Anda di halaman 1dari 2

Depresi sangatlah umum terjadi pada remaja, yang dapat menimbulkan tekanan bagi

mereka dan keluarga (Jones, dkk., 2017). Oleh karena itu, perawatan dini dan pencegahan
depresi pada remaja menjadi topik kesehatan masyarakat yang serius. Psikoedukasi ditemukan
efektif dalam menangani banyak masalah kesehatan jiwa pada remaja, termasuk pikiran dan
perilaku obsesif-kompulsif, sensitivitas interpersonal, kecemasan dan kekhawatiran berlebih,
masalah agresi dan perilaku, pikiran bunuh diri, serta pikiran dan perilaku psikosis secara umum
lainnya, termasuk pikiran dan perilaku depresi (McBride, 2012). Model psikoedukasi dapat
dibagi menjadi tiga berdasarkan tujuannya, yaitu model informasi, model pelatihan keterampilan,
dan model suportif (Srivastava & Panday, 2016). Psikoedukasi yang diterapkan dalam penelitian
ini termasuk ke dalam model informasi, yang menekankan bagaimana psikoedukasi dapat
menyediakan pengetahuan mengenai gangguan jiwa tertentu dan bagaimana cara menanganinya
bagi keluarga yang anggotanya mengalami gangguan jiwa.
Psikoedukasi dalam penelitian ini menyediakan informasi mengenai depresi, termasuk
definisi, etiologi, gejala, intervensi, dan penanganan pertama kesehatan jiwa khusus remaja.
Psikoedukasi tersebut juga mencantumkan prevalensi depresi pada remaja dan bagaimana cara
meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai individu yang mengalami depresi itu sendiri. Kedua
topik terakhir penting untuk dibahas karena stigma dapat meningkatkan tekanan akibat gangguan
jiwa yang dialami seseorang dan dapat mengarah pada komplikasi lebih lanjut dalam proses
pemulihan, termasuk di antaranya mengarah pada stigmatisasi terhadap diri sendiri (Taghva,
dkk., 2017).
Penelitian dalam bentuk psikoedukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
remaja mengenai depresi menunjukkan hasil efektivitas intervensi yang signifikan. Berdasarkan
pengukuran menggunakan pre-test dan post-test, terjadi peningkatan pengetahuan partisipan
sebesar 75%. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Natasubagyo, dkk. (2019),
yang membuktikan adanya peningkatan literasi mengenai depresi yang lebih tinggi pada
kelompok eksperimen daripada kelompok kelompok kontrol. Psikoedukasi ditemukan dapat
mereduksi gejala depresi pada remaja dengan cara meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
gejala dan dampak potensial, sehingga dapat membantu remaja untuk mengatasi kognisi depresif
(McBride, 2012).
Keberhasilan psikoedukasi juga berkaitan dengan cara penyampaian isinya. Dalam
penelitian ini, psikoedukasi disajikan dalam bentuk video animasi yang diunggah ke media sosial
untuk menjangkau lebih banyak penerima informasi, khususnya remaja, yang menjadi target
psikoedukasi peneliti. Dewasa ini, dunia telah berkembang menjadi semakin modern yang dapat
mempermudah individu dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Salah satunya adalah
terhubungnya gawai digital dengan internet, yang memudahkan individu untuk mengakses
berbagai platform, membuat konten, dan mencari berbagai konten (Asmarantika, dkk 2022).
Sarana komunikasi, seperti penggunaan multimedia, dapat mengakomodasi gaya belajar personal
dan preferensi, sehingga psikoedukasi lebih mudah diakses dan melibatkan partisipasi aktif
penerima informasi (Jones, dkk., 2017).
Partisipan yang terlibat dalam psikoedukasi untuk penelitian ini setelah dilakukan cleaning
data adalah sejumlah 233 akun pengguna media sosial Instagram, dengan rata-rata usia 15-25
tahun dan latar belakang pendidikan yang bervariasi. Hal ini menjelaskan mengapa hasil analisis
data pre-test dan post-test tidak berdistribusi normal. Banyak penelitian telah membuktikan
efektivitas media sosial dalam memfasilitasi edukasi pada target yang dituju, terutama pada
remaja atau dewasa awal. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prabandari & Indriana
(2020) membuktikan bahwa psikoedukasi melalui media sosial dapat meningkatkan health
seeking behavior pada mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulian Effendi, dkk
(2022) juga menyimpulkan bahwa dengan psikoedukasi melalui media sosial dapat secara
signifikan menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres pada remaja korban perundungan.

Anda mungkin juga menyukai