupa Aksara. 13

Budiarto, Eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. Entjang, Indan. 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya. Dainur. 2004. Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Candra, Budiman. 2000. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC. Friedman. Harold.H.. 1985. Diagnosis Medis Berorientasikan Masalah. Boston, Massachussets: Little, Brown and Company. Depkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas. Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: EGC Azwar, A. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta. Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Azwar, A. 2004. Reformasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC Azwar, A. 2004. Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC Riarto, S & Trisnantoro, L (2011). Kebijakan Pembiayaan Kesehatan. http://pmmc.or.id/news/health-news/72-kebijakan-pembiayaankesehatan-.html Azwar, A. 2002. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: EGC Lee Gan,G., Azwar.A,Wonodirekso.S 2004. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore: Singapore International Foundation. Blum HL. 1972. Planning for Health; Development Application of Social Change Theory. New York: Human Science Press. Departemen Kesehatan RI. 1998. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.. Hanafiah, Y., & Amir, A., 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2006 Sagiran. 2006. Panduan Etika Medis. Yogyakarta: PSKI FK UMY. Azwar, A. 1991. Profesi Kedokteran, Tantangan dan Harapan. Jakarta Sampurna, B. 2007. Praktik Kedokteran sebagai Hak Istimewa. Jakarta: FK Universitas Indonesia Vardiansyah, Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Warsito, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

14

Haryanto, H. (2012). Problematika Sosial Budaya Masyarakat Kehutanan dan Pertanian. Universitas Tanjungpura Kurnia, A. (2011). Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Pertanian. Jakarta. Hartomo & Aziz, A., 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Muzaham, Fauzi., 1995. Memperkenalkan sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press. Hagen, D et al. 2007. Agromedicine Programme. University of Kansas Medical Center Azwar, A. (1979). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta: EGC. Frederick, Gunther. 2000. Environmental Epidemiology. New York: Lewis Publisher. ________. 2002. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. RS Persahabatan. UIP Sumakmur. 2004. Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Azwar, A. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC

15

II.

METODE BELAJAR

Kurikulum berbasis kompetensi ini dilaksanakan dengan strategi belajar berdasarkan paradigma baru pendidikan dokter yang dikenal dengan SPICES, dengan strategi utama belajar berdasarkan masalah atau problem-based learning (PBL). Kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan modul yang berisi skenario masalah yang menjadi trigger atau pemicu dalam belajar dengan melalui diskusi tutorial. Informasi diperoleh melalui belajar mandiri, kuliah, konsultasi pakar, dan praktikum. Informasi yang telah diperoleh didiskusikan dalam kelompok sesuai jadwal dengan seorang fasilitator. Untuk melatih ketrampilan medik peserta didik diberikan latihan dalam skills lab, praktek lapangan, serta praktek kerja klinik. a. Diskusi Tutorial Diskusi tutorial dalam kelompok beranggotakan 10-12 mahasiswa dan dipandu oleh tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam berdiskusi mahasiswa akan dihadapkan pada masalah dalam bentuk skenario modul sebagai triger dalam diskusi. Satu skenario modul diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan selang waktu 3-4 hari. Diskusi dilakukan dengan metode seven jumps (tujuh langkah) yang terdiri dari: (1) mengklarifikasi istilah/konsep (2) menetapkan permasalahan (3) menganalisis masalah (4) menarik kesimpulan langkah (3) (5) menentukan tujuan belajar (6) belajar mandiri (7) menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang telah ada. Langkah (1) sampai dengan (5) dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah (6) dilaksanakan di luar kelompok, sedangkan (7) dilaksanakan pada pertemuan kedua.

16

b. Kuliah Kuliah dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori yang sulit atau khusus sehingga membutuhkan pakar untuk meningkatkan pemahaman, Kuliah dilaksanakan dalam bentuk konsultasi interaktif berdasarkan masalah. Kuliah dapat diselenggarakan secara terjadwal, maupun atas permintaan mahasiswa bila diperlukan. c. Praktikum Praktikum bertujuan meningkatkan atau memperjelas pemahaman suatu materi serta menambah ketrampilan bekerja di laboratorium. Beberapa materi akan lebih mudah dipahami dengan melakukan praktikum laboratorium maupun lapangan baik di Puskesmas maupun komunitas sehingga konsep atau teori menjadi lebih mudah. d. Pelatihan Keterampilan Medik Pelatihan ketrampilan medik bertujuan melatih ketrampilan medik mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran yang ada seperti manekin, phantom, pasien simulasi dan lainnya. Selain itu, pelatihan juga menggunakan prinsip role model dimana antarmahasiswa berperan sebagai dokter dan pasien. Materi pelatihan berupa komunikasi dasar, penyuluhan, komunikasi dokter pasien, komunikasi dengan tokoh masyarakat dan lainnya. e. Konsultasi Pakar Konsultasi pakar dilaksanakan secara terjadwal atau atas permintaan mahasiswa apabila menemui kesulitan dalam memahami konsep atau teori ketika diskusi kelompok maupun belajar mandiri. Konsultasi pakar bisa dilaksanakan dalam kelompok kecil maupun besar tergantung kebutuhan. f. Belajar Mandiri Belajar mandiri dilaksanakan dalam rangka menggali informasi yang lebih luas atau lebih dalam tentang suatu materi yang terkait dengan

17

masalah yang sedang dipelajari sehingga dapat memahami kasus secara interdisiplin ilmu. g. Evaluasi Evaluasi Blok dilaksanakan pada minggu keenam dengan mempertimbangkan proses selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar, etika, dan penguasaan pengetahuan. Komponen penilaian terdiri atas kegiatan ujian teori dan praktikum (70%) dan tutorial (30%). Dengan ketentuan pencapaian masing-masing komponen nilai tidak boleh kurang dari 60 untuk dapat lulus blok. Bobot masing-masing komponen nilai ditetapkan oleh tim blok. Nilai akhir blok berupa angka 0-100 dengan penjenjangan seperti matriks berikut.

ANGKA 80,00 - 100 70,00 79,99 60,00 69,99 50,00 59,99 0 - 49,99

HURU F A B

NIL AI 4 3

KETERANG AN Sangat baik Baik

Cukup

Kurang Sangat kurang

18

19

III. JADWAL KEGIATAN BELAJAR BLOK 1: HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN


MINGGU JAM 07.0008.00 08.0010.00 10.00 11.00 11.0012.00 12.0014.00 07.0008.00 08.0010.00 II 10.0011.00 11.0012.00 12.0014.00 07.0008.00 08.0010.00 10.00 11.00 11.0012.00 12.0014.00 07.0008.00 08.0010.00 PRAKTIKUM 3 Visitasi : Pengenalan Puskesmas TUTORIAL SKILLS LAB PRAKTIKUM 4 Telaah Jurnal SENIN Overview TUTORIAL SKILLS LAB PRAKTIKUM 2 Dasar-dasar TI PRAKTIKUM 1 Telaah Kompetensi Dokter KULIAH 2 SELASA RABU KAMIS KULIAH 3 JUMAT TUTORI AL

KULIAH 1

TUTORI AL

KULIAH 4 Kuliah 5 KULIAH 6

PRAKTIKUM 5 Visitasi: Program kerja Puskemas TUTORIAL SKILLS LAB KULIAH 7 PRAKTIKUM 6 Telaah kasus Etika KULIAH 8 TUTORIAL PRAKTIKUM 7 Visitasi Komunitas: PHBS KULIAH 10 SKILLS LAB KULIAH 13 PRAKTIKUM 8 Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air TUTORI AL KULIAH 9 TUTORI AL

III

IV

10.0011.00

11.0012.00

20

12.00 14.00 07.0008.00 08.0010.00 V 10.0011.00 11.00 12.00 12.0014.00 VI VII 09.0011.00 09.0011.00

KULIAH 11 PRAKTIKUM 9 Visitasi Komunitas: Masalah kesehatan agroindustri TUTORIAL

KULIAH 12 KULIAH 17 SKILLS LAB PRAKTIKUM 10 Analisis Masalah Agromedis

TUTORI AL Kuliah 18

KULIAH 14

KULIAH 15

KULIAH 16 UJIAN BLOK

UJIAN REMEDIASI

TOPIK KULIAH : 1. Kuliah 1 : Filsafat Ilmu 2. Kuliah 2 : KBK model SPICES 3. Kuliah 3 : Peran teknologi informasi dalam belajar 4. Kuliah 4 : Pengantar Epidemiologi 5. Kuliah 5 : Indikator Kesehatan Masyarakat 6. Kuliah 6 : Evidence Based Medicine

7. Kuliah 7 : Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia 8. Kuliah 8 : Sistem asuransi kesehatan 9. Kuliah 9 : Kedokteran keluarga 10. Kuliah 10 11. Kuliah 11 12. Kuliah 12 13. Kuliah 13 : Konsep Sehat Sakit : Etika dan Hukum Kesehatan : Sumpah Dokter dan Praktik UUPK : Komunikasi efektif

21

14. Kuliah 14 15. Kuliah 15 16. Kuliah 16 17. Kuliah 17 18. Kuliah 18

: Aspek Sosiobudaya : Ruang lingkup agromedis : Kesehatan lingkungan di area agroindustri : Kesehatan kerja di area agroindustri : Ilmu Perilaku (PHBS)

TOPIK PRAKTIKUM : 1. Praktikum 1: Telaah Kompetensi Dokter 2. Praktikum 2: Dasar-dasar TI 3. Praktikum 3: Visitasi Puskesmas Pengenalan Puskesmas (Struktur dan Organisasi) 4. Praktikum 4: Telaah artikel ilmiah 5. Praktikum 5: Visitasi Puskesmas Program kerja Puskemas 6. Praktikum 6: Telaah kasus etika 7. Praktikum 7: Visitasi Komunitas PHBS 8. Praktikum 8: Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air 9. Praktikum 9: Visitasi Komunitas: Masalah kesehatan agroindustri 10. Praktikum 10: Analisis Masalah Agromedis

TOPIK KETERAMPILAN MEDIK : 1. Keterampilan Medik 1: Pengantar Komunikasi 2. Keterampilan Medik 2: Komunikasi Massa 3. Keterampilan Medik 3: Wawancara

22

4. Keterampilan Medik 4: Teknik Presentasi 5. Keterampilan Medik 4: Komunikasi dokter dalam tim dan pemuka masyarakat

23

PRAKTIKUM I TELAAH KOMPETENSI DOKTER

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium a. Tujuan Belajar

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 1 (Telaah kompetensi dokter) : Lab. Pendidikan Kedokteran :

1) Mahasiswa memiliki kemampuan mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai profesi dokter 2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membedakan berbagai tingkat kompetensi 3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam sesuai dengan tingkat kompetensi. 4) Mahasiswa mampu melakukan refleksi diri sejauhmana mahasiswa mampu menguasai kompetensinya. b. Pengantar Seorang dokter dalam bekerja dalam profesinya dituntut untuk professional. Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) I yang menitik beratkan pada penguasaan disiplin ilmu. Sesuai dengan percepatan ilmu kedokteran dan kesehatan, disepakati bahwa KIPDI I akan diperbaiki dan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994, KIPDI II diterbitkan dan masih menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sehingga gambaran dokter yang dihasilkan belum terinci secara eksplisit.

24

Standar Kompetensi Dokter disusun untuk memperbaiki KIPDI II tahun 2004 yang sudah saatnya diganti. Menurut SK Mendiknas no 045 / U/ 2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari: a. b. c. d. e. Landasan kepribadian Penguasaan ilmu dan ketrampilan Kemampuan berkarya Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dan keterampilannya. Berikut beberapa manfaat dari standar kompetensi dokter di Indonesia: 1. Standar kompetensi dokter merupakan acuan utama bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing masing sehingga walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi. 2. Standar kompetensi dokter dijadikan sebagai acuan utama bagi Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Beberapa area kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter adalah: 1. Komunikasi efektif 2. Keterampilan klinis 3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran 4. Pengelolaan masalah kesehatan 5. Pengelolaan informasi 6. Mawas diri dan pengembangan diri

25

7. Etika,

moral,

medikolegal,

dan

profesionalisme,

serta

keselamatan pasien. Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012 berjudul STANDAR KOMPETENSI DOKTER yang menjabarkan dalam 7 area kompetensi : 1. AREA KOMUNIKASI EFEKTIF; mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain. 2. AREA KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya. 3. AREA LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum. 4. AREA PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 5. AREA PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer. 6. AREA MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung. 7. AREA ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran

26

serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien. c. Alat dan Bahan 1) 2) d. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus terkait dengan kompetensi dokter dari internet atau sumber yang lain misalnya dokter yang melayani penyakit tertentu kemudian dilakukan analisis berdasarkan Standar Kompetensi dokter Indonesia tahun 2012. 4) Mintalah persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing praktikum 5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan standar kompetensi dokter sebagai instrumen bekerja 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan 8) Mempresentasikan hasil analisis masing-masing kelompok dan mendiskusikannya 9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a. b. c. d. e. f. g. e. Referensi 1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia Tahun 2012 Judul Pendahuluan Ringkasan kasus Hasil telaah kasus Kesimpulan dan Saran Kepustakaan Lampiran (print out kasus) Laptop/PC yang terhubung jaringan internet Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012

27

2. Dent, H & Harden, R. (2006). Practical Guide for Medical Teachers. New York: Elsevier.

28

PRAKTIKUM 2 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEDOKTERAN

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium a. Tujuan Belajar 1) Mahasiswa

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 1 (Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Kedokteran) : Laboratorium Pendidikan Kedokteran : kemampuan mengenal berbagai sumber

memiliki

informasi dalam kedokteran 2) Mahasiswa mampu mencari sumber informasi yang digunakan untuk menunjang belajarnya. 3) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengelola informasi yang didapatkan melalui berbagai sumber informasi yang 4) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan informasi yang didapatkan melalui berbagai sumber informasi b. Pengantar Mahasiswa kedokteran diharuskan untuk dapat mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan pelayanan kesehatan di tingkat primer. Untuk itu, seorang lulusan dokter harus mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan

29

diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan serta penjagaan dan pemantauan status kesehatan pasien. Mahasiswa kedokteran dituntut untuk: 1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik (internet) 2. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitasnya. 3. Menetapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan sebuah informasi 4. Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi, menghimpun data relevan menjadi arsip pribadi 5. Menerapkan 6. Meningkatkan keterampilan kemampuan dasar dalam menilai data untuk dalam melakukan validasi informasi ilmiah secara sistematik. secara terus menerus, merangkum dan menyimpan arsip. Mahasiswa juga harus mampu untuk memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi. Mahasiswa harus menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penggunaannya dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk berkembang dan keterbatasannya. Dalam hal ini, mahasiswa harus mampu memanfaatkan informasi kesehatan yaitu: 1. Memasukkan data dan menemukan kembali database dalam praktik kedokteran secara efisien. 2. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dengan menganalisis arsipnya. 3. Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan. Informatika kedokteran adalah disiplin yang berkaitan erat dengan pemanfaatan komputer dan teknologi komunikasi di bidang kedokteran. cepat yang Edward H. Shortliffe dengan mendefinisikan informatika dan kedokteran sebagai berikut: "Disiplin ilmu yang berkembang dengan berurusan penyimpanan, penarikan untuk

30

penggunaan data, informasi, serta pengetahuan biomedik secara optimal untuk tujuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pakar informatika kedokteran lainnya, Haux mengatakan dengan istilah "systematic processing of information in medicine". Informatika kedokteran berhubungan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern, yaitu komputer dan komunikasi. Posisinya di kedokteran berada di persilangan antara berbagai disiplin ilmu dasar dan terapan di kedokteran serta disiplin di luar kedokteran, seperti ilmu informasi, komputer, statistika, dan psikologi. Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medis elektronik, sistem pendukung keputusan medis, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk pengembangan sistem informasi klinis. Informatika kedokteran sebagai disiplin baru berkembang terutama karena kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods). Menurut Shortliffe, subdomain dalam informatika kedokteran (atau kesehatan) adalah sebagai berikut: a. Bioinformatika bekerja pada proses molekuler dan seluler. Riset dan aplikasi bioinformatika memfasilitasi upaya-upaya rekayasa genetik, penemuan vaksin, hingga ke riset besar tentang human genome project. b. Medical imaging (informatika pencitraan) mengkaji aspek pengolahan data dan informasi digital pada level jaringan dan organ. Kemajuan pada sistem informasi radiologis, PACS (picture archiving communication systems), sistem pendeteksi biosignal adalah beberapa contoh terapannya. c. Informatika (pasien), klinis, yang menerapkan pada level individu teknologi mengkaji mengenai berbagai inovasi

informasi untuk mendukung pelayanan pasien, komunikasi

31

dokter

pasien,

serta

mempermudah yang

dokter berfokus

dalam kepada dan yang

mengumpulkan hingga mengolah data individu. d. Informatika populasi Para ahli kesehatan masyarakat untuk mendukung kedokteran pelayanan, memiliki pendidikan organisasi

pembelajaran kesehatan masyarakat. informatika menghimpun tokoh, peneliti, organisasi (baik akademik, pendidikan, penelitian maupun pelayanan) serta industri yang memiliki aktivitas dalam informatika kedokteran yaitu International Medical Informatics Association (IMIA). Organisasi ini memiliki beberapa workgroup maupun special interest group yang masing-masing memiliki bidang kajian informatika kedokteran yang berbeda-beda seperti aspek pendidikan, standar, informatika kedokteran untuk negara berkembang dan lain sebagainya. Organisasi ini juga memiliki organisasi berdasarkan region, misalnya untuk Asia Pasifik terdapat Asia Pacific Medical Informatics Association (APAMI). Setiap tiga tahun sekali, IMIA mengadakan pertemuan kongres yang dikenal dengan tajuk MEDINFO. Pada tahun 2007 MEDINFO akan dilaksanakan di Brisbane. Informatika Kesehatan merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan Teknologi Informatika dalam menyelesaikan masalah kesehatan. pendekatan Kesehatan merupakan pendekatan yang sangat berbeda dengan kedokteran. Kita kenal dalam kesehatan beberapa pendekatan, antara lain : a. Promotif b. preventif, c. Kuratif dan d. Rehabilitatif. Kesehatan merupakan pendekatan preventif dan promotif. Oleh karenanya dalam kajian ilmu terjadi pemisahan dari kedokteran. Berkembang kemudian Kesehatan masyarakat. Pada Informatika Kesehatan terdapat hal yang prinsip yang sangat berbeda dengan Informatika Kedokteran. Pada Informatika Kesehatan beberapa

32

penelusuran masalah akan berawal dari eviden base. Karena itu cakupan informatika kesehatan merupakan cakupan massal bukan individu. Indikator-indikator kesehatan tidak terbentuk secara individu tetapi merupakan komulatif dari massa/public. pada informatika kesehatan tidak dilakukan intervensi secara personal tetapi secara public. Pada informatika Kesehatan tidak berbasis kuratif dan rehabilitatif tetapi menekankan pendekatan promotif dan preventif. Teknologi pada Informatika Kesehatan digunakan untuk melakukan intervensi secara publik dengan cakupan yang luas. Banyak rumah sakit menggunakan sistem informasi untuk menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru medis, dan pasien. Sistem informasi terkadang diperluas, tidak hanya pada pemakaian internal, melainkan juga pemakaian eksternal ( pengunjung ) agar memudahkan mencari data pasien yang sedang menginap di rumah sakit. Teknologi informasi juga diterapkan pada peralatan - peralatan medis, misalnya pada CT scan ( Computer Tomography ). CT scan adalah peralatan medis yang mampu memotret bagian dalam dari seseorang tanpa dilakukan pembedahan, yakni dengan menggunakan teknologi sinar X. Dalam hal ini Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan sangat memiliki peran yang sangat signifikan untuk menolong jiwa manusia serta riset-riset di bidang kedokteran. Teknologi Informasi digunakan untuk menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat, untuk mendiagnosa penyakit, menemukan obat yang tepat untuk mengobati penyakit, dan masih banyak lagi. Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini dapat mempermudah Dokter dan Perawat dalam memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat monitor komputer, aliran darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X. Sebagai contoh saat perawatan Almarhum Mantan Presiden Soeharto di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, tahun 2008. Dengan teknologi modern bisa memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan

33

dengan teknologi Informasi dan Komputer sebagai pemanfaatan telematika juga berperan penting didalamnya. Teknologi informasi berupa Sistem Computerized Axial Tomography (CAT) digunakan untuk menggambar struktur bagian

otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan tubuh. Single Photon Emission Computer Tomography (SPECT) merupakan sistem komputer yang mempergunakan gas radioaktif untuk mendeteksi partikel-partikel tubuh yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Bentuk lain adalah Position Emission Tomography (PET) juga merupakan sistem komputer yang dapat menampilkan gambar yang menggunakan isotop radioaktif. teknik Selain itu Nuclear Magnetic cara Resonancemerupakan mendiagnosis dengan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ

memagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hidrogen.

