Anda di halaman 1dari 40

Biaya Produksi dan Matematika Uang Atau Cara Menghitung Biaya Produksi

Dalam dunia bisnis, banyak hal yang perlu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan. Antara
lain mengenai kemampuan melihat peluang, kemampuan untuk menghadapi resiko,
mengetahui bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan kendala / masalah dalam bisnis,
serta bagaimana cara agar mampu menciptakan inovasi-inovasi baru untuk menyelesaikan
permasalahan konsumen. Untuk memulai usaha, modal awal untuk memulai usaha memang
merupakan hal utama yang harus dipikirkan. Namun selain itu, tentu masih banyak hal lain
yang tidak dapat terlepas dari bagian memiliki usaha.

Tujuan utama memiliki bisnis tentu untuk mendapatkan keuntungan. Namun untuk
mencapainya, tidak harus menggunakan cara yang salah demi memenuhi target keuntungan
perusahaan. Banyak pelaku bisnis yang menerapkan prinsip mengutamakan kualitas produk
maupun pelayanan kepada konsumen dengan baik sehingga mendapatkan profit bisnis yang
diharapkan.Untuk mendapatkan keuntungan, tentu setidaknya jenis usaha tersebut tidak
mengalami kerugian atau paling tidak minimal balik modal.

Sebelum menjalankan bisnis, memang diperlukan business plann yang baik, terutama strategi
dalam menjalankan usaha, serta menghadapi resiko untuk meningkatkan skala perusahaan
menjadi cakupan yang lebih besar (scale up).Untuk mendapatkan keuntungan bisnis yang
diharapkan, pelaku bisnis tentu sudah mengetahui bagaimana cara untuk mencapainya
berdasarkan business plan yang telah dibuat sebelumnya. Salah satu hal yang perlu dilakukan
adalah memperhitungkan mengenai biaya produksi. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa
biaya produksi adalah hal yang sepele sehingga menganggap remeh dan tidak
menyertakannya dalam perhitungan untung rugi sebuah usaha. Namun sebaliknya, biaya
produksi sangat penting dalam dunia bisnis. Perlu perhitungan yang tepat dan kalkulasi yang
akurat ditambah dengan perhitungan biaya produksi demi tercapainya keuntungan bisnis
yang diharapkan.

Biaya produksi juga didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
Analisis di dalam biaya produksi harus dibedakan menjadi dua jangka waktu, yaitu biaya
produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi yang dikeluarkan
oleh perusahaan dibedakan menjadi dua bagian pula, yaitu:

1. biaya eksplisit, yaitu pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran


dengan uang (cek) untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk barang ataupun jasa,

2. biaya tersembunyi (imputed costs), yaitu taksiran pengeluaran atas faktor-faktor produksi
yang dimiliki oleh perusahaan.

Berikut ini akan dibahas secara mendalam mengenai biaya produksi. Hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam perhitungan biaya produksi, jenis-jenis biaya produksi, cara melakukan
perhitungan biaya produksi, serta ulasan-ulasan lainnya mengenai biaya produksi yang disertai
contoh.

1. Pengertian Biaya

Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi.
Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini sudah terjadi
maupun belum terjadi. Menurut ilmu ekonomi, biaya terbagi menjadi dua yaitu biaya eksplisit
dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang terlihat secara fisik seperti uang.
Sedangkan biaya implisit adalah biaya-biaya yang tidak terlihat secara langsung yaitu misalnya
penyusutan barang modal.

2. Pengertian Biaya Produksi

Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang
maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi adalah
semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan
faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha.
Semua faktor-faktor produksi yang dipakai merupakan pengorbanan dari proses produksi dan
juga berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang digunakan
untuk memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya oportunis sendiri
merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki nilai maksimum yang menghasilkan
output dalam suatu penggunaan alternatif.

Tujuan Produksi

1. Berdasarkan pada kepintangan produsen, tujuan produksi adalah untuk menghasilkan


barang yang dapat memberikan laba. Tujuan tersebut dapat tercapai, jika barang atau jasa
yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa sasaran kegiatan produksi adalah melayani kebutuhan masyarakat atau untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara umum.
2. Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba dengan memperoleh
pendapatan dan membandingkannya dengan pengorbanan yang dilakukan atau bila
memungkinan pengorbanan yang seminimal mungkin. Dalam rangka mengetahui
beberapa besar jumlah laba yang diharapkan akan diperlukan suatu ukuran yang jelas baik
dari pendapatan maupun dari pengorbanan. Perusahaan industri yang mengolah bahan
baku menjadi barang jadi perlu mengetahui berapa besar pengorbanan yang telah
dilakukan terutama dalam proses produksinya.
Adapun bagian lain dari tujuan produksi ialah:
a. Untuk Pengendalian Biaya.
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan menetapkan beberapa cara, salah satunya
ialah dengan sistem biaya standar. Sistem ini ditetapkan atas dasar pengalaman pada masa
lalu dan penelitian secara alamiah.
b. Untuk Perencanaan dan Pengukuran prestasi Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat menetapkan kebijaksanaan pada masa yang
akan datang. Sebelum melaksanakan proses produksi langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik. Perencanaan mempunyai hubungan erat dengan pengawasan. Jadi,
pemakai sistem biaya standar dan pengawasannya dapat juga dipakai dalam perencanaan
biaya produksi. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kejadian-kejadian yang mungkin
timbul pada masa yang akan datang.
c. Untuk Penetapan Biaya
Sebelum hasil produksi di jual, maka terlebih dahulu ditetapkan harga jualnya, agar
perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan dalam penjualan produksinya. Dalam
kenyataan bahwa harga jual tidak selalu didasarkan pada biaya produksi karena masih ada
faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual Tandan Buah
Segar (TBS). Misalnya permintaan dan penawaran dan peraturan pemerintah. Tetapi
penetapan biaya produksi merupakan langkah pertama dalam menentukan harga jual
produksi sebelum mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Selain itu juga penentuan
biaya produksi merupakan hal yang mutlak dalam penentuan tingkat laba yang diinginkan.
d. Untuk Penilaian persediaan
Pada umumya proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi selalu terdapat
persediaan, Ini merupakan persyaratan untuk menetapkan harga pokok penjualan secara
cermat, dalam pelaporan perhitungan laba rugi. Oleh karena itu pada setiap periode
tertentu, persediaan harus dinilai agar dapat ditentukan laba rugi perusahaan. Disamping
penentuan biaya produksi, penting bagi pimpinan untuk keperluan analisis dan
pengambilan keputusan untuk memecahkan persoalan.

Fungsi Biaya Produksi

Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya
variabel ditentukan oleh besarnya produk yang dihasilkan sehingga biaya totalpun akan
ditentukan oleh besarnya produk yang dihasilkan. Sehingga, biaya total merupakan fungsi dari
produk atau Biaya (x) = f (produk = Y).

Fungsi biaya total mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Fungsi biaya total terletak di kuadran pertama karena jatah produksi Y dan biaya total X
positif.

Penggalnya dengan sumbu X positif, karena menunjukkan biaya tetap.

Setiap tambahan produksi Y akan menambah biaya produksi X, sehingga dy/dx positif dan
fungsi biaya total adalah menaik.

