Anda di halaman 1dari 12

PROMOSI KESEHATAN MELALUI INFOGRAFIS BERUPA KOMIK DENGAN TEMA

‘GANGGUAN TIDUR’

Besse Djannatul Imma | Siti Ichlasatul Amaliah Ramadhanty | St.


Saniah Khalisah Zakaria | Rofidah Adiatullah Sumardin |

amaliadhanty4@gmail.com| besseimma0509@gmail.com |
saniahkhalisah@gmail.com | rofidahadiatullahh@gmail.com

Abstrak: Gangguan tidur merupakan masalah yang cukup banyak dialami oleh
masyarakat terutama pada mahasiswa perguruan tinggi dengan tingkat tuntutan
akademik yang besar dan kompleks. Berdasarkan penelitian ICSD, (1997) gangguan
tidur merupakan masalah lumrah sehingga banyaknya orang yang meremehkan hal
tersebut. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data awal dari rancangan
peomosi Kesehatan ini berupa Need Assessment yang di adaptasi melalui survei g-
form dan disebarkan ke lingkungan mahasiswa. Tujuan dan manfaat dari produk
psikoedukasi ini adalah untuk membangun kesadaran diri mahasiswa bahwa
gangguan tidur merupakan suatu permasalahan yang harus di tangani dengan
benar, mengedukasi tentang bahaya gangguan tidur, penyebab dan juga cara
mencegah gangguan tidur. Hasil dari promosi kesehatan ini merupakan psikoedukasi
berbentuk infografis komik yang penulis yakin akan menarik perhatian untuk dibaca,
dapat secara luas dan bebas menyampaikan informasi penting dengan gaya bahasa
dan humor yang kekinian mengenai kepentingan menjaga kesehatan mental untuk
mahasiswa yang mengalami gangguan tidur.

Kata Kunci: Gangguan tidur; Promosi kesehatan; Komik.

PENDAHULUAN

Kualitas tidur yang buruk, durasi tidur yang pendek, dan gangguan tidur yang
muncul ada di mana-mana di kalangan mahasiswa. Lund dkk, (2010)
mengemukakan bahwa hampir 60% mahasiswa mengeluhkan kualitas tidur yang
buruk dengan ketergantungan yang sering pada penyelesaian tugas serta
pekerjaan kantor yang banyak. Total waktu tidur rata-rata siswa diperkirakan 7
jam, jauh di bawah 8 jam yang direkomendasikan untuk dewasa muda dan 9 jam
yang direkomendasikan untuk remaja. Carskadon, (2002). Selain itu, hampir 70%
mahasiswa melaporkan masalah tidur, sebuah peningkatan drastis relatif terhadap
26,7% yang didokumentasikan pada tahun 1982. Hicks dkk, (2001). Gangguan
tidur seperti kebersihan tidur yang tidak memadai, gangguan fase tidur yang selalu
tertunda, dan gangguan insomnia yang seiring berjalannya waktu akan timbul jika

1
gangguan tidur menjadi konsisten. Jensen (2003). Secara bersama-sama,
mahasiswa sangat rentan terhadap kurang tidur dan gejala fisik yang merugikan.

Tuntutan tekanan akademik dan sosial yang bersaing, ditambah dengan otonomi
yang baru ditemukan dan jadwal yang tidak menentu, dapat menimbulkan
tantangan bagi mahasiswa untuk bisa tidur dengan cukup. Ligouri dkk, (2011)
Akibatnya, waktu tidur menjadi sering dikorbankan untuk melayani kesibukan
hidup seperti kesejahteraan emosional, kesehatan fisik, dan fungsi kognitif

(misalnya, perhatian, konsentrasi, dan belajar). Kloss dkk, (2011). Siswa


yang diklasifikasikan sebagai kurang tidur menunjukkan peningkatan
suasana hati negatif dan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang yang tidur nyenyak dan teratur. Lund dkk, (2010).

Menurut ICSD, (1997) yang telah membedakan lebih dari 80 gangguan


berbeda, yang dapat diobati secara efektif. Klasifikasi dari gangguan tidur ini
meningkat pesat berdasarkan indikator ilmiah yang telah dibuat dalam
bidang kedokteran selama 50 tahun terakhir. Namun, prevalensi, beban, dan
penanganan gangguan tidur seringkali diabaikan oleh individu dan
masyarakat pada umumnya. Hal ini menyebabkan gangguan tidur kurang
dihargai dan diremehkan, membuat gangguan tidur ini menjadi masalah
kesehatan yang serius jika tak segera di atasi. Chilcott (1996).

Remaja dan mahasiswa dengan kurang tidur juga berada pada tingkat yang
lebih tinggi untuk terkena risiko depresi, ide bunuh diri, dan agresi fisik.
Roane dan Taylor (2008). Mahasiswa di perguruan tinggi dengan insomnia
kronis juga melaporkan tingkat depresi, kelelahan, stres, kecemasan, dan
kualitas hidup yang lebih rendah, mereka juga lebih cenderung
menggunakan stimulan untuk mengatasinya seperti meminum kopi dengan
caffeine yang tinggi yang dimana bisa menyebabkan gejala penyakit fisik
lainnya Ligouri dkk, (2011).

