Anda di halaman 1dari 17

A.

Anggaran nilai persediaan bahan baku


Anggaran Persediaan Bahan Baku merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas
kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.Pada penyusunan anggaran
kebutuhan bahan baku dan anggaran pembelian bahan baku, tampak bahwa masalah nilai
persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan
dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada
dasarnya kebijakan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:

1.Kebijakan FIFO (First In First Out).


Kebijaksanaan FIFO, harga bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah
bahan baku yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula diterjemahkan
”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di gudang nilainya
diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.

2. Kebijakan Rata-Rata (Averange).


Kebijaksanaan Averange adalah harga bahan baku di gunakan berdasarkan rata-rata harga
keseluruhan barang.

3.Kebijakan LIFO (Last In First Out).


KebijaksanaanLIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih akhir justru
dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan dalam produksi tetapi metode ini
tidak digunakan lagi.

Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung :

1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. ( dapat dilihat pada anggaran biaya
produksi).
2. Volume bahan baku minimal , yang disebut safety stock ( persediaan besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis (economical order quantity).
4. Estimasi tentang naik turunya harga bahan baku pada waktu mendatang.
5. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak..

1
Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam Anggaran Persediaan Bahan Baku perlu diperinci hal-halsebagai
berikut :
1. Jenis bahan baku yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku,Nilai bahan baku yang disimpan sebagai
persediaan.

B. Anggaran Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) ialah kalkulasi biaya produk jadi
per unit yang terdiri dari unsur-unsur persediaan awal barang dalam proses ditambah
biaya produksi dalam periode sekarang dikurangi persediaan akhir barang dalam proses.
Perhitungan Harga Pokok Produksi

Keterangan Unit Rp Keterangan Unit Rp


Persediaanbarang 1000 1.200 Harga pokok produksi 9.500 11.970
dalam proses
Tenaga kerja langsung 9.000 1.400 Persed. Akhir barang 500 630
dlm proses
Bahan baku Langsung 6.000
Overhead pabrik 4.000
Total 10.000 12.000 Total 10.000 12.600

Keterangan Tabel :
1. Total biaya pabrik sebesar Rp 12.600, biaya pabrik per unit (Rp. 12.600/10.000unit yang
diproduksi) = Rp 1,26 atau disebut harga pokok per unit.
2. Barang yang selesai diproduksi atau harga pokok produksi (cost of goods maufactured)
9.500 unit, harga pokok produksi 9.500 x Rp 1,26 = Rp 11.970.
3. Nilai persediaan awal barang dalam proses per unit Rp 1.200/1000 unit =
Rp1,2.Sedangkan nilai persediaan akhir barang dalam proses per unit Rp 1,26.
Perhitungan harga pokok produksi ada dua macam yakni harga pokok pesanan dan harga
pokok proses, dibawah ini dijelaskan keduanya :

2
1. Harga pokok pesanan
Harga pokok pesan adalah perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan.
Karakteristik dari harga pokok pesanan diantaranya proses pengolahan produk berlangsung
secara terus menerus, prduk yang dihasilkan berdasarkan spesifikasi dari pembeli ataupun
pelanggan, produksi bertujuan untuk memenuhi pesanan.
Ciri khusus dari harga pokok pesanan itu sendiri diantaranya tujuan produksi untuk
melayani pesanan pembeli, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan, biaya
produksinya dibagi 2 “biaya langsung dan baiaya tidak langsung”, harga pokok pesanan
dihitung setelah selesai pesanan diproduksi.
Manfaat dari harga pokok pesanan itu sendiri diantaranya
a. Menetukan harga kepada pemesan
b. Pertimbangan diterima atau tidaknya pesanan
c. Mamantau realisasi produk
d. Perhitungan laba atau rugi
e. Penentuap HPP jadi ataupun dalam proses.