Sebagai fungsi biaya total dapat dipakai :

Fungsi linier sederhana : X = a + bY

Fungsi parabola kuadrat : X = a + b1Y + b2Y2

Fungsi kubik : X = a + b1Y – b2Y2 + b3Y3

Fungsi polinom pangkat tinggi : X = a + cYb


Fungsi Eksponensial : X = aebY

Perilaku biaya produksi menurut teori tradisional dibedakan dalam perilaku biaya jangka
pendek (Short Run) dan biaya jangka panjang (Long Run).

Pada perilaku biaya jangka pendek dikenal pemisahan biaya tetap dan biaya variabel,
sedangkan pada perilaku biaya jangka panjang semua biaya merupakan biaya variabel.

Kurva biaya total dan biaya per satuan produk secara teoritis merupakan kebalikan dari
perilaku kurva produksi

Untitled-6 Biaya

Perilaku Biaya Produksi

Adapun sifat-sifat kurva biaya per satuan produk dalam perilaku biaya produksi jangka
pendek adalah sebagai berikut :

Biaya tetap rata-rata (BTR) dengan bertambahnya produk menurun secara terus-
menerus mendekati sumbu horizontal secara asimtotik.

Biaya variabel rata-rata (BVR) dengan bertambahnya produk mula-mula menurun


kemudian menaik setelah mencapai minimumnya. Jika BVR minimum maka biaya marginal
(BM) = BVR. BVR mendekati kurva biaya rata-rata (BR) secara asimtotik.

BR dengan bertambahnya produk mula-mula menurun, kemudian menaik setelah


mencapai minimumnya. Jika BR minimum maka BM = BR.

BM dengan bertambahnya produk kurvanya mula-mula menurun kemudian menaik


setelah mencapai minimumnya. Jika BR dan BVR menurun dengan bertambahnya produk,
maka BM berada di bawah kurva BR dan BVR. Tetapi, jika BR dan BVR menaik maka BM akan
berada di atas kurva BR dan BVR tersebut

Dalam jangka panjang, maka perilaku biaya berbeda dengan perilaku biaya jangka pendek.
Hal ini penting dipahami mengingat pengambilan keputusan optimasi juga berbeda pada ke
dua perilaku biaya tersebut. Bentuk kurva biaya jangka panjang dikenal dengan Kurva Amplop
karena memang BR jangka panjang terlihat “mengamplopi” kurva-kurva biaya jangka pendek
dan gambar keseluruhan kurva seperti gambar sisi belakang amplop surat.
Adapun sifat-sifat kurvanya sebagai berikut :

BR jangka panjang dengan bertambahnya produk mula-mula menurun, kemudian menaik


setelah mencapai minimumnya. Kurva BR jangka panjang merupakan batas luar kurva BR
jangka pendek.

BM jangka panjang dengan bertambahnya produk mula-mula menurun, kemudian


menaik setelah mencapai minimum. Pada waktu BR jangka panjang menurun, maka BM
jangka panjang berada di bawah kurva BR jangka panjang serta BR dan BM jangka pendek.
Tetapi setelah BR jangka panjang menaik maka kurva BM jangka panjang berada di atas
ketiganya.

Waktu BR jangka panjang minimum maka kurva BR dan BM baik jangka pendek maupun
jangka panjang adalah sama.

Produksi atas dasar pesanan

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya


atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan ini mengumpulkan biaya
produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan (Job order cost methode).

Produksi masa

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan


produknya untuk memenuhi persediaan di gudang yang umumnya produknya berupa
standar.

Perusahaan ini mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode harga pokok
proses (Process cost methode). Dalam metode, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
periode tertentu dan harga pokok produk persatuan produk yang dihasilkan dalam periode
tersebut, dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

Konsep Biaya

Berkaitan dengan konsep ini, kita mengenal biaya eksplisif (explicit cost)dan biaya implisit
(implicit cost).Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama
melalui laporan keuangan.Biaya listrik, telepon dan air, demikian juga pembayaran upah
buruh dan gajih karyawan merupakan biaya eksplisit.Kita dapat melihatnya dalam laporan
keuangan.Biaya implisit adalah biaya kesempatan (apportunity cost).

1) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga kerja per
orang atau per satuan waktu.Harga tenaga kerja adalah upahnya (per jam atau per hari). Bagi
ekonom upah pekerja adalah biaya eksplisit, dengan asumsi upah yang dibayarkan adalah
sama besar dengan upah yang diterima tenaga kerja bila bekerja di tempat yang lain. Asumsi
ini terpenuhi di pasar tenaga kerja persaingan sempurna.Nota untuk upah adalah w.

2) Biaya Modal Barang

Ekonom melihat biaya barang modal sebagai biaya implisit. Biaya ekonom penggunaan
barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya,
melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kwpada pengusaha
lain. Karena itu biaya barang modal diukur dengan harga sewa mesin, dinotasikan r.

3) Biaya Kewirausahaan

Wirausahawan (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai faktor produksi


untuk ditransformasikan mh

henjadi output berupa barang dan jas. Dalam upaya tersebut, dia harus menanggung risiko,
pengusaha mendapat balas jasa berupa laba.Begitu juga sebaliknya. Pengertian laba yang
digunakan ekonom adalah laba ekonomi (economic profit), yaitu kelebihan pendapatan yang
diperoleh disbanding jika melihat alternatif lain.

Biaya Produksi dan Biaya non Produksi

Biaya produksi berbeda dengan biaya non produksi. Perbedaannya adalah biaya non produksi
merupakan biaya yang erat kaitannya dengan fungsi pengembangan, pemasaran / distribusi,
layanan pelanggan, desain maupun administrasi pada umumnya. Menurut ilmu ekonomi,
biaya non produksi dapat dibagi kedalam dua kategori yakni biaya penjualan yang melingkupi
tentang biaya pemasaran / distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan. Serta yang kedua
adalah mengenai administrasi yang melingkupi biaya pengembangan, adminitrasi umum dan
pengembangan.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi

2. Bahan-bahan pembantu atau penolong

3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.

4. Penyusutan peralatan produksi

5. Uang modal, sewa

6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik,
biaya keamanan dan asuransi.

7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan.

8. Pajak.

Komponen Biaya Produksi

Berdasarkan komponen yang menyusunnya, biaya produksi meliputi unsur-unsur:

(a) bahan baku atau bahan dasar, termasuk bahan setengah jadi;

(b) bahan-bahan pembantu atau bahan penolong;

(c) upah tenaga kerja tidak terdidik dan tenaga kerja terdidik;

(d) penyusutan peralatan produksi;

(e) bunga modal;

(f ) sewa (gedung atau peralatan yang lain);

(g) biaya pemasaran, seperti biaya penelitian dan analisis pasar produk, biaya angkutan dan
pengiriman, dan biaya reklame atau iklan;

(h) pajak perusahaan.

Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu


1. Biaya Eksplisit

Biaya Eksplisit ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh faktor produksi
(nilai dan semua input yang dibeli untuk produksi). Pembayarannya berupa uang untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan perusahaan.
Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll.

2. Biaya Implisit

Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah taksiran biaya atas faktor
produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses produksi
yang dimiliki oleh perusahaan.

Contoh: Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.

Berdasarkan jangka waktunya, biaya produksi di bedakan menjadi 2 yaitu :

1. Jangka Waktu Pendek.

Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak
dapat di tambah jumlahnya.

teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:

a. Biaya Total (Total Cost / TC)

1. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel
dan Biaya Tetap.