34

Saat ini telah ada temuan baru yaitu komputer DNA, yang mampu mendiagnosis penyakit sekaligus memberi obat. Ehud Shapiro

beserta timnya dari institut Sains Weizmann, Rehovot, Israel, telah membuat komputer DNA ultrakecil yang mempu mendiagnosis dan mengobati kanker tertentu. Komponen penyusun komputer DNA adalah materi genetik yang diketahui urutan basanya. Seperti diketahui bahwa urutan gen secara intrinsik mempunyai kemampuan inheren untuk mengolah informasi layaknya komputer. Oleh karena itu trilyunan mesin biomolekul yang bekerja dengan ketepatan lebih dari 99,8% itu, dapat dikemas dalam setetes larutan. Komputer DNA menggunakan untai nukleotida sebagai masukan data, dan molekul biologi aktif sebagai larutan data dapat menghasilkan sistem kendali logis dari proses-proses biologi. Mesin ini bahkan mampu mengerjakan soal-soal matematik. c. Alat dan Bahan 1) 2) Laptop yang terhubung jaringan internet Referensi tentang Teknologi Informasi

35

d. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang kedokteran 4) Mintalah persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing praktikum 5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan prinsipprinsip pemanfaatan teknologi informasi sebagai instrumen bekerja dari sisi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Analisis dilakukan mengenai: informasi manfaat dalam teknologi bidang informasi, kedokteran, keuntungan tersebut. 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan 8) Mempresentasikan hasil analisis masing-masing kelompok dan mendiskusikannya. 9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut: a) Judul b) Pendahuluan c) Ringkasan kasus d) Hasil telaah kasus e) Kesimpulan dan Saran f) Kepustakaan g) Lampiran e. Referensi 1. Yulyanti. (2010). Peran Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan. Jakarta 2. Arif, M. A (2011). Peran Teknologi Informasi bagi Dunia Kesehatan. Yogyakarta: AMIKOM 3. Fuad, A. (2005). Peran teknologi Informasi untuk Mendukung Manajemen Informasi Rumah Sakit teknologi

kerugiannya serta dampak yang positif dan negatif dari teknologi

36

PRAKTIKUM 3 VISITASI PUSKESMAS: PENGENALAN PUSKESMAS

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium A. Tujuan Belajar :

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 3 (Visitasi Puskesmas: Pengenalan Puskesmas) : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

1) Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis pelayanan primer yang ada di Indonesia. 2) Mahasiswa memiliki kemampuan mengenali berbagai struktur organisasi yang ada di Puskesmas

37

3) Mahasiswa

memiliki

kemampuan

untuk

mengkaji

fungsi

dari

masing-masing struktur yang ada di Puskesmas. 4) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antar bagian di dalam struktur organisasi tersebut. 5) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menguraikan hubungan antara Puskesmas dengan institusi lain baik yang setara maupun di atasnya. B. Pengantar Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Wilayah kerja puskesmas dan meliputi satu kecamatan lainnya atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi keadaan infrastruktur merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas ratarata 30.000. penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan

38

kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut : a. Kepala Puskesmas b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam pengelolaan : 1. Data dan Informasi 2. Perencanaan dan Penilaian 3. Keuangan 4. Umum dan Kepegawaian c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas : 1. Upaya Kesehatan Masyarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM 2. Upaya Kesehatan Perorangan d. Jaringan Pelayanan Puskesmas : 1. Unit Puskesmas Pembantu 2. Unit Puskesmas Keliling 3. Unit Bidan di Desa/Komunitas 1. Kriteria Personalia Kriteria personalia Khusus yang mengisi Kepala struktur organisasi Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. untuk Puskesmas, kriteria dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. 2. Eselon Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawabnya tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon II-B Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon II-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai

39

dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

Berikut ini adalah contoh struktur organisasi di Puskesmas

C.Alat dan Bahan 1) Peralatan tulis 2) Kamera dokumentasi 3) Transportasi 4) Komputer / laptop D. Tugas

1. Mahasiswa mendatangi Puskesmas yang telah ditentukan 2. Mahasiswa meminta izin kepada Kepala Puskesmas 3. Mahasiswa mendengarkan penjelasan (sambutan) yang akan disampaikan oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili

40

4. Mahasiswa berdiskusi dan bertanya mengenai topik-topik yang telah ditentukan 5. Mahasiswa mengamati beberapa data (grafik, gambar atau laporan) yang ada di Puskesmas dengan dipandu oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili. 6. Pada akhir sesi, Kepala Puskesmas menutup sesi praktikum 7. Mahasiswa pamit kepada Kepala Puskesmas 8. Mahasiswa membuat laporan yang akan diberikan kepada koordinator blok. 9. Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) b) c) d) e) f) g) Judul Pendahuluan Ringkasan kasus Hasil telaah kasus Kesimpulan dan Saran Kepustakaan Lampiran

E. Referensi 1. Azwar, A. 1999. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jakarta: EGC 2. Depkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas. 3. Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.

41

PRAKTIKUM 4 TELAAH ARTIKEL ILMIAH

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium A. Tujuan Belajar :

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 4 (Telaah Artikel Ilmiah) : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

1) Mahasiswa memiliki kemampuan membedakan berbagai jenis artikel, jurnal, makalah yang memiliki content ilmiah. 2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan struktur artikel jurnal yang diterbitkan dalam jurnal 3) Mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik isi dari setiap struktur yang ada dalam jurnal 4) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat yang berdasarkan isi artikel dalam jurnal. B. Pengantar Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk tulisan yang berisi hasil dari sebuah penelitian ilmiah. Penulisan Jurnal harus mengikuti aturan yang sudah ditentukan oleh penerbit Jurnal yang sudah terakreditasi. Secara umum, sebuah artikel dalam jurnal terdiri dari: 1. Judul Judul Jurnal harus informatif mengenai penelitian yang dilakukan. Judul dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul artikel yang baik bersifat ringkas, informatif dan deskriptif, terdiri dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat menggambarkan isi tulisan yang

42

mengandung konsep atau hubungan antar konsep; tepat dalam memilih dan menentukan urutan kata. Judul disusun tidak terlalu spesifik. Penggunaan singkatan atau formula kimia sebaiknya dihindari. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic). 2. Nama dan Alamat Penulis Nama diri penulis ditulis tanpa mencantumkan gelar dan penulisan nama dari satu artikel ke artikel lainnya harus tetap/konsisten, hal ini penting untuk pengindeksan nama pengarang. Keterangan tentang program yang ditempuh, alamat penulis dan/atau e-mail yang dicantumkan harus jelas, dan diletakkan pada catatan kaki (foot note) di halaman judul dengan ukuran huruf (font) yang lebih kecil dari ukuran huruf pada isi teks. Contoh: Pengaruh Pemberian Ekstrak Mengkudu terhadap Tekanan Darah Irawan Fajar Kusuma Universitas Jember Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat e-mail:irawanfk99@yahoo.com 3. Abstrak Abstrak merupakan miniatur dari isi Jurnal secara keseluruhan. Pada umumnya hanya terdiri dari satu paragraf dengan satu spasi dan tidak lebih dari 200 kata. Informasi yang perlu ditulis dalam abstrak meliputi tinjauan singkat permasalahan penelitian, tujuan penelitian, metodologi ditulis penelitian bahasa serta temuan dan penelitian. bahasa Jangan lupa menambahkan kata kunci pada bagian akhir dari Abstrak. dalam Indonesia Inggris. Abstrak Abstrak

merupakan sari tulisan yang meliputi latar belakang penelitian secara

43

ringkas, tujuan, teori, bahan dan metode yang digunakan, hasil temuan serta simpulan. Rincian perlakuan tidak perlu dicantumkan, kecuali jika memang merupakan tujuan utama penelitian. Abstrak bersifat konsisten dengan isi artikel dan self explanatory, artinya mengandung alasan mengapa penelitian dilakukan (rasionalisasi & justifikasi), dan tidak merujuk kepada grafik, tabel atau acuan pustaka. Abstrak ditulis dilengkapi dengan 3 5 kata kunci, yaitu istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang dibahas dalam artikel. 4. Pendahuluan Bagian Pendahuluan pada umumnya berisi latar belakang penelitian, penelitian. permasalahan, Dalam pemecahan masalah, serta tujuan menguraikan permasalahan dan pemecahan

masalah juga dijelaskan landasan teori secara singkat yang mendasari pemikiran penulis. Landasan teori yang digunakan harus berasal dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dan telah diterbitkan dalam jurnal terakreditasi. Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan untuk menjustifikasi dilakukannya penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian tersebut. 5. Metode Penelitian Bagian Metode Penelitian menguraikan secara singkat mengenai rancangan penelitian (model penelitian), populasi, teknik sampling, instrumen penelitian serta pengolah data yang akan dilakukan. Jangan lupa untuk mencantumkan sumber rujukan yang digunakan pada setiap metode yang digunakan.

44

Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproduceable). Spesifikasi bahan-bahan harus rinci agar orang lain mendapat informasi tentang cara memperoleh bahan tersebut. Jika metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya, maka acuan pustakanya harus dicantumkan. Jika penelitian terdiri dari beberapa eksperimen, maka metode untuk masing-masing eksperimen harus dijelaskan. 6. Pembahasan Bagian Pembahasan berisi uraian mengenai hasil pengolahan data serta temuan yang didapatkan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Biasanya hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Temuan penelitian harus menjawab tujuan penelitian yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat simpulan dan saran Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian. Temuan di luar dugaan yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian harus mendapat tempat untuk dibahas. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap penelitian harus dinyatakan secara tegas dalam teks, dan hasilnya harus dikaitkan satu sama lain. Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori, perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah dipublikasikan. Pemnbahasan menjelaskan pula implikasi temuan yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.

45

7. Simpulan Simpulan merupakan jawaban singkat dari masalah penelitian. Saran dibuat berdasarkan simpulan dan sebaiknya mengacu pada tindakan praktis atau berupa usulan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Simpulan merupakan penegasan penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Saran hendaknya didasari oleh hasil temuan penelitian, berimplikasi praktis, pengembangan teori baru (khusus untuk program doktor), dan atau penelitian lanjutan. 8. Daftar Pustaka Daftar Pustaka berisi semua rujukan atau referensi yang digunakan penulis pada seluruh isi jurnal. Cara menuliskan Daftar Pustaka biasanya mengikuti aturan dari penerbit jurnal. Tidak diperkenankan menggunakan rujukan atau referensi yang tidak dapat menjamin otoritas keilmuannya. Bahan rujukan (referensi) yang dimasukkan dalam daftar pustaka hanya yang benar-benar disebutkan dalam naskah artikel. Penulisan daftar rujukan secara lengkap dilakukan pada halaman baru. Agar penulisan daftar pustaka lengkap, maka daftar dibuat sebagai tahap penulisan paling akhir. Naskah dibaca dari awal sampai akhir, lalu ditulis dalam daftar semua referensi yang ada dalam naskah dan daftar tersebut digunakan untuk menyusun daftar pustaka. Gaya penulisan pada setiap jumal tidak sama, sehingga harus dipelajari dengan seksama bagaimana gaya/style dari jumal yang akan dikirimi naskah artikel. Konteks rujukan yang dicantumkan hanya yang benar-benar ada kaitannya dengan isi penelitian. Perlu diminimalkan pencantuman referensi dari skripsi, tesis, disertasi, abstrak, in press. Bahan rujukan berbahasa asing ditulis sesuai dengan aslinya. Penggunaan et at, dalam bahan rujukan hanya digunakan jika jumlah penulis terdiri lebih dari 6 orang. Penulisan daftar pustaka masing-masing bidang ilmu mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional Dalam yang sistem menerbitkan publikasi berkala (lihat lampiran).

46

penulisan nama dipergunakan sistem penulisan nama penulis secara intemasional (yaitu, nama keluarga sebagai entry). Apabila nama keluarga penulis tidak jelas, maka dituliskan nama penulis secara lengkap. 9. Lain-Lain Catatan kaki (footnotes): ditulis di bagian bawah dan biasa digunakan sebagai informasi program studi dan alamat penulis. Dalam bidang ilmu sosial, catatan kaki merupakan keterangan atau penjelasan atas teks tulisan yang dicatat pada bagian bawah halaman teks tulisan yang bersangkutan dan diberi tanda tertentu. Penulisan catatan kaki sebaiknya dibatasi dan biasanya menggunakan ukuran huruf yang lebih kecil daripada huruf dalam teks. CONTOH TEKNIK PENULISAN NASKAH ARTIKEL Petunjuk bagi Calon Penulis 1.) Artikel yang akan diterbitkan dalam Jurnal Terakreditasi

2.) Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan huruf Times New Romans (font 12), disusun sistematik dengan urutan sebagai berikut: a) Judul dengan huruf kapital (singkat dan jelas), b) Nama penulis ditulis di bawah judul (tanpa gelar) diikuti nama institusi, Universitas Padjadjaran. c) Abstrak dalam bahasa Inggris dan Indonesia (maksimum 150 kata), d) Kata kunci (keywords) 3-5 kata. Sebagai catatan kaki (footnote) dituliskan Program Studi dan Bidang Kajian Utama, serta alamat korespondensi penulis, e) Pendahuluan, f) Metode, g) Hasil dan Pembahasan, h) Kesimpulan dan Saran, i) Ucapan terima kasih (bila ada) dan,j) Daftar Pustaka. .Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi. Isi naskah ditulis dengan spasi rangkap, jumlah halaman naskah keseluruhan tidak melebihi 15 halaman dengan , format atas dan kiri berjarak 4 cm, kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas kuarto.

47

3.)

Naskah artikel diserahkan dalam bentuk soft-copy dan file

elektroniknya (disket atau CD) bersamaan, dengan berkas pendaftaran ujian tesis atau disertasi ke Sub Bagian Akademik. 4.) Ilustrasi dalam bentuk foto, gambar, grafik/tabel harus utuh, jelas terbaca. Penulisan judul tabel letaknya di bagian atas, nama gambar termasuk grafik letaknya di bagian bawah, dengan nomor urut angka Arab. Foto (hitam putih) besamya antara halaman sampai halaman. ludul foto ditulis di bagian bawah foto. Untuk ilmu eksakta, penulisan satuan ukuran menggunakan sistem IU (Intemational Unit System). 5.) Daftar Pustaka / rujukan dalam isi naskah disusun berdasarkan bidang ilmu masing-masing mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi berkala 6.) Naskah yang masuk akan diseleksi, diberi catatan dan dikirimkan kepada redaktur ahli (penyunting ahli) untuk dikoreksi dan diberi catatan. Selanjutnya penulis melakukan pembetulan naskah dan mengirimkan kembali naskah yang telah dibetulkan dalam suatu CD. 7.) Penulis yang naskahnya dimuat dalam jumal akan menerima satu eksemplar. terbitan Proses Penulisan Naskah Terdapat banyak sekali jumal ilmiah untuk setiap bidang ilmu karena hampir di setiap negara maju, organisasi profesi ilmiahnya menerbitkan jumal yang bertaraf intemasional. Diantara jumal-jumal ilmiah tersebut tentu saja masing-masing memiliki inhouse style yang berbeda-beda. Di lain fihak, kualitas suatu jumal ilmiah sangat ditentukan antara lain oleh kualitas kerjasama antara pengelola jumal (dewan redaksi), penyunting ahli dan penulis artikel ilmiah. Bagi seorang peneliti, adalah suatu prestasi yang membanggakan apabila artikel ilmiah yang ditulis dari penelitian yang telah di lakukannya dapat dipublikasikan dalam salah satu jumal ilmiah. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan cara

48

mengikuti

gaya

selingkung

dari

jumal

yang

diharapkan

akan

mempublikasikan tulisan yang dibuat. Secara singkat tahapan yang harus dilalui adalah : a) b) Dapatkan dan cermati petunjuk bagi calon penulis yang biasanya Tulislah naskah sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dan lain-lain). Prinsip utamanya adalah mengerti dan dicantumkan pada setiap penerbitan jumal. (format, jenis dan ukuran kertas, marjin (batas) kiri, atas, kanan, bawah memahami dengan benar pengertian tentang komponen-komponen penyusun (batang tubuh) suatu artikel. c) Diamkan naskah yang sudah ditulis untuk sementara waktu, bacalah kembali, biasanya akan yang banyak telah ditemukan dibuat. dalam naskah kemudian kesalahan d)

Setelah penulis anggap sempuma, mintalah teman atau kolega

untuk membaca dan berdiskusi serta memberikan komentamya. Pertimbangkan komentar mereka dalam memperbaiki naskah kita. Pengiriman Naskah Sebelum dikirimkan kepada dewan redaksi (penyunting ahli), naskah artikel yang telah disusun diberikan kepada tim pembimbing / promotor untuk ditelaah dan dikoreksi. Setelah naskah selesai diperbaiki sesuai dengan saran tim pembimbing / promotor, naskah artikel dilampirkan dalam berkas pengajuan UT/UD, disertai 1 lembar surat pemyataan bahwa naskah telah diperiksa, dikoreksi dan disetujui tim pembimbing / promotor. Setelah lulus UT/UD dan telah melakukan revisi, naskah artikel ilmiah (yang telah direvisi) dikirimkan ke perpustakaan sebagai prasyarat wisuda, dengan mengikuti cara pengiriman artikel, eksemplar naskah artikel dalam bentuk print out, CD berisi file naskah dengan menyebutkan word processor yang digunakan. Perpustakaan akan melanjutkan pengiriman naskah artikel tersebut kepada Dewan naskah kepada dewan redaksi seperti yang telah ditetapkan sebagai berikut : lembar surat permohonan pemuatan

49

Redaksi. Daftar Pustaka / Rujukan Penulisan daftar pustaka masing-masing bidang ilmu disusun mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi berkala. Cantumkan nama semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang, dan bila lebih dari 6 orang penulis, tuliskan nama 6 penulis pertama dan selanjutnya et al. Jumlah rujukan sebaiknya dibatasi sampai 25 buah dan secara umum merujuk pada tulisan yang terbit dalam satu dekade terakhir. Perlu dihindari penggunaan abstrak sebagai rujukan. Materi yang telah dikirim untuk publikasi tetapi belum diterbitkan harus dirujuk dengan menyebutkannya sebagai pengamatan yang belum dipublikasi (unpublished observation) seizin nara sumber. Makalah yang telah diterima untuk publikasi tetapi belum terbit dapat digunakan sebagai rujukan dengan perkataan in press . Hendaknya juga dihindari rujukan berupa komunikasi pribadi (personal communication), kecuali untuk informasi yang tidak mungkin diperoleh dari sumber umum. Sebutkan nama sumber dan tanggal komunikasi, dapatkan izin tertulis dan konfirmasi ketepatan dari sumber komunikasi. C. Alat dan Bahan 1) Laptop yang terhubung jaringan internet 2) Referensi Penulisan Artikel dalam jurnal D. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah artikel jurnal dari internet 4) Mintalah praktikum persetujuan artikel tersebut kepada pembimbing

50

5) Diskusikan

kasus

tersebut

dalam

kelompok

dengan

memperhatikan langkah-langkah penulisan artikel ilmiah. 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan. 8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) Judul b) Pendahuluan c) Ringkasan d) Hasil telaah e) Kesimpulan dan Saran f) Kepustakaan g) Lampiran (print out jurnal E. Referensi Mufida, E. (2012). Kerangka Penulisan Karya Ilmiah dalam bentuk jurnal. Jakarta.