2. Harga pokok proses


Harga pokok proses adalah perhitungan harga pokok produk dimana biaya djumalah
dalam periode tertentu dan dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan,
ciri-ciri perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan diataranya
a. Proses produksi secara terus-menerus
b. Produknya bersifat standar
c. Produk ditujukan untuk memenuhi persedian siap jual
d. Tidak tergantung pada pesanan.
Manfaat penggunan harga pokok proses sendiri adalah penetuan harga jual produk
yang tepat, memantau realisasi biaya, laba rugi yang terhitung.Disamping itu ada harga
pokok proses lanjutan yang dimana hubungan antara satu periode dengan periode lain sangat
diperhatikan dimana unit yang belum selesai diperiode sebelumnya akan selalu di teruskan
pada periode selanjutnya dan harga yang dikenakan biasanya berbeda dengan harga
seblumnya.
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan
baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti pemasaran dan kegiatan administrasi umum.
3
Penentuan biaya produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan biaya
produksi, yakni
(1) Full Costing
MetodeFull Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel.
(2) Variable Costing.
Metode Variable Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang
terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
 Menentukaan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi persatuan yangakan dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan
harga jual perunit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
 Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam
pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses
produksi mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
 Menghitung laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah
kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau justru mengakibatkan rugi bruto.
 Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di

4
dalam neraca, manejemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk persediaan
produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

C. Langkah - langkah penyusunan laporan harga pokok produksi

Adalah sebagai berikut :


1.Menyusun skedul kuantitas
Skedul kuantitas mencatat unit yang menjadi tanggung jawab dari masing – masing
departemen yang menunjukkan arus fisik, mulai dari persediaan awal, unit yang mulai
diproses pada periode berjalan, unit yang dikeluarkan baik yang ditransfer maupun yang
hilang dan persediaan akhir.
2.Menghitung unit ekuivalen dan biaya per unit
Dalam proses produksi tertentu, biasanya pada akhir periode terdapat unit yang belum
selesai menjadi produk yang lazim disebut persediaan barang dalam proses. Untuk itu, total
biaya produksi yang terjadi pada periode itu harus dialokasikan kepada dua jenis persediaan
yaitu barang jadi dan barang dalam proses.
Oleh karena itu barang dalam proses mengkonsumsi lebih sedikit sumber daya
dibandingkan unit selesai, maka pembagian total biaya dengan unit fisik tidaklah tetap. Oleh
karena itu unit persediaan dalam proses perlu dikonversi kedalam unit yang ekuivalen
dengan barang jadi, sehingga diperlukan penaksiran tingkat penyelesaian masing – masing
unsur biaya produksi.
3.Pertanggungjawaban biaya departemen
Biaya yang dibebankan ke departemen menunjukkan penggabungan biaya antara
persediaan awal, biaya dari unit yang diterima dari departemen terdahulu dan biaya yang
terjadi pada periode yang dilaporkan.
4.Rekapitulasi biaya
Total biaya yang dikeluarkan sampai pada suatu departemen akan dialokasikan agar
dapat diketahui berapa besar biaya per unit yang ditransfer dan berapa nilai persediaan yang
tinggal.

5
Contoh
1) Berikut ini data yang disajikan oleh PT LADHID CHIPS
a. Memproduksi2 (dua) macam barang yakni barang A dan B. Dari Budget Produksi,
diperoleh data tentang rencana produksi sebagai berikut:
Barang Unit Produksi
A 7.000
B 4.000

b. Terdapat 2 (dua) bagian produksi, yakni bagian produksi I, dan II, serta I (satu) bagian jasa
/pembantu, yakni bagian Reparasi. Bagian Produksi I hanya dilalui oleh barang A, sedangkan
bagian Produksi II dilalui oleh kedua macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-
masing bagian adalah sebagai berikut:)

c. Angka standar pada bagian produksi II adalah sebagai berikut


Barang DMH
A 4
B 3

d. Angka standar pada bagian Reparasi


Bagian yang menggunakan jasa DRH
Produksi I 0,20 DRH per unit A
Produksi II 0,07 DRH per DMH

e. Biaya overhead yang akan timbul pada masing-masing bagian diperkirakan sebagai
berikut:
Bagian Biaya Overhead
Produksi I 26.000
Produksi II 16.000
Reparasi 6.000

6
f. Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rencana biaya bahan mentah untuk
masing-masing jenis barang sebagai berikut:
Barang Biaya Bahan
Mentah
A 70.000
B 60.000
g. Sedangkan dari Anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tertentu rencana biaya tenaga
kerja langsung untuk masing-masing jenis barang sebagai berikut:
Barang BTKL
A 35.000
B 14.000

Berdasarkan data diatas hitunglah harga pokok produksi (cost of goods manufactured)
masing-masing barang:

 Penyelesaian:
1. Menghitungtingkat kegiatan
Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing – masing bagian (baik bagianproduksi
maupun bagian jasa atau pembantu) sebagai berikut :
- Tingkat kegiatan masing – masing bagian adalah :
- Bagian Produksi I = 7.000 unit barang A
Bagian Produksi II = 40.000 DMH
Bagian Reparasi = 4.200 DRH
Dengan demikian dapat ditabulasikan sbb:
Bagian Perhitungan Satuan Tingkat
Kegiatan Kegiatan
Produksi I (dari anggaran produksi) Unit A 7.000
Produksi II Barang A = 7.000 x 4 DMH = 28.000 DMH 40.000
Barang B = 4.000 x 3 DMH = 12.000
Reparasi Bagian I = 7.000 x 0,20 DMH = 1.400 DRH 4.200
Bagian II = 40.000 x 0,07 DMH = 2.800

7
2. Menghitung Tarif BOP
Setelah itu kemudian diadakan perhitungan tarif biaya overhead (overhead rate) bagi masing-
masing bagian produksi sebagai berikut:
Bagian Produksi
Keterangan
I II
Biaya Overhead Produksi Rp 26.000 Rp 16.000
Alokasi Biaya Overhead
Repasi (dasar DRH)
Bag Produksi I
=1.400/4.200 x 6.000 Rp 2.000
Bag Produksi II Rp 4.000
=2.800/4.200 x 6.000

Jumlah Biaya overhead yang


akan di lokasikan ke barang Rp 28.000 Rp 20.000
A dan B
Tingkat Kegiatan :
Bag Produksi I: 7.000 unit
(dalam Unit A)
Bag Produksi II: 40.000 DMH
(dalam DMH)

Tarif biaya Overhead


(overhead rate)
Bag. Produksi I Rp 4,00*
(perunit A)

Bag. Produksi II Rp 0,50*


(per DMH)

*Keterangan:
1) Rp28.000,00 / 7.000 unit = Rp 4,00 per unit
2) Rp20.000,00 / 40.000 DMH = Rp 0,50 per DM

8
3. Menghitung Harga Pokok Produksi masing-masing produk.
Setelah diketahui tarif biaya overhead bagi masing-masing bagian produksi, maka dapat
dihitung harga pokok produksi barang A dan B sebagai berikut:
Barang A (7.000 unit) Barang B (4.000 unit)
Keterangan
Total (Rp) Per unit (Rp) Total (Rp) Per unit (Rp)
Biaya BM/BB 70.000 10 60.000 15

Biaya TKL 35.000 5 14.000 3,5

Biaya overhead
Barang A
Bag I
= 7.000 x Rp 4
= Rp. 28.000
Bag II
= 7.000 x Rp 4 DMH x Rp
0,50 42.000 6
= Rp. 14.000

Barang B
Bag II 6.000 1,5
= 4.000 x Rp 3 DMH x Rp
0,50
Jumlah 147.000 21 80.000 20

9
Anggaran Nilai Persediaan Akhir Barang Jadi
Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas persediaan
barang jadi yang akan dipegang oleh persediaan diakhir periode atau yang biasa kita kenal
sebagai persediaan akhir barang jadi. Perhitungan biaya persediaan akhir barang jadi
memerlukan informasi tentang asumsi arus biaya persediaan (cost flow assumption) yang
digunakan oleh perusahaan.
Dua asumsi arus biaya persediaan yang digunakan adalah:
1. Metode Fifo
Mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi yang diproduksi pertama kali
dalam satu periode akan menjadi beban pokok penjualan untuk barang jadi yang
dijual pertama dalam periode yang sama. Jika perusahaan menggunakan metode
FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadinya berasal dari persediaan barang jadi
yang terakhir dibuat dalam satu periode.
2. Metode Average
Mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah biaya rata-rata yang
diperoleh dari biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya
persediaan barang jadi awal yang sudah tersedia diawal periode.
Contoh Soal :
1. Anggaran Produksi pada PT ABC Bandung untuk bulan Januari 2015 :
Anggaran Produksi
PT ABC BANDUNG
Periode Januari 2015
Penjualan 1.600
Persediaan Akhir Barang Jadi (+) 400
Jumlah Barang dibutuhkan 2.000
Persediaan Awal Barang Jadi (-) 200
Jumlah Barang yang akan 1.800
diproduksi

2. Biaya persediaan akhir barang jadi per unit pada 1 Januari 2015 adalah Rp 200.000.
3. Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan Januari
2015 adalah Rp 220.000.

Hitunglah biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya Fifo
dan average.

