Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
MAGISTER AKUNTANSI
2019
BAB I
Penggunaan istilah kos (cost) atau biaya (expense) secara konsisten dalam
semua semua konteks bukan hal mudah. Ada kalanya terjadi perbedaan pendapat
untuk memilih istilah yang lebih tepat. Misalnya, istilah kos barang di jual (bukan
biaya barang dijual) lebih sering digunakan untuk menggambarkan harga pokok
penjualan (cost of goods sold), padahal esensi dari cost of goods sold adalah biaya
bukan kos. Walau pembahasannya tentang topik kos dan biaya masih belum final,
maka diperlukan pendefinisian kos dan biaya yang dianggap dapat mewakili
makna kos dan biaya tersebut.
Saat barang dan jasa dimanfaatkan kos akan menjadi biaya. Kos yang
belum dimanfaatkan dikelompokan sebagai aset. Biaya adalah kos barang atau
jasa yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan adalah nilai
barang yang dijual atau jasa yang diberikan.
diantaranya :
Biaya tidak lagsung adalah biaya yag tidak dapat ecara langsung
ditelusur ke produk. Gaji mandor produksi adalah contoh biaya tidak langsung
karena seorang mandor dapat mengawasi berbagai produksi sekaligus.
b. Perilaku Biaya
Tingkat aktivitas dapat berubah – ubah, naik atau turun. Perilaku biaya
menggambarkan pola variasi perubahan tingkat aktivitas terhadap perubahan
biaya. Berdasar perilakunya biaya dapat di klasifikasikan menjadi :
1. Biaya Variabel
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang sudah baku alias tidak terengaruh
oleh tingkat aktivitas kisaran tertentu. Jadi walau produksi meningkat atau
menurun nilai biaya tetap jumlahnya tidak akan berubah. Sebetulnya biaya tetap
per unit akan berubah seiring dengan perubahan aktivitas namun sifatnya bertolak
belakang, misalnya apabila produksi meningkat maka nilai biaya tetap perunitnya
mengecil dan sebaliknya jika produksi menurun maka nilai biaya tetap per unitnya
meningkat.
3. Biaya Campuran
1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang memuat biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya pemasaran meliputi
berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan produk atau jasa.
2. Biaya Pemasaran
PROSES
Biaya perunit dihitung dengan membagi total biaya produksi yaitu bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
dibebankan dengan total unit yang dipesan
Z = 58.000
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1/Y 2/Z
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.600 Rp225.000 0 0
*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2
**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,
(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1
BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya diakumulasi pada setiap departemen produksi,
dan ditambahkan
dengan biaya alokasi dari departemen jasa. Proses alokasinya sama
seperti proses alokasi untuk BOP pembebanan. Contoh: Alokasi biaya
sesungguhnya departemen jasa menggunakan metode langsung.
Keterangan Departemen Produksi
Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp118.000 Rp122.000
Biaya Departemen Jasa Rp60.000 Rp42.000
Dasar alokasi:
Departemen 1 (jumlah karyawan) 40 40 20
Departemen 2 (jumlah kwh) 200 500 300
Penyelesaian :
Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/
unit unit unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
Produk Hrg Biaya Nilai Jmlh Nilai jual Rasio Alokasi** HPP
bersama jual/ Tmbahan jual Hipo Produk (20.000.000) /kg
kg tesis *
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui
bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya
bersamanya sebagai berikut :
d) Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan
berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan
sebagainya. Jika produk bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka
harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah
satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan
bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan
bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang
menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :
Metode ini tidak mencoba untuk menentukan harga pokok sampingan. Metode
ini cocok bila digunakan pada perusahaan yang:
- Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
- Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat yang
diperoleh.
- Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebanan harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak
mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.
Terdapat beberapa kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk
sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha, yaitu:
- Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan,
maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca
perusahaan. Pada umumnya persediaan akhir produk sampingan tidak
diadakan penilaian sehingga mengakibatkan harga pokok persediaan produk
utama lebih besar.
- Dapat mengakibatkan perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang tepat
karena perbedaan periode akuntansi. Pada saat produk sampingan selesai
diproduksi tidak ada pencatatan jurnal, pencatatan dilakukan ketika produk
dijual. Apabila produksi dan penjualannya tidak dalam satu periode maka
perhitungan pendapatan dan biaya menjadi kurang tepat.
- Tidak adanya pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan
mengakibatkan rawan terjadi penggelapan.
- Dapat mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi
dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun
sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi
biaya bersama seperti dalam metode pertama.
Dengan menggunakan data perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi
menggunakan metode ini akan tampak sebagai berikut:
Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Penjualan bersih Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp 1.600.000 -
Laba Kotor Rp 6.750.000
Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 1.050.000
Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk
sampingan sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total
pendapatan menjadi Rp 10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.
c) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang
harga pokok penjualan.
Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in
maka akan menjadi:
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000 -
Rp 6.150.000
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 1.050.000
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung,
yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx
Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan
pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan
metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada
metode pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama
dengan produk bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada
produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk
sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang
berdasarkan dpada metode harga pokok, yaitu:
2. Metode pasar
Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost
methods). Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode tanpa harga
pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi. Tetapi
ada seedikit perbedaan yaitu kalau pada metode pertama (metode tanpa
harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi)
yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan
sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar yang
dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini
berusaha untuk menaksir biaya produk sampingan berdasarkan nilai
pasarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Profit
Sebuah perusahaan dikatakan mendapat untung jika total pendapatan
melebihi biaya, jika tidak, perusahaan akan mengalami kerugian ketika biaya
melebihi jumlah pendapatan.
Untuk pengakuan biaya bersama dari produk utama perusahaan dapat memilih
dari metode keempat yang tersedia. Salah satunya adalah metode nilai pasar yang
untuk produk bersama karena harga jual produk merupakan perwujudan dari biaya
yang dikeluarkan memproses produk. Alokasi biaya dengan metode ini adalah
cara mengalokasikan biaya bersama yang logis dan rasional. Itu dampak dari
produk sampingan dapat meningkatkan laba kotor atau bersih keuntungan yang
diperoleh perusahaan.