51

PRAKTIKUM 5 VISITASI PUSKESMAS: PROGRAM KERJA PUSKESMAS

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium A. Tujuan Belajar :

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 5 (Visitasi Puskesmas: Program Kerja) : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

1) Mahasiswa mampu mengidentifcikasi berbagai kerjasama antar bagian dan profesi di Puskemas 2) Mahasiswa memiliki kemampuan mengenali kerjasama berbagai struktur organisasi yang ada di Puskesmas 3) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengkaji fungsi dari masing-masing struktur yang ada di Puskesmas kaitannya dengan fungsi dari bagian lain. 4) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antar bagian di dalam struktur organisasi tersebut. 5) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menguraikan hubungan antara Puskesmas dengan institusi lain baik yang setara maupun di atasnya. B. Pengantar Upaya Dan Asas Penyelenggaraan Puskesmas Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

52

upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni : 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan keehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni : a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

53

Upaya laboratoriom medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain diluar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas. Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas bersama Dinas masukan Kesehatan dari kabupaten/kota BPP. Upaya dengan mempertimbangkan kesehatan

pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib Puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Apabila kesehatan Puskesmas belum mampu menyelenggarakan telah menjadi upaya pengembangan padahal kebutuhan

masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan

54

berbagai persyaratan tenaga, sarana, dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Lebih lanjut di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadapt pelayanan medik spesailistik. Dalam hal ini, apabila ada kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di Puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional Puskesmas yang diatu oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Asas Penyelenggaraan Puskesmas Penyelenggaraan secara terpadu. upaya Asas kesehatan wajib dan upaya kesehatan tersebut

pengembangan harus menerapkan asas penyelenggaraan Puskesmas penyelenggaraan Puskesmas dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Asas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah : 1. Asas Pertanggungjawaban Wilayah Asas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat

55

tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut : a. Menggerakkan pembangunan berbagai sector tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. b. Memantau c. Membina kerjanya d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertam (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya Diselenggarakan upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu., Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya ( outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan asas pertanggungjawaban wilayah. 2. Asas Pemberdayaan Masyarakat Asas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain : a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB) b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD) c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) d. Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dampak setiap berbagai upaya upaya pembangunan strata terhadap yang kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya kesehatan pertama diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

56

e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan kesehatan Lingkungan (DPKL) f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda g. Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) h. Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA), Pengobatan Pengobatan Tradisional (Battra) j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan 3. Asas Keterpaduan Asas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni : a. Keterpaduan Lintas Program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan yang menjadi penyelenggaraan antara lain : 1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan 2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja, dan kesehatan jiwa 3) Puskesmas Keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4) Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan b. Keterpaduan Lintas Sektor berbagai upaya kesehatan

tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program

57

Keterpaduan

lintas

sector

adalah

upaya

memadukan

penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan, dan inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatandan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain : 1) Upaya Kesehatan Sekolah : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian 3) Upaya Kesahatan Ibu dan Anak : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB 5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan ; keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan 6) Upaya Kesehatan Kerja : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha

4. Asas Rujukan Asas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki langsung oleh Puskesmas terbatas. Padahal dengan Puskesmas berbagai berhadapan dengan masyarakat permasalahan

kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan, dan inovasi) harus ditopang oleh asas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara

58

timbal balik, baik secara vertikal adalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni : a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal maupun vertikal. Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam : 1) 2) 3) Rujukan kasusu untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misalnya operasi) dan lain-lain. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatanadalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan supaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya

59

kesehatan

masyarakat,

maka

Puskesmas

merujuknya

ke

dinas

kesehatan kabupaten/kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam : 1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai, dan bahan makanan. 2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam. 3) Rujukan kesehatan operasional, dan masyarakat yakni dan menyerahkan jawab atau sepenuhnya masalah upaya kewenangan tanggung penyelesaian penyelenggaraan

kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu. C. Alat dan Bahan 1) Peralatan tulis 2) Kamera dokumentasi 3) Transportasi 4) Komputer / laptop D. Tugas Mahasiswa mendatangi Puskesmas yang telah ditentukan Mahasiswa meminta izin kepada Kepala Puskesmas Mahasiswa mendengarkan penjelasan (sambutan) yang akan disampaikan oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili Mahasiswa berdiskusi dan bertanya mengenai topik-topik yang telah ditentukan

60

Mahasiswa mewawancarai petugas kesehatan yang ada di Puskesmas dengan dipandu oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili.

Mahasiswa melakukan observasi terhadap dokumen programprogram yang ada di Puskesmas Pada akhir sesi, Kepala Puskesmas menutup sesi praktikum Mahasiswa pamit kepada Kepala Puskesmas Mahasiswa membuat laporan yang akan diberikan kepada koordinator blok I Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) b) c) d) e) f) g) Judul Pendahuluan Ringkasan kasus Hasil telaah kasus Kesimpulan dan Saran Kepustakaan Lampiran (Dokumentasi dan lainnya)

E.

Referensi Azwar, A. 1999. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: EGC Depkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas. Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.

61

PRAKTIKUM 6 TELAAH KASUS ETIKA

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium A. Tujuan Belajar:

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 6 (Telaah Kasus Etika) : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

1) Mahasiswa memiliki kemampuan membedakan masalah etik dan hukum profesi dokter 2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menetapkan, mengkaji, manganalisis masalah etik dan hukum profesi dokter 3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam masalah etik dan hukum profesi dokter B. Pengantar Dalam menjalankan profesinya seorang dokter seringkali menghadapi berbagai persoalan yang menyangkut etik dan hukum. Untuk dapat menyelesaikan masalah etik, seorang calon dokter harus mempelajari secara langsung atau dengan mengkaji kasuskasus yang sering terjadi di masyarakat. Calon dokter juga perlu belajar dengan dari pengalaman Pada dokter lain bagaimana ini mengambil berlatih keputusan yang tepat terhadap berbagai permasalahan terkait profesinya. paktikum mahasiswa bagaimana menyelesaikan kasus terkait dengan profesinya kelak.

62

Salah cara menyelesaikan permasalahan etik dan hukum dalam profesi dokter adalah menggunakan kerangka berfikir CoREValue sebagai instrumen dalam mengambil keputusan. CoRE-Value merupakan kepanjangan dari 1) Codes of professional Codes of professional conduct, conduct merupakan aturan dan Regulation, Ethical principle, dan Value. kesepakatan terkait dengan profesi dokter, yaitu Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2) Regulation, merupakan peraturan perundang-undangan terkait dengan profesi dokter, antara lain Undang-undang Praktik Kedokteran, Undang-undang Kesehatan. 3) 4) Ethical principle, yaitu prinsip dasar etik yang terdiri atas beneficence, nonmaleficence, justice, dan autonomy Value, yaitu nilai-nilai yang berlaku dan diyakini oleh pasien, klinisi, dan yang lain (keluarga pasien, institusi, pegawai), nilai-nilai ini dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya dan agama di masyarakat.

Regulation

Codes of professional conduct

Ethical Principles

Value

Gambar CoRE-Value framework

C.

Alat dan Bahan

63

1) 2)

Laptop yang terhubung jaringan internet Referensi Etik dan Hukum di bidang kedokteran

D.

Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus profesi dokter terkait dengan etik dan hukum dari internet 4) Mintalah praktikum 5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan CoREValue framework sebagai instrumen bekerja 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan 8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) Judul b) Pendahuluan c) Ringkasan kasus d) Hasil telaah kasus e) Kesimpulan dan Saran f) Kepustakaan g) Lampiran (print out kasus) persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing

E.

Referensi Manson, Helen M., 2012. The development of the CoRE-Values frameworks as an aid to ethical decision-making, Medical Teacher 34:e258-e268

64

PRAKTIKUM 7 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium A. Tujuan Belajar :

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 7 (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

1) Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan pengertian PHBS 2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai tujuan PHBS 3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil ke B. Pengantar PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan

didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, member informasi dan melakukan edukasi, guna menigkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara

65

hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan menigkatkan kesehatan masyarakat. (Depkes RI,2002) PHBS itu ragamnya sangat banyak. Misalnya mengenai gizi: makan beranekaragam makanan, minum tablet tambah darah, mengonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balitya kapsul vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkanuntuk melasanakan semua perilaku kesehatan. Tujuan PHBS: 1. Meningkatkan pemberdayaan 2. Melindungi tersedianya 3. Menjamin kesehatan, 4. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya 5. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan 6. Memanfaatkan pelayanan kesehatan 7. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui tiga sentra, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat keluarga di wilayah datang Puskesmas. ke Rumah Rumah Sakit. Sakit Dinas bertugas Kesehatan melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan yang Kabupaten/Kota melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung derajat kesehatan masyarakat swasta melalui dan masyarakat, termasuk

masyarakat madani, kesehatan upaya masyarakat yang dengan menjamin merata, kesehatan dan paripurna,

bermutu dan berkeadilan, ketersediaan pemerataan sumberdaya

66

promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan PHBS Dinas di daerah adalah Dinas Kesehatan dapat Kabupaten/Kota. Kesehatan Kabupaten/Kota harus

mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota tersebut. Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program di Puskesmas dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep sebagai berikut : 1. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku (PHBS) dan sumber daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah. 2. Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan 3. Penggerakan pelaksanaan, merupakan inplementasi dari intervensi masalah terpilih, yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait. 4. Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format Evaluasi pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan. melihat indikator PHBS ditatanan rumah tangga. Namun demikian,

67

karena tatanan rumah tangga saling berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS dilaksanakan tidak hanya di tatanan rumah tangga, Sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan: 1. Tatanan rumah tangga 2. Institusi pendidikan 3. Tempat kerja 4. Tempat umum 5. Sarana kesehatan Indikator PHBS di tatanan rumah tangga: 1. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. memberi bayi ASI eksklusif 3. menimbang balita setiap bulan 4. ketersediaan air bersih (mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga) 5. ketersediaan jamban sehat 6. kesesuaian luas lamtai dengan jumlah penghuni 7. lantai rumah bukan tanah 8. tidak merokok dalam rumah 9. melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. makan buah dan sayur setiap hari, Pedoman tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 sebagai berikut: 1. Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibid an bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang

68

aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. Tanda persalinan 1. Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat. 2. Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas. 3. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. 4. Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir. 5. Merasa seperti mau buang air besar Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan adalah: 1. Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter) 2. Tetap tenang dan tidak bingung 3. Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit. Bahaya persalinan 1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas. 2. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan. 3. Tali pusat atau tangan/kaki nayi terlihat pada jalan lahir. 4. Tidak kuat mengejen. 5. Mengalami kejang-kejang. 6. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas. 7. Air ketuban keruh dan berbau. 8. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar. 9. Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat. 10. Keluar darah banyak setelah bayi lahir Bila ada tanda bahaya, ibu harus segera dibawa kebidan/dokter. Peran kader

69

1. Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan memberi tanda seperti menempelkan stiker. 2. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter. 3. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan kunjungan rumah. 4. Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan suami siap Antar jaga, dan sebagainya. 5. Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan. 6. Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan. 7. Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif). 2. Memberi Bayi Asi Ekslusif Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. Keunggulan ASI 1. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. 2. Mengandung zat kekebalan.

70

3. Melindungi bayi dari alergi. 4. Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar. 5. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan di mana saja. 6. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga. Bayi segera dieteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah melahirkan untuk memasang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan. Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkam hingga berusia 2 tahun. Cara menyusui Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kesua tangannya dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih. Lalu bersihkan kedua putting susu dengan kapas yang telah di rendam terlebih dahulu demngan air hangat. Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang). Pegang bayi pada belakang bahunya. Tidak pada dasar kepala. Upayakan badan bayi menghadap rada badan ibu,rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. Bayi di susui dengan cara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah Kanan sampaibayi merasa kenyang. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan

71

kedua pipi bayi di bersihkan dengan kapas yang telah di rendam air hangat. Sebelum di tidurkan, bayi harus di sendawakan dulu supaya udara yang terhisap bias keluar dengan cara meletekkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan di usap belakangnya sampai bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya. Manfaat memberikan ASI Bagi ibu: 1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi. 2. Mengurangi pendarahan setelah persalinan. 3. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu. 4. Menunda kehamilan berikutnya. 5. Mengurangi resiko terkena kanker payudara. 6. Lebih praktis krena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan. Bagi bayi: 1. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng. 2. Bayi tidak sering sakit. Bagi keluarga: 1. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya. 2. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus air dan perlengkapannya. Menjaga mutu dan jumlah produksi ASI 1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan. Sayuran dan buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasanya. 2. Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari. 3. Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan menjaga ketenangan pikiran. 4. Susui bayi sesering mungkin dari kedua parudara kiri dan kanan secara bergantian hingga bayi tenang dan puas. Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias

72

berhasil. Ibu yang bekerja tetap bias nemberikan ASI Eklusif pada bayi caranya: 1. Berikan ASI sebelum berangkat kerja. 2. Selama bekerja, bayi tetap nisa diberi ASI dengan cara memerah ASI sebelum berangkat kerja dan ditampung digelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan kepada bayi dirumah. 3. Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti biasa. Cara menyimpan ASI di rumah 1. ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam. 2. ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam. 3. ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam. 4. ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama 2 minggu. Cara memberikan ASI yang disimpan. 1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih. 2. Apabila ASI diletakan diruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa simpan berakhir (8 jam). 3. Apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, ASI yang disimpan dalan gelas bersih tertutup dihangatkan dengan cara direndam dalam mangkok berisi air hangat, kemudian ditunggu sampai ASI terasa hangat (tidak dingin). 4. ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena botol dan dot lebih sulit dibersihkan dan menghindari terjadinya bingung puting susu pada bayi. 5. Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif? 6. Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di wilayah kerjanya. 7. Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu. Tentang pentingnya memberikan ASI Eklusif.

73

8. Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI Eklusif. 3. Menimbang Balita Setiap Bulan Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu. Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya) Naik, bila: 1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS. 2. Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya. Tidak naik, bila: 1. Garis pertumbuhannya menurun. 2. Garis pertumbuhannya mendatar. 3. Garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda. Tanda balita gizi kurang 1. Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus. 2. Mudah sakit. 3. Tampak lesu dan lemah. 4. Mudah menangis dan rewel. 5. Ada berapa macam gizi pada balita? 6. Gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu: 7. Kwashiorkor 8. Marasmus 9. Marasmus-kwashiorkor. Tanda-tanda balita gizi buruk Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:

74

1. Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki) 2. Wajah bulat dan sembab. 3. Cengeng dan/rewel/apatis. 4. Perut buncit. 5. Rambut kusam dan mudah di cabut. 6. Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus: 1. Tampak sangat kurus. 2. Wajah seperti orang tua. 3. Cengeng/rewel/apatis. 4. Iga gambang, perut cekung. 5. Otot pantat mengendor. 6. Pengeriputanotot lengan dan tungkai. Manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu 1. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat. 2. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita. 3. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare). 4. Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke puskesmas. 5. Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi. 6. Untuk mendapatkan penyuluhan gizi. Peran kader 1. Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya. 2. Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu. 3. Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa (pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)

75

4. Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di poyandu. 5. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat, kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya. 4. Menggunakan Air Bersih Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba): 1. Air tidak berwarna harus bening/jernih. 2. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya. 3. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun. 4. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Manfaat menggunakan air bersih 1. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus, Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan. 2. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya. Sumber air bersih 1. Mata air 2. Air sumur atau air sumur pompa 3. Air ledeng atau perusahaan air minum 4. Air hujan 5. Air dalam kemasan Menjaga kebersihan sumber air bersih

76

1. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter. 2. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran. 3. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup. 4. Harus dijaga tidak kebersihannya berlumut seperti tidak ada bercak-bercak sumur. kotoran, pada lantai/lantai dinding

Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih). Peran Kader 1. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air bersih dirumahnya. 2. Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih. 3. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang sulit untuk mendapatkan air bersih. 4. Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara bergilir. 6. Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air. 7. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air bersih. 8. Memanfaatkan bersih, setiap kesempatan penyuluhan didesa/kelurahan kelompok untuk memberkan penyuluhan tentang pentingnya menggunakan air misalnya melalui diposyandu,

77

prtemuan

Dasa

Wisma,

arisan,

pengajian,

pertemuan

desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain. 5. Mencuci Tangan Dengan Air Brsih Dan Sabun Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Waktu mencuci tangan memakai sabun a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll). b. Setelah buang air besar c. Setelah menceboki bayi atau anak d. Sebelum makan dan menyuapi anak e. Sebelum memegang makanan f. Sebelum menyusui bayi Manfaat mencuci tangan a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Cara mencuci tangan yang benar a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun. b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan. c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. Peran kader

78

a. Memanfaatkan

setiap

kesempatan

di

desa/kelurahan

untuk

memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan rumah. b. Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan. 6. Menggunakan Jamban Sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya. Jenis jamban yang digunakan 1. Jamban cemplung Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. 2. Jamban tangki septik/leher angsa Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi manusia sebagai yang wadah proses dengan penguraian/dekomposisi resapan. Memilih jenis jamban Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk: a. Daerah yang cukup air b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik kotoran dilengkapi

79

digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban) c. Daerah pasang. Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil. Manfaat menggunakan jamban a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya. c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan. Syarat jamban sehat a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter) b. Tidak berbau. c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. d. Tidak mencemari tanah sekitarnya. e. mudah dibersihkan dan aman digunakan. f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung. g. Penerangan dan ventilasi yang cukup. h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai. i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih. Cara memelihara jamban sehat a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih. c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat. d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran. e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih). pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air

80

f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki. Peran kader dalam membina masyarakat a. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta menggunakan jamban dirumahnnya. b. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat. c. Bersama jamban. d. Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir. e. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan jamban sehat. f. Memanfaatkan memberi menggunakan setiap jamban kesempatan tentang sehat, di desa/kelurahan memiliki melalui untuk dan penyuluhan pentingnya misalnya pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki

penyuluhan

kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lainlain. g. Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi daerah setempat. 7. Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. PJB adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempattempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu. Pemeriksa PJB

81

a. Anggota rumah tangga b. Kader c. Juru pemantau jentik (Jumatik) d. Tenga pemeriksa jentik lainnya. Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti (kaki Demam gajah) Berdarah di Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis tempat-tempat

perkembangannya. 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu: a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung. b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan. c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll). Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu: a. Menggunakan kelambu ketika tidur. b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ; bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll. c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar. d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air. g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan cupang, ikan nila, dll.