TC= TVC + TFC

Biaya Total (Total Cost) / TC

2. Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC
Contoh:

Diketahui : FC = Rp 120.000,00 VC = Rp 240.000,00

Ditanya : TC = …

Penyelesaian : TC = FC + VC

= 120.000 + 240.000

= 360.000

b. Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost / TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel
atau dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.

Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan.

Contoh :

Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dll.

TVC= TC-TFC

c. Biaya Tetap (Total Fixed Cost / TFC)

1. Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.

Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.

Contoh:

Biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.

TFC=TC-TVC

2. Biaya Tetap (Fixed Cost) / FC

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Sebagai contoh
adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi, biaya abonemen telepon bulanan. Biaya tetap
dapat dihitung sama seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan rumus menghitung biaya
total. Penuruanan rumus tersebut, adalah: TC = FC + VC
FC = TC – VC

Contoh:

Diketahui: VC = 600.000 TC = 720.000

Ditanya : FC = …

Penyelesaian: TC = FC + VC

720.000= FC + 600.000

FC = 720.000 – 600.000

= 120.000

d. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost / ATC)

1. BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah
Produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q). Atau Biaya total/total cost (TC) adalah
jumlah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut.

TC = FC + VC

FC TC = biaya total (total cost)

= biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variable cost)

Persamaan tersebut jika digambarkan kedalam kurva akan tampak seperti Kurva 1. berikut.
Kurva 1. Biaya Total (Total Cost), Biaya Variabel (Variable Cost), dan Biaya Tetap (Fixed Cost)

2. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost) / ATC

Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk memproduksi
sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi oleh perusahaan. Biaya total
rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: ATC = atau ATC
= AFC + AVC

Contoh:

Diketahui : FC = Rp 120.000,00 VC = Rp 240.000,00

Ditanya : TC = …

Penyelesaian : TC = FC + VC

= 120.000 + 240.000

= 360.000

e. Biaya Variabel rata-rata (Average Variabel Cost / AVC)

1. Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan
jumlah produksi tertentu(Q).

AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

AVC=ATC-AFC

2. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variabel Cost) / AVC

Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC) untuk
memproduksi sejumlah baran (Q) dibagi dengan jumlah produksi tertentu. Biaya variabel
rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: AVC =

f. Biaya tetap Rata –rata (Average Fixed Cost / AFC)

1. Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah
produksi tertentu (Q).

AFC=TFC/Q

Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

AFC=ATC-AVC

2. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost) / AFC

Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi
sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tetap rata-
rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AFC =

g. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)

1. Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output atau biaya
marjinal/marginal cost (MC) adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu
unit produk yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan produksi yang
dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasil kannya. MC
dapat dihitung dengan cara membagi tambahan TC (ΔTC) dengan tambahan Q (ΔQ).

Jadi, MC dapat dirumuskan sebagai berikut.

MC = biaya marjinal (marginal cost)

TC = perubahan biaya total (total cost)

Q = perubahan kuantitas barang dan jasa


Persamaan AC dan MC dapat dilihat dalam Kurva 2. berikut.

Kurva 2. Biaya Marjinal dan Biaya Rata-Rata.

Untuk memperjelas perhitungan biaya rata-rata, biaya total dan biaya marjinal dapat terlihat
pada Tabel 1. berikut.

Tabel Perhitungan Biaya Total, Biaya Rata-Rata, dan Biaya Marjinal

Q TC AC MC

10 60 6 –

20 80 4 2

30 95 3,16 1,50

40 105 2,63 1

50 117 2,34 1,20

60 132 2,20 1,50

70 152 2,17 2

80 177 2,21 2,50


Berdasarkan Tabel 1. tersebut, AC menunjukkan penurunan (perhatikan ketika Q dari 60
menjadi 70). Akan tetapi setelah Q = 70, AC juga menunjukkan kenaikan. Untuk MC, mula-
mula (sampai dengan Q = 40) menunjukkan penurunan. Akan tetapi setelah Q = 40, MC sudah
mulai naik, sementara AC masih menurun. Ketika Q = 80, ternyata MC sudah berada di atas
AC.

2. Biaya Marginal (Marginal Cost) / MC

Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan (incremental cost). Biaya
marginal merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi
sebanyak satu unit keluaran tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: MCn =

Jumlah Produksi Biaya Variabel

15 600.000

19 720.000

Contoh:

Maka cara menghitung biaya marginal dari tabel di atas adalah :

MC = = 30.000

Jadi, biaya marginalnya adalah 30.000.

2. Jangka Waktu Panjang

Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat
berubah – ubah. Sebagaimana telah dikemukakan dalam konsep produksi jangka panjang,
bahwa dalam produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi,
tidak ada input tetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap
sebagai biaya variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang,
perusahaan dapat menambah semua faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh
perusahaan. Jangka panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan, yaitu jumlah daripada faktor-faktor produksi yang digunakan oleh
perusahaan dapat ditambah apabila memang dibutuhkan. Faktor-faktor produksi tersebut
adalah: faktor pasar, faktor bahan mentah, faktor fasilitas angkutan, dan faktor tenaga kerja.
Untuk menjelaskan konsep biaya jangka panjang yang diturunkan dari jalur perluasan jangka
panjang, perhatikan contoh berikut. Bayangkan bahwa suatu perusahaan tertentu hanya
menggunakan dua jenis input, yaitu input modal (K), dan input tenaga kerja (L).

Perusahaan mula-mula menggunakan kombinasi input K dan L yang optimum yaitu : K=7 dan
L=10 untuk memproduksi output sebesar Q1=100 unit.

Harga dari setiap input modal dan tenaga kerja, masing-masing adalah sebesar: r=$10 per unit
modal, dan w = $5 per unit tenaga kerja.

Dengan demikian pada tingkat produksi Q1=100 unit, perusahaan mengeluarkan biaya total
jangka panjang (LTC) = Rk + wL = ($10)(7) + ($5)(10) = $120.

Serupa dengan konsep biaya jangka pendek, kita dapat menghitung biaya rata-rata jangka
panjang (LAC) dan biaya marginal jangka panjang (LMC). Dengan konsep serupa perusahaan
terus berkembang dalam usaha atau produksi melalui beroperasi pada titik-titik
keseimbangan produsen yang meminimumkan biaya penggunaan input-input. Garis yang
menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen sepanjang waktu ini desebut sebagai jalur
perluasan jangka panjang. Berikut merupakan jalur perluasan jangka panjang dari
perusahaan.

Berikut adalah bentuk umum dari kurva LMC dan LAC.

Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :

Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.

Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC

Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)

∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang.

a. Biaya Marjinal jangka panjang

Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.

Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.

Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)

∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang

∆Q= Perubahan Output

b. Biaya Rata – rata

Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q

Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)

Q = Jumlah output.

3. Jenis – Jenis Biaya Produksi

Jenis-jenis biaya produksi menurut perilakunya dalam hubungannya dengan volume


kegiatan. Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya tergantung pada
pemahaman yang menyeluruh mengenai hubungan antara terjadinya biaya dan kegiatan
bisnis. Telaah dan analisis yang cermat, yang mempengaruhi kegiatan bisnis terhadap biaya
umumnya akan menghasilkan penggolongan setiap jenis pengeluaran ke dalam biaya tetap,
variable, biaya semi variable, biaya bahan baku, biaya semi variable, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.

1. Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)

Menurut Carter dan Usry yang dialihbahasakan oleh Krista (2004; 58) disebutkan
bahwa :

“Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis
meningkat atau menurun.”

Sedangkan menurut Hansen & Mowen yang dialihbahasakan oleh Ancella A.


Hermawan (2000; 85) disebutkan bahwa :

“Biaya tetap adalah biaya yang tetap sama dalam jumlah seiring dengan kanaikan atau
penurunan keluaran kegiatan.”

Jadi, dari beberapa pengertian di atas penyusun simpulkan bahwa biaya tetap
adalah biaya yang sifatnya tetap walaupun kegiatan produksi berubah-ubah. Meskipun
beberapa jenis biaya tampak tetap, namun dalam jangka panjang semua biaya adalah
variable. Jika semua kegiatan bisnis menurun sampai nol dan tidak ada prospek bagi kegiatan
tersebut untuk meningkat, perusahaan akan melakukan likuidasi, dengan demikian
perusahaan akan menghindari semua biaya. Jika kegiatan diharapkan meningkat sampai
melebihi kapasitas yang ada saat ini, biaya tetap harus ditingkatkan untuk mengimbangi
kelebihan volume tersebut. Contoh biaya tetap : beban penyusutan, beban sewa, asuransi
kekayaan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.

Jika manajemen mengharapkan permintaan atas produk perusahaan akan


meningkat sampai melebihi kapasitas dari fasilitas produksi saat ini, maka manajemen harus
mengupayakan tambahan pabrik dan peralatan, dan mungkin tenaga kerja. Akibatnya,
perusahaan akan mengalami peningkatan biaya tetap untuk itu jenis pengeluaran tertentu
harus digolongkan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang kegiatan yang terbatas. Rentang
kegiatas yang terbatas ini disebut rentang yang relevan. Total biaya tetap akan berubah di
luar rentang kegiatan yang relevan. Perubahan biaya tetap pada tingkat kegiatan yang
berbeda dan rentang yang relevan digambarkan dalam gambar berikut ini.

2. Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)

Menurut Carter dan Usry yang dialihbahaskan oleh Krista (2004; 59) disebutkan bahwa :

“ Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proposional
terhadap peningkatan dalam aktivitas, dan menurun secara proposional terhadap penurunan
dalam aktivitas.”

Sedangkan menurut Hansen & Mowen yang dialihbahaskan oleh Ancella A. Hermawan (2000;
85) disebutkan bahwa :

“biaya variabel adalah biaya yang meningkat dalam total seiring dengan peningkatan keluaran
kegiatan dan menurun dalam total seiring dengan penurunan keluaran kegiatan.”

Jadi, dari pengertian di atas penulis simpulkan bahwa biaya variabel adalah biaya yang secara
total berubah proposional seiring dengan perubahan kegiatan produksi.

Biaya variabel meliputi biaya bahan langsung, pekerja langsung, bahan penolong tertentu,
biaya pengerjaan ulang. Biasanya biaya variabel dapat secara langsung diidentifikasikan
dengan kegiatan yang mengakibatkan adanya biaya tersebut. Contoh biaya variabel : bahan
material, bahan bakar, upah buruh langsung, biaya energi, reklamasi, biaya lembur.
Jenis biaya variabel dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Biaya Variabel Total atau Total Variable Cost (TVC)

Biaya variabel total merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi
output dalam jumlah tertentu untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga
kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000.
Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses
produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang yang diperlukan. Oleh
sebab itu, biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja
yang digunakan.

2. Biaya Variabel Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)

Biaya variable rata-rata merupakan nilai biaya yag diperoleh dari perhitungan biaya variable
dibagi dengan jumlah produksi.

Perhitungan Biaya Variabel Rata-rata

Jumlah Produksi (Q) Biaya Variabel (TVC) Biaya Variabel Rata-rata


(Unit) (Rp) (AVC=TVC:Q) (Rp)

10 550 55
20 650 32,5
30 750 25
40 850 21,25
50 950 19
60 1055 17,5
70 1150 16,4
80 1250 15,6
90 1350 15
100 1450 14,5

Dalam praktiknya, hubungan antara kegiatan produksi dan biaya variabel yang
ditimbulkannya biasanya dianggap seakan-akan bersifat linear. Total biaya variabel dianggap
meningkat dalm jumlah yang konstan untuk peningkatan setiap unit kegiatan. Namun,
hubungan yang sebenarnya sangat jarang bersifat linear secara sempurna pada seluruh
rentang relevan yang memungkinkan. Misalnya, pada saat volume kegiatan meningkat
sampai ke tingkat tertentu, barangkali manajemen akan menambah mesin produksi yang
baru. Akibatnya, biaya kegiatan per unit akan berbeda-beda pada berbagai tingkat kegiatan.
Meskipun demikian, dalam rentang relevan tertentu, hubungan antara kegiatan dan biaya
variabelnya kurang lebih bersifat linear. Hubungan ini ditunjukan dalam gambar 2.2 dibawah
ini. Garis B menggambarkan biaya variabel aktual pada semua tingkat kegiatan, dan garis A
menunjukan biaya produksi variabel yang dihitung pada semua tingkat kegiatan yang
ditentukan berdasarkan observasi pada rentang relevan.

Adapun sifat-sifat biaya variabel adalah sebagai berikut:

1) Biaya ini mudah digunakan oleh bagian-bagian perusahaan yang bersangkutan.


Penggolongan biaya berdasarkan hubungan dengan masa pembukuan adalah sebagai
berikut:

a. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure). Pengeluaran yang dilakukan untuk


memperoleh penghasilan dalam masa pembukuan perusahaan yang bersangkutan dan
dibebankan sebagai biaya.

b. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure). Pengeluaran modal ini tidak seluruhnya


dibebankan sebagai biaya dalam masa pembukuan di mana pengeluaran biaya terjadi.

Pada waktu pengeluaran modal itu terjadi, maka pengeluaran tersebut dimasukkan sebagai
kekayaan dalam bentuk harta (aktiva). Sedangkan penyusutan dari harta ini secara bertahap
setiap tahun pembukuan dibebankan sebagai unsur biaya.

2) Besarnya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan perusahaan.

a. Proporsional atau sebanding. Besarnya kegiatan usaha naik, maka jumlah biaya variabel
juga naik. Kenaikan ini sama besarnya. Misalnya, besarnya kegiatan perusahaan naik 10%,
maka besarnya biaya variabel juga naik 10%.

b. Progresif atau semakin besar. Jika kegiatan usaha meningkatkan biaya variabel juga
meningkat, tetapi juga peningkatan kegiatan usaha lebih kecil dari peningkatan biaya variabel.
Misalnya besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan besarnya biaya variabel naik
12%
c. Degresif atau semakin kecil. Jika kegiatan usaha meningkat, maka biaya variabel juga
meningkat. Namun, besarnya kenaikan kegiatan usaha lebih besar dari pada besarnya
kenaikan biaya variabel.

Misalnya besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan besarnya variabel hanya naik
8% (makin kecil).

3. Biaya Semi Variabel

Menurut Carter dan Usry yang dialihbahasakan oleh Krista (2004;60) disebutkan bahwa :

“Biaya semi variabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik dari
biaya tetap maupun biaya variable.”

Sedangkan menurut Hansen & Mowen yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan
(2000; 85) disebutkan bahwa :

“ biaya semi variabel (campuran) adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap dan
variabel.”