Jawab:

1. Metode FIFO
maka biaya persediaan akhir barang berasal dari biaya barang jadi yang terakhir dibuat dalam
suatu periode yaitu Rp 220.000 dikali jumlah persediaan akhir barang jadi yaitu 400, jadi
total biaya persediaan akhir barang jadi adalah
Rp 220.000 x 400 = Rp 88.000.000

2. Metode Average
Biaya Produksi bulan Januari Rp 220.000 x Jumlah Barang Jadi 1.800 = Rp 396.000.000
Persediaaan awal 200 x Rp 200.000 = Rp 40.000.000

10
unit Biaya (Rp)
Produksi Januari 1.800 396.000.000
Persediaan barang jadi awal 200 40.000.000
Persediaan barang jadi tersedia 2.000 436.000.000
untuk dijual

Biaya per unit persediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual Rp 436.000.000 : 2.000 =
Rp218.000
jadi total biaya persediaan akhir barang jadi Rp 218.000 x 400 unit = 87.200.000

Anggaran Beban Pokok Penjualan


Anggaran beban pokok penjualan menyajikan informasi tentang perkiraan beban pokok
penjualan untuk periode mendatang. Beban pokok penjualan adalah biaya persediaan barang
dagang yang telah terjual pada suatu periode tertentu. Informasi yang diperlukan untuk
menentukan beban pokok penjualan adalah sebagai berikut :
1. Data tentang pembelian barang dagang, persediaan awal barang dagang, dan
persediaan akhir barang dagang.
2. Asumsi arus biaya yang digunakan FIFO, LIFO, atau rata-rata.

Berikut ini adalah format dalam anggaran beban pokok penjualan :

PT.........
Anggaran Beban Pokok Penjualan Tahun......
Produk A Produk B Total
Pembelian barang dagang
(+) Persediaan barang dagang awal
PTPPersediaan barang dagang tersedia untuk dijual
(-) Persediaan barang dagang akhir
Anggaran beban pokok penjualan

Contoh Soal:
Manajemen PT KS hendak menyusun anggaran beban pokok penjualan untuk tahun 2008.
Informasi-informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran beban pokok penjualan
adalah sebagai berikut:
1. Informasi tentang perkiraan pembelian barang dagang tahun 2007 yang diperoleh dari
anggaran pembelian barang dagang.

Anggaran pembelian barang dagang


Ax Rp. 378.560.000
Bx Rp. 283.920.000
Cy Rp. 1.008.000.000
Dy Rp. 1.178.650.000
TOTAL Rp. 2.849.130.000

2. Data persediaan barang dagang awal ditahun 2008 yang diperoleh dari anggaran
pembeliaan barang dagang.

11
Kuantitas Persediaan Awal Harga Beli
Ax Rp. 1.000 Rp. 26.000
Bx Rp. 500 Rp. 39.000
Cy Rp. 240 Rp. 32.000
Dy Rp. 350 Rp. 50.000

3. Anggaran pembelian barang dagang yang menyajikan data persediaan barang dagang
akhir di tahun 2008.
Kuantitas Persediaan Akhir Harga Beli
Ax Rp. 1.320 Rp. 28.000
Bx Rp. 660 Rp. 42.000
Cy Rp. 2.640 Rp. 35.000
Dy Rp. 1.980 Rp. 55.000

4. PT KS menggunakan metode FIFO untuk menghitung nilai persediaan barang dagang


dan beban pokok penjualannya.

Berikut ini adalah anggaran beban pokok penjualan PT KS untuk tahun 2008.
PT Kencana Sari
Anggaran Beban Pokok Penjualan Tahun 2008
(dalam ribuan rupiah)
Ax Bx Cy Dy Total
Pembelian 378.560 283.920 1.008.000 1.178.650
barang dagang
(Rp)
(+) Persediaan 26.000 19.500 7.680 17.500
barang dagang
awal
Persediaan 404.560 303.420 1.015.680 1.196.150
barang dagang
tersedia untuk
dijual
(-) Persediaan 36.960 27.720 92.400 108.900
barang dagang
akhir (Rp)
Anggaran 367.600 275.700 923.280 1.087.250 2.653.830
Beban Pokok
Penjualan