82

h. Menanam

tumbuhan

pengusir

nyamuk

misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll. Manfaat Rumah Bebas Jentik a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi. b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah. c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat. Cara Pemeriksaan Jentik Berkala a. Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga. b. Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. c. Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut. Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga d. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

Peran kader a. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu, pertemuan kelompok Dasa

83

Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran, spanduk). b. Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB. c. Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah. d. Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus. e. Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih terdapat jentik nyamuk. 8. Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena: a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. b. Mengandung serat yang tinggi. Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata b. Vitamin D untuk kesehatan tulang c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda d. Vitamin K untuk pembekuan darah e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri g. Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.

84

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar. Manfaat makanan berserat, yaitu: a. Mencegah diabetes . b. Melancarkan buang air besar. c. Menurunkan berat badan. d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi) e. Membuat awet muda. f. Mencegah kanker g. Memperindah kulit, rambut dan kuku. h. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah) i. Membantu perkembangan bakteri yang baiok dalam usus. Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan mineral. Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah. Semua sayur bagus dimakn, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning, dan oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada hijau atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak kandungan vitamin dan mineral serta seratnya. Pilihan buah dan sayur yang bebas pestisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya ciri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap segar.

85

Mengolah sayur dan buah Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Direbus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C. Peran keluarga a. Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah. b. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau. c. Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan malem d. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan sayur dan buah. 9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari Setiap anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan a. Bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja tana, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan. b. Bisa berupa olah raga, yaitu: push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat. Durasi Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkanjantung, paru-paruserta alat tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu yang di gunakan untuk beraktivitas fisik

86

maka manfaat yang di peroleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini di lakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan kedepan akan terasa hasilnya. Cara melakukan aktifitas yang benar a. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit.jika belum terbiasa dapat di mulai dengan beberapa menit setiap hari dan di tingkatkan secara bertahap. b. Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. c. Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan. d. Lakukan gerakan ringan dan perlahan ditingkatkan sampai sedang. e. Jika sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap hari. Keuntungan aktivitas fisik teratur a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dll. b. Berat badan terkendali c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat d. Bentuk tubuh menjadi bagus e. Lebih percaya diri f. Lebih bertenaga dan bugar g. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik Tips dalam beraktivitas fisik : Jalan cepat : perlu sepatu yang lebih enak di pakai agar kaki nyaman dan sehat, apalagi untuk berjalan ke ke kantor atau naik tangga. Cara lain yaitu dengan berenang, lakukan renang secepat mungkin dengan nafas yang dalam. Peran keluarga dan kader a. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya melakukan akytivitas fisik.

87

b. Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll. c. Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah. d. Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak. e. Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

10. Tidak Merokok Di Dalam Rumah Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantanya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Perokok aktif dan perokok pasif Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu Cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok Cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-paru. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok.

88

Bahaya perokok aktif dan perokok pasif a. Menyebabkan kerontokan rambut b. Gangguan pada mata, seperti katarak. c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok. d. Menyebabkan paru-paru kronis. e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. f. Menyebabkan stroke dan serangan jantung. g. Tulang lebih mudah patah. h. Menyebabkan kanker kulit. i. Menyebabkan kemandulan dan impotensi. j. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran. Cara berhenti merokok Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut: 1. Seketika Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat Adiktif. 2. Menunda Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. Sebagai contoh : seorang perokok biasanya merokok setiap hari pada pukul 07.00 pagi, maka pada: Hari 1 : pukul 09.00 Hari 2 : pukul 11.00 Hari 3 : pukul 13.00 Hari 4 : pukul 15.00 Hari 5 : pukul 17.00 Hari 6 : pukul 19.00

89

Hari 7 : pukul 21.00 3. Mengurangi Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan. Misalnya dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka Si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan jumlah pengurangan sebanyak 4 batang sehari. Sebagai contoh: Hari 1 : 24 btang Hari 2 : 20 batang Hari 3 : 16 batang Hari 4 : 12 batang Hari 5 : 8 batang Hari 6 : 4 batang Hari 7 : 0 batang Peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok a. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh anggota keluarga. b. Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok. c. Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah. d. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak. e. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya. f. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok. g. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alas an kesehatan. Mencegah penyakit dengan Berhenti Merokok

90

Kisah perokok yang terkena srtroke dan kanker paru-paru. Contoh kasus: Pak Sukro berusia 45 tahun, menderita stroke sejak 2 tahun terakhir sebagai akibat perilakunya menjadi perokok berat sejak usia 15 tahun. Saat ini pak sukro sudah tidak dapat lagi berbicara dengan jelas, berdiri dengan tegak dan berjalan dengan sempurna sehingga tidak dapat menikmati masa tuanya dengan kekayaan yang telah dikumpulkannya semasa produktif dulunya. Sebagian besar hartanya telah terkuras dalam proses pengobatan atau perawatan penyakit yang dideritanya. Pak Purnama berusia 54 tahun, divonis oleh dokter menderita kanker paru-paru dan dirawat selama 2 bulan di rumah sakit. Dia berpesan kepada sanak sodaranya dan handai taulannya untuk tidak mengikuti pola hidupnya sebagai perokok yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit seperti kanker paru yang sakit luar biasa dirasakannya

C. Alat dan Bahan 1) 2) 3) D. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target kuesioner mengenai PHBS (survey dan wawancara) 4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum 5) Lakukan wawancara pada penduduk target mengenai PHBS dan lakukan observasi pada di lingkungan penduduk 6) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan indikator PHBS 7) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 8) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan 9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut Alat tulis Kuesioner PHBS Referensi PHBS

91

a) b) c) d) e) f) g) E. Referensi

Judul Pendahuluan Ringkasan Observasi Hasil Observasi dan wawancara Kesimpulan dan Saran Kepustakaan Lampiran (Dokumentasi)

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan 2. Azwar, A. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC 3. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu perilaku. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

PRAKTIKUM 8 PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGIS DAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR

Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium

: Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 8 (Mikrobiologi Dasar) : Laboratorium Mikrobiologi

A.Tujuan : 1. mengenalkan mahasiswa alat-alat yang digunakan pada pratikum mikrobiologi 92

2. memeriksa kualitas air secara mikrobiologis 3. menentukan kualitas air secara mikrobiologis B.Pengantar Pemeriksaan Bakteriologis Air Kualitas air minum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, sesuai Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yang mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air minum, yang meliputi terkait parameter langsung dengan fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter bakteriologis dan kimia (anorganik) parameter merupakan yang tidak parameter dengan kesehatan, sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan berhubungan langsung kesehatan. Parameter bakteriologis air pada dasarnya terdiri dari beberapa jenis bakteri (jenis patogen) yang merupakan bagian dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti penyakit saluran pencemaan. Agent ini dapat hidup di dalam berbagai media, hewan, dan manusia secara berantai serta menjalani siklus hidupnya sehingga merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidupnya .Penyakit yang berhubungan dengan air terbagi menjadi empat kelompok, salah satunya, penyakit disebabkan bakteri dalam air setelah air ini diminum seseorang, kemudian orang tersebut sakit . Pemeriksaan bakteriologis air minum memerlukan organisme indikator sebagaimana analisis air mengacu pada kehadiran mikroorganisme dalam air minum membuktikan air tersebut tercemar bahan tinja dari manusia/hewan berdarah panas atau hasil pembusukan materi organik. Hal ini berpeluang bagi mikroorganisme patogen, secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan, untuk masuk dalam air minum. Organisme indikator memenuhi syarat, antara lain. 1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air tidak tercemar, 2. Terdapat dalam air bila ada mikroorganisme patogen,

93

3. Jumlahnya berkorelasi dengan kadar polusi, 4. Mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih besar daripada patogen, 5. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap, 6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, 7. Jumlahnya lebih banyak daripada organisme patogen (hal ini menyebabkan lebih mudah terdeteksi), dan 8. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana. Beberapa bakteri atau kelompoknya dievaluasi sebagai organisme indikator, di antaranya, E. coli dan coliform lainnya, memenuhi hampir semua syarat indikator ideal. Bakteri tersebut dianggap indikator pencemaran bakteriologis air minum. Coliform merupakan grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasiyang tidak baik terhadap makanan, air dan susu. Ciri ciri coliform yaitu bentuk batang merupakan bakteri Gram negative, tidak membentuk spora, aerobic atau anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 24-48 jam dan suhu 35oC. Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan dua kelompok yaitu coliform fecal , misalnya Escherichia coli dan coliform nonfecal , misalnya Enterobacter aerogenes. Pemeriksaan bakteriologis air bersih penting dilakukan sebagai sebuah tindakan kewaspadaan dini dan analisa faktor resiko air bersih sebagai sumber penularan penyakit dan masalah kesehatan.

Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal: Alat-alat elektrik 1. Mikroskop cahaya 2. Autoklaf elektrik 3. Incubator

94

4. Hot plate & stirrer 5. Colony counter 6. Biological Safety Cabinet (BSC) 7. Mikropipet Alat-alat gelas dan keramik 1. Cawan Petri 2. Pipet ukur 3. Pipet tetes 4. Tabung reaksi 5. Labu Erlenmeyer 6. Glass beads 7. Mortar & pestle 8. Beaker glass 9. Buncen burner 10. 11. 12. Gelas ukur Batang L / Drugalsky Tabung durham

Alat-alat non gelas 1. Jarum inokulum / ose 2. Pinset 3. Rubber bulb

C.Alat dan Bahan 1. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope) Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak

95

dapat dilihat denganmata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya.

Bagian-bagian Mikroskop: 1. Eyepiece / oculars (lensa okuler) Untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa objektif 2. Revolving nosepiece (pemutar lensa objektif) Untuk memutar objektif sehingga mengubah perbesaran 3. Observation tube (tabung pengamatan / tabung okuler) 4. Stage (meja benda), Spesimen diletakkan di sini 5. Condenser (condenser) Untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa objektif 6. Objective lense (lensa objektif) Memperbesar spesimen 96

7. Brightness adjustment knob (pengatur kekuatan lampu) Untuk memperbesar dan memperkecil cahaya lampu 8. Main switch (tombol on-off) 9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter) Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan kiri 10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur jarak interpupillar) 11. Specimen holder (penjepit spesimen) 12. Illuminator (sumber cahaya) 13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal) Untuk menaikkan atau menurunkan object glass 14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur horizontal) Untuk menggeser ke kanan / kiri objek glas 15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar) Menaik turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat 16. Fine focus knob (sekrup fokus halus) Menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat 17. Observation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler) 18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur kondenser) Untuk menaik-turunkan kondenser Prosedur Operasi 1. Menyalakan lampu a. tekan tombol on (8) b. atur kekuatan lampu dengan memutar bagian (7) 2. Menempatkan spesimen pada meja benda a. Letakan objek glas diatas meja benda (4) kemudian jepit dengan (11). Jika meja benda belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar (15) b. Cari bagian dari objek glas yang terdapat preparat ulas (dicari dan diperkirakan memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup vertikal dan horizontal (13) dan (14) 3. Memfokuskan

97

a. Putar Revolving nosepiece (2) pada perbesaran objektif 4x lalu putar sekrup kasar (15) sehingga meja benda bergerak ke atas untuk mencari fokus b. Setelah fokus perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar (2) pada perbesaran selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10x. kemudian putar sekrup halus (16) untuk mendapatkan fokusnya c. Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi 4. Tambahan a. Jika perlu interpupillar distance adjustment knob (10) dapat digeser, hal ini akan mengubah dua bayangan yang akan diterima oleh 2 mata menjadi gambar yang tunggal sehingga sangat membantu dalam mengatasi kelelahan mata b. Jika perlu diopter adjustment knob (9) dapat diatur untuk memperoleh bayangan focus yang seimbang antara mata kanan dan kiri c. Pengaturan condenser (5) akan memperjelas bayangan yang tampak dengan mensetting pada posisi tertinggi (cahaya penuh) Perbesaran total Ukuran specimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran lensa okuler dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif (40x) = 400x Penggunaan minyak imersi Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua titikyang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau menggunakan cahaya yang memiliki panjang gelombang () pendek. Biasanya dapat digunakan minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100

98

a. Jika fokus pada perbesaran 10 x 40 telah didapatkan maka putar ke perbesaran objektif 100x b. tetesi minyak imersi 1 2 tetes dari sisi lensa c. Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100x dengan kertas lensa yang dibasahi xylol Autoklaf (Autoclave)

Diagram autoklaf vertical 1. Tombol pengatur waktu mundur (timer) 2. Katup pengeluaran uap 3. pengukur tekanan 4. kelep pengaman 5. Tombol on-off 6. Termometer 7. Lempeng sumber panas 8. Aquades (dH2O) 9. Sekrup pengaman 10. batas penambahan air Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 99

2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.

Cara Penggunaan : 1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat. 2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. 3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu. 4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC. 5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm. 6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klepklep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati. Inkubator (Incubator)

100

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC. Hot plate stirrer dan Stirre bar dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator

Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan denganpengadukan. Pelat ( plate) yang terdapat dalam alat inidapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBSmisalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC. Colony counter

101

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karenaadanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset. Mikropipet (Micropippete) dan Tip

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 l. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet,misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1l sampai 20 l, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu

102

pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 l. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip Cara Penggunaan : 1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet. 2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet. 3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi. 4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm. 5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip. 6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan. 7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip. 8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang berfungsi mendorong tip keluar. Cawan Petri (Petri Dish)

Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media

103

sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml. Pipet Ukur (Measuring Pippete)

Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan menikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harustepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar. Pipet tetes (Pasteur Pippete)

Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan HCl / NaOH saat mengatur pH media, penambahan reagen ada uji biokimia, dll. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)

104

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tubeagar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alas an efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask) Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

105

Gelas ukur (Graduated Cylinder) Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.

Batang L (L Rod) Batang L bermanfaat untuk menyebarkan cairan di permukaan agar supaya bakteri yang tersuspensi dalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader. Mortar dan Pestle Mortar dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau

menghancurkan materi cuplikan, misal daging, roti atau tanah sebelum diproses lebih lanjut.

106

Beaker Glass Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media, menampung akuades dll. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner) Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol. Glass Beads Glass Beads adalah manik-manik gelas kecil yang digunakan untuk meratakan suspensi biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan digoyang merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya sama dengan batang L atau Spreader. Tabung Durham Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).

107

Jarum Inokulum Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inoculum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran ( loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak ( stab inoculating). Jarum inokulum ini akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk preprasi Heinrichs Slide Culture.

Pinset Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.

Pipet Filler / Rubber Bulb Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet sebagaibahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A ( aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S ( suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.

108

D.

Cara Kerja

Analisis dilakukan dengan mengambil contoh air sebanyak tiga kali, masing-masing 100 ml dan ditempatkan dalam botol erlenmeyer steril. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bakteriologis prosedur sebagai berikut : 1.. Pemeriksaan Kualitiatif Pemeriksaan ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut yaitu: 1. 1 Uji Presumtif ( Presumtitive Coliform Count), Uji untuk mengetahui angka terkaan tertinggi ( Most Probable Number) kuman coliform tiap 100 ml contoh air, ada 2 metode , yaitu metode 155, digunakan bila contoh air yang akan diperiksa tampak cukup jernih dan metode 333, digunakan bila contoh air yang kana diperiksa tampak cukup keruh.Pada uji presumsif metode 333, terdapat tiga kelompok tabung reaksi yang berisi medium cair laktosa dan tabung durham . Kelompok pertama terdiri dari 3 tabung reaksi dan ke dalam masing-masing tabung reaksi berisi 10 ml medium ditambah 10 ml sampel air. Kelompok kedua terdiri dari 3 tabung reaksi dan ke dalam masing masing tabung berisi 5 ml medium dan 1 ml sample air. Kelompok ketiga terdiri dari 3 tabung reaksi berisi 5 ml medium dan 0.1 ml sample air. Semua tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Bila tidak terdapat cukup gas (<10%) pada tabung durham dinyatakan presumtif negative, diinkubasi 24 jam lagi. Bila ternyata cukup gas ( 10% atau lebih) pada tabung durham, dinyatakan presumtif positif. Kemudian dicatat banyaknya tabung reaksi yang presumtif positif pada masing-masing kelompok. Menggunakan tabel Mc Crady untuk mengetahui Most Probable Number ( MPN) kuman Coliform tiap 100 ml sample air. metode MPN dengan

109

2. Uji Penguat ( Confirmed test) Uji penguat dilakukan dengan menginokulasi satu ose biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif ke media agar EMB ( Eosin Methylene Blue). Selanjutya cawan petri diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasi 1mL biakan dari tabung yang memberiksan hasil uji positif, pada uji penduga ke media BGLB( Briliat green bile lactose ). Tabung berisi media dan biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk 3. Uji Pelengkap ( Complete test) Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram. E. Referensi Benson, 2001. Microbiological Applications Edition.The McGrawHill Companie Lab Manual . Eighth

110

PRAKTIKUM 9 VISITASI KOMUNITAS: PENGENALAN KESEHATAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRI Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 9 (Kesehatan Lingkungan Agroindustri) : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar : 1)Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan ruang lingkup

kesehatan agroindustri 2)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan survey terhadap masalah kesehatan lingkungan di area agroindustri 3)Mahasiswa mampu memberikan saran yang strategis dalam rangka meningkatkan kesehatan lingkungan area agroindustri 4)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai

perbedaan lingkungan social agroindustri dan lingkungan urban 5)Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat B. Pengantar Masalah-masalah kesehatan di berbagai lingkungan memiliki masalah yang hampir sama, walaupun pada bagian tertentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bisa jadi masalahmasalah kesehatan tersebut mempunyai jenis/ macam yang sama akan tetapi mepunyai frekuensi kejadian kejadian yang berbeda atau 111

mempunyai faktor-faktor lain yang berbeda pula. Misalnya masalah sanitasi pada masyarakat industri terutama dampak yang ditimbulkan oleh limbah pabrik pabrik baik di tanah, air (sungai, laut) dan udara berupa asap pabrik sedangkan pada lingkungan pertanian tentu saja masalah kesehatan berkisar pada penggunaan penggunaan pestisida yang tidak terkendali atau banyaknya vektor penyakit seperti nyamuk, cacing dan lainnya walaupun di lingkungan industri juga ada vektorvektor tersebut. Penyakit jantung koroner pada kedua lingkungan tersebut juga akan didapati namun frekuensi kejadiannya antara keduanya mungkin berbeda. Demikian seterusnya untuk masalahmasalah lainnya akan mengalami perkembangan sesuai dinamika di lingkungan masing-masing. Suatu kejadian penyakit yang pada tahun ini mungkin menjadi masalah besar, bisa jadi di tahun berikutnya bukan merupakan penyakit. Pada bab ini hanya akan dibacarakan masalah-masalah lingkungan kesehatan dan yang secara umum dijumpai pada agroindustri masalah-masalah lainnya mengikuti

perkembangan yang ada. Ada kemungkinan yang sebelumnya menjadi masalah lingkungan industri (misalnya polusi udara) akan menular pada lingkungan pertanian yaitu pada waktu kegiatan bertani / berkebun tidak lagi menerapkan sistem yang tradisional tetapi sistem mekanik dengan didirikannya pabrik-pabrik pengolah hasil pertanian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai proses terjadinya penyakit bahwa penyakit terjadi akibat interaksi yang terjadi antara faktor inang (host), agent, dan lingkungan (model ekologi). Ilmu kedokteran klinik sebagian besar bertumpu pada faktor inang (imunitas, penyakit sebelumnya) dan agent (bakteri, virus, parasit) sedangkan faktor lingkungan diperlajari pada ilmu kesehatan dengan objek komunitas. Mengubah keadaan / kualitas lingkungan tidak dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri namun harus melibatkan orang banyak.Tidak mungkin untuk memberantas vektor penyakit demam Dengue hanya dikerjakan oleh satu orang atau satu keluarga saja. Misalnya di suatu kampung terdapat lima rumah yang positif mengandung jentik nyamuk Aedes sp, dan yang menguras bak