Dari pengertian di atas penyusun simpulkan bahwa biaya semi variabel merupakan biaya yang
mengandung sifat biaya tetap dan variabel. Misalnya, bahan bakar, pemeliharaan, biaya
pensiun, pajak atas upah, dan perjalanan serta hiburan.

Biaya semivariabel digambarkan dalam gambar 2.3 dibawah ini. Garis C pada gambar
tersebut menunjukkan biaya actual pada semua tingkat produksi. Dalam gambar ini, garis
biaya aktual (garis C) tidak linier. Ini bisa terjadi karena penggunaan teknik atau peralatan
produksi yang berbeda dan atau karena tingkat penggunaan kapasitas yang berbeda pada
tingkat produksi yang berbeda. Garis putus-putus merupakan garis lurus dan menunjukkan
jumlah unsur tetap dan variabel dari semi variabel ( garis A dan B) pada semua tingkat
kegiatan yang ditentukan berdasarkan observasi dalam rentang relevan. Apabila garis B dan
garis C yang tidak terputus terhimpit, maka asumsi linier sangat mendekati hubungan yang
sebenarnya. Daerah yang berhimpitan ini merupakan rentang yang relevan. Penggunaan
biaya tetap dan tariff biaya variabel yang telah dihitung untuk memperkirakan biaya pada
setiap tingkat kegiatan diluar rentang yang relevan akan menghasilkan estimasi yang tidak
dapat diandalkan.
4. Biaya bahan baku (direct material Cost)

Merupakan bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu
macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan.

5. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost)

Merupakan biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan didayagunakan
dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara langsung diterjunkan dalam
kegiatan produksi menangani segala peralatan produksi dan usaha itu dapat terwujud.

6. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)

Umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya
pabrik lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.

Elemen-elemen dari biaya Overhead Pabrik yaitu :

1. Biaya bahan penolong

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung

3. Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap

4 . Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin

5. Biaya listrik dan air pabrik

6 . Biaya asuransi pabrik

7. Operasi lain-lain

Penggolongan Biaya

Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistimatis atas seluruh

elemen yang ada dalam golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk memberikan

informasi yang penting. Pengelompokan biaya dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak

dicapai dengan penggolongan tersebut. Biaya dapat digolongkan berdasarkan:


1. Objek pengeluaran.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

4. Jangka waktu manfaatnya.

5. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Berikut ini adalah uraian mengenai penggolongan biaya di atas :

1.Penggolongan biaya berdasarkan objek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh
penggolongan biaya atas objek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai
berikut “ biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi
mesin, biaya asumsi, biaya bunga, biaya zat warna”.

2.Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produk, fungsi pemasaran,
dan fungsi administrasi umum, oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur biaya dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum. Yang dimaksud biaya produksi adalah biaya-biaya yang timbul
untuk mengelola bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah
biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian (baik langsung maupun tidak langsung berhubungan proses produksi).
Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik,
sedangkan yang dimaksud dengan biaya pabrik pemasaran adalah biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah iklan, biaya
promosi dan biaya contoh produk (sampel).
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya
gaji karyawan, biaya kegiatan keuangan, dan biaya akuntansi dan personalia.

3.Penggolongan Biaya berdasarkan Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai.

Biaya dapat berupa produk untuk departemen dalam hubungannya dengan sesuatu
yang dibiayai dapat dikelompokan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost). Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang terjadi,
yang penyebab satu-satunya adalah kerena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung
akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.Sedangkan biaya tidak
langsung, adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overheadpabrik.Biaya ini tidak mudah
diindentifikasikan dengan pokok tertentu.Contohnya adalah biaya penyusunan barang
pabrik.

4. Cara Menggambar Biaya Produksi

Cara menggambar biaya produksi dimaksudkan adalah bagaimana biaya produksi


digambarkan dalam sebuah kurva baik peningkatan maupun penurunan biaya produksi.
Menggambar biaya produksi dapat dilakukan dengan ;

Metoda Statistik:

Biaya Semi Variabel dipecah menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan
metoda kuadrat terkecil yaitu:

Trend garis biaya variabel diperoleh dengan menarik garis trend yang melalui biaya semi
variabel pada berbagai tingkat aktifitas.

Y= Px + Q

Y = Ax

Pakai persamaan kurva linier :

Dimana: Y = Biaya
A = Parameter Yg Menerangkan Hub. Y Dengan X

P = Laju Peubah (Variable Rate)

X = Variabel Fisik (Tingkat Aktifitas)

Q = Komponen Tetap

Pergeseran pada kurva biaya produksi ditentukan oleh dua faktor:

1. Teknologi itu sendiri

Esensinya, perubahan teknologi akan berpengaruh terhadap produktifitas dan sekaligus


biaya. Perubahan teknologi yang menyebabkan meningkatkan produktifitas; menyebabkan
turunnya average dan marginal product atau pergeseran ke atas kurva MP dan AP dan
sekaligus pergeseran ke bawah MC dan AC. Jika perubahan teknologi menyebabkan
pergeseran input kepada modal, maka FC meningkat dan VC menurun. Pada kasus ini ATC
meningkat pada awalnya dan semakin menurun pada tingkat output yang lebih tinggi.

2. Harga input/biaya produksi

Peningkatan biaya input akan menggeser ke atas kurva kurva biaya. Meningkatnya fixed cost
menggeser ke atas kurva total cost (TC ) dan average total cost (ATC ) tetapi tidak untuk kurva
marginal cost (MC ). Bila peningkatan terjadi pada variable cost semua kurva termasuk
marginal cost (MC) akan bergeser ke atas.

5. Kapasitas Produksi

Kapasitas adalah suatu ukuran kemampuan produktif suatu fasilitas per unit waktu selain itu
kapasitas juga mempunyai arti suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam
periode tertentu, dan merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu.
Untuk berbagai keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang
berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production schedul).
Hubungan antara kapasitas dan jadwal-jadwal induk adalah sangat penting. Karena jadwal
produksi mencerminkan apa yang akan diproduksi suatu perusahaan (tidak perlu apa yang
akan dijual), kemampuan untuk memenuhi rencana ini tergantung pada kapasitas yang
tersedia sekarang atau dalam jangka pendek di waktu mendatang, atau tergantung pada
kemampuannya untuk memperluas kapasitas ini dalam jangka waktu lebih panjang. Jadwal
produksi yang realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan
seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan komitmen
hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan sumberdaya-
sumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu tertentu. Karena
pentingnya hubungan tersebut.

Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan sebutan
persamaan, seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan
satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan
dalam satuan seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Dalam praktek, diantara pengertian-
pengertian kapasitas diatas, perusahaan biasanya menggunakan kapasitas nyataatau
kapasitas pengoperasian yang ditentukan dari laporan-laporan atau catatan pusat kerja.

Kapasitas dibedakan antara tiga level yang berbeda, antara lain :

1. Kapasitas Potensial, (Potential Capacity) ialah kapasitas yang dapat diadakan dalam
horizon keputusan eksekutif senior.