12
Rekapitulasi anggaran biaya pemasaran dan umum

Biaya pemasaran
Anggaran biaya pemasaran adalah semua rencana pengeluaran yang berkaitan dengan seluruh
aktifitas penjualan dan pendistribusian produk perusahan.
biaya pemasaran dimulai saat proses produksi selesai dan barang barang sudah siap untuk
dijual. Biaya ini mencakup:
1. Biaya penjualan
Ialah keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan upaya mencari dan memperoleh
penjualan produk perusahaan. Biaya ini mencakup biaya iklann, pemberian contoh
produk, komisi wiraniaga,dsb.
2. Biaya pemenuhan pesanan
Ialah keseluruhan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan upaya untuk memnuhi
pesanan sesuia keinginan konsumen, yang mencakup biaya pergudangan, pengepakan
dan pengiriman.
Anggaran biaya pemasaran mencakup keseluruhan biaya yang berkaitan dengan proses
penjualan, dan pendistribusian produk perusahaan yang meliputi:
1. Gaji dan adm penjualan
2. Gaji dan komisi wiraniaga
3. Gaji manajer perusahaan
4. Biaya iklan
5. Biaya pelatihan wiraniaga
6. Biaya telephone kantor pemasaran
7. Biaya listrik kantor pemasaran
8. Biaya penyusutan kantor pemasaran
9. Biaya penyusutan kendaraan pemasaran
10. Biaya alat tulis dan cetak kantor pemasaran
11. Biaya korespondensi
12. Biaya angkut
13. Contoh barang gratis
14. Biaya gudang
15. Biaya pengepakan dan pengiriman
16. Biaya penagihan
17. Macam-macam biaya pemasaran

Biaya ADM dan umum


Angaran baiaya ADM dan umum adalah semua rencana biaya yang berkaitan dengan
aktivitas operasional kantor untuk mengatur dan mengendalikan organisasi secara umum.
Lingkup biaya ADM dan umum mencakup:
1. Gaji staff administrasi
2. Gaji manajer dan direktur
3. Biaya sewa
4. Biaya urusan hukum
5. Biaya korespondensi
6. Biaya telephone kantor administrasi

13
7. Biaya listrik kantor administrasi
8. Biaya bunga kredit
9. Biaya alat tulis dan cetak kantor administratif
10. Biaya penyusutan gedung kantor administratif
11. Biaya penyusutan kendaraan umum dan direksi
12. Macam-macam biaya adm dan umum

Anggaran Proyeksi Laba Rugi

Anggaran laba rugi merupakan rencana laba atau rugi yang akan diperoleh dari anggaran
penjualan, produksi, beban operasional, biaya produksi yang akan ditanggung perusahaan
atau entitas pada satu periode anggaran. Secara sederhana, anggaran laba rugi adalah jumlah
laba dan atau rugi yang ingin diperoleh oleh perusahaan.
Anggaran laba rugi merupakan salah satu jenis anggaran yang harus dibuat oleh suatu
perusahaan.Adapun anggaran lainnya seperti anggaran piutang, anggaran kas, anggaran
penjualan, dan sebagainya. Mengapa perusahaan harus membuat anggaran laba rugi?
Dengan membuat anggaran laba rugi, perusahaan akan mengetahui seberapa besar laba yang
diterima atau rugi yang akan ditanggung sehingga perusahaan dapat membuat rencana
program untuk mengelola keuangannya dengan baik.
Jika perusahaan tidak membuat anggaran laba rugi tentu saja perusahaan tidak akan
mendapatkan informasi laba atau rugi yang diterima, dan anggaran-anggaran lain yang sudah
dibuat oleh perusahaan sebelum anggaran laba rugi menjadi tidak berguna. Karenanya sangat
penting untuk Anda dapat membuat anggaran laba rugi.
Informasi untuk membuat anggaran laba rugi:
1. Anggaran kas, menyediakan informasi tentang beban bunga, pendapatan bunga dan
beban piutang tidak tertagih.
2. Anggaran penjualan, menyediakan informasi tentang perkiraan nilai penjualan dalam
satu periode anggaran.
3. Anggaran produksi, menyediakan informasi tentang nilai persediaan awal dan akhir
barang jadi di mana informasi ini akan menjadi perhitungan beban pokok penjualan
pada anggaran laba rugi.
4. Anggaran biaya produksi, menyediakan informasi mengenai produksi pada satu
periode anggaran.
5. Anggaran beban operasi, menyediakan informasi tentang perkiraan beban penjualan
dan beban administrasi perusahaan.

14
6. Anggaran pajak penghasilan badan, diperlukan untuk menentukan jumlah beban
pajak penghasilan yang harus ditanggung oleh perusahaan pada suatu anggaran.