112

mandinya hanya satu rumah A saja, maka tindakan kesehatan satu rumah A yang mempunyai sedikit kesadaran tersebut akan sia-sia. Mengapa? Bisa jadi nyamuk yang membawa virus Dengue berasal dari dari empat rumah lainnya, sehingga kegiatan pemberantasan jentik nyamuk harus dilakukan secara bersama-sama dan satu waktu oleh masyarakat. Itulah uniknya kesehatan lingkungan. Lain halnya jika seseorang mengidap hiperkolesterolemia. Kadar kolesterolnya hanya ditentukan oleh perilaku makan orang itu. Tidak mungkin orang lain makan makanan tinggi kolesterol dan orang yang hiperkolesterolemia tadi jadi naik kolesterolnya. Lingkungan pun mempunyai beberapa komponen yang tidak hanya terdiri dari lingkungan fisik saja tetapi bisa berupa lingkungan sosial ekonomi, lingkungan biologis seperti yang diterangkan sebagai model roda pada bab sebelumnya. Pada tulisan yang singkat ini hanya akan dipaparkan masalah kesehatan fisik. Beberapa masalah kesehatan lingkungan pada masyarakat agroindustri adalah masalah air, masalah makanan, masalah limbah, masalah sampah dan masalah penyebaran vektor penyakit. Masalah Air Syarat Air Minum Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam arti sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, maka biar bagaimanapun harus diusahakan air yang ada sehingga syarat yang dibutuhkan tersebut harus terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Dengan demikian bagaimana syarat-syarat air yang baik, haruslah diketahui oleh setiap petugas kesehatan termasuk dokter. Pada saat ini telah tersusun syaratsyarat air yang dipandang baik, yang secara umum dibedakan atas tiga hal, yaitu : 1. Syarat fisika

113

Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-hari sering ditemui air yang memenuhi semua syarat di atas, tetapi jika ditinjau dari segi kesehatan tidak memenuhi syarat karena mengandung bibit penyakit misalnya. Dari sudut ini dimengerti bahwa jika salah satu dari syarat fisik ini tidak terpenuhi, maka besar kemungkinan air itu tidak sehat (karena beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis / biologis yang terdapat dalam air dapat mengubah warna, bau, rasa, dan kejernihan). Tetapi jika semua syarat di atas terpenuhi, belum tentu air tersebut baik untuk diminum, karena mungkin mengandung zat ataupun bibit penyakit yang membahayakan kesehatan. 2. Syarat bakteriologis Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar sucihama atau tidak. Karena itulah, untuk mengukur apakah air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai adalah E. coli. Tergantung dari cara pemeriksaan yang dilakukan, maka jumlah E. coli yang masih dibenarkan terdapat dalam sumber air minum bermacam-macam. Pada pemeriksaan air minum dengan memakai prosedur Membrane Filter Technique, maka 90% dari contoh air yang diperiksa selama 1 bulan, harus bebas dari E. coli. Selanjutnya dari yang mengandung E. coli, jumlah kuman ini tidak boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc air. Bila terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan di atas, maka air tesebut dianggap tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu perlu diselidiki lebih lanjut. Dipakainya E. coli sebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum memenuhi syarat bakteriologis atau tidak

114

ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemui pada kotoran manusia serta secara relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air. 3. Syarat kimia Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat didalam air minum , tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air; sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut. Pengelolaan Air untuk Minum Air yang tidak memenuhi syarat untuk langsung diminum perlu diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan. Pekerjaan ini disebut treatment of water yang dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi banyak cara melakukannya. Ditinjau dari perlu atau tidaknya pengelolaan, dapat dibedakan beberapa macam air, yaitu: 1. Air yang sama sekali tidak membutuhkan pengelolaan; jadi air tersebut dapat langsung diminum, biasanya berupa air tanah yang tidak terkontaminasi. 2. Air yang hanya membutuhkan pekerjaan desinfeksi saja; umumnya berupa air dalam tanah ataupun air permukaan yang diperkirakan hampir tidak terkontaminasi, mempunyai warna yang jernih dan mengandung E. coli pada pemeriksaan bulanan tidak lebih dari 50 untuk setiap 100 ml air. 3. Air yang membutuhkan penyaringan pasir cepat yang lengkap atau alat pengolahan air lainnya yang sejenis dengan ini, yang dilanjutkan dengan chlorination secara tetap. Biasanya dilakukan pada air yang telah tercemar atau yang mengandung E. coli lebih dari 5000 pada setiap 100 ml air yang berasal dari 20% sampel yang diperiksa setiap bulan. 4. Air yang membutuhkan pengolahan tambahan setelah sebelumnya dilakukan proses pengolahan dengan saringan pasir cepat dan

115

chlorination. Pengolahan tambahan yang dilakukan misalnya presedimentation ataupun penyimpanannya selama 30 hari atau lebih yang sebelumnya telah ditambahkan pula zat chlor. Biasanya dilakukan pada air yang mengandung E. coli pada 20% sampel air yang diperiksa setiap 2 bulan sekali lebih dari 5000 MPN pada setiap 100 ml, tapi jumlah ini tidak lebih dari 20.000 pada setiap 100 ml air pada 5% dari sampel yang diperiksa. 5. Air yang membutuhkan pengolahan air secara istimewa yang biasanya dilakukan pada air yang sama sekali tidak sehat, tetapi karena keadaan memaksa terpaksa diipergunakan. Air macam ini ditandai dengan ditemukannya E. coli sebanyak lebih dari 250.000 MPN pada setiap 100 ml air pada tiap kali pemeriksaan Untuk mengelola lima macam air yang terdapat di alam ini, kini berbagai cara telah dikenal, yang secara umum dapat dibedakan atas : 1. Pengelolaan secara alamiah Biasanya dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) ataupun pengendapan (sedimentation). Proses ini dapat berlangsung di alam (kali, danau) ataupun sumber air yang terdapat di rumah tangga ataupun sumber air untuk penduduk kota. Air dibiarkan pada tempatnya, dan kemudian terjadilah koagulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air. Adanya koagulasi yang membentuk endapan ini akan menjernihkan air, karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap. 2. Pengelolaan air dengan menyaring Dikenal 2 macam saringan yaitu saringan pasir lambat (slow sand filter) yang diperkenalkan di London pada tahun 1829, serta saringan pasir cepat (rapid sand filter) yang diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1893. Pada saringan pasir lambat aliran air berdasarkan gaya gravitasi, sedangkan pada saringan pasir cepat dipergunakan tekanan. Untuk saringan pasir cepat perlu dilakukan pengolahan air sebelumnya, misalnya dengan menambahkan zat koagulan ataupun dengan melakukan proses sedimentasi. 3. Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia

116

Zat kimia yang ditambahkan ada 2 macam, yaitu : a. yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya proses koagulasi, jadi zat yang ditambahkan adalah zat koagulan; b. yang bertujuan untuk mensucihamakan atau membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air. Zat kimia yang biasa ditambahkan adalah chlor dan ini disebut chlorination 4. Pengelolaan air dengan mengalirkan udara Proses ini disebut aeration yang tujuannya ialah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2, metan, hydrogen sulfide), menaikkan derajat keasaman air (karena kadar CO2 dihilangkan), menambah gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air. 5. Pengelolaan air dengan memanaskannya hingga mendidih Pengelolaan air jenis ini ditujukan terutama untuk membunuh kumankuman yang terdapat di dalam air. Chlorination atau pemberian zat chlor dalam rangka membersihkan air minum dari kuman-kuman penyakit adalah hal yang paling sering dilakukan. Jumlah chlor yang diperlukan untuk membunuh kuman , amat dipengaruhi oleh keadaan air itu sendiri; jika air lebih keruh tentu saja dibutuhkan chlor yang lebih banyak. Namun demikian kadar chlor dalam air tidak boleh berlebihan, karena meskipun bibit penyakit dapat dibunuh, tetapi jika kadar chlor sisa dalam air minum tinggi, tentu saja tidak baik untuk kesehatan. Untuk air minum, kadar chlor yang dipandang sesuai dengan kesehatan ialah antara 0,1-0,2 ppm. Hasil chlorination yaitu kemampuan membunuh kuman yang terdapat di dalam air, kecuali dipengaruhi oleh jumlah chlor yang dipakai , juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, yaitu lamanya air bereaksi dengan chlor, suhu air (makin tinggi suhu makin baik hasilnya), keasaman air (makin rendah pH, makin baik hasilnya) serta jumlah aktif chlor yang terdapat (makin tinggi prosentasenya, maka makin sedikit pemakaiannya. Sebenarnya daya membunuh yang dimiliki oleh chlor tergantung dari chlor aktif yang terdapat. Makin rendah zat persenyawaan chlor

117

mengandung aktif chlor, maka makin banyak zat tersebut dibutuhkan. Kekuatan chlor larut dalam air disebut chlor aktif. Sedangkan aktif chlor yang terdapat pada berbagai senyawaan chlor berbeda-beda. Gas chlor (Cl2) misalnya, mengandung 100% chlor aktif, kaporit (CaOCl) mempunyai 60%-70% chlor aktif, sedangkan hipoklorit (Ca (OCl) 2) mengandung 15%30% chlor aktif. Pengolahan Air Minum untuk Umum Pada umumnya air minum untuk kepentingan umum (ledeng misalnya) diperoleh dari air permukaan tanah yang telah terkontaminasi (misalnya air kali). Oleh karena itulah pengolahan air minum untuk kepentingan umum ini dilakukan lebih kompleks. Pada suatu instalasi air minum, biasanya tersedia beberapa fasilitas yang terdiri atas : 1. Pipa yang mengalirkan air ke instalasi air minum (supply line) 2. Bak penampung untuk pengendapan pertama (pre-sedimantationtank) 3. Bak pemberi obat-obat kimia (chemical feeder) 4. Bak pencampur (mixing device) 5. Bak penampung untuk pengendapan kedua (Dortmund tank/accelerator) 6. Saringan pasir cepat (rapid sand filter) 7. Bak pemberi chlor (chlorinator) 8. Bak penampung air bersih yang siap dialirkan ke konsumen (clear wastage storage kelder) Proses pengolahan air untuk kepentingan umum adalah sebagai berikut : 1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake. Air diendapkan pada parit-parit lebar dan panjang 2. Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian air dialirkan ke instalasi penyaringan (melalui pengukuran debit air) 3. Air diendapkan di bak pertama 4. Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan obat kimia berupa zat koagulan, biasanya merupakan aluminium sulfat (tawas) Al 2(SO4)3 dan larutan kapur CaCO3 yang tujuannya untuk membentuk endapan

118

5. Agar zat koagulan ini dapat bercampur dengan sempurna, maka ada dua cara yang ditempuh, yaitu : a. menerjunkan air; b. mengalirkan air melalui parit yang berbelok-belok, yang disebut mixing device 6. Bila air telah bercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih besar. Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, air dialirkan ke dalam bak pengendapan kedua yang disebut Dortmund tank atau accelerator. Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih 7. Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang disebut rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih terdapat kemungkinan mengandung bakteri 8. Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah chlorinator; disini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor ialah 0,10,2 ppm 9. Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung air bersih untuk kemudian siap didstribusikan kepada para konsumen Masalah Sampah Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste). Kecuali sampah (refuse), kotoran manusia (human waste), air limbah dan atau air bekas (sewage), serta sisa-sisa industri (industrial waste) termasuk pula ke dalamnya. Sumber dan Macam Sampah

119

Tergantung dari tingkat kemajuan hidup masyarakat, sumber dan macam sampah berbeda-beda. Secara umum dapat disimpulkan bahwa makin maju tingkat kebudayaan masyarakat, makin kompleks pula sumber dan macam sampah yang ditemui. Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal beberapa sumber sampah misalnya : 1. dari rumah tangga; 2. dari daerah pemukiman; 3. dari daerah perdagangan; 4. dari daerah industri; 5. dari daerah peternakan; 6. dari daerah pertanian; 7. dari daerah pertambangan; 8. dari jalan dan lain sebagainya. Tergantung dari sumber ini, maka macam dan komposisi sampah beraneka ragam. Demikian pula jumlah yang dihasilkan, karena jumlah sampah pada umumnya ditentukan oleh : 1. kebiasaan hidup masyarakat; 2. musim atau waktu; 3. standart hidup; 4. macam masyarakat; dan 5. cara pengelolaan sampah. Sedangkan macam sampah, dikenal beberapa cara pembagian. Ada yang membaginya atas dasar zat pembentuk, yaitu : 1. sampah organik; dan 2. sampah in organik. Ada pula yang membaginya atas dasar sifat, yaitu : 1. sampah yang mudah membusuk; 2. sampah yang tidak mudah membusuk; 3. sampah yang mudah terbakar; 4. sampah yang tidak mudah terbakar. Pengelolaan Sampah

120

Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan yang harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Pengelolaan sampah meliputi 3 hal pokok, yaitu : 1. Penyimpanan sampah (refuse storage) Yang dimaksud adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, diangkut, kemudian dibuang / dimusnahkan. Sampah basah dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian juga sampah kering, sampah yang mudah terbakar dan yang tidak mudah terbakar 2. hendaknya ditempatkan secara terpisah. Maksud dari pemisahan ini adalah untuk memudahkan pemusnahannya. Pengumpulan sampah (refuse collection) Sampah yang telah disimpan sementara kemudian dikumpulkan untuk kemudian dibuang atau dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpulkan cukup besar, maka perlu dibangun rumah sampah. Lazimnya penanganan masalah ini dilaksanakan oleh pemerintah atau oleh masyarakat secara gotong-royong. Jika sampah tidak terlalu banyak, dapat dibangun suatu kontainer yang ditempatkan di daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah juga dicapai kendaraan pengangkut sampah. Sama halnya dengan penyimpanan sampah, maka dalam pengumpulan sampah ini sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Dikenal 2 macam cara : a. Sistem duet, artinya disediakan 2 tempat sampah, masing-masing untuk sampah basah dan sampah kering.

121

b. Sistem trio, yaitu disediakan 3 bak sampah, masing-masing untuk sampah basah, sampah kering yang mudah dibakar, dan sampah kering yang mudak terbakar (sepeti kaca, kaleng, dan sebagainya) 3. Pembuangan sampah (refuse dispossal), termasuk pengangkutan dan pemusnahan sampah Pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah : a. dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya) b. tidak pada tempat yang sering terkena banjir c. ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia Jarak yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut, dan sekitar 200 m dari sumber air. Sebelum sampai ke tempat ini, sampah perlu diangkut dari tempat-tempat pengumpulan dengan menggunakan armada pengangkut sampah; berupa kendaraan yang mempunyai tutup untuk mencegah berseraknya sampah dan melindungi dari bau. Masalah Air Limbah Yang dimaksudkan dengan air limbah atau air kotor atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia (termasuk industrialisasi). Sumber dan Macam Air Limbah Sama halnya dengan sampah, maka sumber serta macam air limbah sangat dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat. Makin tinggi tingkat kebudayaan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.

122

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal ialah : 1. yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage), misalnya air dari kamar mandi dan dapur; 2. yang berasal dari perusahaan (commercial wastes), misalnya dari hotel, restoran, dan kolam renang; 3. yang berasal dari industri (industrial wastes), seperti dari pabrik baja, pabrik tinta, dan pabrik cat; 4. yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang bercampur dengan air comberan, dan lain sebagainya. Tergantung dari sumbernya ini, maka macam serta komposisi air limbah beraneka ragam. Pada umumnya susunan air kotor terdiri dari 3 komponen yang utama, yaitu : 1. bahan padat; 2. bahan cair; dan 3. bahan gas. Kesemua bahan-bahan ini berada dalam air limbah dalam bentuk : a. bahan yang mengapung (floating material); b. bahan yang larut (dissolved solids); c. bahan koloidal (colloids); d. bahan mengendap (sediment); serta e. bahan melayang (dispersed solids).