Dengan demikian, mahasiswa adalah populasi yang ideal untuk di didik


tentang bahaya kesehatan dari gangguan tidur, tidak hanya sebagai analog,
tetapi sebagai populasi target dalam hak mereka sendiri. Promosi Kesehatan

2
ini dapat menjadi kondusif untuk menanamkan pengetahuan memiliki waktu
tidur yang cukup, menghilangkan mitos, dan mengoreksi asumsi tentang
tidur dan kebutuhan tidur. Meningkatkan kesadaran tentang korelasi kognitif
dan perilaku dari tidur serta mengajarkan strategi berbasis empiris untuk
mengatasi gangguan tidur yang memiliki potensi untuk mengurangi, atau
bahkan mencegah, efek merugikan dari kurang tidur selama transisi
perkembangan kritis yang dialami mahasiswa.

Promosi kesehatan ini di kemas dengan sentuhan seni yaitu dalam bentuk
comic. Penulis melihat produk psikoedukasi ini tidak banyak dilakukan oleh
penulis lain sehingga penulis yakin bentuk psikoedukasi ini akan menarik
banyak perhatian masyarakat terutama mahasiswa yang mengalami
gangguan tidur. Tujuan di tuangnya psikoedukasi dalam pengemasan
berbentuk comic adalah edukasi yang mudah di akses dan menarik perhatian
untuk dibaca, dapat secara luas dan bebas menyampaikan informasi penting
dengan gaya bahasa dan humor yang kekinian mengenai kepentingan
menjaga kesehatan mental untuk mahasiswa yang mengalami gangguan
tidur.

Manfaat kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk psikoedukasi ini adalah


dapat meningkatkan kesadaran diri mahasiswa terkait gangguan tidur yang
sering mereka alami dan jika terjadi terus menerus akan mengakibatkan
penyakit yang bersifat berkelanjutan. Brown dkk, (2002) mengemukakan
bahwa psikoedukasi mengenai gangguan tidur yang disebarkan secara
meluas terhadap masyarakat memang tidak secara spesifik mengukur
perubahan pemikiran tentang tidur sebagai penanganan utama gangguan
tidur mereka. Namun menurut Taylor, (2014) mengatakan cara mengatasi
gangguan tidur dengan pemberian psikoedukasi setidaknya dapat
menghasilkan sedikit peningkatan dalam pengetahuan tentang tidur,
manajemen waktu produktivitas yang terstruktur, dan upaya aktif untuk
meningkatkan total waktu tidur mereka dibandingkan dengan tidak
menyebarkan edukasi sama sekali.

3
Trockel dkk, (2000) menemukan bahwa 8 sesi program edukasi gangguan
tidur miliknya yang dikirim melalui email menghasilkan penurunan gejala
depresi dan peningkatan kualitas tidur di antara orang yang kurang tidur.
Maka sejalan dengan penelitian tersebut, penulis tertarik untuk merancang
promosi kesehatan ini dalam bentuk psikoedukasi yang di interpretasikan
secara unik melalui comic dengan harapan dapat membuat mahasiswa
teredukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dengan
memiliki kualitas tidur yang baik.

METODE YANG DIGUNAKAN

Metode yang digunakan dalam artikel ini merupakan metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Metode pengumpulan data kuantitatif yaitu menggunakan Need
Assessment yang diberikan dengan cara penyebaran survei dalam bentuk g-form
pada mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar, dan Metode
pengumpulan data kualitatif yaitu menggunakan metode observasi yang dilakukan
kepada mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar.
A. Need Assessment
Need assessment dalam artikel ini dilakukan untuk melengkapi data
penulis dari segi kuantitatif sebagai pembuatan bahan psikoedukasi
yang akan disebarkan. Menurut Setyosari, (2013) bahwa Need
Assessment bertujuan untuk menentukan program atau produk yang
akan dikembangkan. Kegiatan Need Assessment ini dapat membantu
peneliti dalam mengidentifikasi kebutuhan prioritas utama masyarakat
dengan melihat apa kejadian yang sebenarnya terjadi di lapangan,
dengan itu peneliti mampu menawarkan alternatif pemecahan masalah
dengan cara mengembangkan suatu program atau produk tertentu.
B. Observasi
Observasi dalam artikel ini untuk melakukan proses pengamatan
terhadap subjek yang menjadi populasi penulis untuk mengetahui
segala bentuk perilaku yang bersifat alamiah sebagai metode
pengumpulan data kualitatif dalam artikel ini. Menurut Danim, (2002)

4
mengatakan bahwa observasi merupakan proses pengamatan yang
dilaksanakan kepada subjek dengan melihat kehidupan sehari-hari dan
situasi atau keadaan sosial yang di alami oleh subjek. Perubahan yang
ditemukan dalam proses observasi dapat membantu penulis untuk
mengetahui kemampuan subjek dalam mengingat suatu hal,
komunikasi yang terjalin, ekspresi wajah, gerakan non-verbal seperti
bahasa tubuh. Metode observasi ini berfungsi untuk penulis
mengetahui sejauh mana subjek dari populasi dapat
mengimplementasikan produk psikoedukasi yang akan disebarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah pertama dalam melaksanakan promosi Kesehatan ini adalah


pengumpulan data. Pengumpulan data yang digunakan adalah need assessment.
Metode atau instrument need assessment yang digunakan yaitu:
1. Observasi, melakukan assessment dengan mengobservasi
mahasiswa fakultas psikologi UNM dalam 3 hari.

Gambar 1.0 (Dokumentasi Observasi)

5
Gambar 1.1 (Dokumentasi Observasi)
2. Kuesioner, melakukan Penyebaran kuisoner secara online melalui
google form. Penyebaran google form, dengan beberapa tema gangguan
mental yang telah ditentukan dari sebagai berikut:
 Depresi
 Gangguan Tidur
 Rasa Cemas Berlebihan
 Menyakiti diri sendiri
 Terdapat usia dan jenis kelamin responden

Gambar 2.0 Gambar 2.1


(G form Need assesment) (G form Need assesment)

6
Hasil dari need assessment menunjukkan 51,9% dari total 27 responden
merasakan gangguan tidur. Setelah melakukan need assessment tersebut,
kami membuat rancangan promosi Kesehatan dengan tema gangguan
tidur. Dalam melakukan promosi Kesehatan, membuat infografis dalam
bentuk komic yang menarik perhatian yang berisi cerita pendek terkait
“Gangguan Tidur”dari hasil penyebaran kuisoner.

Penyebaran infografis tersebut melalui media online meng-upload ke


media sosial (Instagram). Untuk mendapatkan feedback, peneliti meminta
pembaca untuk memberikan feedback nya melalui kolom komentar.

7
Gambar 3.0 (infografis Promosi Kesehatan)

8
No Kegiatan Pelaksanaan

1 Observasi 17-20 November 2022

2 Need Assesment 21-24 November 2022

3 Penyebaran Promosi 30 November 2022


Kesehatan

Responden yang menyukai post an mengenai promosi kesehatan yang berupa


komik dengan tema gangguan tidur sebanyak 58 likes.

Gambar 4.0 (Jumlah likes)

9
Infografis promosi kesehatan yang disebarkan melalui Instagram mendapatkan
beberapa feedback dari pembaca.

Gambar 5.0 (Feedback) Gambar 5.1 (Feedback)

Gambar 5.2 (Feedback)

10
KESIMPULAN

Dari hasil Kegiatan promosi yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan,
yaitu:
1. Promosi Kesehatan memberikan pemahaman dalam bentuk pembelajaran
pada kognitif sasaran promosi.
2. Promosi Kesehatan memberikan manfaat bagi pembaca berupa informasi
terkait penjelasan gangguan tidur, ciri-ciri dan penyebabnya.
3. Berdasarkan jumlah feedback yang ada, pembaca antusias atas promosi
Kesehatan yang dilakukan dan merndapatkan manfaat berupa informasi
mengenai gangguan tidur.

DAFTAR PUSTAKA

American Sleep Disorders Association. The international classification of


sleep disorders-revised edition. Rochester, MN: Davies; 1997

Lund HG, Reider BD, Whiting AB, Prichard JR. (2010). Sleep patterns and
predictors of disturbed sleep in a large population of college students. J
Adolesc Health. 46(2):124–132.

Carskadon MA, Acebo C. (2002). Regulation of sleepiness in adolescents:


update, insights, and speculation. Sleep. 25(6):606–616.

Hicks RA, Fernandez C, Pellegrini RJ. (2001). Self-reported sleep durations of


college students: normative data for 1978–79, 1988–89, and 2000–01.
Percept Motor Skills. 93(1):139–140.

11
Jensen DR. (2003). Understanding sleep disorders in a college student
population. J College Couns. 6(1):25–34.

Ligouri G, Schuna J, Mozumdar A. (2011). Semester long changes in sleep


duration for college students. College Student J. 45(3).

Kloss JD, Nash CO, Horsey SE, Taylor DJ. (2011). The delivery of behavioral
sleep medicine to college students. J Adolesc Health. 2011;48 (6):553–561.

Chilcott LA, Shapiro CM. (1996). The socioeconomic impact of insomnia.


Pharmacoeconomics.10(1):1–14

Roane BM, Taylor DJ. (2008). Adolescent insomnia as a risk factor for early
adult depression and substance abuse. Sleep. 31(10):1351– 1356.

Brown FC, Buboltz WC, Jr., Soper B. (2002). Relationship of sleep hygiene
awareness, sleep hygiene practices, and sleep quality in university students.
Behav Med. 28(1):33–38.

Taylor DJ, Bramoweth AD. (2010). Patterns and consequences of inadequate


sleep in college students: substance use and motor vehicle accidents. J
Adolesc Health. 46(6):610–612.

Trockel MT, Barnes MD, Egget DL. (2000). Health-related variables and
academic performance among first-year college students: implica- tions for
sleep and other behaviors. J Am Coll Health. 49 (3):125–131.

12

Anda mungkin juga menyukai