2. Kapasitas Segera, (Immediete Capacity) ialah kapasitas yang dapat disediakan dalam
periodeanggaran sekarang.

3. Kapasitas Efektif, (Effective Capacity) ialah kapasitas yang digunakan didalam periode
anggaran sekarang. (Lockyer, et.all, 1987)

Beberapa definisi kapasitas secara umum dapat diperinci antara lain :

a. Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu, untuk mana pabrik dirancang.

b. Rated Capacity,yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa
fasilitassecara teoritis mempunyai kemampuan memproduksinya.

c. Standart Capacity , yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai
sasaran bagi manajemen, supervisi, dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar
penyusunan anggaran. Kapasitas standart adalah sama dengan rated capacity
dikurangicadangan keperluan pribadi standart, tingkat sisa (scrap) standart, berhenti untuk
pemeliharaan standart, cadangan untuk pengawasan kualitas standart dan sebagainya. Teori
Biaya produksi menurut jangka waktunya, dibedakan menjadi 2 yakni:
Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek

Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal
yang bersifat mendadak dimasa yang akan datang, misalnya untuk memenuhi permintaan
yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek. Menghadapi kondisi
diatas jika kapasitas produksi tidak mampu memenuhi maka perusahaan dapat melakukan
sub-kontrak kepada perusahaan lain pada saat terjadi lonjakan jumlah permintaan. Jika
perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek maka ada lima cara yang
dapat dilakukan :

1. Meningkatkan jumlah sumber daya

2. Memperbaiki penggunaan sumber daya

3. M emodifikasi produk

4. Memperbaiki permintaan

5. Tidak memenuhi permintaan

Adapun dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu yang di mana sebagian faktor
produksi tidak dapat di tambah jumlahnya. Teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek,
yakni:

a. Biaya Total dan Jenis-jenis Biaya Total


- Biaya total (Total Cost/TC) yaitu biaya yang meliputi keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendanai aktivitas produksi.
Rumus : TC=TFC+TVC
- Biaya tetap total (Total Vixed Cost/TFC) yaitu biaya yang meliputi perbelanjaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang tetap jumlahnya, artinya biaya ini besarnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan. Contoh: biaya telepon, Biaya Pemeliharaan
Bangunan, biaya penyusutan, adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak
mengalami perubahan dalam jangka pendek
TFC = TC-TVC
- Biaya berubah total (Total Variabel Cost/TVC) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai
dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka
semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga
kerja, bahan bakar,dll.
TVC = TC-TFC
Tabel 1.1 Biaya Total (Ribuan Rupiah)
Jumlah Jumlah TFC TVC TC
pekerja produksi
(Q)
0 0 50 0 50
1 2 50 50 100
2 6 50 100 150
3 12 50 150 200
4 20 50 200 250
5 27 50 250 300
6 33 50 300 350
7 38 50 350 400
8 42 50 400 450
9 45 50 450 500
10 47 50 500 550

Biaya total produksi atau lebih di kenal total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya
yang harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan proses produksi, sebagai aktivitas
utama untuk menghasilkan suatu produk. Dalam jangka pendek, total cost sangat di tentukan
oleh input- input produksi baik secara kuantitas maupun kualitas. Dimana input – input
produksi tersebut dapat memberikan konsekuensi pembiayaaan bersifat tetap dan bersifat
variabel.
Pembiaayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC) Biaya tetap
total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya wajib di keluarkan oleh
produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi. Jika biaya tetap tersebut tidak di
keluarkan, maka konsekuensinya dapat menghambat jalannya proses produksi yang lainnya.
Membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang
dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek.
Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya yang harus
dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya berubah biasanya
merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai dan tergantung pada
skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain semakin besar skala proses produksi,
biaya variabel semakin besar. Tetapi jika skala proses produksi relatif kecil maka biaya varibel
yang di keluarkan menjadi relatif kecil juga.
b. Biaya Rata-rata Dan Marjinal
- Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC) biaya tetap yang dibelanjakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi
AFC =
- Biaya berubah rata- rata (Average Variabel Cost/AVC) biaya variabel yang dibelanjakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi
AVC =
- Biaya total rata-rata (Average Cost/AC) keseluruhan biaya yang digunakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi.
ATC =
Q = total Output
- Biaya Marginal (Marginal Cost / MC) Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah satu unit output.
MCn = TCn – TCn-1
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n;
TCn adalah biaya total pada waktu jumlah produksi n;
TCn-1 adalah biayatotal pada waktu jumlah produksi n-1.
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MCn = ∆TC/∆Q
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n;
∆TC adalah pertambahan jumlah biaya total;
∆Q adalah pertambahan jumlah produksi.
Akan tetapi pada umumnya pertambahan satu unit faktor produksi akan menambah beberapa
unit produksi, sebagai contoh, perhatikan tabel 1.2
Tabel 1.2 Biaya Rata-Rata (Ribuan Rupiah)”
Jumlah
Jumlah
pekerja
produksi TFC TVC TC AFC AVC ATC MC
(Q)

0 0 50 0 50 - - - -
1 2 50 50 100 25 25 50 25
2 6 50 100 150 12.5 16.7 25 12.5
3 12 50 150 200 8.3 12.5 16.7 8.3
4 20 50 200 250 6.25 10 12.5 6.25
5 27 50 250 300 7.1 9.3 11.1 7.1
6 33 50 300 350 8.3 9.1 10.6 8.3
7 38 50 350 400 10.0 9.2 10.5 10.0
8 42 50 400 450 12.5 9.5 10.7 12.5
9 45 50 450 500 16.7 10 11.1 16.7
10 47 50 500 550 25 10.6 11.7 25

TABEL RUMUS

Jenis Biaya Rumus

Biaya Tetap Total+Biaya Berubah


Biaya Total (TC) TFC+TVC
Total

biaya totaln-biaya totaln-1 atau


TCn-TCn-1
Biaya Marginal (MC) jumlah produksin-jumlah
Qn-Qn-1
produksin-1
Biaya Tetap Rata-rata
Biaya tetp total/jumlah produksi TFC/Q
(AFC)

Biaya berubah rata-


Biaya berubah/jumlah produksi TVC/Q
rata (avc)

Biaya total rata-rata


Biaya total/jumlah produksi TC/Q
(AC)

Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang

Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. (dari hasil
forecasting). Tujuan utamanya adalah perusahaan dapat menentukan jumlah produksi yang
dapat menghasilkan biaya minimum dengan memperhatikan antara lain : pola permintaan
jangka panjang dan siklus kehidupan produk yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi gejolak
kapasitas jangka panjang terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1)
Strategi melihat dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2). Strategi
ekspansionis, yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu melebihi atau diatas
volume permintaan.

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi
atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, misalnya sebuah pesawat airbus boing 737
memiliki kapasitas tempat duduk 300 seat setiap kali trip, atau sebuah Rumah Sakit memiliki
kapasitas rawat inap sebanyak 50 kamar, dan sebagainya.

Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber daya yang dimiliki
antara lain : kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, kapasitas modal.
Kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan skedul atau jadwal produksi yang tertuang
dalam jadwal produksi induk (master production shedule), karena jadwal produksi induk
mencerminkan apa dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
Jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Jadi dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor froduksi atau infut
yang akan digunakannya.

