Profitability
analysis
kelompok 9
1 LAODE MARZA DINUL FIKRA [ B1B122129]
4 SALMAWATI [ B1B122163]
• Harga Mark-up
Di sini, angka tetap atau persentase dari total biaya suatu produk
ditambahkan ke harga akhir produk untuk mendapatkan harga jual suatu
produk.
Persentase Mark Up = ((Harga Jual – Total Biaya) / Total Biaya) x 100
METODE PENETAPAN HARGA
Metode Penetapan Harga Berorientasi Pasar
kategori ini ditentukan berdasarkan riset pasar
• Perceived-Value Pricing
Dalam metode ini, produsen menetapkan biaya dengan mempertimbangkan pendekatan
pelanggan terhadap barang dan jasa, termasuk elemen lain seperti kualitas produk, iklan,
promosi, distribusi, dll. yang memengaruhi sudut pandang pelanggan.
• Penetapan harga nilai
Dalam metode ini, perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tetapi harganya
rendah.
• Going-Rate Pricing
Dalam metode ini, perusahaan meninjau tarif pesaing sebagai dasar dalam menentukan tarif
produk mereka. Biasanya harga produk akan kurang lebih sama dengan kompetitor.
• Harga Jenis Lelang
Dengan lebih banyak penggunaan internet, metode penetapan harga kontemporer ini
berkembang dari hari ke hari. Banyak platform online seperti OLX, Quickr, eBay, dll.
Menggunakan situs online untuk membeli dan menjual produk ke pelanggan.
• Harga Diferensial
Metode ini diterapkan ketika harga harus berbeda untuk kelompok atau pelanggan yang
berbeda. Di sini, harga mungkin berbeda menurut wilayah, area, produk, waktu, dll.
Contoh kasus perhitungan cost plus pricing method di bawah ini:
Seorang kontraktor bangunan menghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima
buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan rincian sebagai berikut:
Contoh perhitungan rumus rasio profitabilitas ROA dengan memakai data laporan
keuangan sebuah perusahaan.
Diketahui: laba bersih perusahaan sebesar Rp180.000.000 dan total aset
Rp20.000.000, maka hitunglah ROA perusahaan.
ROA = Laba Bersih : Total Aset
ROA = 180.000.000 : 20.0000.000 = 9%
Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas
• Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity Ratio)
Rumus Return On Equity sebagai berikut.
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : ekuitas Pemegang saham
Contoh perhitungan menggunakan rumus rasio profitabilitas return on equity
ratio (ROE):
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017,
PT Megah Sejahtera yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih
setelah pajak sebesar Rp500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah
sebanyak Rp800 juta.
Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT Megah
Sejahtera?
ROE = Laba bersih setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
ROE = Rp500.000.000 : Rp800.000.000
ROE = 62,5%
• Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales Ratio)
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%
•
Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas
Laba per Saham (EPS) = (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) : Jumlah Saham yang
Beredar
Laba per Saham (EPS) = (1.000.000.000 – Rp100.000.000) : 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900.000.000 : 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900,-
Jadi Laba per Saham atau Earning per Share (EPS) PT Setia Merdeka adalah sebesar
Rp900.
Customer Profitability Analysis (CPA)
Hilton et al. (2003: 159) mendefinisikan Customer Profitability Analysis adalah
pendekatan manajemen biaya yang mengidentifikasikan biaya dan manfaat dari
pelayanan kepada pelanggan atau kelompok pelanggan tertentu untuk
meningkatkan profitabilitas organisasi (perusahaan) secara keseluruhan. Customer
Profitability Analysis (CPA) adalah analisis dan pelaporan pendapatan yang
diperoleh dari pelanggan dan biaya–biaya yang terjadi untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Analisis profitabilitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai
suatu proses analisis yang meliputi pengidentifikasian pendapatan biaya dan laba
ke setiap individu customer atau kelompok customer.
Contoh Kasusnya:
Perusahaan Best Buy adalah perusahaan ritel yang menjual produk fashion secara
online. Perusahaan ini memiliki berbagai pelanggan yang berbelanja melalui platform
e-commerce mereka. Dalam rangka menganalisis profitabilitas pelanggan, perusahaan
tersebut mengumpulkan data penjualan dan biaya terkait untuk setiap pelanggan.
Berikut adalah contoh data untuk dua pelanggan:
Pelanggan A:
- Pendapatan dari penjualan: $10.000
- Biaya barang yang terjual: $4.000
- Biaya operasional: $2.000
Pelanggan B:
- Pendapatan dari penjualan: $8.000
- Biaya barang yang terjual: $3.000
- Biaya operasional: $1.500
Untuk menghitung laba kotor, kita dapat mengurangi biaya barang yang terjual dari
pendapatan penjualan:
Laba kotor Pelanggan A = Pendapatan penjualan - Biaya barang yang terjual
= $10.000 - $4.000
= $6.000
Laba kotor Pelanggan B = Pendapatan penjualan - Biaya barang yang terjual
= $8.000 - $3.000
= $5.000
Selanjutnya, untuk menghitung laba bersih, kita perlu mengurangi biaya operasional
dari laba kotor:
Laba bersih Pelanggan A = Laba kotor - Biaya operasional
= $6.000 - $2.000
= $4.000
Laba bersih Pelanggan B = Laba kotor - Biaya operasional
= $5.000 - $1.500
= $3.500
Dalam studi kasus ini, Pelanggan A menghasilkan laba kotor sebesar $6.000 dan laba
bersih sebesar $4.000, sementara Pelanggan B menghasilkan laba kotor sebesar
$5.000 dan laba bersih sebesar $3.500.
Dari analisis ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Pelanggan A lebih menguntungkan
daripada Pelanggan B, baik dari segi laba kotor maupun laba bersih. Informasi ini
dapat membantu perusahaan Best Buy dalam mengidentifikasi pelanggan yang paling
menguntungkan dan mengarahkan sumber daya mereka untuk meningkatkan
hubungan dengan pelanggan tersebut.