Pengotoran Air Pengotoran air timbul karena berbagai macam sebab, tergantung sumber serta macam air limbah itu sendiri. Untuk menentukan derajat pengotoran air limbah ada beberapa cara, yaitu : 1. mengukur adanya E. coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah E. coli untuk setiap ml air limbah. 2. mengukur suspended solid yang biasanya dinyatakan dalam ppm

123

3. mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah, dinyatakan dalam ppm 4. mengukur kadar oksigen yang larut, dinyatakan dalam ppm. Pengukuran kadar oksigen yang larut ini sangat penting, karena dengan diketahuinya kadar oksigen, dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk kehidupan. Ada beberapa cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air limbah, yaitu : a. Chemical Oxygen Demand (COD), ialah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara sempurna. b. Biochemical Oxygen Demand (BOD), yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara sempurna dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah tersebut. c. Demand of Oxygen (DO) Untuk mendapatkan gambaran selengkapnya tentang keadaan air limbah ini, maka berikut ini adalah perbandingan dengan air minum : Hal yang diukur 1. E. Coli 2. Suspended Air limbah (ratarata) 10-10 300-400 ppm 3-12 ppm 0-2 ppm 300 ppm Air minum (rata-rata) Kurang dari 2 0-3 ppm 0 ppm 5-9 ppm 0-3 ppm

solids

(benda melayang) 3. Zat yang mengendap 4. Oksigen yang larut 5. BOD (oksigen yang dibentuk biokimia) Pengolahan Air Limbah proses

Pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk : 1. melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit. Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit;

124

2. melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut mengandung zat organis yang mengganggu kelangsungan hidup; 3. menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air yang bersih. Dalam kehidupan sehari-hari , pengolahan air limbah dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu 1. menyalurkan air limbah tersebut jauh dari daerah tempat tinggal, tanpa diolah sebelumnya 2. menyalurkan air limbah tersebut setelah diolah sebelumnya, dan kemudian dibuang ke alam Jika air limbah tersebut dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu : 1. tidak sampai mengotori sumber air minum 2. tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor 3. tidak mengganggu kesenangan hidup, misalnya dari segi pemandangan dan bau 4. tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat rekreasi, berenang, dan sebagainya. Air yang dibuang tanpa diolah sebelumnya ini biasanya dilakukan oleh rumah tangga. Ada 2 cara yang sering ditempuh : 1. Sistem riol Yaitu suatu jaringan pembuangan air limbah yang dimulai dari daerah perumahan, masuk ke daerah pemukiman, dan kemudian dialirkan ke tempat pembuangan air air limbah yang biasanya merupakan sungai atau laut. 2. Septic tank Adalah suatu unit penampungan dan penyaluran air limbah (dan juga kotoran manusia) di dalam tanah yang dibuat permanen. Prinsip septic tank :

125

a. tersedianya bak penampung untuk memisahkan bahan padat dari air limbah, dimana bahan padat ini akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri anaerobik. b. ruang rembesan, ialah lubang atau sumur yang diisi lapisan pasir kasar atau kerikil, pasir halus, tanah liat campur pasir, ijuk, dan ditengahnya dialirkan saluran pipa. Disini terjadi penguraian bahan yang tersisa oleh bakteri aerobik. Air yang tidak diolah, jika didiamkan dalam suatu tempat yang terbuka (misalnya danau) , ternyata dapat menjernihkan diri sendiri (self purification) yang terdiri dari beberapa proses, yaitu : 1. Degradation, ialah wujud awal dari air limbah dimana tampak air kotor 2. Decomposition, ialah proses penguraian zat-zat yang terdapat dalam air limbah atas bantuan sinar matahari dan udara, terbentuklah gas serta bahan-bahan endapan 3. Recovery, ialah lanjutan tahap kedua dimana air telah tampak jernih dan telah tampak tanda kehidupan, misalnya tumbuhnya plankton 4. Cleaner water, ialah air sudah tampak bersih dan jernih, air bisa hidup didalamnya. Setelah tahap ini, air telah stabil namun belum cukup baik untuk diminum Untuk berhasilnya suatu proses self purification, diperlukan beberapa syarat,yaitu : 1. Faktor fisis, berupa cahaya matahari yang membunuh bakteri, gelombang air yang menambah pengudaraan dan pengenceran, sedimentasi berupa pengendapan bahan-bahan berat serta suhu. 2. Faktor kimia, seperti adanya bahan-bahan racun dalam air limbah yang akan mempersulit penjernihan, adanya zat koagulan yang akan mempercepat pengendapan, adanya oksigen yang akan mempermudah proses oksidasi. 3. Faktor biologi, berupa bakteri yang ada dalam air limbah yang dapat saling memakan, ataupun plankton yang memetabolisme zat-zat yang mengapung atau melayang dalam air

126

Air limbah yang langsung dibuang tanpa diolah sebelumnya selalu menimbulkan masalah bagi kesehatan, karena itu perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan pengolahan air limbah hanya memisahkan benda-benda padat dari air limbah, atau untuk sekedar menetralkan air tesebut dan kemudian disalurkan ke alam sehingga tidak sampai membahayakan kehidupan. Pengolahan air kotor pada dasarnya mengenal beberapa cara, yaitu : 1. pemisahan secara mekanis; 2. pemisahan secara hidrolis; 3. pemisahan secara koagulasi kimiawi; 4. pemisahan secara reaksi fisik dan kimia; 5. pemisahan secara reaksi biologik; dan 6. desinfeksi. Masalah Pengawasan Arthropoda Dan Rodentia Telah sejak lama diketahui bahwa beberapa macam arthropoda (binatang dengan tubuh bersegmen, mempunyai rangka luar serta anggota gerak yang berbuku-buku) serta rodentia (binatang menyusui yang mengerat) dapat mendatangkan gangguan kesehatan bagi manusia. Karena itu diusahakan berbagai cara untuk membunuh atau paling tidak menjauhkan arthropoda dan rodentia dari lingkungan hidup manusia, sehingga gangguan kesehatan yang ditimbulkannya dapat dihindarkan. Pada saat ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak cara untuk mengawasi arthropoda dan rodentia. Hal ini perlu diketahui oleh petugas kesehatan. Beberapa jenis arthropoda perlu diawasi karena binatang ini dapat terkena infeksi. Jika kebetulan binatang tersebut menggigit manusia, maka bibt penyakit yang dikandungnya akan masuk ke tubuh manusia sehingga timbullah penyakit. Sedangkan pengawasan terhadap rodentia perlu diadakan kecuali karena mungkin kena penyakit akibat gigitan binatang tersebut yang kebetulan terinfeksi, juga karena pada tubuh rodentia dapat hidup beberapa jenis arthropoda, yang jika sempat menggigit manusia dapat pula menimbulkan penyakit. Pengawasan terhadap arthropoda makin bertambah penting, jika

127

diketahui pula bahwa beberapa jenis binatang ini senang hidup di tempat kotor. Jika arthropoda tersebut telah hinggap pada kotoran manusia kemudian hinggap pula pada makanan, maka kuman penyakit yang menempel pada tubuh, kaki, atau bulu-bulu kaki binatang ini akan mencemari makanan, sehingga menimbulkan penyakit bagi yang memakannya. Kesemua kelas arthropoda perlu diawasi, hanya saja karena sifatnya yang khusus, maka pengawasan terhadap insekta lebih diprioritaskan, yang dikenal dengan sebutan pengawasan serangga atau insect control. Sebagaimana arthropoda, pengawasan rodent juga mengenal prioritas terutama pada tunneling rodent (hidup terutama di terowongan serta mempunyai cakar yang tajam pada kaki depan), karena jenis ini senang hidup di sekitar tempat tinggal manusia. Pada saat ini, berkat penemuan-penemuan baru yang berhasil dicapai, diketahui bahwa serangga dapat menimbulkan penyakit tidak hanya melalui gigitan atau isapan darah saja, tetapi dapat juga secara mekanis, yaitu dengan menempelnya bibit penyakit pada tubuh serangga tersebut. Selain itu, golongan lain dari arthropoda yang bukan serangga serta binatang tidak bertulang belakang lainnya dapat pula mendatangkan penyakit bagi manusia. Dengan penemuan-penemuan baru ini, pengertian vektor menjadi lebih luas. Saat ini yang disebut vektor adalah arthropoda atau invertebrata lainnya yang menimbulkan penyakit infeksi pada manusia dengan jalan memindahkan bibit panyakit yang dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, ataupun meninggalkan bibit penyakit yang dibawa pada bahan makanan atau bahan-bahan lainnya, sehingga mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau mempergunakan bahan-bahan tersebut. Dengan demikian, penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor tersebut kepada manusia dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu : 1. Penyebaran secara mekanik, disebut pula penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang dipergunakan manusia (umumnya makanan) dan jika bahan

128

(makanan)

tersebut

dipergunakan

(dimakan)

timbullah

penyakit.

Contohnya penyakit disentri yang disebabkan tercemarnya makanan atau minuman oleh kuman disentri yang dibawa lalat., gosokan tangan yang baru saja dipakai untuk meremuk vektor pinjal pada mata, sehingga bibit penyakit yang ada di dalam tubuh vektor tersebut masuk melalui selaput lendir ke dalam tubuh. 2. Penyebaran secara biologi, disebut juga penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika kebetulan vektor tersebut menggigit manusia (nyamuk misalnya), maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga timbullah penyakit. Pengawasan Pengertian luas dari pengawasan vektor ialah melakukan berbagai hal yang dipandang bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda dan atau rodentia menjadi sulit, tidak dapat berkembang biak atau dimatikan sehingga tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Untuk itu jelas diperlukan pengetahuan lengkap tentang segala hal yang menyangkut vektor tersebut, setidaknya meliputi : 1. Siklus kehidupan vektor 2. Ekologi vektor, misalnya rodent hidup di air, padang rumput, terowongan ataupun pohon-pohon. Sedangkan arthropoda tergantung stadiumnya, misalnya telur nyamuk diletakkan di air. 3. Tingkah laku vektor. Beberapa serangga senang berpindah-pindah tempat, sedangkan yang lain keluar dari sarangnya terutama pada malam hari. 4. Cara berpindahnya bibit penyakit. Jika berpindah melalui gigitan, usahakan jangan sampai menggigit manusia, misalnya nyamuk dengan cara memasang kelambu atau kawat nyamuk. 5. Cara transmisi vektor. Ada vektor yang mempunyai kemampuan terbang beratus-ratus kilometer dan ada juga yang pindah dengan bantuan pihak ketiga, misalnya dengan menempel pada kendaraan atau tubuh manusia.

129

Banyak cara yang dilakukan untuk mpengawasan rodentia yang secara umum dibedakan menjadi : 1. Pengawasan mekanik atau fisik

arthropoda dan

Cara ini adalah yang cara paling tua dan masih dijumpai sampai saat ini, yaitu dengan pemukulan, menggunakan kawat kassa, kelambu, alat pendingin (ruangan), alat pemanas (ruangan) ataupun memakai pelindung yang dialiri arus listrik 2. Pengawasan kimiawi Digunakan zat kimia yang sifatnya dapat untuk mematikan, mengusir ataupun menimbulkan daya tarik. Zat kimia yang menimbulkan daya tarik, dimaksudkan untuk mengumpulkan binatang tersebut pada suatu tempat untuk kemudian dimusnahkan. Zat kimia yang tujuannya mematikan sesuatu yang dapat merusak atau mengganggu kesehatan disebut pestisida. Jika ditinjau dari sudut ilmu kesehatan lingkungan, suatu zat kimia hanya dapat dipakai sebagai pestisida jika memenuhi syarat sebagai berikut : a. tdak membahayakan kesehatan manusia, baik secara langsung yaitu meracuni tubuh karena masuk melalui pernafasan atau pun kulit (biological concentration), ataupun secara tidak langsung seperti misalnya memakan bahan makanan yang mengandung pestisida (tropic concentration), b. hanya membunuh binatang yang ingin dibunuh, jadi tidak sampai mematikan hewan ataupun tumbuhan lainnya, c. mempunyai daya bunuh yang tinggi (efektif dengan dosis rendah), d. mudah dipergunakan. Cara mempergunakan pestisida bermacammacam, ada yang menaburkan bubuknya langsung, ada yang dilarutkan dalam air kemudian disebar dengan semprotan, dan sebagainya, dan e. harganya murah. Saat ini sebagai akibat penggunaan pestisida yang kurang bertanggung jawab, timbul masalah baru dalam hal pengawasan arthropoda dan rodentia yaitu terjadinya resistensi pada kedua jenis binatang tersebut. Selain itu terganggunya kelestarian lingkungan juga

130

timbul sebagai akibat sampingan yaitu ikut matinya binatang atau tumbuhan lain yang terkena. 3. Pengawasan biophysical Pengawasan cara ini pada dasarnya perpaduan dari dua macam cara, yakni fisik dan cara biologi. Prinsip yang dipakai disini adalah pertama menangkap binatang tersebut (biasanya jenis jantan, jadi secara fisik), dan kemudian disterilkan dengan mempergunakan sinar gamma (jadi secara biologi), untuk kemudian dilepas kembali ke alam. Karena sterilisasi ini, maka tidak akan terjadi pembuahan sehingga jumlah binatang dapat dikontrol. Jika cara ini akan dipergunakan, harus diperhatikan beberapa hal, misalnya harus diketahui bahwa jumlah jenis jantan tidak begitu banyak, sehingga upaya sterilisasi yang dilakukan tidak sia-sia, tidak sukar menangkap binatang tersebut. Yang terpenting ialah memperhatikan biaya yang dibutuhkan; jika biayanya tinggi, tentu saja tidak baik dilakukan. 4. Pengawasan Biologis Prinsipnya ialah dengan memanfaatkan binatang lainnya yang menjadi musuh dari arthropoda atau rodentia. Ada dua cara pendekatan yang sering dilakukan yakni : a. membawa binatang yang menjadi musuh dari daerah lain ke daerah yang ingin diawasi. Prinsip ini dilakukan, jika diketahui bahwa di daerah yang ingin diawasi tidak ditemukan binatang yang akan dibawa tersebut. b. menciptakan dapat lebih keadaan lingkungan biak, sedemikian dengan rupa, sehingga dapat binatang yang menjadi musuh dan telah berada di daerah tersebut berkembang dan demikian membunuh atau memusnahkan arthropoda atau rodentia yang ingin diawasi. Macam dari hewan yang diharapkan dapat membunuh arthropoda dan rodentia tersebut beraneka ragam. Dapat disebut misalnya : laba-laba, burung atau ikan untuk mengawasi serangga, serta kucing atau anjing untuk mengawasi rodentia. 5. Pengawasan Kultural

131

Prinsipnya ialah menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan arthropoda atau rodentia dengan jalan mengubah kebiasaan atau sikap hidup yang tidak menguntungkan. Misalnya tidak membiarkan tergenangnya air di pekarangan, membersihkan daerah tempat tinggal dan lain sebagainya. Membiasakan mengganti jenis tanaman, memilih waktu tanam yang tepat, dan sebagainya, juga termasuk pengawasan kultural, karena dengan mengganti jenis tanaman serta memilih waktu tanam yang tepat, dapat dihindari terjangkit hama tanaman. Sebab seperti yang sudah diketahui kebanyakan serangga memakan satu jenis tanaman saja.; jadi jika jenis tanaman diganti-ganti, maka serangga tersebut tidak sempat berkembang biak, karena bahan makanan yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan perkataan lain, jika dapat ditumbuhkan kebiasaan mengganti-ganti jenis tanaman tersebut artinya memutus rantai makanan dari serangga yang hendak dikontrol. 6. Pengawasan Terintegrasi Karena pada dasarnya amat sulit mengharapkan hasil yang maksimal jika hanya satu macam cara pengawasan saja yang dilakukan, maka pada saat ini di banyak negara di dunia diterapkan pengawasan secara terintegrasi, artinya dipergunakan kombinasi dari berbagai cara yang telah disebutkan diatas. Dengan cara integrasi ini maka kelemahankelemahan yang mungkin dimiliki oleh setiap cara dapat saling dikurangi. Dalam menerapkan cara terintegrasi ini, biasanya dilakukan studi yang mendalam tentang macam arthropoda dan rodentia yang akan diawasi yang umumnya dibedakan menjadi empat macam, yakni : a. Key pest, ialah arthropoda atau rodentia yang diduga menjadi penyebab utama munculnya gangguan terhadap kesehatan, jadi yang sebenarnya harus diawasi. b. Occasional pest, ialah arthropoda atau rodentia yang kadangkadang terdapat di tampat yang akan diawasi, dan diduga bukan penyebab utama timbulnya penyakit.

132

c. Potential pest, ialah golongan arthropoda atau rodentia lainnya yang ditemukan di daerah penyakit. d. Migrant pest, ialah arthropoda atau rodentia yang berasal dari daerah lain, jadi sebelumnya tidak ditemukan di daerah yang akan diawasi. Dengan dilakukannya pembagian seperti di atas, maka cara pengawasan yang dilakukan dapat lebih terarah. Dengan demikian tidak sampai membunuh arthropoda atau rodentia yang tidak berbahaya atau yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia. Pembagian seperti ini adalah mutlak jika cara integrasi akan dilakukan, karena jika sampai arthropoda atau rodentia yang dibutuhkan manusia ikut terbunuh, maka apa yang disebut pengawasan biologis yakni salah satu yang diintegrasikan tersebut pasti tidak akan berlangsung. Agar pengawasan terhadap arthropoda dan rodentia ini berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan, maka dibanyak negara di dunia telah dikeluarkan suatu peraturan khusus yang mengatur pelaksanaannya. WHO sendiri memberikan perhatian yang cukup serius tentang peraturan tersebut. Oleh WHO telah dikeluarkan suatu pedoman yang mengatur pemakaian pestisida dalam program kesehatan masyarakat, yang menetapkan tidak saja pengawasan mutu dari produk yang dipergunakan (quality control), tetapi juga tata cara penggunaannya di lapangan. Untuk Indonesia, pengawasan arthropoda dan rodentia memang masih bersifat sangat sederhana, karena dana dan tenaga yang tersedia belum memadai. Karena itu harapan sebenarnya lebih banyak dipulangkan kepada usaha masyarakat sendiri. Sayangnya harapan ini masih sulit terpenuhi karena pengertian masyarakat terhadap masalah ini masih sangat kurang. Pada saat ini di beberapa kota besar di Indonesia telah mulai dikenal adanya perusahaan yang bergerak khusus dalam pest control. Ditanganinya pekerjaan ini oleh mereka yang lebih profesional memang yang akan diawasi dan diduga pada suatu saat mempunyai potensi sebagai penyebab munculnya

133

menggembirakan. Hanya saja dalam pelaksanaannya masih diperlukan pengaturan yang lebih terarah, karena sebagai suatu perusahaan mereka tentu lebih memperhitungkan keuntungan. Disinilah nantinya akan muncul masalah, karena penyemprotan yang dilakukan tidak dengan dosis yang tepat akan menimbulkan resistensi, suatu masalah yang tidak mudah dicarikan jalan keluarnya kelak. Pengawasan Nyamuk Nyamuk adalah serangga yang termasuk ordo diptera. Macamnya banyak dan tersebar hampir merata di seluruh pelosok bumi kecuali di lautan, di kutub ataupun di padang pasir yang amat kering. Diperkirakan tidak kurang dari 2.500 spesies ditemui di permukaan bumi. Sekalipun tidak semua spesies mendatangkan penyakit bagi manusia, namun diantara berbagai jenis serangga maka nyamuk adalah yang paling ditakuti. Karena babarapa diantaranya dapat mendatangkan penyakit yang membahayakan kehidupan seperti misalnya Anopheles yang mendatangkan penyakit malaria, Aedes aegypti yang menimbulkan penyakit demam berdarah, Culex mansonia dan Anopheles gambiae yang mendatangkan penyakit filariasis serta Culex tarsalis yang mendatangkan penyakit encephalitis. Sebagaimana telah diuraikan, maka untuk mendapatkan hasil pengawasan nyamuk yang sempurna, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang siklus kehidupan nyamuk, etiologinya, sifat-sifat nyamuk, dan cara penularan penyakit yang ditimbulkan oleh nyamuk. Tentang siklus kehidupan nyamuk telah diketahui bahwa nyamuk salah satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina yang dewasa meninggalkan telurnya di dalam atau di dekat air. Sekali bertelur menghasilkan telur sekitar 50 sampai 200 buah, dan selama masa hidupnya dapat bertelur beberapa kali. Tergantung dari jenis nyamuk, maka telurnya ada yang sendiri-sendiri mengapung-apung di atas permukaan air (bentuk float), atau ada yang mengelompok satu dengan lainnya, dan kelompok ini mengapung-apung di atas permukaan air (bentuk raft). Jika keadaan tempat sesuai dengan kebutuhannya, maka