Teori – teori biaya jangka panjang diantaranya ialah :

a. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel

LTC=∆LVC

LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)

∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang

b. Biaya Marjinal jangka panjang

Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit. Perubahan biaya total sama
dengan perubahan biaya variable. Maka, LMC=∆LTC/∆Q

Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)

∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang

∆Q= Perubahan Output

c. Biaya Rata – rata

Biaya total dibagi Jumlah Output

LRAC=LTC/Q

Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)

Q = Jumlah output

Faktor- faktor Produksi

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan
jasa. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi yaitu :

a. Sumber Daya Alam


Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan
manusia/ persahaan untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini meliputi
segala sesuatu yang ada di dalam bumi.

b. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja Manusia)

Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang
dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jas.

c. Sumber Daya Modal

Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk
menghasilkan produk lebih lanjut.

d. Sumberdaya Pengusaha

Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan


mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang
atau jasa secara efektif dan efisien.

Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunaan adalah tingkat produksi yang
ingin dicapai.

Cara Meminimumkan Biaya

Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata atau
Average Cost (AC). Peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada 2 faktor berikut :

a. Tingkat produksi yang ingin dicapai

b. Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia

Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunaan adalah tingkat produksi yang
ingin dicapai.

Berikut ini beberapa cara untuk meminimumkan biaya diantarannya:

1. Cari cara untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik tapi dengan harga murah.
Adanya daging potongan murah yang biasanya sisa dari potongan fillet. Fillet daging atau ikan
untuk pasokan resto atau hotel biasanya ukurannya standar, maka untuk membentuk ukuran
ini, seringkali pemasok memotong sisi pinggir daging. Nah potongan sisa ini sama segar dan
baiknya dengan fillet itu sendiri tapi harganya bisa turun hingga 70%.

2. Cara tenaga kerja yang rendah biayanya. Rekruit tenaga kerja yang sesuai dengan
kapasiatas usaha Anda, jika tidak perlu jangan rekruit tenaga berpendidikan tinggi. Jika usaha
Anda membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak sebaiknya pilih lokasi dengan akses
tenaga kerja lebih mudah dan UMR lebih rendah. Pilih tenaga kerja asli daerah karena kalau
pendatang biasanya cenderung mengharapkan tingkat kesejahteraan lebih tinggi.

3. Gunakan sistem Take home job. Istilah ini sama dengan pekerjaan rumahan. Artinya tenaga
kerja Anda menjalankan pekerjaan mereka dirumah. Cara ini bisa menekan biaya sewa
tempat usaha dan biaya peralatan usaha. Karena biasanya sudah disiapkan sendiri oleh
pekerja di rumah.

4. Temukan sistem produksi yang paling efisien. Dalam berproduksi, pastikan sistem yang
Anda jalankan dalam proses produksi memang sudah efisien. Cari tau pada sisi mana mungkin
terjadi kebocoran dana dan pemborosan dan lakukan tindakan segera untuk mensiasatinya.
Libatkan semua lini produksi untuk membuat sistem yang paling efisien.

Sedangkan untuk memaksimalkan biaya diantarannya adalah:

Cari cara untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik tapi dengan harga murah.
Adanya daging potongan murah yang biasanya sisa dari potongan fillet. Fillet daging atau ikan
untuk pasokan resto atau hotel biasanya ukurannya standar, maka untuk membentuk ukuran
ini, seringkali pemasok memotong sisi pinggir daging. Nah potongan sisa ini sama segar dan
baiknya dengan fillet itu sendiri tapi harganya bisa turun hingga 70%.

Cara tenaga kerja yang rendah biayanya. Rekruit tenaga kerja yang sesuai dengan
kapasiatas usaha Anda, jika tidak perlu jangan rekruit tenaga berpendidikan tinggi. Jika usaha
Anda membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak sebaiknya pilih lokasi dengan akses
tenaga kerja lebih mudah dan UMR lebih rendah. Pilih tenaga kerja asli daerah karena kalau
pendatang biasanya cenderung mengharapkan tingkat kesejahteraan lebih tinggi.

Gunakan sistem Take home job. Istilah ini sama dengan pekerjaan rumahan. Artinya tenaga
kerja Anda menjalankan pekerjaan mereka dirumah. Cara ini bisa menekan biaya sewa
tempat usaha dan biaya peralatan usaha. Karena biasanya sudah disiapkan sendiri oleh
pekerja di rumah.

Temukan sistem produksi yang paling efisien. Dalam berproduksi, pastikan sistem yang
Anda jalankan dalam proses produksi memang sudah efisien. Cari tau pada sisi mana mungkin
terjadi kebocoran dana dan pemborosan dan lakukan tindakan segera untuk mensiasatinya.
Libatkan semua lini produksi untuk membuat sistem yang paling efisien.

Selain itu, Menurut salah satu perusahaan penerbangan di Amerika, perusahaan mereka
menerapkan sistem terbang murah, dan terbang awal di pagi atau sore hari untuk
menghindari penundaan lalu lintas udara dan pajak pendaratan lebih rendah.

Rute yang dipermudah, menekankan perpindahan titik-ke-titik daripada pindah pesawat


(membolehkan penggunaan pesawat dan pengurangan masalah mengenai penumpang atau
barang bawaan yang tertunda dan tertinggal di penerbangan selanjutnya).

Karyawan dengan berbagai pekerjaan, seperti pramugari yang juga membersihkan pesawat
atau bekerja sebagai petugas gerbang (membatasi gaji perorangan).

Makanan dalam penerbangan "gratis" dan layanan "cuma-cuma" dihapus, dan digantikan
dengan pilihan makanan dan minuman yang dibayar (menghasilkan sumber keuntungan
tambahan bagi maskapai).

Sebuah cara harga biasa, seperti memberi setengah harga tiket searah daripada pulang-
pergi (kadang-kadang harga naik, sehingga menuntut reservasi awal).Rentang waktu terbang
yang cepat dan penambahan jadwal terbang pesawat akan menambah keuntungan pesawat
dan mengurangi biaya-biaya (membolehkan penggunaan pesawat secara maksimum).

E-ticketing yaitu pemesanan tiket online akan mengurangi biaya proses tiket,
menghilangkan fomulir kertas dan meningkatkan fleksibilitas penumpang dan agen
perjalanan dalam membuat perubahan-perubahan dalam jadwal perjalanan.

Mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi


maksimal sesuai sasaran perusahaan. Perusahaan berupaya fokus menangani pekerjaan yang
menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak
lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah “outsourcing.” Sehingga mengurangi biaya gaji
terhadap karyawan jika bekerja tetap.
Bagi perusahaan telekomunikasi sebaiknya melakukan penambahan jaringan ke daerah-
daerah dan merapkan tarif yang berbeda di setiap daerah.

Penjualan barang dan jasa melalui internet maupun sistem-sistem informasi dan jaringan
lain, seperti Electronic Data Interchange (EDI) dan Enterprise Resource Planning (ERP)
sehingga perusahaan dapat mengendalikan inventori-inventori secara lebih efektif,
mengurangi biaya pembelian agen, dan meningkatkan siklus manufaktur serta mampu
mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam proses pengadaan barang/jasa, sehingga paket –
paket proyek berjalan relatif lebih tepat waktu.

Penggunaan fasilitas internet seperti facebook, website, blog serta fasilitas-fasilitas lainnya
sebagai salah satu kemudahan dalam marketing produk perusahaan, ini akan mengurangi
biaya perusahaan untuk iklan.

Perusahaan harus melakukan upaya untuk menekan biaya untuk pembiayaan kesehatan
bagi karyawan dan keluarganya melalui pihak ketiga seperti kerja sama dengan asuransi,
rumah sakit atau juga membuat tempat pelayanan sendiri.

