Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi Biaya 1

Posted Oktober 14, 2011 by bluencom in AKuntansi Biaya 1. Tinggalkan sebuah Komentar

BAB 1 The Accountant’s Ro¬le in the Organization

Perbedaan Akuntansi Manajemen, Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya

Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan memiliki tujuan-tujuan yang berbeda.


Management Accounting
– Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan yang dapat membantu manajer dalam membuat
keputusan untuk mencapai tujuan organisasi. (tidak dibatasi oleh standar umum tertentu, karena dibuat berdasarkan
kebebasan dan kebijakan manajemen)
– Fokus pada pelaporan internal.
Financial Accounting
– Mengukur dan mencatat transaksi bisnis serta menyediakan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku umum (GAAP).
– Fokus pada pelaporan untuk pihak eksternal.
Cost Accounting
– Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan yang terkait dengan biaya untuk
memperoleh/menggunakan sumber daya dari suatu organisasi.
– Menyediakan informasi untuk Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan.
Cost Management
Menggambarkan aktivitas manajer dalam perencanaan dan pengendalian biaya jangka pendek maupun jangka
panjang, sehingga dapat meningkatkan nilai bagi konsumen serta menurunkan biaya produk/jasa.

Standar Kode Etik Akuntan Manajemen


Seorang praktisi manajemen keuangan dan akuntansi manajemen memiliki kewajiban kepada publik, profesi,
perusahaan tempat mereka bekerja dan terhadap mereka sendiri untuk selalu menjaga standar etika yang tertinggi,
yaitu:

1. Competence
2. Confidentiality
3. Integrity
4. Objectivity

BAB 2 An Introduction to Cost Terms and Purposes

Cost adalah sumber daya yang dikorbankan/dikeluarkan untuk memperoleh tujuan tertentu, dan biasanya diukur
dalam satuan mata uang yang harus dikelurkan untuk memperoleh barang/jasa. (pengorbanan ekonomis untuk
manfaat yang dirasakan di masa yang akan datang). Sedangkan Expense (= expired cost) adalah pengorbanan
ekonomis untuk manfaat yang dirasakan saat ini.

@ Actual cost adalah biaya yang benar-benar terjadi, biasanya berbeda dari biaya yang ditargetkan (budgeted cost).
@ Cost object (objek biaya) adalah segala sesuatu (objek) dimana biayanya dapat dihitung dan diukur. Misalnya
produk, service/jasa, project, aktivitas, departemen, dll.
@ Cost drivers (pemicu biaya) adalah suatu variabel yang menyebabkan timbulnya biaya, misalnya level of activity
(jumlah jam tenaga kerja langsung, jumlah machine hours, dll)

DIRECT COST DAN INDIRECT COST:


1. Direct cost, biaya yang terkait langsung dengan cost object sehingga dapat ditelusuri langsung ke cost object
tersebut dengan cara yang ekonomis (cost effective). Contoh : direct material, direct labor. Istilah cost tracing
digunakan untuk menggambarkan pembebanan direct cost ke cost object.
2. Indirect cost, biaya yang terkait dengan cost object tetapi tidak dapat ditelusuri langsung ke cost object tersebut
dengan cara yang ekonomis (cost effective). Contoh: Indirect Labor, indirect material. Istilah cost allocation
digunakan untuk pembebanan indirect cost ke cost object.

POLA PERILAKU BIAYA: VARIABLE COST DAN FIXED COST


a) Variable cost, biaya yang secara total berubah-ubah sesuai volume/aktivitas produksi. Semakin tinggi volume
aktivitas produksi, total variabel cost semakin tinggi. Tetapi variabel cost/unit tetap.
b) Fixed cost, biaya yang secara total tidak berubah walaupun volume/aktivitas produksi berubah-ubah, sampai
batas waktu/volume tertentu (relevant range). Namun Fixed cost/unit akan berubah-ubah, semakin besar volume
produksinya maka semakin kecil (murah) fixed cost yang dibebankan kepada masing-masing unit produk tersebut.

