Posted Oktober 14, 2011 by bluencom in AKuntansi Biaya 1. Tinggalkan sebuah Komentar
1. Competence
2. Confidentiality
3. Integrity
4. Objectivity
Cost adalah sumber daya yang dikorbankan/dikeluarkan untuk memperoleh tujuan tertentu, dan biasanya diukur
dalam satuan mata uang yang harus dikelurkan untuk memperoleh barang/jasa. (pengorbanan ekonomis untuk
manfaat yang dirasakan di masa yang akan datang). Sedangkan Expense (= expired cost) adalah pengorbanan
ekonomis untuk manfaat yang dirasakan saat ini.
@ Actual cost adalah biaya yang benar-benar terjadi, biasanya berbeda dari biaya yang ditargetkan (budgeted cost).
@ Cost object (objek biaya) adalah segala sesuatu (objek) dimana biayanya dapat dihitung dan diukur. Misalnya
produk, service/jasa, project, aktivitas, departemen, dll.
@ Cost drivers (pemicu biaya) adalah suatu variabel yang menyebabkan timbulnya biaya, misalnya level of activity
(jumlah jam tenaga kerja langsung, jumlah machine hours, dll)
Cost Driver
Adalah sebuah variable, seperti level aktivitas atau volume produksi, yang akan mempengaruhi biaya pada rentang
waktu tertentu. Dengan kata lain, ada hubungan sebab akibat antara perubahan pada level aktivitas dan perubahan
pada level total cost. Sebagai contoh, jika jumlah biaya makan yang Anda keluarkan tergantung pada jumlah potong
pizza yang anda makan maka jumlah potong pizza menjadi cost driver dalam biaya makan Anda.
Cost driver pada variable cost adalah level aktivitas atau volume produksi yang perubahannya secara proporsional
merubah total biaya variabel. Sementara pada fixed cost, dalam jangka pendek tidak memiliki cost driver namun bisa
memiliki cost driver dalam jangka panjang.
Relevant Range
Adalah rentang dari level aktivitas/volume produksi normal, dimana ada hubungan yang spesifik antara level
aktivitas/volume produksi dengan biaya. Contohnya: fixed cost dikatakan tetap hanya jika berhubungan dengan
(rentang) range tertentu (yang biasanya lebih luas) dari total aktivitas atau volume (dimana perusahaan diharapkan
beroperasi) dan untuk jangka waktu tertentu (biasanya periode anggaran tertentu).
Rp120jt
TFC
Rp 80 Jt
Relevant range
Rp 10 Jt Th 200x
Asumsi dasar dari relevant range juga bisa digunakan untuk variable cost. Yaitu jika diluar relevant range, variable
cost seperti direct material bisa tidak berubah secara proporsional dengan perubahan pada volume produksi.
Contohnya: diatas jumlah volume tertentu, biaya direct material bisa semakin murah karena adanya diskon pembelian.
Inventoriable cost adalah seluruh biaya produk yang diakui sebagai aset pada saat terjadi, baru kemudian menjadi
cost of goods sold setelah produk tersebut terjual.
Period cost adalah seluruh biaya yang ada di Laporan Rugi Laba kecuali cost of goods sold. (biaya yang ada
langsung dibebankan sebagai expense di Laporan Rugi Laba)
Prime cost adalah semua biaya manufaktur langsung (DM + DL).
Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
o = Prime Cost + FOH
o = DM +DL + FOH
Commercial Exp. = marketing + administrasi
Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
• = DL + FOH
Schedule of COGM
DM :
Beg xx
(+) Purchase xx
Av. For use xx
(-) End (xx) xx
DL xx
Indirect Manuf. Cost :
Indirect labor xx
Indirect material xx
Sewa peralatan xx
Depresiasi xx xx
Manufacturing cost current period xx
(+) WIP-beg xx
(-) WIP-end (xx)
COGM xx
COGS Statement
F/G-beg xx
(+) COGM xx
cost of goods av. for sale xx
(-) F/G-end (xx)
COGS xx
Income Statement
Revenue xx
(-) COGS (xx)
Gross profit xx
(-) Operating exp. (xx)
Operating Income xx
Dua jenis costing system (sistem pembiayaan) yang digunakan untuk menentukan biaya dari suatu produk/jasa :
1) Job-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan beragam (heterogen).
– Biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (per customer order).
– Laporan yang digunakan yaitu: Job Cost Sheet
2) Process-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan seragam/sama dan dalam jumlah massal.
– Biaya dihitung setiap periode kemudian dibagi dengan jumlah produksi untuk menentukan per unit cost.
– Laporan yang digunakan yaitu berupa Cost of Production report (biasanya dimiliki oleh masing-masing
departemen proses)
Dari bab sebelumnya telah dipelajari mengenai sistem pembiayaan untuk perusahaan yang memproduksi hanya satu
produk atau beberapa produk pada proses yang terpisah yaitu process costing. Bagaimana untuk kasus dua atau lebih
produk yang dihasilkan pada proses yang sama? Dalam kasus ini dikenal istilah joint process.
Joint cost adalah biaya yang terjadi pada suatu proses produksi lebih dari 1 produk.
Split off points adalah saat ketika beberapa produk yang melewati 1 proses yang samasudah dapat
dipisahkan/diidentifikasikan secara terpisah.
Separable cost adalah biaya setelah joint cost yang dapat di-assign ke masing2 produk.
Joint product adalah beberapa produk yang melewati 1 proses produksi bersama.
Main product adalah produk utama/produk yang nilainya paling tinggi dibandingkan produk lainnya dalam joint
product.
By product adalah produk yang nilainya paling kecil dibanding produk lainnya dalam joint product.
Spoilage adalah barang yang sudah jadi atau setengah jadi tetapi tidak memenuhi kriteria pembeli, sehingga
biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah. Jika masih dalam bentuk WIP (setengah jadi), maka barang spoilage
dapat dijual atau dikerjakan kembali (rework). Spoilage terbagi menjadi :
o Normal spoilage, tetap terjadi walaupun operasional sudah efisien.
o Abnormal spoilage, terjadi karena operasional tidak efisien.
Rework adalah barang yang tidak memenuhi kriteria pembeli tetapi masih bisa diperbaiki sehingga dapat
memenuhi kriteria yang diinginkan (ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk perbaikan).
Scrap adalah sisa material yang masih dapat dijual atau dipakai lagi.
Untuk perlakuan jurnal masing-masing bisa dilihat pada buku Horngren Halaman 636 – 640.
Product undercosting, produk yang menggunakan sumber daya yang besar tetapi dilaporkan memiliki cost per unit
yang rendah.
Product overcosting, produk yang menggunakan sumber daya yang sedikit tetapi dilaporkan memiliki cost per unit
yang tinggi.
ABC → cara penerapan costing system yang berfokus pada aktivitas individual sbg dasar dari cost object.
Menghitung biaya dari aktivitas individual dan menentukan biaya ke cost object (seperti produk/jasa), berdasarkan
aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi tiap produk/jasa tersebut.
Cost of quality adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah produk yang berkualitas rendah (biaya-biaya
yang timbul akibat menghasilkan produk berkualitas rendah). Terdiri dari :
Prevention cost, biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan. Contohnya biaya untuk design engineering, process
engineering, supplier evaluation, quality training, dll.
Appraisal cost, biaya yang timbul untuk mendeteksi produk. Contohnya biaya inspeksi, product testing, dll.
Internal failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak sebelum produk tersebut sampai ke konsumen.
Contohnya biaya spoilage, rework, scrap, breakdown maintenance, dll
External failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak setelah produk tersebut sampai ke konsumen.
Contohnya biaya warranty, customer support, liability claim, dll.
Tehnik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi & menganalisa permasalahan kualitas :
o Control charts
o Pareto diagrams
o Cause-and-effect diagrams
Theory of Constraints (TOC), merupakan metode unt memaksimalkan operating income saat menghadapi bottleneck
dan non-bottleneck operations.
Bottleneck → terjadi saat operasi, pada saat pekerjaan yang dilakukan mendekati atau melebihi kapasitas yang dapat
dilakukan.
Inventory Management adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan aktivitas yang terkait dengan arus inventory
yang masuk, melalui, dan keluar di perusahaan.
Dalam me-manage inventory untuk meningkatkan net income membutuhkan manajemen biaya efektif yang terdiri
dari 5 kategori:
1. Purchasing cost, cost of goods yang diterima dari supplier, termasuk biaya transportasi.
2. Ordering cost, biaya untuk mempersiapkan dan menerbitkan purchase order, menerima dan memeriksa items
yang ada di order, memeriksa kesesuaian invoice yang diterima, purchase order, dan delivery record untuk
pembayaran.
3. Carrying cost, biaya yang terjadi saat menyimpan inventory untuk dijual, termasuk di dalamnya adalah
opportunity cost atas investasi pada inventory yang dimiliki tersebut.
4. Stockout cost, biaya yang terjadi akibat perusahaan tidak memiliki persediaan yang diminta oleh konsumen,
sehingga perusahaan harus secepatnya memenuhi permintaan yang ada.
5. Quality cost, biaya yang timbul saat produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
konsumen.
Economic Order Quantity (EOQ) adalah model keputusan yang mencoba untuk mengoptimalkan kuantitas order yang
dipesan agar memenuhi suatu asumsi tertentu. Versi paling sederhana dari model EOQ ini yaitu mengasumsikan
bahwa hanya ada ordering cost dan carrying cost, model ini juga berasumsi:
1. Setiap tahun order pada kuantitas yang sama (reorder point yang sama)
2. Permintaan, ordering cost, dan carrying cost diketahui dengan pasti.
3. Purchasing cost per unit tidak dipengaruhi oleh kuantitas yang dipesan.
4. Tidak ada stockout yang terjadi
5. Dalam memutuskan ukuran purchase order, manajer hanya mempertimbangkan cost of quality yang
mempengaruhi ordering cost atau carrying cost.
Just in Time (JIT) Purchasing, yaitu pembelian material (atau barang) tepat pada saat dibutuhkan.
Tujuan JIT :
Unt menghilangkan storage & carrying cost
Bagian yang penting dari TQM
Mangurangi WIP & raw materials
Backflush Costing, merupakan suatu job-costing system yang ada pada produksi dengan menggunakan JIT dimana
backflush costing menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir masa produksi atau akhir siklus penjualan,
sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah dibandingkan dua sisten costing lainnya (job order dan process
costing).
COST ACCUMULATION
1) Job order costing
2) Process costing
3) Backflush costing
2) Parallel PF
Dept 1
Dept 2
Dept 5
F/G
Dept 3
Dept 4
3) Selective PF
Dept 1 Dept 2 Dept 3 (packaging) F/G
Dept 2
FIFO method
Transfered out-nya ada :
+/ biaya inventory → cost to complete this period
started & completed this period
WIP
Klo di average method, transfered out (yang total ga ada beg & started & completed)
Total Quality Management (TQM), yaitu pendekatan unt meningkatkan quality dlm seluruh aktivitas & proses.
• Customer oriented
• Peran aktif manajemen
• Peran employee
• Sistem yang memungkinkan tercapainya tujuan
• Achievement oriented
2. Akuntansi untuk produk loss
Job order costing
1. Acc for scrap (brg sisa), scrap mempunyai nilai shg ketika dijual bisa dicatat sbg:
• Scrap sales → bag dr I/S
• COGS
• FOH Control
• WIP → klo bisa di-trace ke individual job
2. Acc for spoilage goods (brg rusak/below std/tdk dpt diperbaiki)
a) Konsumen failure
• Tdk boleh dicatat sbg quality cost tapi harus ditanggung oleh konsumen
• Dibebankan ke job yang b’sangkutan
• Masuk ke spoilage inventory
b) Internal failure
• Disebabkan oleh kesalahan perush
• Employee error
• Mesin yang sdh usang
• Ditanggung oleh perush, dicat sbg FOH control (loss)
• Klo ditanggung oleh perush maka sales revenue & profit lebih kecil
3. Accounting for rework, biaya untuk m’perbaiki brg yang rusak.
a) Klo konsumen, dibebankan ke job shg sales price job-nya meningkat.
b) Klo internal, masuk ke FOH control tapi COGS gak naik karena ke FOH control. Sales price gak berubah.
Process costing
Spoilage seperti loss in process masuk/ dibebankan sbg FOH control
Masuk sbg p’hit dlm equivalent units (sesuai dgn proporsi).
MATERIALS
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah inventory yang dipesan pd satu waktu yang meminimalkan inventory
cost.
Jika beli tidak sering & dalam jumlah besar, mk carrying cost (cc) akan ↑.
Jika beli dalam jumlah kecil tetapi sering, mk order cost (co) akan ↑.
EOQ digunakan unt menyeimbangkan antara cc dan co.
Time to Order
Order point : saat pemesanan (pd qty tertentu)
Lead time : interval antara tanggal order dgn saat inventory t’sedia unt produksi.
Safety stock : jumlah yang paling aman dimiliki oleh perush supaya tidak terjadi stockout cost.
Order point : pemakaian normal selama lead time (+) safety stock.
Keuntungan :
Jika demand predictable
Jika demand pd level yang sama dari periode ke periode
Carrying cost rendah
Kekurangan :
Kemungkinan t’jadi stockout cost kalau keterlambatan datangnya inventory
Tidak bisa dipakai kalo demand flucktuated day to day
Susah unt melakukan shipping dengan cost yang murah t’utama klo Cuma sedikit jumlah pesanannya.
Backflushing
Adalah pendekatan yang lebih sederhana, menyederhanakan akuntansi untuk flow biaya manufaktur. Digunakan tidak
seperti WIP, tapi melakukan koreksi pada akhir periode.
Klo pake backflush costing, costing ditentukan pada saat produksi selesai.
Beban direct labor dan FOH Control langsung dimasukkan ke COGS.
FOH
OH rate base/OH allocation base adalah faktor yang dijadikan pembagi dalam OH rate.
Tujuan pemilihan base adalah supaya aplikasi FOH merupakan proporsi yang sesuai dlm pemakaian SD tidak
langsung dalam produk/job.
Base yang umum digunakan :
a) DM cost base
b) Direct labor cost base → base ini gak cocok klo depresiasi mesin besar.
c) DLH base
d) Machine hour base