134

masa telur ini antara 2 sampai 3 hari. Tetapi jika keadaan tempat bertelur tersebut dingin atau terlalu panas, maka telur ini dapat dipertahankan lebih lama. Telur yang telah matang akan menetas membentuk tempayak (larva), yang tergantung dari jenis nyamuknya mempunyai bentuk serta sifat tersendiri. Pada nyamuk Anopheles, larvanya rata dengan permukaan air, sedangkan pada nyamuk Culex membuat sudut dengan permukaan air. Stadium larva ini berlangsung antara 4 sampai 10 hari. Banyak jenis larva dapat berenang aktif di dalam air. Mereka membutuhkan bahan makanan disamping udara yang didapatnya dari permukaan air. Bentuk kepompong (pupa) yang kemudian menyusul, berlangsung selama kira-kira 2 hari. Pupa juga membutuhkan udara segar, tetapi tidak membutuhkan bahan makanan. Selanjutnya setelah bentuk pupa dilalui, maka muncullah bentuk dewasa, yang sebelum pergi meninggalkan tempat kelahiran tersebut, mengering dahulu di atas permukaan air, menunggu sayapnya kering. Adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda, darah untuk karena semuanya telur, tergantung dari jenis nyamuk tersebut. Sifat umum yang dipunyai adalah : 1. nyamuk betina membutuhkan pembentukan sedangkan nyamuk jantan tidak. Sebab itu nyamuk betina menggigit manusia atau hewan, sedangkan nyamuk jantan lebih senang tetap tinggal di daerah dimana ia dilahirkan. 2. dengan sayap yang dimilikinya, maka nyamuk dapat terbang dari satu tempat ke tempat lain. Hanya saja jarak yang dapat dicapainya biasanya tidak jauh, kecuali Anopheles yang dapat terbang antara 1 sampai 30 km. 3. dalam mencari mangsanya ia memilih waktu-waktu tertentu; ada yang menyenangi malam hari, tetapi ada pula yang justru menggigit mangsanya pada siang hari. Jika ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam, yakni : 1. nyamuk yang senang hidup di air payau (salt marsh type)

135

2. nyamuk yang memilih tempat hidupnya berupa genangan air yang bersifat sementara, dibedakan atas : a. Temporary pool type, ialah nyamuk yang senang mengeram di genangan air yang sifatnya sementara seperti bekas injakan kerbau, manusia, dan lain sebagainya. b. Artificial container type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air yang terdapat dalam kaleng-kaleng bekas yang dibuang sembarangan oleh manusia. c. Treehole type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air yang bersifat sementara yang terdapat pada lubanglubang pohon. Ditemukan terutama pada daerah yang sering hujan. d. Rock pool type, ialah sama halnya dengan treehole type, hanya saja disini yang dipilih genangan air yang terdapat di lubang-lubang batu karang. Jika ditinjau dari tempat persembunyiannya, maka nyamuk dapat pula dibedakan atas dua jenis, yakni : 1. Natural resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi dalam lubang-lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang, dan lain sebagainya. 2. Artificial resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi dalam tempat-tempat yang berbentuk karena hasil pekerjaan manusia, baik yang sifatnya sengaja ataupun yang tidak sengaja (karena kecerobohan). Misalnya dalam rumah, dalam kaleng kosong, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui berbagai sifat nyamuk di atas, maka akan dapat dipilih cara pengawasan nyamuk yang tepat, artinya yang benar-benar efektif untuk membunuh atau paling tidak menghindarkan nyamuk dari lingkungan kehidupan manusia. Hanya saja sebelum usaha ini dilakukan, haruslah ada data yang lengkap terlebih dahulu tentang segala hal yang menyangkut nyamuk tersebut terutama yang berhubungan dengan daerah yang dipakai sebagai tempat berkembang biak, jenis dari nyamuk tersebut, dan lain sebagainya. Karena itulah upaya pengawsan biasanya

136

sering didahului dengan suatu penelitian atau survey. Dalam melakukan survey nyamuk ada dua prinsip dasar yang dikerjakan, yakni : 1. melakukan pemetaan daerah, yakni menentukan daerah-daerah yang dicurigai menjadi tempat bersarangnya nyamuk, misalnya rawa-rawa, seluruh air yang tergenang, dan lain sebagainya. Pemetaan ini dianggap pokok karena dengan diketahuinya daerah tersebut dapat dilakukan pengawasan secara intensif, serta hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan. Terutama jika ditinjau dari sudut ekonomi, karena tidak perlu mengawasi daerah yang terlalu luas. 2. melakukan kunjungan lapangan ke daerah yang dicurigai. Tujuan kunjungan lapangan ini, kecuali untuk memastikan lokasi daerah yang dicurigai, juga untuk mengidentifikasi jenis nyamuk apa yang terdapat di daerah tersebut. Pekerjaan identifikasi ini dianggap penting, karena dengan demikian dapat diketahui apakah nyamuk yang ditemukan berbahaya atau tidak. Tentu saja pengawasan selanjutnya hanya ditujukan kepada jenis nyamuk yang berbahaya saja; dengan demikian penghematan dana dapat pula dilakukan. 3. identifikasi nyamuk ini biasanya dilakukan dengan mengambil contoh air dari tempat yang diduga sarang nyamuk. Dalam mengambil contoh air ini, dipergunakan tangguk bertangkai panjang yang dipasang dengan jaring halus. Pengambilan contoh air harus dilakukan dengan gerakan yang cepat, karena larva nyamuk peka sekali terhadap gangguan dan segera akan menyelam sehingga tidak dapat diambil. Dari bentuk larva, pupa serta ciri-ciri yang ditemukan pada nyamuk dapat dibedakan jenis nyamuk tersebut. Misalnya larva Anopheles mengapung datar di permukaan air, sedangkan Culex mengapung dengan membentuk sudut dengan permukaan air. Membedakan nyamuk dapat pula dilakukan dengan melihat sifat-sifat nyamuk dewasa, misalnya dari bentuk sayap atau posisi tubuh ketika menggigit mangsanya. Nyamuk Anopheles berbintik-bintik pada sayap serta posisinya menungging ketika menggigit mangsanya, sedangkan jenis Culex sayapnya umumnya polos, serta posisi ketika menggigit sejajar dengan permukaan kulit.

137

Setelah diketahui jenis atas dua macam, yakni :

nyamuk yang harus diawasi, pekerjaan

dilakukan dengan pengawasan itu sendiri. Secara umum dapat dibedakan 1. Pengawasan yang ditujukan pada bentuk muda dari nyamuk (stadium telur, larva, dan pupa). Ada beberapa cara pengawasan yang dilakukan pada bentuk muda dari nyamuk ini, yang dibedakan atas : a. secara fisik atau mekanis, misalnya dengan mengeringkan rawarawa, menimbun air yang tergenang, membuat air selokan mengalir dengan lancer. b. secara kimia, yakni menyiram permukaan air dengan zat kimia tertentu (minyak), dengan demikian larva dan pupa tidak dapat mengambil udara segar yang dibutuhkannya. c. secara biologis misalnya memelihara beberapa jenis ikan di rawarawa, yang memakan telur, larva, serta pupa nyamuk. d. secara kultural, misalnya mengubah sikap masyarakat yang tidak baik dan merugikan kesehatan lingkungan. 2. Pengawasan yang ditujukan pada nyamuk dewasa Sama halnya dengan pengawasan nyamuk pada usia muda, maka disini cara pengawasan yang dapat dilakukan dibedakan pula atas beberapa macam, yakni : a. secara fisik atau mekanis, yakni dengan memasang kawat kassa, mempergunakan kelambu, atau memukul nyamuk dengan alat pemukul. b. secara kimia, yakni mempergunakan berbagai macam insektisida dengan sifat-sifatnya yang ada untuk mematikan nyamuk, mengatur pertumbuhan, membuat steril, menarik perhatian nyamuk ataupun mengusirnya. Zat kimia yang dipakai untuk insektisida banyak macamnya, satu dengan lainnya mempunyai kebaikan ataupun kerugian-kerugian. c. secara biologis, misalnya dengan membiarkan hidup binatang seperti cecak di rumah yang akan menangkap nyamuk sebagai mangsanya. Binatang lain yang merupakan musuh nyamuk, dan

138

karena itu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara pengawasan biologis ialah kelelawar, berbagai jenis reptil, serta unggas. d. secara kultural, yakni dengan mengubah kebiasaan manusia yang buruk yang dipandang menguntungkan kehidupan nyamuk. Misalnya mengeringkan rawa-rawa, memotong dedaunan yang terlalu lebat, tidak membuang kaleng-kaleng bekas sembarangan, membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan, dan lain sebagainya. Tentunya cara terbaik yang dilakukan dalam pengawasan nyamuk ini ialah jika dapat ditujukan terutama ketika nyamuk masih berada dalam stadium muda. Karena dengan dapat dibunuhnya nyamuk dalam stadium muda ini, dapat dicegah bertambah banyaknya nyamuk yang mungkin sempat dihasilkan oleh nyamuk betina dewasa. Lebih dari itu, nyamuk pada stadium muda dipandang lebih menguntungkan kesehatan manusia. Sarang nyamuk tersebut umumnya tidak berada dalam lingkungan daerah tempat tinggal, sehingga jika digunakan zat kimia pada sarang tersebut tidak akan menimbulkan problem keracunan pada manusia. Tidak demikian halnya jika nyamuk telah dewasa, sebab penggunaan zat insektisida di daerah perumahan, memberikan kemungkinan yang besar ikut teracuninya manusia, misalnya melalui residu insektisida yang menempel pada bahan makanan, sebagaimana banyak ditemui di negaranegara yang sudah berkembang. Masalah Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan, karena dari makanan didapatkan energi (tenaga) yang diperlukan untuk melangsungkan berbagai faal tubuh. Ilmu kedokteran atau kesehatan telah lama mengetahui bahwa antara makanan dan kesehatan terdapat hubungan yang erat. Seseorang yang memakan makanan yang tidak mengandung cukup gizi mudah terserang penyakit kekuarangan gizi. Selanjutnya telah diketahui pula bahwa bagi orang-orang tertentu ada jenis makanan yang tidak dapat dikonsumsinya, karena penyakit tersebut akan menyebabkan alergi. Selanjutnya ilmu kedokteran atau kesehatn memperhaikan pula

139

cara mengelola bahan makanan, karena jika cara mengelola tersebut salah, misalnya dimasak berlebihan, akan rusaklah beberapa zat yang terdapat dalam bahan makanan. Kesemua hal yang menyangkut makanan ini, memang menjadi perhatian ilmu kedokteran dan kesehatan. Namun jika ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, ternyata tidak termasuk bidang perhatiannya. Dari sudut ilmu kesehatan lingkungan perhatian terutama ditujukan pada higiene dan sanitasi makanan tersebut, yakni bagaimana mengusahakan agar makanan tidak sampai tercemar atau tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan. Demikianlah dalam membicarakan tentang higiene dan sanitasi makanan (food sanitation), maka permasalahan yang menyangkut nilai gizi kurang diperhatikan, demikian pula halnya yang menyangkut komposisi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pembicaraan dalam sanitasi makanan lebih ditekankan pada upaya membebaskan makanan dari zat-zat yang membahayakan kehidupan, atau mencegah agar bahan makanan yang mengandung zat-zat yang membahayakan kehidupan tidak sampai dikonsumsi. Penyebab Secara umum jika membicarakan apa yang menyebabkan makanan menjadi berbahaya bagi kehidupan, maka penyebab tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni : 1. Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan. Jadi dalam kategori ini, makanan tersebut semula tidak mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya mengandung zat yang membahayakan kesehatan. 2. Dalam makanan itu sendiri telah karena terdapat itu zat-zat yang membahayakan kesehatan; makanan tersebut

sebenarnya tidak boleh dimakan. Namun karena tidak tahu atau karena lalai, atau karena dalam keadaan darurat, makanan yang mengandung zat yang membahayakan kesehatan ini dikonsumsi oleh seseorang.

140

Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab (baik yang berasal dari luar ataupun yang berasal dari makanan itu sendiri), jika ditinjau dari sanitasi makanan, dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni : 1. Golongan parasit Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amoeba dan berbagai jenis cacing. Amoeba dapat menimbulkan penyakit disentri amoeba, sedangkan cacing dapat menimbulkan penyakit cacingan. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan penyakit cacing yang disebabkan karena memakan daging atau ikan yang mengandung telur cacing atau cacing, yang kurang atau tidak dimasak sebelumnya. Penyakit cacing yang sering ditemukan ialah yang disebabkan oleh Taenia saginata, Taenia solium, Trichinosis, dan Diphyllobotrium. 2. Golongan mikroorganisme Berbagai jenis bakteri yang dapat menimbulkan penyakit melalui makanan ialah Shigella yang menimbulkan penyakit disentri basiler, Salmonella yang menimbulkan penyakit tifoid, paratifoid, dan bentuk-bentuk lainnya, Streptococcus menimbulkan penyakit scarlet fever atau septic sore throat, serta berbagai macam virus yang menimbulkan penyakit seperti hepatitis, dan lain sebagainya. 3. Golongan kimia Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena kecelakaan, misalnya meletakkan insektisida berdekatan dengan bumbu dapur. Pembungkus makanan yang terbuat dari logam dapat menyebabkan keracunan makanan karena zat kimia dalam logam itu. Adapun zat kimia yang sering mencemari makanan ialah antimoni, arsen, cadmium, tembaga, sianida, fluor, timah hitam, dan seng. 4. Golongan fisik Pencemaran makanan yang disebabkan golongan fisik misalnya bahan radioaktif. 5. Golongan racun (toxin)

141

Adanya racun dalam makanan dapat dibedakan atas dua macam, yakni : a. yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup atau berada dalam makanan bukan tersebut. Jadi disini yang tetapi mendatangkan toksin yang penyakit mikroorganismenya,

dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Misalnya toksin yang dihasilkan oleh Botulisme, Staphylococcus, dan Clostridium welchii. b. Bahan makanan itu sendiri telah mengandung racun, yang karena tidak tahu, lalai, atau dalam keadaan darurat, terpaksa dimakan. Contoh tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun ialah kacang castor, Ergotism, cendawan, rhubarb (sejenis bayam), solanine (sejenis kentang). Contoh hewan ialah kerangkerangan. Cara Mengelola Bahan Makanan Tujuan mengelola bahan makanan ialah agar tercipta makanan yang memenuhi syarat kesehatan, mempunyai citarasa yang sesuai, serta mempunyai bentuk yang merangsang selera makan. Jika tujuan kesehatan yang dibicarakan, khususnya yang ada hubungannya dengan kesehatan lingkungan, maka dalam mengelola bahan makanan ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, ialah : a. masaklah bahan makanan tersebut dengan cukup, sehingga mikroorganisme atau parasit yang terdapat didalamnya dan merugikan kesehatan musnah, tetapi dalam memanaskan bahan makanan ini harus dijaga tidak sampai berlebihan karena mungkin ada zat makanan yang bisa rusak. Telah diketahui adanya hubungan antara suhu, kuman yang terdapat dalam bahan makanan, dengan waktu memanaskan yang diperlukan untuk membunuh kuman. Hubungan ini disebut timetemperature relationship. Suhu yang dipakai ialah panas, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh kuman tersebut tergantung dari suhu optimum yang dimiliki oleh masing-masing mikroorganisme yang memang berbeda-beda. Berdasarkan derajat suhu optimum

142

dalam pertumbuhannya, maka mikroorganisme dibedakan menjadi : thermophylic (suhu optimum 450-600C), mesophylic (200-450C), dan psychrophylic (tumbuh cepat dibawah 00C atau lebih rendah dan beberapa jenis mikroorganisme juga tumbuh dengan baik pada 0 0200C). Jika suhu dinaikkan, maka makin cepat mikroorganisme dimatikan, jadi makin pendek waktu yang diperlukan. Daya tahan mikroorganisme terhadap suhu panas dinyatakan dalam jangka waktu kematian terhadap termis (thermal death time) yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk mematikan sejumlah mikroorganisme tertentu (dalam semua bentuk tingkat kehidupannya) yang berada dalam keadaan tertentu dengan derajat suhu tertentu pula. Kematian karena termis (thermal death) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni : 1) konsentrasi mikroorganisme; makin tinggi jumlahnya per ml, makin lama waktu yang dibutuhkan untuk mematikannya; 2) riwayat hidup mikroorganisme sebelumnya, yang menyangkut suhu ketika pembiakan, umurnya, fase pertumbuhan, serta komposisi substrat dimana mikroorganisme tersebut tumbuh, yang ditentukan oleh kandungan air, pH, dan zat-zat lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bigelow dan Esty terhadap 115.000 spora dari flat sour bacteria per ml corn juice dengan pH 6,1 mendapatkan hubungan antara suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora tersebut sebagai berikut :

Suhu (dalam C) 100 105 110 115 120 125 130 135
0

Waktu membunuh semua spora (dalam detik) 1.200 600 190 70 19 7 3 1

143

Untuk

tiap

macam

mikroorganisme,

waktu

dan

suhu

yang

dibutuhkan berbeda-beda. Demikianlah hasil dari berbagai percobaan memberikan angka sebagai berikut : Nama bakteri Gonococcus Salmonella thyphosa Staphylococcus aureus Eschericia coli Streptococcus thermophillus Lactobacillus bulgaricus Pengetahuan tentang adanya hubungan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh semua jenis mikroorganisme ini, banyak dimanfaatkan dalam sanitasi makanan, misalnya dalam proses pasteurisasi. Tergantung dari cara melakukannya, aka pasteurisasi dibedakan menjadi dua macam yakni: dengan suhu tinggi waktu pendek (high temperaturere short time), misalnya pada susu yang dilakukan dengan suhu 71,7 0 C selama 16 detik; dengan suhu rendah waktu panjang (low temperature long time) misalnya pada susu yang dilakukan dengan suhu 62,8 0C selama 30 menit b. Pada waktu pengelolaan makan tersebut, buanglah bagian dari bahan makanan yang mengandung zat yang membahayakan tubuh atau telah tidak bermanfaat lagi, sebaliknya bagian yang mengandung zat yang dibutuhkan tubuh tidak boleh sampai terbuang. c. Olahlah bahan makanan tersebut dengan mempergunakan alat yang selalu terpelihara kebersihannya, demikian pula kebersihan orang yang akan mengelola bahan makanan, harus pula dijaga. d. Hindarkan mengelola bahan makanan yang mengandung racun, atau berdekatan dengan zat racun. Suhu (C0) 2-3 4,3 18,8 20-30 15 30 Waktu (detik) 50 60 60 57,3 70-75 71

144

Pengawasan higiene dan sanitasi makanan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka: 1. melaksanakan pendidikan kesehatan 2. pengamatan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan makanan 3. pemeriksaan perusahaan-perusahaan makanan Tanggung jawab pemeriksaan perusahaan dilimpahkan kepada Puskesmas yang harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan. Pemeriksaan dilakukan dengan mempergunakan formulir yang telah disediakan. Dalam formulir tersebut terdapat 4 hal yang harus diperiksa, terdiri dari pemeriksaan terhadap: a. kebersihan umum dan fasilitas; b. tempat pengelolaan makanan dan minuman c. kamar kecil dan tempat suci d. karyawan Pada pemeriksaan kebersihan umum dan fasilitas, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi; a. keadaan dinding, langit-langit, lantai dan ruangan b. sistem penghawaan c. perlindungan terhadap lalat, tikus, dan lain-lain serangga d. sumber persediaan air e. pembuangan kotoran dan air selokan Pada pemeriksaan tempat pengelolaan makanan dan minuman, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi: a. fasilitas pencucuian b. cara-cara mendesinfeksi; c. pengawasan mutu d. pembuangan kotoran cair e. pengumpulan dan pembuangan sampah f. penyimpanan bahan mentah g. penyimpanan makanan jadi h. perlindungan terhadap debu, uap, dan gas