Gb A. Total Variabel Cost Gb B. Variabel Cost per Unit

Gb C. Total Fixed Cost Gb D. Fixed Cost per Unit

Cost Driver
Adalah sebuah variable, seperti level aktivitas atau volume produksi, yang akan mempengaruhi biaya pada rentang
waktu tertentu. Dengan kata lain, ada hubungan sebab akibat antara perubahan pada level aktivitas dan perubahan
pada level total cost. Sebagai contoh, jika jumlah biaya makan yang Anda keluarkan tergantung pada jumlah potong
pizza yang anda makan maka jumlah potong pizza menjadi cost driver dalam biaya makan Anda.
Cost driver pada variable cost adalah level aktivitas atau volume produksi yang perubahannya secara proporsional
merubah total biaya variabel. Sementara pada fixed cost, dalam jangka pendek tidak memiliki cost driver namun bisa
memiliki cost driver dalam jangka panjang.

Relevant Range
Adalah rentang dari level aktivitas/volume produksi normal, dimana ada hubungan yang spesifik antara level
aktivitas/volume produksi dengan biaya. Contohnya: fixed cost dikatakan tetap hanya jika berhubungan dengan
(rentang) range tertentu (yang biasanya lebih luas) dari total aktivitas atau volume (dimana perusahaan diharapkan
beroperasi) dan untuk jangka waktu tertentu (biasanya periode anggaran tertentu).

Gambar Fixed cost behavior

Rp120jt
TFC
Rp 80 Jt
Relevant range
Rp 10 Jt Th 200x

Asumsi dasar dari relevant range juga bisa digunakan untuk variable cost. Yaitu jika diluar relevant range, variable
cost seperti direct material bisa tidak berubah secara proporsional dengan perubahan pada volume produksi.
Contohnya: diatas jumlah volume tertentu, biaya direct material bisa semakin murah karena adanya diskon pembelian.

Inventoriable cost adalah seluruh biaya produk yang diakui sebagai aset pada saat terjadi, baru kemudian menjadi
cost of goods sold setelah produk tersebut terjual.
Period cost adalah seluruh biaya yang ada di Laporan Rugi Laba kecuali cost of goods sold. (biaya yang ada
langsung dibebankan sebagai expense di Laporan Rugi Laba)
Prime cost adalah semua biaya manufaktur langsung (DM + DL).
Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
o = Prime Cost + FOH
o = DM +DL + FOH
Commercial Exp. = marketing + administrasi
Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
• = DL + FOH

Schedule of COGM
DM :
Beg xx
(+) Purchase xx
Av. For use xx
(-) End (xx) xx
DL xx
Indirect Manuf. Cost :
Indirect labor xx
Indirect material xx
Sewa peralatan xx
Depresiasi xx xx
Manufacturing cost current period xx
(+) WIP-beg xx
(-) WIP-end (xx)
COGM xx

COGS Statement
F/G-beg xx
(+) COGM xx
cost of goods av. for sale xx
(-) F/G-end (xx)
COGS xx
Income Statement
Revenue xx
(-) COGS (xx)
Gross profit xx
(-) Operating exp. (xx)
Operating Income xx

BAB 4 : JOB COSTING

Dua jenis costing system (sistem pembiayaan) yang digunakan untuk menentukan biaya dari suatu produk/jasa :
1) Job-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan beragam (heterogen).
– Biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (per customer order).
– Laporan yang digunakan yaitu: Job Cost Sheet

2) Process-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan seragam/sama dan dalam jumlah massal.
– Biaya dihitung setiap periode kemudian dibagi dengan jumlah produksi untuk menentukan per unit cost.
– Laporan yang digunakan yaitu berupa Cost of Production report (biasanya dimiliki oleh masing-masing
departemen proses)

Alokasi indirect cost pada job costing system :


1. Actual costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan actual indirect cost rates dengan actual
quantity of the cost allocation bases.
2. Normal costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan budgeted indirect cost rates dengan actual
quantity of the cost allocation bases.
Keduanya menggunakan dasar cost allocation bases adalah karena tiap pekerjaan (job) menuntut kuantitas sumber
daya indirect yang berbeda, sehingga diharapkan dengan menggunakan cost allocation bases bisa mengalokasikan
biaya dari sumber daya indirect secara sistematik sesuai dengan pekerjaannya.

Penggunaan normal costing dapat menimbulkan underallocated/overallocated (=underapplied/overapplied) indirect


cost jika budgeted indirect cost lebih kecil/besar dari pada jumlah actual yang terjadi. Dalam mengalokasikan
under/overapplied indirect cost ada tiga pendekatan yang bisa digunakan :
• Adjusted allocation rate, dengan cara me-restate seluruh pencatatan atas indirect cost yang ada pada general ledger
dan subsidiary ledger dengan menggunakan actual cost rates. (mengganti semua yang tadinya pakai budgeted cost
rates)
• Proration approach, dengan cara membagi kelebihan/kekurangan (under/overapplied) indirect cost ke ending WIP,
finished goods, dan COGS secara prorata. (baca Horngren p.116)
• Write-off to COGS, kelebihan/kekurangan alokasi indirect cost yang terjadi langsung dimasukkan sebagai
pengurang atau penambah COGS periode berjalan.

BAB 17 : PROCESS COSTING

Tujuan costing systems :


• Menentukan cost dari suatu produk/jasa
• Menentukan nilai inventory dan COGS
• Mengelola biaya dan evaluasi kinerja.
Proses costing membagi cost menjadi berdasarkan kategori pada proses apa cost tersebut terjadi (menghitung biaya
pada tiap proses produksi bukan berdasarkan job).

Equivalent unit (baca : Horngren p.590)


Ilustrasi: Misalkan produknya adalah aqua botol ukuran 500ml. Jika ada produk setengah jadi (WIP) sebanyak 10
botol, dengan asumsi WIP tersebut baru selesai diberi Direct Material air sebesar 50% (atau masing-masing botol
baru terisi 250ml air). Berarti total DM air yang sudah dikeluarkan pada WIP tersebut adalah 2.500ml (10 botol x
250ml). Nah, dari jumlah air 2.500ml itu, sebenarnya kita sudah bisa menghasilkan berapa botol produk sih?
Jawabnya adalah 5 botol (2.500ml/500ml). Jadi 5 botol dianggap sebagai equivalent unit (setara unit), padahal secara
riil fisiknya ada 10 botol barang setengah jadi.

BAB 16 : JOINT PRODUCT & BY PRODUCT

Dari bab sebelumnya telah dipelajari mengenai sistem pembiayaan untuk perusahaan yang memproduksi hanya satu
produk atau beberapa produk pada proses yang terpisah yaitu process costing. Bagaimana untuk kasus dua atau lebih
produk yang dihasilkan pada proses yang sama? Dalam kasus ini dikenal istilah joint process.

Joint cost adalah biaya yang terjadi pada suatu proses produksi lebih dari 1 produk.
Split off points adalah saat ketika beberapa produk yang melewati 1 proses yang samasudah dapat
dipisahkan/diidentifikasikan secara terpisah.
Separable cost adalah biaya setelah joint cost yang dapat di-assign ke masing2 produk.
Joint product adalah beberapa produk yang melewati 1 proses produksi bersama.
Main product adalah produk utama/produk yang nilainya paling tinggi dibandingkan produk lainnya dalam joint
product.
By product adalah produk yang nilainya paling kecil dibanding produk lainnya dalam joint product.