6. Produksi Dengan Banyak Pabrik

Produksi dengan banyak pabrik merupakan salah satu strategi dari Perusahaan untuk
memaksimumkan keuntungan namun terkadang produksi dengan banyak pabrik juga dapat
mengalami kerugian jika tidak sesuai dengan permintaan dan penawaran. Produksi dengan
banyak pabrik menguntungkan jika produk yang dihasilkan memiliki permintaan yang banyak
atau tinggi di masyarakat sehingga suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak efektif
jika diproduksi oleh satu pabrik saja maka dari itu diperlukan banyak pabrik untuk
memproduksi produk tersebut, biasanya yang memproduksi dengan banyak pabrik adalah
industri-industri besar. Terdapat kelemahan dan kelebihan jika melakukan produksi dengan
banyak pabrik.

* Kelebihan dari produksi dengan banyak pabrik yaitu:

1. Dapat menampung jumlah karyawan lebih banyak

2. Pendapatan laba atau keuntungan yang lebih banyak

3. Produksi yang dihasilkan lebih banyak


4. Gaji yang diberikan cukup besar

5. Mesinnya lebih modern dan canggih

6. Membantu perekonomian karyawan

7. Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja yang handal dan terdidik

8. Pengerjaan produksi lebih cepat selesai

9. Tempatnya lebih luas

10. Hasil produksi yang berkualitas tinggi

11. Memiliki peraturan hukum yang sangat tegas

12. Mengurangi pengangguran masyarakat

13. Meningkatkan perekonomian Negara

14. Membantu meningkatkan kemakmuran Negara

15. Memiliki Kesatuan manajemen yang baik

* Selain memiliki kelebihan-kelebihan ada juga kelemahan dari produksi dengan banyak
pabrik yaitu:

1. Biaya atau modal yang dikeluarkan sangat besar

2. Sulitnya bahan baku karena sebagian besar bahan baku yang digunakan merupakan
bahan baku yang tidak bias diperbaharui

3. Menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan

4. Resiko yang akan terjadi lebih besar

5. Tidak mudah dalam mengatur karyawannya karena jumlahnya yang sangat banyak

6. Menjadi sasaran terror

7. Merusak lahan hijau untuk dijadikan industry

8. Kesatuan organisasi yang tidak teratur

9. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas


10. Kelangsungan usaha kurang terjamin

11. Rahasia perusahaan kurang terjamin karena adanya banyak pimpinan yang
mengetahuinya

12. Tidak adanya kepuasan pribadi

13. Seluruh laba atau keuntungan tidak sepenuhnya menjadi miliknya

14. Kena Pajaknya lumayan besar

15. Pendiriannya lebih sulit

6. Skala Ekonomis dan Tidak Ekonomis

Dalam periode produksi jangka panjang ada kecenderungan bahwa pada tingkat permulaan
dengan semakin diperluasnya skala usaha akan meningkatkan efisiensi usaha, tetapi mulai
titik tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan berakibat semakin menurunnya efisiensi
usaha secara keseluruhan. Skala usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai
tertinggi disebut dengan skala usaha yang optimal (optimum scale of plant).Skala usaha yang
optimal secara grafis terlihat pada saat kurva biaya total per satu unit output jangka panjang
(LRAC) mencapai nilai minimum. Jumlah output di mana LRAC mencapai nilai minimum
disebut tingkat output optimal (optimum rate of output).

1. Skala Ekonomis

Skala kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomis apabila
pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah.
Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan
pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi bertambah efisien. Pada kurva
LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva yang semakin menurun apabila produksi
bertambah.

Beberapa faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah :

a. Spesialisasi Faktor – Faktor Produksi

b. Pengurangan Harga Bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain

c. Memungkinkan Produk Sampingan (by – Products) Diproduksi


d. Mendorong Perkembangan Usaha Lain

e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan penggunaan
modal yang lebih banyak (misalnya dengan jadwal shift)

2. Skala Tidak Ekonomis

Skala tidak ekonomis terjadi ketika ukuran perusahaan berlebihan. Perusahaan memang bisa
meningkatkan ukurannya untuk memperoleh keuntungan dari skala ekonomis, tetapi
keuntungan menghilang ketika perusahaan mencapai ukuran tertentu. Skala tidak ekonomi
termasuk jangka panjang dan secara jelas harus dibedakan dari pendapatan yang semakin
berkurang yang timbul dalam jangka pendek. Seringkali diperdebatkan bahwa skala tidak
ekonomi adalah jarang - sesungguhnya jika – diamati dalam industri karena perusahaan akan
kembali memotong ukuran mereka.

Beberapa kemungkinan penyebab skala tidak ekonomis adalah :

a. Kesukaran pengendalian dan pengawasan

b. Pembuatan keputusan yang lamban sehubungan dengan kelebihan ukuran administrasi

c. Kekurangan motivasi karyawan.

Perubahan dalam permintaan memiliki dampak yang berbeda jika terjadi pada jangka waktu
yang berbeda pula. Pada jangka pendek, peningkatan permintaan meningkatkan harga dan
membawa keuntungan, sementara turunnya permintaan akan menurunkan harga dan
membawa kerugian. Tetapi, jika perusahaan dapat masuk atau keluar pasar dengan mudah,
maka dalam jangka panjang jumlah perusahaan akan selalu berubah hingga tercapai
keseimbangan utama ada keuntungan di pasar tersebut.

7. Maksimalisasi Laba dan Penawaran

Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha dalam menjalankan usahanya.
Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan
keuntungan. Bisnis adalah organisasi yang menghasilkan barang dan jasa, atau biasa disebut
juga perusahaan. Bisnis atau perusahaan melakukan kegiatan operasional bertujuan untuk
memaksimalkan profit dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya.
Setiap perusahaan berusaha untuk meraih keuntungan atau memperoleh profit semaksimal
mungkin. Hal ini dikarenakan profit yang diperoleh digunakan sebagai modal dalam
operasional perusahaan selanjutnya. Profit berkaitan dengan empat faktor yaitu demand
(kebutuhan), potensial profit, market (pasar), dan revenue (pendapatan). Keempat faktor ini
menunjang terjadinya opportunities (kesempatan).

Pada dasarnya, semua jenis perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalisasi
profit. Maksimalisasi profit bukanlah satu-satunya tujuan dalam perusahaan. Ada beberapa
jenis perusahaan yang lebih mengambil profit den

gan menekan penjualannya (hasil produksinya), ada pula yang memasukan unsur politik di
dalam penentuan tingkat produksi yang akan dicapai. Jadi, setiap perusahaan memiliki kriteria
tersendiri dalam memaksimumkan profit yang akan diperolehnya. Tetapi tidak disangkal lagi
setiap perusahaan memilki target dalam pencapaian keuntungan, dan tidak munafik bagi
perusahaan bahkan berupaya memiliki target menaikan laba setinggi-tingginya

Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan
meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan profit perusahaan. Dengan menghasilkan profit, perusahaan dapat
mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan
lain karena profit tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan
atau meningkatkan pertumbuhannya.

Tujuan Perusahaan dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba)

Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahan adalah
“mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana keuntungan
mereka mencapai jumlah yang maksimum”.Berdasarkan kepada pemisalan ini dapat
ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan akan
menjalankan kegiatan usahanya. Laba yang dihasilkan tidak terlepas dari beberapa factor
antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan total upah tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai