Anda di halaman 1dari 11

Tujuan Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (1999:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:
 
1.  Penentuan harga pokok produk
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat,
menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya
yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa yang lalu atau biaya
historis.
2.  Pengendalian biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan,
akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya
sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis
terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan menyajikan
informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. Dari analisis penyimpangan dan
penyebabnya tersebut, manajemen akan dapat mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal
ini perlu dilakukan. Dan analisis ini juga manajemen puncak akan dapat mengadakan
penelitian prestasi para manajer dibawahnya. 
3.  Pengambilan keputusan khusus
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan
informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk
pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (future cost).
Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu
proses peramalan.

Metode Pengumpulan Harga Pokok dalam Akuntansi Biaya - Terdapat dua metode
pengumpulan / penghitungan harga pokok dalam akuntansi biaya, yaitu sebagai berikut:
 Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan
harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak atau jasa dapat dipisahkan identitasnya.
Jumlah biaya produksi setiap pesanan atau kontrak atau jasa akan dihitung pada saat pesanan
atau kontrak atau jasa selesai. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi
pesanan tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang bersangkutan.
 Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) adalah metode pengumpulan
harga produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan,
triwulan, semester, tahun. Jumlah total biaya produksi dihitung pada setiap akhir periode
dengan menjumlah semua elemen biaya yang dinikmati produk dalam satuan waktu yang
bersangkutan. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah total biaya produksi pada satuan
tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama.
Penerapan dua metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik
pengolahan bahan menjadi produk selesai akan mempengaruhi metode pengumpulan harga
pokok yang digunakan.

Sistem Penentuan Harga Pokok dapat digolongkan menjadi:


 Sistem Harga Pokok Sesungguhnya (historical cost system) adalah sistem
pembebanan harga pokok pada produk atau pesanan atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan
harga pokok atau biaya yang sesungguhnya dinikmati.
 Sistem Harga Pokok yang Ditentukan di Muka (predetermined cost system) adalah
sistem pembebanan harga pokok pada produk atau pesanan atau jasa yang dihasilkan sebesar
harga pokok yang ditentukan di muka sebelum suatu produk atau pesanan atau jasa mulai
dikerjakan.
Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi.

Menentukan Harga Pokok Produksi


Menentukan Harga pokok produksi mungkin masih agak susah untuk para Pelaku usaha baru.
Padahal perhitungan dan penentuan harga pokok produksi sangat penting guna mengetahui
penghitungan margin penjualan, prediksi laba rugi dan lain-lain.
Dalam Akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai cara. Umumnya penggolongan
biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut.
Dikenal dengan konsep “Different of cost for purpose”.
Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, biaya dapat digolongakan menjadi  :

1. Biaya Variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja  langsung.
2. Biaya Semi  Variabel
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi
variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
3. Biaya Semifixed
Adalah biaya tetap untuk tongkat kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada
volume produksi tertentu.
4. Biaya Tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya
adalah gaji direktur produksi.
Setelah Anda paham 4 golongan biaya, anda dapat menentukan biaya produksi produk
Anda. Biaya produksi itu sendiri adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang  siap jual.
Contoh : biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya
gaji karyawan yang  bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yamg tidak
langsung berhubungan dengan proses produksi.
Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan
oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan di dalam menentukan harga pokok produksi,
yaitu :
1. Full Costing
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari :
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ysng  bersifat variabel
maupun tetap. Widilestariningtyas et al. (2012: 16), mengatakn bahwa:
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik variabel maupun tetap ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi:
Biaya bahan baku Rp. Xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx

Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +

Harga pokok produksi Rp. xxx

Penentuan harga pokok produksi berdasarkan full costing pada umumnya ditujukan untuk
kepentingan penyusunan laporan keuangan untuk pihak eksternal. Laporan laba rugi yang
disusun dengan metode ini menitikberatkan pada penyajian

unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok yang ada di perusahaan yaitu
fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Dengan demikian
laporan laba rugi menurut full costing akan tampak sebagai berikut:

Penjualan Rp. xxx


Harga pokok penjualan (Rp. xxx)
Laba kotor atas penjualan `Rp. Xxx
Biaya komersial:
Pemasaran Rp. Xxx
Administrasi dan umum Rp.xxx
(Rp.xxx)_
Laba bersih Rp. xxx

2. Variabel Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi
yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi.
Atau secara keseluruhan dapat didefenisikan penentuan harga pokok yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Mulyadi (2012: 18) menjelaskan bahwa, “Variable costing merupakan metode penentuan kos
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel. Widilestariningtyas et al (2012: 67) menyatakan bahwa, “variable costing
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biayabiaya
produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Metode variable costing ini dikenal dengan
nama direct costing”. Biaya produksi yang bersifat tetap pada variable costing diperlakukan
sebagai biaya periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi. Dari pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi:

Biaya bahan baku Rp. xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp. Xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +
Harga pokok produksi Rp. xxx
Penentuan harga pokok berdasarkan metode ini pada umumnya ditujukan untuk pihak
manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan harga. Laporan laba rugi yang disusun dengan
metode ini menitik beratkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Laporan laba rugi menurut metode variable
costing akan tampak sebagai berikut:
Penjualan Rp. xxx
Harga pokok penjualan variabel (Rp.xxx)
Batas kontribusi bersih Rp. xxx
Biaya komersial variabel:
Pemasaran variable Rp. xxx
Administrasi dan umum variabel Rp. xxx
(Rp.xxx)
Batas kontribusi bersih Rp. xxx
Biaya tetap:
Overhead pabrik Rp. xxx
Pemasaran tetap Rp. xxx
Administrasi dan umum tetap Rp.xxx
(Rp.xxx)
Laba bersih Rp.xxx
  Variabel Costing
Full Costing

Dimasukkan unsur
biaya produksi
karena masih
berhubungan dengan
pembuatan produk bukan sebagai unsur harga pokok
berdasarkan tarif produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan
Perlakuan
(budget), sehingga sebagai biaya periodik, yaitu dengan
biaya tetap
apabila produksi membebankan seluruhnya ke periode
produksi tidak
sesungguhnya dimana biaya tersebut dikeluarkan
langsung
berbeda dengan sehingga dalam variabel costing tidak
budgetnya maka terdapat pembebanan lebih atau kurang.
akan timbul
kekurangan atau
kelebihan
pembebanan.

biaya bahan baku,


biaya tenaga kerja
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya
langsung dan biaya overhead pabrik
Unsur biaya overhead pabrik
yang sifatnya variabel saja dan tidak
baik yang sifatnya
termasuk biaya overhead pabrik tetap.
tetap maupun
variabel.

Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :


1. Perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan
“fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun
variabel.
Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan
harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi
dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan
dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang
diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap
periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas
kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok,
sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat
pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung
diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory
overhead).
Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau
pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross
profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu
kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan
metode variable costing adalah :
1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik
tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode
yang sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan
sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada
tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode
full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang
dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel,
sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP)
dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Metode Full Costing Mulyadi (2012: 17) menyatakan bahwa, “Full costing merupakan metode
penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap”. Widilestariningtyas et al. (2012: 16),
mengatakn bahwa: Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap ditambah dengan biaya
nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). Dari pengertian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi: Biaya bahan
baku Rp. xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx Biaya
overhead pabrik variabel Rp. xxx + Harga pokok produksi Rp. xxx Penentuan harga pokok
produksi berdasarkan full costing pada umumnya ditujukan untuk kepentingan penyusunan
laporan keuangan untuk pihak eksternal. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini
menitikberatkan pada penyajian
CONTOH Menghitung Harga Pokok Produksi.

PT Sukses Utama Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan
panci. Pada awal bulan Agustus 2020, PT Sukses Utama Mandiri memiliki persediaan bahan
baku mentah sebesar Rp 50.000.000, bahan setengah jadi sebesar Rp 100.000.000 dan persediaan
panci siap jual sebesar Rp 150.000.000.

Untuk proses produksi panci di bulan Agustus 2020, PT Sukses Utama Mandiri membeli
persediaan bahan baku sebesar Rp 750.000.000 dengan biaya pengiriman Rp 20.000.000. Selama
proses produksi, terdapat biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp 10.000.000. Pada akhir Agustus
2020 terdapat sisa penggunaan bahan baku mentah sebesar Rp 80.000.000, sisa bahan setengah
jadi sebesar Rp 10.000.000 dan sisa panci siap jual sebesar Rp 25.000.000.

Berapakah Harga Pokok Produksi dari PT Sukses Utama Mandiri?

Tahap 1: Menghitung Bahan Baku Yang Digunakan

Rumus untuk menghitung bahan baku yang digunakan :

Bahan Baku Yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo
Akhir Bahan Baku

Bahan Baku Yang Digunakan = 50.000.000 + (750.000.000 + 20.000.000) – 80.000.000

Bahan Baku Yang Digunakan = 740.000.000

Tahap 2: Menghitung Biaya Produksi

Rumus untuk menghitung biaya produksi :

Total Biaya Produksi = Bahan Baku Yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Produksi

Total Biaya Produksi = 740.000.000 + 10.000.000 = 750.000.000


Tahap 3: Menghitung Harga Pokok Produksi

Rumus menentukan harga pokok produksi dengan cara sebagai berikut :

Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan Barang Dalam
Proses Produksi – Saldo Akhir Persediaan Barang Dalam Proses Produksi

Harga Pokok Produksi =750.000.000 + 100.000.000 – 10.000.000 = 840.000.000

Jadi harga pokok produksi dari PT Sukses Utama Mandiri pada bulan Agustus 2020 adalah
sebesar Rp 840.000.000.

Anda mungkin juga menyukai