Cara mengalokasikan joint cost :


1. Menggunakan market-based
a) Sales value at split off method, asumsi tidak ada proses lebih lanjut after split off (sehingga separable cost tidak
dimasukkan dalam perhitungan).
Dasar alokasi = jumlah barang yang diproduksi x harga jual
Dibagi secara proporsional
b) Net Realizable Value (NRV) method
Dasar alokasi = harga jual – separable cost
c) Constant Gross – Margin Percentage NRV Method
– Hitung gross margin profit % secara keseluruhan
– Kurangkan nilai penjualan per produk dengan gross margin
– Kurangkan dengan separable cost → dasar alokasi

2. Menggunakan physical measures


Dasar alokasi = ukuran fisik barang/produk (seperti: berat, panjang, dll).

Cara alokasi joint cost untuk By Product :


1. By product recognized at the time production is completed
→ revenue penjualan by product langsung mengurangi COGS main product.

2. By product recognized at the time of sale


→ revenue penjualan by product tidak mengurangi COGS main product tetapi diakui sebagai tambahan pendapatan
pada revenue main product (sebesar penjualan jumlah by product yang terjual).

BAB 18 : SPOILAGE, REWORK & SCRAP

Spoilage adalah barang yang sudah jadi atau setengah jadi tetapi tidak memenuhi kriteria pembeli, sehingga
biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah. Jika masih dalam bentuk WIP (setengah jadi), maka barang spoilage
dapat dijual atau dikerjakan kembali (rework). Spoilage terbagi menjadi :
o Normal spoilage, tetap terjadi walaupun operasional sudah efisien.
o Abnormal spoilage, terjadi karena operasional tidak efisien.
Rework adalah barang yang tidak memenuhi kriteria pembeli tetapi masih bisa diperbaiki sehingga dapat
memenuhi kriteria yang diinginkan (ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk perbaikan).
Scrap adalah sisa material yang masih dapat dijual atau dipakai lagi.

Untuk perlakuan jurnal masing-masing bisa dilihat pada buku Horngren Halaman 636 – 640.

BAB 5 : ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Product undercosting, produk yang menggunakan sumber daya yang besar tetapi dilaporkan memiliki cost per unit
yang rendah.
Product overcosting, produk yang menggunakan sumber daya yang sedikit tetapi dilaporkan memiliki cost per unit
yang tinggi.
ABC → cara penerapan costing system yang berfokus pada aktivitas individual sbg dasar dari cost object.
Menghitung biaya dari aktivitas individual dan menentukan biaya ke cost object (seperti produk/jasa), berdasarkan
aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi tiap produk/jasa tersebut.

BAB 19 : QUALITY, TIME, AND THEORY OF CONSTRAINTS

Cost of quality adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah produk yang berkualitas rendah (biaya-biaya
yang timbul akibat menghasilkan produk berkualitas rendah). Terdiri dari :
Prevention cost, biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan. Contohnya biaya untuk design engineering, process
engineering, supplier evaluation, quality training, dll.
Appraisal cost, biaya yang timbul untuk mendeteksi produk. Contohnya biaya inspeksi, product testing, dll.
Internal failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak sebelum produk tersebut sampai ke konsumen.
Contohnya biaya spoilage, rework, scrap, breakdown maintenance, dll
External failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak setelah produk tersebut sampai ke konsumen.
Contohnya biaya warranty, customer support, liability claim, dll.
Tehnik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi & menganalisa permasalahan kualitas :
o Control charts
o Pareto diagrams
o Cause-and-effect diagrams

Theory of Constraints (TOC), merupakan metode unt memaksimalkan operating income saat menghadapi bottleneck
dan non-bottleneck operations.

Bottleneck → terjadi saat operasi, pada saat pekerjaan yang dilakukan mendekati atau melebihi kapasitas yang dapat
dilakukan.

BAB 20 : INVENTORY MANAGEMENT, JUST IN TIME, BACKFLUSH COSTING

Inventory Management adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan aktivitas yang terkait dengan arus inventory
yang masuk, melalui, dan keluar di perusahaan.
Dalam me-manage inventory untuk meningkatkan net income membutuhkan manajemen biaya efektif yang terdiri
dari 5 kategori:

1. Purchasing cost, cost of goods yang diterima dari supplier, termasuk biaya transportasi.
2. Ordering cost, biaya untuk mempersiapkan dan menerbitkan purchase order, menerima dan memeriksa items
yang ada di order, memeriksa kesesuaian invoice yang diterima, purchase order, dan delivery record untuk
pembayaran.
3. Carrying cost, biaya yang terjadi saat menyimpan inventory untuk dijual, termasuk di dalamnya adalah
opportunity cost atas investasi pada inventory yang dimiliki tersebut.
4. Stockout cost, biaya yang terjadi akibat perusahaan tidak memiliki persediaan yang diminta oleh konsumen,
sehingga perusahaan harus secepatnya memenuhi permintaan yang ada.
5. Quality cost, biaya yang timbul saat produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
konsumen.

Economic Order Quantity (EOQ) adalah model keputusan yang mencoba untuk mengoptimalkan kuantitas order yang
dipesan agar memenuhi suatu asumsi tertentu. Versi paling sederhana dari model EOQ ini yaitu mengasumsikan
bahwa hanya ada ordering cost dan carrying cost, model ini juga berasumsi:
1. Setiap tahun order pada kuantitas yang sama (reorder point yang sama)
2. Permintaan, ordering cost, dan carrying cost diketahui dengan pasti.
3. Purchasing cost per unit tidak dipengaruhi oleh kuantitas yang dipesan.
4. Tidak ada stockout yang terjadi
5. Dalam memutuskan ukuran purchase order, manajer hanya mempertimbangkan cost of quality yang
mempengaruhi ordering cost atau carrying cost.

Just in Time (JIT) Purchasing, yaitu pembelian material (atau barang) tepat pada saat dibutuhkan.
Tujuan JIT :
Unt menghilangkan storage & carrying cost
Bagian yang penting dari TQM
Mangurangi WIP & raw materials

Backflush Costing, merupakan suatu job-costing system yang ada pada produksi dengan menggunakan JIT dimana
backflush costing menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir masa produksi atau akhir siklus penjualan,
sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah dibandingkan dua sisten costing lainnya (job order dan process
costing).

Istilah-istilah Lain Yang Penting


Planning → konstruksi program operasional secara detail.
Organizing → penciptaan kerangka kerja dalam aktivitas yang harus dijalankan.
Controlling (pengawasan) → untuk menjaga agar actual sesuai dengan plans.
Authority → kekuatan untuk memberi order untuk melakukan/tidak melakukan suatu aktivitas.
Responsibility → berhubungan dengan otoritas, yaitu tanggungjawab atas kekuatan yang dimiliki.
Accountability → melaporkan hasil kepada pihak yang mempunyai otoritas lebih tinggi.
Struktur organisasi → chart yang menjelaskan tingkat manajemen dalam perush, dan memberi penjelasan
mengenai tingkat otoritas, tanggungjawab dan akuntabilitas dlm perush.
Controller → tanggungjawab manajer eksekutif terhadap fungsi akuntansi.
Budget (anggaran) → planning mgt yang dikuantifisir (dinyatakan dalam monetary unit).
Direct costing/variable costing → untuk me-matching-kan fixed cost dengan revenue yang diperoleh dlm suatu
periode.
Absorption costing → untuk me-matching-kan fixed manufacturing cost dgn unit produksi. Yang kemudian pada
saat dijual akan di-expense di dalam COGS I/S.
Cost object → pengakumulasian dan perhitungan biaya berdasarkan item/aktivitas tersebut.
Misal, berdasarkan : produk, batch, proses, order konsumen, kontrak, product line, departemen, divisi, project,
strategic goal.
Traceability → ketika cost object ditentukan maka perhitungan cost itu berdasarkan dpt cost tersebut di-trace ke
cost object.
Nonfinancial Performance Measures → tidak ada unsur uang
– efisiensi control
– quality control
Klasifikasi Biaya :
• Product
• Volume produksi
• Departemen manufaktur, proses, cost centers
• Periode akuntansi
• Decision, action atau evaluasi.

Biaya yang berhubungan dengan produk


Prime Cost = DM + DL
Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
= Prime Cost + FOH
= DM +DL + FOH
Commercial Exp. = marketing + administrasi
Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
= DL + FOH
Direct Material (DM) adalah biaya yang dapat ditelusuri langsung ke produk, misal kayu ke furniture.
Direct labor (DL) adalah biaya tenaga kerja langsung yang merubah DM menjadi F/G, sehingga dapat dibebankan
kepada produk tertentu.
FOH (manufacturing OH) adalah beban manufaktur atau factory burden. Terdiri dari seluruh biaya manufaktur
yang tidak dapat di trace ke produk secara langsung.
FOH dapat berupa :
o Indirect material, material yang diperlukan unt menyelesaikan produk tapi bukan DM. Misalnya : lem, paku.
o Indirect labor, tenaga kerja supervisi (tidak langsung mengerjakan produk). Misalnya : gaji supervisor, inspeksi.
o Other Indirect Cost, misalnya : sewa gudang, asuransi kebakaran pabrik, maintenance mesin, biaya listrik, dll.
Marketing expense adl beban yang dimulai sejak produk selesai sampai dengan dijual.
Adm expense adl beban yang terjadi dlm rangka directing dan controlling perush.

Biaya yang berhubungan dengan volume produksi


Variable cost
Adalah biaya yaang akan berubah jika total produksi juga berubah.
Fixed cost
Semi Variable cost
Adalah biaya yang terdiri dari variable cost dan fixed cost. Contoh biaya listrik.

Biaya yang berhubungan dengan departemen manufaktur


Apabila biaya dpt di-trace kepada departemen dimana produk di produksi, seperti direct departemen cost.
Apabila dapat dibagi-bagi ke beberapa departemen seperti indirect departemen cost. Misalnya building rent dan
building depreciation.
Joint cost dan Common cost
Common cost, terjadi ketika banyak jenis produk menggunakan satu fasilitas (penggunaan fasilitas bersama-sama).
Contoh :
1) Fasilitas (ex. meja, kursi) untuk disewakan macam2 aktivitas
2) Acc. mencatat aktiva → bermanfaat untuk divisi lain
3) Supervisi → cc k/ digunakan oleh A, B, C
Joint cost, prosesnya sama tetapi produk yang dihasilkan berbeda.

Biaya yang berhubungan dengan periode akuntansi


a) Capital expenditure → biaya yang bermanfaat untuk jangka panjang (asset)
b) Revenue expenditure → biaya yang bermanfaat untuk jangka pendek (expense)

Cara memisahkan fixed dan variable cost dalam semivariable cost :


1) High & low methods → dari aktivitas terendah dan tertinggi
2) Scattergraph methods (tidak akurat) → y = cost ; x = aktivitas (diplot)
3) Least square methods (paling akurat)
Cara menentukan FC → saat Q = Ø maka akan kita tarik sebagai FC

COST ACCUMULATION
1) Job order costing
2) Process costing
3) Backflush costing

Job Order Costing


Metode costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (customer order).
Job order cost sheet / cost sheet → detail mengenai job tertentu.
Dalam job costing :
DM, DL dan FOH diakui berdasarkan setiap order
Semua penggunaan DM, DL, FOH Applied ditampung dulu di akun WIP,
WIP xxx
F/G xxx
kemudian dikredit ke F/G
F/G xxx
WIP xxx
kemudian ketika dijual,
COGS xxx
F/G xxx
FOH control > FOH applied = underapplied, (+) COGS
FOH control < FOH applied = overapplied, (-) COGS
Overapplied Underapplied
FOH C xxx COGS xxx
COGS xxx FOH C xxx
Process Costing
Metode costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan cost center (departemen tempat terjadi proses produksi).
Production flow :
1) Sequential PF,
Dept 1
Man cost → Dept 2
Man cost → Dept 3
Man cost → F/G

2) Parallel PF
Dept 1

Dept 2
Dept 5
F/G
Dept 3

Dept 4

3) Selective PF
Dept 1 Dept 2 Dept 3 (packaging) F/G

Dept 2

Karakteristik process costing :


1. cost dibebankan ke per departemen
WIP-A xxx
Materials xxx
2. dikumpulkan ke cost of production report = laporan yang digunakan dlm proses costing untuk mengakumulasikan
biaya dan membebankan produksi setiap bulan.
Mengumpulkan biaya
Mengikhtisar
Menghitung TC → equivalent units
Menghitung VC
3. cost ditransfer dari departemen 1 ke departemen berikutnya (A ke B)
WIP-B Xxx
WIP-A xxx
Equivalent units, jumlah sumber daya (seperti material, labor, FOH) yang dibutuhkan unt menyelesaikan satu unit
produk sesuai dgn cost element yang diperhitungkan.
Average method, caranya : jumlah total yang ditransfer (+) %penyelesaian dalam material, labor, FOH.
Equivalent unit → unt m’cari cost/unit setiap M, L, FOH → ada total cost/unit.
∑ yang ditransfer x total
Ending WIP di breakdown M x equival unit (no ∑ transfer)
L x equival unit (no ∑ transfer)
FOH x equival unit (no ∑ transfer)
Total cost
Di depart B
Ada cost dari proceeding depart → equival unit = total yang ditransfer (+) ending
Untuk cost added Untuk transfer
WIP-B xxx
Mats xxx
Payroll xxx
FOH applied xxx WIP-A xxx
WIP-B xxx
F/G xxx
WIP-B xxx

FIFO method
Transfered out-nya ada :
+/ biaya inventory → cost to complete this period
started & completed this period
WIP
Klo di average method, transfered out (yang total ga ada beg & started & completed)

BIAYA KUALITAS & AKUNTANSI UNT PRODUK LOSS


1. Biaya kualitas, biaya unt m’jaga kualitas & unt biaya yang t’jadi di kualitas yang buruk/kurang baik.
a) Prevention cost, biaya unt m’cegah
b) Appraisal cost (m’deteksi), biaya unt pengecekan (produk yang failed keburu masuk).
c) Failure cost, biaya unt barang yang rusak.
Internal failure cost : scrap, spoilage, rework, downtime from mesin rusak → produk belum sampai ke konsumen.
External failure cost : konsumen tidak puas, warranty, replacement → produk sudah sampai ke konsumen.

Total Quality Management (TQM), yaitu pendekatan unt meningkatkan quality dlm seluruh aktivitas & proses.
• Customer oriented
• Peran aktif manajemen
• Peran employee
• Sistem yang memungkinkan tercapainya tujuan
• Achievement oriented
2. Akuntansi untuk produk loss
Job order costing
1. Acc for scrap (brg sisa), scrap mempunyai nilai shg ketika dijual bisa dicatat sbg:
• Scrap sales → bag dr I/S
• COGS
• FOH Control
• WIP → klo bisa di-trace ke individual job
2. Acc for spoilage goods (brg rusak/below std/tdk dpt diperbaiki)
a) Konsumen failure
• Tdk boleh dicatat sbg quality cost tapi harus ditanggung oleh konsumen
• Dibebankan ke job yang b’sangkutan
• Masuk ke spoilage inventory
b) Internal failure
• Disebabkan oleh kesalahan perush
• Employee error
• Mesin yang sdh usang
• Ditanggung oleh perush, dicat sbg FOH control (loss)
• Klo ditanggung oleh perush maka sales revenue & profit lebih kecil
3. Accounting for rework, biaya untuk m’perbaiki brg yang rusak.
a) Klo konsumen, dibebankan ke job shg sales price job-nya meningkat.
b) Klo internal, masuk ke FOH control tapi COGS gak naik karena ke FOH control. Sales price gak berubah.
Process costing
Spoilage seperti loss in process masuk/ dibebankan sbg FOH control
Masuk sbg p’hit dlm equivalent units (sesuai dgn proporsi).

COSTING BY PRODUCT & JOINT PRODUCT


By product adalah produk yang mempunyai nilai kecil dan quantity sedikit, yang terproduksi bersama2 dengan
produk yang mempunyai nilai besar dan quantity besar (main product).
Joint product adalah produk yang diproduksi dengan menggunakan fasilitas yang sama dan melalui proses yang
sama/common process.
Biaya yang t’jadi dari proses yang sama tetapi m’hasilkan produk yang berbeda.
Metode costing by-product :
1) Recognition of gross revenue, pada saat dijual diakui sebagai :
Other revenue
Mengurangi COGS
Mengurangi total biaya produksi
Menambah sales revenue
2) Recognition of net revenue, ada biaya tambahan untuk melakukan proses tambahan
Alokasi joint cost ke joint product :
1) Market value method
2) Average unit cost method
3) Weighted average method
4) Quantitative unit method

MATERIALS
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah inventory yang dipesan pd satu waktu yang meminimalkan inventory
cost.
Jika beli tidak sering & dalam jumlah besar, mk carrying cost (cc) akan ↑.
Jika beli dalam jumlah kecil tetapi sering, mk order cost (co) akan ↑.
EOQ digunakan unt menyeimbangkan antara cc dan co.
Time to Order
Order point : saat pemesanan (pd qty tertentu)
Lead time : interval antara tanggal order dgn saat inventory t’sedia unt produksi.
Safety stock : jumlah yang paling aman dimiliki oleh perush supaya tidak terjadi stockout cost.
Order point : pemakaian normal selama lead time (+) safety stock.

JUST IN TIME & BACKFLUSHING


Just in time
Adalah filosofi yang menekankan pada pengurangan biaya dengan cara m’eliminasi inventory. Inventory harus datang
pd saat diperlukan, tidak boleh sebelum/sesudah ataupun terlalu cepat/terlambat.
Tujuan :
Unt m’hilangkan storage & carrying cost
Important part dari TQM
Mangurangi WIP & raw materials
Stockless production, zero inventory production (ZIP)
Adalah usaha untuk mengurangi WIP & raw materials.
Polling system : produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan :
Jika demand predictable
Jika demand pd level yang sama dari periode ke periode
Carrying cost rendah
Kekurangan :
Kemungkinan t’jadi stockout cost kalau keterlambatan datangnya inventory
Tidak bisa dipakai kalo demand flucktuated day to day
Susah unt melakukan shipping dengan cost yang murah t’utama klo Cuma sedikit jumlah pesanannya.
Backflushing
Adalah pendekatan yang lebih sederhana, menyederhanakan akuntansi untuk flow biaya manufaktur. Digunakan tidak
seperti WIP, tapi melakukan koreksi pada akhir periode.
Klo pake backflush costing, costing ditentukan pada saat produksi selesai.
Beban direct labor dan FOH Control langsung dimasukkan ke COGS.
FOH
OH rate base/OH allocation base adalah faktor yang dijadikan pembagi dalam OH rate.
Tujuan pemilihan base adalah supaya aplikasi FOH merupakan proporsi yang sesuai dlm pemakaian SD tidak
langsung dalam produk/job.
Base yang umum digunakan :
a) DM cost base
b) Direct labor cost base → base ini gak cocok klo depresiasi mesin besar.
c) DLH base
d) Machine hour base

Anda mungkin juga menyukai