Contoh soal:
Teknis dan Contoh Penyusunan Anggaran Laba Rugi
Dari data-data berikut ini, susunlah anggaran laba rugi PT.Izath Sentosa untuk 3 bulan
yang berakhir pada 31 maret 2010
a. Anggaran penjualan bulan januari, februari, maret adalah sbb:\
1) Januari : 600.000 unit dengan harga per unit Rp.200.000,-
2) Februari : 700.000 unit dengan harga per unit Rp.200.000,-
3) Maret : 700.000 unit dengan harga per unit Rp.250.000,-
b. Informasi dari anggaran produksi adalah sbb:
1) Persediaan barang jadi 1 januari 2010 adalah 37.500 unit dengan nilai persediaan
awal Rp.2.375.000.000,-
2) Persediaan akhir barang jadi setiap bulan adalah 10% dari penjualan tiap bulan
c. Anggaran biaya produksi memperlihatkan data-data sbb:
1) Harga beli bahan baku sebesar Rp.20.000,-/unit
2) Upah tenaga kerja langsung sebesar Rp.10.000,-/unit
3) Biaya overhead produksi sebesar Rp.5.000,-/unit dan Rp.1.000.000.000,-
d. Asumsi arus biaya yang digunakan untuk persediaan barang dagang adalah metode
rata-rata
e. Berikut informasi tentang beban operasi yang diperoleh dari anggaran beban operasi:
1) Beban Operasi Variable
I. Beban penjualan : 2 % dari nilai penjualan tiap bulannya
II. Beban administrasi : 30% dari penjualan tiap bulannya
2) Beban Operasi Tetap
a. Beban penjualan Rp.1.260.000.000,-
b. Beban Administrasi Rp.1.500.000.000,-

15
Jawaban :
PT. BIAS CAHAYA
Anggaran Laba/Rugi
Untuk periode yg berakhir 31 maret 2010
Penjualan 435.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo Awal Persediaan Barang jadi 2.375.000.000
Biaya Produksi
- BBB 39.254.000.000
- BTKL 19.627.000.000
- BOP 9.813.500.000
Psd. Barang jadi tersedia dijual 89.000.000.000
Psd. Akhir Barang Jadi 43.500.000.000
Beban Pokok Penjualan 45.500.000.000
Laba Kotor yang Dianggarkan 389.500.000.000
Beban Operasi
- Beban Penjualan 9.960.000.000
- Beban Administrasi 1.630.500.000 11.590.500.000
Laba Sebelum Pajak Dianggarkan 377.909.500.000

Penyelesaian :
1.) Penjualan :
Januari : 600.000 x 200.000 = 120.000.000.000
Februari : 700.000 x 200.000 = 140.000.000.000
Maret : 700.000 x 250.000 = 175.000.000.000
Penjualan total : 435.000.000.000

2.) Persediaan akhir


Januari = 60.000 x 100.000 = 12.000.000.000
Februari = 70.000 x 100.000 = 14.000.000.000
Maret = 70.000 x 125.000 = 17.500.000.000
Psd akhir 200.000 unit Rp.43.500.000.000,-

3.) Unit yang diproduksi


Unit yang diproduksi = Penjualan – Psd.Awal + Psd.Akhir
Unit yang diproduksi =2.000.000 – 37.500 + 200.000
= 1.962.700 unit
4.) Biaya Produksi
BBB :1.962.700 x 20.000 =39.254.000.000
BTKL :1.962.700x 10.000 =19.627.500.000
16
BOP : 1.962.700 x 5.000 = 9.813.500.000
BOP : 1.000.000.000+
Total biaya produksi 39.881.500.000

5.) Beban Penjualan


Januari : 120.000.000.000 x 2% = 2.400.000.000
Februari : 140.000.000.000 x 2% = 2.800.000.000
Maret : 175.000.000.000 x 2% = 3.500.000.000+
Beban Penjualan Variabel 8.700.000.000
Beban Penjualan Tetap 1.260.000.000+
Total Beban Penjualan 9.960.000.000

6.) Beban Administrasi


Januari : 120.000.000.000 x 0,075% = 36.000.000
Februari :140.000.000.000 x 0,075% = 42.000.000
Maret : 175.000.000.000 x 0,075% = 52.000.000+
Beban Administrasi Variabel 130.500.000
Beban Administrasi Tetap 1.500.000.000+
Total Beban Administrasi 1.630.500.000

17

Anda mungkin juga menyukai