145

Pada pemeriksaan kamar kecil dan tempat cuci, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi: a. tempat buang air besar dan buang air kecil b. tempat mencuci dan mandi yang harus dilengkapi dengan sabun c. prasarana sanitasi Sedangkan pada pemeriksaan karyawan, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi: a. surat keterangan kesehatan yang masih berlaku b. kebersihan dan kerapian umum c. kebiasaan menangani makanan / minuman d. kesehatan mereka pada waktu pemeriksaan Jika terdapat hal-hal yang mencurigakan, maka Puskesmas harus membuat laporan tertulis kepada kantor kesehatan tingkat Kabupaten (Dinkes), jika perlu disertai contoh makanan dan minuman, guna dilakukan pemeriksaan laboratorium. Suatu perusahaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat diusulkan pencabutan ijin usahanya. C. Alat dan Bahan 1) Alat tulis 2) Kuesioner 3) Referensi Kesehatan Lingkungan Agroindustri D. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target survey kesehatan lingkungan. 4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum 5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan berbagai indikator kesehatan lingkungan 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

146

8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) Judul b) Pendahuluan c) Ringkasan kasus d) Hasil telaah kasus e) Kesimpulan dan Saran f) Kepustakaan g) Lampiran (dokumentasi) E. Referensi 1. Azwar, A. (1979). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC 2. Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. 3. Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 4. Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta: EGC. 5. Frederick, Gunther. 2000. Environmental Epidemiology. New York: Lewis Publisher. 6. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu perilaku. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

147

PRAKTIKUM 10 VISITASI KOMUNITAS: PENGENALAN KESEHATAN KERJA AGROINDUSTRI Judul Blok Kode Blok SKS Metode Belajar Waktu Pertemuan Pertemuan ke Laboratorium : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan : PDU 1758 : 1 SKS : Praktikum : 1 x 180 menit : 10 (Kesehatan Kerja Agroindustri) : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar : 1)Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan ruang lingkup

kesehatan kerja pada area agroindustri 2)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan survey terhadap masalah kesehatan kerja di area agroindustri 3)Mahasiswa mampu memberikan saran yang strategis dalam rangka meningkatkan kesehatan kerja di area agroindustri 4)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai

perbedaan lingkungan social agroindustri dan lingkungan urban dalam kesehatan kerja 5)Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat B. Pengantar Pada daerah agraris, ada banyak penyakit yang terjadi. Penyakitpenyakit ini merupakan penyakit yang dicetuskan oleh keadaan-keadaan tertentu pada daerah agraris. Tabakosis adalah nama penyakit sebagai akibat pengaruh debu tembakau. Debu tersebut dihirup oleh pekerja-pekerja, ketika daun 148

tembakau dikeringkan. Terutama daun tembakau yang telah disimpan lama dan lapuk menghasilkan banyak debu. Gangguan kesehatan pada tabakosis mungkin disebabkan jamur yang tumbuh di daun tembakau, tapi mungkin pula sebagai akibat nikotin yang dikandungnya. Pengalaman menunjukkan, bahwa menghirup udara yang mengandung debu tembakau yang cukup banyak memudahkan terjadinya radang paru-paru. Sampai saat ini tidaklah banyak tentang tabakosis dikemukakan dalam kepustakaan, maka dari itu persoalan penyakit tersebut belum begitu jalas betul. Namun sebagai pegangan sebaiknya segala kelainan paruparu pada pekerja-pekerja yang mengolah daun tembakau diobeti seperlunya antara lain dengan antibiotika dan memindahkannya ke tempat kerja yang kurang atau tidak berdebu. Byssinosis selain terdapat di perusahaan pemintalan dan pertenunan ternyata menghinggapi pula pekerja-pekerja di perkebunan kapas, yang memisahkan biji kapas dari serat-seratnya. Kadang-kadang pada pekerja yang disebut ginning tersebut prevalensi sakit oleh debu kapas juga tinggi. Tapi pada umumnya para ahli sependapat bahwa bahaya penyakit byssinosis pada ginning tidak begitu berbahaya mengingat sifat pekerjaan yang biasanya sementara, musiman, dikerjakan di tempat kerja terbuka di luar rumah, dan udara pada pekerjaan demikian relatif tidak berdebu. Di negara Mesirlah mula-mula dilaporkan tentang adanya byssinosis pada pekerjaan-pekerjaan ginning. Bagassosis adalah penyakit paru-paru oleh karena bagasse yaitu ampas tebu sesudah tebu diperas diambil gulanya. Bagasse yang lama disimpan, kering, rapuh, dan berjamur yang menyebabkan penyakit tersebut. Tanda-tandanya adalah penyakit radang alat pernafasan akut, sebabnya diduga jamur yang tumbuh pada bagasse. Gejala-gejala seperti eneg, muntah, demam tinggi, menggigil, batuk, sianosis, dan lain-lain terlihat pada bagassosis. Pengobatan ditujukan kepada radang paru-paru dan penderita diberi istirahat secukupnya. Pencegahan dilakukan dengan usaha-usaha agar bagasse tidak menimbulkan debu di udara misalnya dibasahi dan diusahakan jangan sampai terlalu lama disimpan sebelum dipakai atau dibuang.

149

Penyakit radang alat pernafasan akut juga terjadi pada pekerjapekerja yang membuat kasur dari bahan-bahan kapas yang jelek atau kualitas rendah. Radang ini disebabkan oleh Aerobacter cloacae yang hidup di kapas lembab pada musim penghujan. Bakteri tersebut biasa terdapat banyak di tanah, mungkin berasal dari kotoran manusia atau hewan. Terapi adalah dengan antibiotika. Asma terdapat pada pekerja-pekerja yang mengerjakan biji-bijian atau hasil lainnya. Grain asthma adalah penyakit asma terhadap butirbutir beras dan gandum. Tamarind asthma adalah akibat alergi alat pernafasan kepada buah tamarind. Asma juga terjadi terhadap bahanbahan halus, seperti tepung, misalnya fluor asthma, yang disebabkan alergi kepada kutu-kutu tepung atau kepada tepungnya sendiri. Umum diketahui bahwa banyak peristiwa asma disebabkan oleh karena kepekaan kepada tepung sari dari berbagai pohon-pohonan yang dibawa angin dan dihirup penderita. Tanda-tanda asma adalah sesak nafas, terutama sulit pada waktu mengeluarkan nafas. Terdengar khusus suarasuara pernafasan yang tanpa stetoskop pun bisa terdengar. Pengobatan adalah dengan obat-obat bronkodilator atau steroid lokal, tetapi yang terpenting adalah memindahkan pekerja dari pekerjaan yang menyebabkan ia menghirup alergennya. Jamur seperti Sporotrichosis hidup di rumpun pepohonan, sehingga pekerja yang bersentuhan atau luka oleh duri rumpun tersebut mungkin dihinggapi penyakit tersebut. Dermatosis oleh karena jamur adalah khas sifatnya menahun, ditengah menyembuh sedangkan dipinggir justru proses aktif, disertai perasaan-perasaan gatal dan panas. Obatnya baik dalam ataupun luar adalah antijamur. Jamur selain itu sering tumbuh pada bahan-bahan organik yang membusuk, apabila bahan-bahan tersebut diangkat atau diangkut, debu yang mengandung jamur terhirup oleh pekerja-pekerja dan mengakibatkan penyakit jamur pada paru-paru seperti misalnya pernah dilaporkan tentang peristiwa Aspergillosis paruparu pekerja yang mengolah gandum. Dalam hal terakhir ini, masker sangat membantu usaha pencegahan.

150

Kecelakaan akibat kerja terjadi pada pengambilan hasil-hasil dari pohon tinggi, seperti pemetikan pala, kelapa, kenari, dan lain-lain. Terutama kecelakaan harus pada mendapatkan pengambilan cukup kayu perhatian dari ialah kecelakaanhingga penebangan

pengangkutannya di kehutanan. Cara penebangan harus disertai usahausaha pencegahan kecelakaan. Penimbunan kayu harus dilaksanakan memenuhi cara-cara yang benar, demikian pula pengangkutannya. Sedangkan pekerja-pekerja diwajibkan memakai pakaian-pakaian pelindung yang cukup, antara lain topi keselamatan, sepatu bot, baju kerja, dan lain-lain. Perkakas-perkakas kerja harus aman juga. Seperti kehutanan. halnya Untuk di itu pertambangan, harus Ancylostomiasis higiene merupakan dan penyakit yang sering dialami pekerja-pekerja pertanian, perkebunan, dan diusahakan lingkungan perorangan yang baik. Pekerjaan-pekerjaan di pertanian, perkebunan, dan kehutanan di beberapa daerah menghadapi bahaya-bahaya gigitan kalajengking atau ular. Racun-racun dari hewan berbisa ini dapat digolongkan menjadi dua : 1. Hemotoksik, yang meracuni darah dengan menghancurkan butir darah merah dan pembuluh darah; 2. Neurotoksik, yang merusak saraf 3. Bila terjadi gigitan ular atau kalajengking biasanya susah dibedakan oleh jenis ular atau kalajengking apa, kecuali jika hewannya tertangkap. Umumnya harus segera diusahakan agar racun tidak menjalar ke seluruh tubuh dengan mengikat bagian atas tubuh yang luka, mengeluarkan darah dari luka dengan melebarkannya memakai pisau bersih atau steril. Ikatan paling lama 30 menit dan selalu dibuka untuk jangka waktu itu selama 1 menit, bila tidak jaringan bagian bawah ikatan akan rusak oleh karena terganggu peredaran darahnya. Di kota-kota besar atau di klinik-klinik khusus sering tersedia antivenom, ialah bahan untuk menetralisir bisa hewan tersebut. Pakaian pelindung sangat berguna untuk pencegahan antara lain celana panjang dan sepatu bot.

151

Kecelakaan Akibat Jenis Pekerjaan Jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan macam kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan di perusahaan berlainan dengan kecelakaan-kecelakaan di perkebunan, kehutanan, pertambangan atau perkapalan. Demikian pula jumlah dan macam kecelakaan di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Demikian juga pada berbagai pekerjaan yang tergolong kapada suatu kesatuan operasi. Kecelakaan-kecelakaan di pertambangan merupakan akibatakibat ledakan, rubuh dinding dan atap tambang, jatuh ketika menaiki atau menuruni tangga, selipnya lori, dan lain-lain. Kecelakaan-kecelakaan dalam hubungan industri maritim misalnya tenggelam, ditelan ikan, luka oleh barang-barang atau binatang-binatang laut berbisa, dan lain-lain. Kecelakaan di perkebunan atau kehutanan antara lain kejatuhan kayu, jatuh, luka-luka oleh perkakas tangan, dan lain-lain. Kecelakaan di dek kapal selain kecelakaan-kecelakaan biasa, juga bahaya jatuh ke laut atau tenggelam. Kecelakaan yang berhubungan dengan pembangunan rumahrumah ialah jatuh, kejatuhan bahan bangunan, luka-luka oleh perkakas, dan lain-lain. Selain itu pada penggunaan perkakas, karena tangan yang terutama digunakan, umumnya luka-luka terjadi di tangan. Mesin-mesin yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan sehingga baju yang longgar atau rambut yang terurai ditarik oleh bagian-bagian yang bergerak tersebut dan berbahaya, misalnya menyebabkan lepasnya kulit kepala atau bahkan kematian. Punch machine yaitu suatu mesin yang membuat lubang dan lain-lain tidak jarang menyebabkan putusnya tangan. Atau gergaji listrik untuk pemotongan kayu atau lempeng aluminium sering pula menyebabkan kecelakaan besar pada tangan. Pekerjaan yang berhubungan dengan arus listrik terutama bervoltase tinggi kadang-kadang mendatangkan bahaya terutama bagi mereka yang tidak tahu seluk beluk listrik. Kawat-kawat listrik harus tertutup oleh isolasinya, bila tidak akan menimbulkan hubungan pendek, kebakaran, dan berbahaya bagi para pekerja. Arus listrik bertekanan tinggi hanya boleh diperiksa oleh ahlinya. Lemari sakelar juga hanya boleh dimasuki oleh ahlinya dan selalu tertutup dan terkunci. Perbaikan-perbaikan arus

152

listrik hanya dikerjakan apabila arusnya dimatikan. Kecelakaan oleh arus listrik umumnya sangat tergantung dari lintasan arus dalam tubuh; umumnya arus yang melalui jantung sangat berbahaya. Memberikan pertolongan kepada korban hanya dilakukan dengan menggunakan isolator atau sesudah arus dimatikan. Untuk beberapa perusahaan, petir dapat menimbulkan kebakaran, hal ini terjadi misalnya pada perusahaan tekstil. Industri-industri kimia yang menggunakan bahan-bahan terbakar menghadapi bahaya kebakaran. Untuk perusahaan apapun sebaiknya tersedia alat-alat pemadam kebakaran terutama untuk menyelamatkan dari bahaya api. Jarak pemadam kebakaran harus dekat, karena dalam peristiwa kebakaran, manusia dan api seolah berlomba-lomba. Sebagai jalan keluar, untuk tujuan penyelamatan harus ada pintu-pintu darurat yang cukup banyaknya dan tetap penempatannya. Alat-alat Pelindung Diri Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri ( personal protective devices) dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Enak dipakai; 2. Tidak mengganggu kerja; dan 3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas, dan tidak memakai perhiasanperhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahanbahan dapat meledak oleh aliran listrik statis.

153

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolonggolongkan menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut : 1. Kepala 2. Mata 3. Muka 4. Tangan dan jari-jari 5. Kaki 6. Alat pernafasan 7. Telinga 8. Tubuh : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai : kacamata dari berbagai gelas : perisai muka : sarung tangan : sepatu : respirator/masker khusus : sumbat telinga, tutup telinga : pakaian kerja dari berbagai bahan

Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, dapat dilihat pada daftar berikut : ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI MENURUT KEPERLUANNYA Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi Kepala, betis, tungkai kaki

Faktor Bahaya

Alat-alat Proteksi Diri Topi logam atau plastik,

Benda berat atau kekerasan Benda sedang tidak terlalu berat Benda-benda besar beterbangan

lapisan pelindung logam, dsb Sepatu steelbox toe

Pergelangan kaki, kaki dan jari (deckker) dari kain, kulit,

Kepala Kepala Mata Muka Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai, mata kaki

Topi aluminium atau plastik Topi plastik atau logam Goggles (kacamata yang menutupi seluruh samping mata), kacamata yang sampingnya tertutup Tameng plastik

154

Sarung tangan kulit berlengan panjang Jaket atau jas kulit Pelindung dari kulit, berlapis logam, dan tahan api Topi, kap khusus Benda-benda kecil beterbangan Kepala Mata TubuhLengan, tangan, jari Tungkai kaki Kacamata Jaket kulit atau zeildoek Sarung tangan, pakaian berlengan panjang Pelindung-pelindung betis, tungkai, dan mata kaki Goggles, kacamata sisi kanan kiri tertutup Muka Alat pernafasan Kepala Mata Percikan api atau logam Muka Jari, tangan, lengan Betis, tungkai Matakaki, kaki Tubuh Gas, asap, atau fumes Mata Muka Alat pernafasan Tubuh Jari, tangan, lengan Betis, tungkai Matakaki, kaki Penutup muka dari plastik Respirator/masker khusus Topi plastik berlapis asbes Goggles, kacamata Penutup muka dari plastik Sarung tangan asbes berlengan panjang Pelindung dari asbes Sepatu kulit Jaket asbes atau kulit Goggles Penutup muka khusus Membahayakan jiwa secara langsung : gas masker khusus dengan filter, Tidak membahayakan jiwa secara langsung : gas masker bermacam-macam Pakaian karet, plastik, atau

Mata Debu

155

bahan lain yang tahan kimiawi Sarung tangan plastik, karet, berlengan panjang dan anggota-anggota badan itu diolesi dengan barrier cream Pelindung dari plastik atau karet Sepatu yang konduktif (yang menyalurkan aliran listrik) karena mungkin sekali gas itu eksplosif Topi plastik/karet Kepala Mata Cairan dan bahan-bahan kimiawi Muka Alat pernafasan Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai Matakaki, kaki Goggles Penutup dari plastik Respirator khusus tahan kimiawi Sarung plastik/karet Pakaian plastik/karet Pelindung khusus dari plastik/karet Sepatu karet, plastik, atau kayu Topi asbes Sarung, pakaian, pelindung Kepala Panas Lain-lain bagian Kaki Mata dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/api Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain tahan panas Goggles dengan lensa Basah dan air Kepala tahan sinar infrared Topi plastik

156

Tangan, lengan, jari Tubuh Kaki, tungkai Terpeleset, jatuh Kaki

Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang Pakaian khusus Sepatu bot karet Sepatu anti slip, kayu (gabus) Topi plastik, logam Sarung tangan kulit, dilapisi logam, berlengan panjang Jaket kulit Celana kulit dengan knie atau engkel dekker Sepatu dilapisi baja, zool kayu Topi plastik, karet, pici (kap) kapas atau wol

Kepala Terpotong, tergosok Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai Matakaki, kaki

Kepala Dermatitis atau radang kulit Muka Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai, matakaki, kaki

Barrier cream, pelindung plastik Barrier cream, sarung tangan karet, plastik Penutup karet, plastik Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu (bakiak) Topi plastik, karet

Kepala Listrik Jari, tangan, lengan Tubuh, betis, tungkai, matakaki, kaki Bahan peledak Mesin-mesin

Sarung tangan karet tahan sampai 10.000 volt selama 3 menit Pelindung yang bahannya dari karet

Kaki Kepala Jari, tangan , lengan Tubuh

Sepatu kayu, percikan api Pici, terutama wanita berambut panjang Sarung tangan tahan api

157

Jaket dari karet, plastik, Betis, matakaki zeildoek Celana tahan api atau dekker Goggles, kacamata dengan Sinar silau Mata filter khusus atau lensa polaroid Goggles, penutup muka, kacamata dengan filter Percikan api pada pengelasan Mata Tubuh Kaki khusus Penutup muka dengan kacamata filter khusus Jaket tahan api (asbes) atau kulit Sepatu dilapisi baja Topi khusus Goggles, kacamata dengan filter lensa Pelindung muka khusus Topi khusus Goggles dengan filter khusus, dari logam atau plastik Sarung tangan karet Penyinaran radioaktif Gas atau aerosol radioaktif Jari, tangan, lengan Tubuh dilapisi timah hitam Jaket karet atau kulit, dilapisi timah hitam Alat pernafasan Seluruh badan Respirator khusus Pakaian khusus Pelindung khusus : Gaduh suara Telinga dimasukkan ke lubang telinga atau penutup lubang telinga C. Alat dan Bahan 158 dan sinar silau Muka

Penyinaran sedang

Kepala Mata Muka

Penyinaran kuat

Kepala Mata, muka

1) 2) 3) 4)

Alat tulis Kuesioner Alat Dokumentasi Referensi Kesehatan Kerja Agroindustri

D. Tugas 1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey 2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok 3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target survey kesehatan kerja. 4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum 5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan berbagai indikator kesehatan kerja. 6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok 7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan 8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut a) Judul b) Pendahuluan c) Ringkasan kasus d) Hasil telaah kasus e) Kesimpulan dan Saran f) Kepustakaan g) Lampiran (dokumentasi) E. Referensi 1. ________. 2002. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. RS Persahabatan. UIP 2. Sumakmur. 2004. Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC 3. Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

159

Anda mungkin juga menyukai